• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR MANGGIS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR MANGGIS INDONESIA"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR MANGGIS

INDONESIA

Nur Azizah 11140920000035

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

VOLUME EKSPOR MANGGIS INDONESIA

Nur Azizah NIM : 11140920000035

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)
(5)

v DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Azizah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 11 Mei 1996 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Yapak Lo Rt/Rw 025/011, Troketon, Pedan,

Klaten, Jawa Tengah.

No. Hp : 085779879058 E-mail : hahanur6@gmail.com PENDIDIKAN FORMAL 2002 - 2008 : SDN 2 Troketon 2008 - 2011 : SMP Negeri 1 Pedan 2011 - 2014 : MA N Klaten

2014- sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2014 - 2016 : Anggota Komda FST / LDK FST

2015 - 2016 : HMJ Agribisnis Anggota Divisi Kerohanian

2016 - 2017 : LDK Syahid Jakarta

PENGALAMAN KERJA

2017 : Badan Pengawas dan Sertifikasi Benih Jawa

Tengah

(6)

vi RINGKASAN

Nur Azizah, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Manggis Indonesia. Di bawah Bimbingan Siti Rochaeni dan Armaeni Dwi Humaerah.

Buah Manggis merupakan salah satu buah unggulan ekspor Indonesia dan merupakan komoditas ekspor hortikultura nomor dua setelah nanas. Manggis diekspor ke berbagai negara, tercatat bahwa Indonesia telah mengeskspor manggis ke 29 negara di dunia (Kementan, 2017) dan lima besar negara tujuan ekspor manggis Indonesia yaitu Chinna, Hongkong, Uni Emirat Arab, Singapur dan Saudi Arabia.

Volume ekspor manggis Indonesia mengalami fluktuasi, kondisi tersebut tentu harus disikapi dengan bijak. Untuk itu perlu diteliti untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor manggis. Pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor oleh para ahli cukup banyak, maka diambil beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor untuk diteliti kesesuaiannya terhadap volume ekspor manggis. Faktor-faktor tersebut adalah harga domestik manggis, kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, Produksi manggis dan kebijakan pemerintah.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda OLS (Ordinary

Least Square) dengan data time series dalam rentang waktu pada tahun 2002

sampai 2017. Variabel bebasnya yaitu harga domestik manggis, kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, produksi manggis dan kebijakan pemerintah dan variabel terikat volume ekspor manggis Indonesia. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu mengetahui seberapa besar variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikatnya dan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dan simultan.

Hasil penelitian memperoleh nilai adj R-square sebesar 0,662, yang artinya bahwa volume ekspor manggis Indonesia mampu dijelaskan oleh variabel bebasnya diantaranya variabel harga domestik manggis, kurs, produksi manggis dan kebijakan pemerintah sebesar 66,2% sedangkan 33,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diikut sertakan pada model persamaan. Secara uji simultan (uji F), semua variabel bebas bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat, pada pengujian parsial (uji t) variabel bebas yang berpengaruh signifikan pada volume ekspor manggis sebagai variabel terikatnya adalah harga domestik manggis, kurs dan produksi manggis.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat

dan kehendak-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Manggis Indonesia”. Shalawat serta salam, penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang telah mendahului kita, semoga

kelak kita termasuk orang-orang yang dapat dibersamakan dengan beliau.

Penyelesaian penulisan skripsi ini pun, dibantu oleh berbagai pihak, baik

berupa dukungan moril maupun materil kepada penulis. Oleh karena itu, penulis

ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada :

1. Kedua orang tua penulis, bapak Agung Prihutomo dan ibu Sri Mulyani

atas doa, kerja kerasnya, sabarnya dan segenap kasih sayang yang

diberikan kepada penulis, serta penyemangat penulis nomor pertama

dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Kepada kakek dan nenek penulis yang mendukung penulis, beserta

adik-adik penulis, Anisah Sri Utami, Muhammad Taufik Ismail dan Hemalia

Putri Prasetyowati atas dukungannya, semangat dan kecerian kepada

(8)

viii

3. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan

waktu dan tenaganya membimbing penulis dengan sabar sehingga dapat

terselesaikannya skripsi ini.

4. Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si selaku dosen pembimbing II yang juga

telah meluangkan waktu dan tenaganya membimbing penulis dengan sabar

sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

5. Dr. Iwan Aminudin, M.Si selaku penguji I yang memberikan saran dan

masukan dalam skripsi ini.

6. Ir. Junaidi, M.Si. selaku penguji II yang memberikan saran dan masukan

dalam skripsi ini.

7. Dr Edmon Daris, MS selaku Ketua Prodi Agribisnis, beserta jajarannya.

8. Bapak/ibu dosen Prodi Agiribisnis yang telah membagi ilmunya dan

memberi pengarahan kepada penulis.

9. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang

telah bersedia memberikan waktunya.

10. Teman-teman Agribisnis angkatan 2014, terimakasih atas kerjasamanya,

semangatnya dan kebersamaan selama ini, semoga dilacarkan setiap

urusan kita. Dan keluarga besar Agribisnis UIN Jakarta angkatan 2012,

2013, 2015, 2016, dan 2017 yang juga memberi dukungan kepada penulis

dalam penyelesaian skripsi.

11. Sahabat terbaik penulis yang menemani dan memberi dukungan serta

semangat kepada penulis, baik sahabat 5P, sahabat surga, mujahidah,

(9)

ix

12. LDK Syahid Jakarta, khususnya untuk Forkat An Naml dan Keluarga

LDK FST yang telah membantu dan menyemangati penulis

13. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi

ini, meskipun tidak disebutkan nama-namanya oleh penulis. Penulis

ucapkan terimakasih semoga segenap bantuannya dibalas oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan

kritik yang dapat membangun dari seluruh pembaca. Semoga skripsi ini dapat

berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 2018

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 8 1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Manggis ... 10 2.2 Teori Permintaan ... 13 2.3 Teori Penawaran ... 17 2.4 Ekspor ... 18 2.5 Harga ... 21 2.6 Kurs ... 22 2.7 Produksi ... 23

(11)

xi

2.8 Kebijakan Perdagangan ... 24

2.9 Penelitian Terdahulu ... 25

2.10 Kerangka Pemikiran ... 31

2.11 Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Penelitian ... 35

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 36

3.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 38

3.3.2 Uji Signifikansi ... 45

3.4 Definisi Operasional ... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Perkembangan Produksi Komoditas Manggis ... 49

4.2 Perkembangan Volume Ekspor Manggis ... 51

4.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia ... 53

4.4 Perkembangan Harga Domestik Manggis Indonesia ... 54

4.5 Perkembangan Kurs Mata Uang ... 55

4.6 Kebijakan Pemerintah PP No. 55 Tahun 2008 ... 56

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Validasi Data Hasil Penelitian ... 60

5.1.1 Hasil Uji Normalitas ... 60

5.1.2 Hasil Uji Autokorelasi ... 61

(12)

xii

5.1.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 62

5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Manggis

Indonesia ... 62

5.2.1 Pengaruh Harga Domestik Manggis Indonesia Terhadap

Volume Ekspor Manggis Indonesia ... 66 5.2.2 Pengaruh Kurs Terhadap Volume Ekspor Manggis

Indonesia ... 67 5.2.3 Pengaruh Produksi Manggis Indonesia Terhadap Volume

Ekspor Manggis Indonesia ... 68 5.2.4 Pengaruh Kebijakan Bea Keluar Terhadap Volume Ekspor

Manggis Indonesia ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 71

6.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Volume Ekspor Buah Unggulan Indonesia Tahun 2012-2016 ... 5

2. Volume Ekspor Buah Manggis Indonesia Tahun 2002-2017 ... 6

3. Penelitian Terdahulu ... 25

4. Jenis dan Sumber Data ... 36

5. Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson ... 42

6. Analisis Persamaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Manggis Indonesia ... 63

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kontribusi PDB Atas Harga Konstan Tanaman Hortikultura

Tahun 2010 - 2017 ... 2

2. Manggis Yang Akan Diekspor ... 12

3. Kerangka Pemikiran ... 33

4. Total Produksi Manggis Indonesia Per Provinsi Tahun 2002 - 2017 ... 49

5. Total Produksi Manggis Indonesia Tahun 2002 – 2017 ... 50

6. Negara Tujuan Ekspor Manggis Indonesia Tahun 2002-2017 ... 51

7. Volume Ekspor Manggis Indonesia Tahun 2002 - 2017 ... 52

8. Kontribusi Hortikultura pada PDB Tahun Dasar 2010 ... 54

9. Harga Domestik Manggis pada Tahun 2002 – 2017 ... 55

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Ekspor Manggis Beserta Negara Tujuannya Tahun 2002 - 2017 ... 77

2. Tabulasi Data Penelitian ... 80

3. Tabel F ... 81

4. Tabel t... 82

5. Tabel Uji Durbin Watson ... 83

6. Scatterplot ... 84

7. Hasil Uji Multikolinearitas ... 85

8. Hasil Uji Normalitas (Q-Q Plot) ... 86

9. Hasil Uji Normalitas ( Histogram) ... 87

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran pertanian dalam perekonomian nasional secara empiris terbukti cukup

nyata dalam kondisi perekonomian yang normal maupun pada saat perekonomian

menghadapi krisis. Hal ini dapat dilihat dari dua indikator penting, yaitu

kontribusi sektor pertanian terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia dan

penyerapan tenaga kerja (Haryanto, dkk, 2009 : 10).

Menurut Sumodiningrat (2000) dalam Haryanto, dkk (2009 :11), di samping

dua indikator di atas, peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional dapat

dilihat dari indikator-indikator, antara lain sebagai berikut :

a. Pertanian merupakan penghasil makanan pokok penduduk, dimana peran

ini tidak dapat digantikan secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya,

kecuali impor pangan menjadi pilihan.

b. Komoditas pertanian merupakan penentu stabilitas harga karena harga

produk-produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga

konsumen, sehingga dinamikanya sangat dipengaruhi inflasi.

c. Akselerasi pembangunan pertanian sangat penting untuk mendorong

ekspor dan mengurangi impor.

d. Komoditas pertanian merupakan bahan baku industri manufaktur

pertanian.

e. Keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lainnya dapat menciptakan titik

(17)

2

, Komoditas Hortikultura merupakan komoditas yang cukup potensial

dikembangkan secara agribisnis, karena memiliki nilai ekonomis dan nilai tambah

yang cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya (Pusat Data

Kementan, 2010 : 1)

Gambar.1 Kontribusi PDB atas harga konstan tanaman hortikultura tahun 2010-2017

Sumber : BPS diolah PUSDATIN Kementan

Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui bahwa kontribusi PDB atas harga

konstan tanaman hortikultura dengan tahun dasar 2010 memiliki tren naik. Tahun

2010 kontribusi PDB hortikultura merupakan kontribusi terendah pada tujuh tahun

terakhir, yaitu sebanyak Rp. 110.395,3 Milyar Rupiah hal ini diduga karena tahun

2010 digunakan sebagai tahun dasar untuk perhitungan PDB, kemudian pada

tahun-tahun berikutnya mengalami laju yang berfluktuasi namun cenderung naik,

tercatat bahwa besaran kontribusi PDB tanaman hortikultura tujuh tahun terakhir 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016* 2017** P DB Ho rtk ul tu ra at as ha rg a ko ns tan

(Mi

ly

ar

R

u

iah

)

PDB

(18)

3

yaitu tahun 2010 Rp. 110.395,3 Milyar Rupiah, tahun 2011 sebesar Rp. 120.079,3

Milyar Rupiah, tahun 2012 sebesar Rp. 117.424,5 Milyar Rupiah, tahun 2013

sebesar Rp. 118.207,7 Milyar Rupiah, pada tahun 2014 sebesar Rp. 124.300,9

Milyar Rupiah, tahun 2015 sebesar Rp. 127.110 Milyar Rupiah, tahun 2016

sebesar Rp. 130.832,3 Milyar Rupiah dan tahun 2017 sebesar Rp. 134.820,8

Milyar Rupiah.

Laju pertumbuhan PDB pada kelompok hortikultura menunjukkan laju

pertumbuhan yang fluktuatif, pada kelompok sayur-sayuran tahun 2011 laju

pertumbuhan PDB menurun sebesar 45,39% dan kembali meningkat pada tahun

2012 sampai dengan 2014 dengan masing-masing besarnya 6,62%, 3,86% dan

6,34%. Sementara itu untuk laju pertumbuhan PDB kelompok buah-buahan

meningkat pada tahun 2014 sebesar 3,52% (Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian, 2015 : 38).

Salah satu kelompok hortikultura yang berkontribusi pada PDB dan

mempunyai peluang ekspor yaitu kelompok buah-buahan. Jika dibandingkan

dengan komoditas hortikultura lainnya, tercatat bahwa pada tahun 2014 kelompok

komoditas hortikultura sayuran berkontribusi terhadap PDB sebesar 6.87%, dan

buah-buahan lebih besar kontribusinya sebesar 7,78% (Pusat Data dan Sistem

Informasi Pertanian, 2015 : 32).

Buah-buahan di Indonesia dibagi pula menjadi tiga kelompok besar, yaitu

pertama buah unggul nasional yang terdiri dari mangga, manggis, nanas, pepaya,

pisang dan salak. Buah unggul nasional biasanya juga merupakan buah-buahan

(19)

4

konsumsi masyarakat, yang terdiri dari alpukat, anggur, apel, belimbing, duku,

durian, jambu, jeruk, kelengkeng, markisa, melon, rambutan, sawo dan semangka.

Ketiga, buah-buahan langka seperti, bisbol, buni, delima, cempedak, cermai,

kawista, kersen, kesemek, dan srikaya. Akan tetapi, pada perdagangan luar negeri,

hanya beberapa buah saja yang dikenal oleh masyarakat luar, yaitu mangga,

manggis, pisang, pepaya, jeruk dan nanas. Sedangkan jenis buah lain kurang

dikenal atau hanya dikenal sebagai buah asing seperti blimbing, duku, blewah,

durian, langsat, nangka, salak, sawo dan sirsak. Selain itu, terdapat buah yang

dikategorikan ke dalam buah langka (Gardjito dan Saifudin, 2011 : 15).

Garcinia mangostana atau lebih sering disebut dengan tanaman manggis,

merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang buahnya merupakan buah

unggulan karena telah memasuki pasar ekspor. Buah manggis terkenal sebagai

buah eksotis Indonesia dan mendapat julukan internasional sebagai “queen of

tropical fruits”, sebab buah manggis mempunyai tiga kombinasi rasa, yaitu rasa

nanas, aprikot dan jeruk. Selain itu, buah manggis juga terkenal dengan tekstur

daging buah yang halus dan kulit buahnya yang berwarna ungu kehitaman dan

daging buahnya yang berwarna putih menambah pesona manggis sebagai queen of

tropical fruits.

Badan Pusat Statistika dalam Statistik Pertanian (2017 :312) mencatat bahwa,

buah manggis Indonesia menjadi buah ekspor terbesar kedua setelah Nanas (Tabel

1), hal tersebut menunjukkan bahwa buah manggis memiliki potensi ekspor yang

(20)

5

Tabel 1. Volume Ekspor Buah-Buahan Unggulan Indonesia Tahun 2012-2016

No Nama Buah Tahun Pertumbuhan (Growth 2016 over 2015) dalam (%) 2012 2013 2014 2015 2016 1 Nanas 183.072 174.096 192.948 193.948 138.400 -28,64 2. Manggis 20.169 7.648 10.082 38.177 34.955 -8,44 3. Mangga 1.515 1.089 1.149 1.243 473 -61,92 4. Pisang 1.489 5.680 26.264 22.308 19.024 -14,72 5. Jeruk 1.384 1.558 1.796 3.225 2.793 -13,39

Sumber : BPS, diolah oleh Pusdatin (Statistika Pertanian, 2017)

Menjadi buah dengan volume ekspor terbesar kedua, tak menjadikan volume

ekspor manggis konsisiten naik, bahkan dari tahun 2002 – 2017 volume ekspor

manggis mengalami fluktuatif. Meskipun berfluktuasi namun pada tahun 2002 –

2017 volume ekspor manggis memiliki laju pertumbuhan (growth) positif dengan

(21)

6

Tabel 2. Volume Ekspor Buah Manggis Indonesia Tahun 2002-2017 (Kg)

Tahun Volume ekspor (Kg) Rata-rata tingkat

pertumbuhan (%) 2002 6.512.423 2 2003 9.304.511 2004 3.045.379 2005 8.471.508 2006 5.697.879 2007 9.093.245 2008 9.465.665 2009 9.987.999 2010 11.387.696 2011 12.603.043 2012 20.168.660 2013 7.647.853 2014 10.081.787 2015 38.177.338 2016 34.955.207,7 2017 9.167.299 Sumber : BPS, diolah (BPS, 2018)

Namun pada kenyataannya, menurut data BPS volume buah manggis dari

tahun 2002 – 2017 mengalami fluktuasi dan mengalami penurunan pada dua

tahun terakhir (Tabel.2), penurunan tersebut diduga dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Menurut Mankiw, dkk (2012 : 185), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi volume ekspor, diantaranya selera konsumen, harga barang di

dalam dan di luar negeri, kurs, pendapatan konsumen dalam dan luar negeri, biaya

angkut barang dan kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

Berdasarkan teori yang dikemukakan Mankiw,dkk (2012 : 185) tersebut, maka

penelitian ini menggunakan beberapa faktor di atas untuk digunakan sebagai

variabel pada penelitian ini, faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu, harga

domestik manggis, kurs mata uang, produksi manggis dan kebijakan pemerintah

(22)

7 1.2 Perumusan Masalah

Manggis merupakan buah lokal yang memiliki potensi ekonomi dalam

perdagangan luar negeri yaitu ekspor, tercatat bahwa volume ekspor manggis

cenderung meningkat pada beberapa tahun kebanyakan, namun pada waktu tahun

tertentu volume ekspor buah manggis mengalami fluktuatif ( Tabel.1) dan pada

tahun 2015-2016 mengalami pertumbuhan ekspor yang bernilai negatif. Oleh

karena itu, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa besar faktor-faktor yang terdiri dari, harga domestik manggis,

kurs, produksi manggis Indonesia dan kebijakan pemerintah (PP no. 55

tahun 2008) tentang pengenaan bea keluar barang ekspor mampu

menjelaskan variabel volume ekspor manggis Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh variabel bebas yang terdiri dari harga domestik

manggis, kurs, produksi manggis Indonesia dan kebijakan pemerintah

(PP no. 55 tahun 2008 ) baik secara keseluruhan maupun secara parsial

(23)

8 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan

penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui seberapa besar faktor harga domestik manggis, kurs ,

produksi manggis Indonesia dan kebijakan pemerintah (PP no. 55 tahun

2008) mampu menjelaskan variabel volume ekspor manggis Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh variabel bebas yang terdiri harga domestik

manggis, kurs, produksi manggis Indonesia dan kebijakan pemerintah (PP

no. 55 tahun 2008) terhadap variabel terikat yaitu volume ekspor manggis

Indonesia baik secara keseluruhan maupun parsial.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut,

yaitu:

1. Bagi Penulis

Sebagai syarat untuk memperoleh kelulusan pada program studi

Agribisnis dan dapat menambah wawasan dalam pengaplikasian

ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama berada di bangku perkuliahan

2. Bagi Pembaca

Sebagai penambah wawasan dan bahan rujukan bagi penelitian

(24)

9

3. Bagi Para Pengambil Kebijakan

Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam

melakukan perencanan kegiatan ekspor manggis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor

manggis Indonesia memiliki batasan ruang lingkup penelitian, diantaranya yaitu,

komoditas manggis yang digunakan berdasarkan kode HS diantaranya

0804-5030-0, 0804-5030-00 dan 0804-5030804-5030-0, kemudian penelitian ini memiliki batasan

variabel independent (variabel bebas) berjumlah empat yaitu, produksi manggis

nasional, harga domestik manggis, kurs dan kebijakan pemerintah (PP no. 55

tahun 2008) terkait penganaan bea keluar terhadap barang ekspor dan data yang

digunakan adalah data time series dengan rentang waktu dari tahun 2002 hingga

tahun 2017 (16 tahun) serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis kuantitatif deskriptif dengan regresi linear berganda yang

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas Manggis

Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L adalah salah satu buah

unggulan di Indonesia. Buah yang mendapat julukan sebagai queen of tropical

fruits ini, memiliki keistimewaan yang dikenal oleh konsumennya khususnya oleh

konsumen luar negeri. Selain karena rasanya yang unik yaitu campuran dari tiga

rasa yang berbeda dan warna buahnya yang menarik, banyak manfaat buah

manggis yang membuat masyarakat tertarik mengkonsumsinya, baik untuk

kesehatan, kosmetik hingga budaya.

Tanaman manggis berasal dari Semenanjung Malaysia. Budidaya manggis

hanya terbatas pada Asia Tenggara, mulai dari Indonesia, Papua Nugini hingga

pulau Mindano (Filiphina), Malaysia, Burma, Thailand, Vietnam dan Kamboja.

Namun perkembangan terakhir tanaman ini semakin meluas ke Srilangka, India,

Amerika Tengah, Brazil dan Australia (Ashari, 2006 : 342).

Tanaman Manggis tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia. Buah

manggis yang diekspor sebagian besar berasal dari kebun rakyat, lahan

pekarangan, maupun tanaman campuran. Buah manggis yang diekspor umumnya

berasal dari Kabupaten Tapanuli Selatan, Lima Puluh Kota, Padang Pariaman,

Bogor, Tasikmalaya, Sukabumi dan Purwakarta. (Budiman dan Verena, 2014 :

45).

Buah Manggis berbentuk bulat, ketika muda berwana hijau, saat panen hijau

(26)

11

ungu. Daging berbentuk juring atau segmen dengan jumlah 5-8 segmen tiap

buahnya. Jumlah segmen dapat dilihat melalui celah kepala putik di kulit luar

buah (pangkal buah). Setiap segmen mempunyai bakal biji meski tidak semua

bakal akan menjadi biji (Satuhu, 1999 dalam Murdijati dkk, 2015 : 21).

Tanari dan Dolfie (2014:1) menyebutkan mengenai manfaat buah eksotis ini,

yaitu buah manggis mengandung xanthon sebagai antioksidan yang kuat,

dibutuhkan dalam tubuh sebagai penyeimbang prooksidant (reducing radical,

carboncentered, sinar UV). Karakteristik buah manggis yang menarik serta

manfaat buah yang cukup banyak membuat manggis mempunyai peluang

menguntungkan, baik di pasar domestik maupun di pasar Internasional.

Buah manggis tidak hanya dimanfaatkan daging buahnya saja tetapi juga

kulit buahnya yang memiliki manfaat yang cukup besar. Daging kulit buah

manggis (pericarp) mengandung senyawa biologis aktif yang diidetifikasi sebagai

xanthone, yang memiliki sifat menyembuhkan berbagai penyakit. Kemampuannya

sebagai antioksidan dihitung 100 kali lebih kuat daripada vitamin A, C dan E.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah ini mengandung komponen anti

inflamatory yang potensial, inhibitor cox-2 dan sejumlah vitamin, mineral serta

anti-oksidan yang dapat mencegah pembekuan darah, menurunkan kadar

kolesterol darah dan membantu fungsi jantung. (Setyo, 2009 : 11).

Buah manggis sebagai buah eksotik dari daerah tropika akhir-akhir ini sudah

mendapat perhatian yang cukup tinggi di pasar Internasional dan dianggap sebagai

komoditas mewah di luar daerah asalnya, karena nilai ekonominya yang tinggi

(27)

12

buah manggis Indonesia diekspor ke Hongkong, Taiwan, Singapura, Thailand,

Tiongkok, Jepang, Eropa, Timur Tengah dan Amerika. Sebagai komoditas buah

ekspor, kualitas buah menjadi faktor yang sangat penting. Kriteria persyaratan

manggis untuk ekspor adalah tidak burik, segar, warna sepal hijau segar, jumlah

sepal lengkap (dengan toleransi hilang maksimal satu), kulit buah berwarna hijau

keunguan sampai merah keunguan, tangkai buah berwarna hijau segar dan kulit

buah mulus dan tidak terdapat cacat (Firdaus, 2011 : 1). Berikut ini adalah gambar

manggis yang akan dilakukan ekspor :

Gambar 2. Manggis yang akan diekspor.

Sinaga dan Supratiwi, www.antaranews.com (2018) Buah manggis yang diperdagangkan di pasar Internasional sebagian besar

berasal dari hutan manggis atau kebun campuran yang telah berusia puluhan

tahun/warisan nenek moyang (Syah, 2016 : 45). Pembudidayaan manggis secara

(28)

13

tanaman manggis yang lama, sehingga untuk berbuah membutuhkan waktu sekitar

10-15 tahun. Hal tersebut, menjadi alasan para investor enggan untuk

membudidayakan manggis karena semakin lama waktu yang diperlukan untuk

menghasilkan buah, maka akan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk

mengembalikan modal yang telah digunakan.

2.2 Teori Permintaan

Lukman (2007 : 18) menyatakan bahwa permintaan (demand) terhadap suatu

barang dan jasa dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan antara sejumlah

barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk membeli di pasar atau jasa

yang diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada tingkat harga dan

waktu tertentu.

Permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor (Laili dan Prityadi, 2013:

14), diantaranya sebagai berikut :

a. Harga barang itu sendiri

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang

tersebut

c. Pendapatan rumah tangga dan masyarakat

d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

e. Cita rasa masyarakat

f. Ramalan keadaan di masa mendatang.

Permintaan dapat mengalami kenaikan dan penurunan, hal tersebut

(29)

14

1) Permintaan dikatakan naik, jika dalam keadaan :

a. Orang/ masyarakat bersedia membeli jumlah yang lebih

banyak, sekalipun harga barang itu tetap.

b. Orang/ masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang tetap,

sekalipun harga barang tersebut sudah naik.

2) Permintaan dikatakan turun, jika dalam keadaan :

a. Orang/ masyarakat bersedia membeli jumlah yang lebih sedikit,

sekalipun harga barang tersebut tidak berubah/ tetap

b. Orang/ masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang tetap

sama, sekalipun harga barang itu turun.

Sementara itu menurut Masyhuri (2007 : 77) dalam Rahmatunnisa (2018 : 11),

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ada sembilan, diantaranya

sebagai berikut :

1. Harga barang itu sendiri

Jika harga barang murah, maka permintaan terhadap barang tersebut

semakin bertambah, begitu sebaliknya. Asumsi faktor-faktor lainnya

dianggap konstan (ceteris paribus). Jadi hubungan jumlah barang yang

diminta dengan harga barang adalah negatif (berlawanan arah).

2. Harga barang lain, barang subsitusi dan barang komplementer

Barang subsitusi adalah barang pengganti seperti beras disubsitusikan

dengan jagung, daging ayam disubsitusikan dengan daging kambing dan

sebagainya. Jika terjadi kenaikan harga beras maka akan menyebabkan

(30)

15

merupakan barang subsitusi yang baik terhadap beras dengan asumsi harga

jagung relatif tetap. Sedangkan barang komplementer adalah barang

pelengkap seperti kopi dan gula, garpu dan sendok, bensin dan mobil. Jika

harga gula naik maka permintaan terhadap gula turun dan permintaan

terhadap kopi juga turun karena gula merupakan barang komplemeter kopi.

Oleh karenanya hubungan jumlah barang yang diminta dan harga barang

lain ada dua; (i) jika barang subsitusi hubungannya adalah positif, dan (ii)

jika barang komplementer hubungannya adalah negatif.

3. Tingkat pendapatan konsumen

Tingkat pendapatan mencerminkan kemampuan beli (daya beli) konsumen.

Makin tinggi pendapatan konsumen semakin besar permintaan terhadap

suatu barang karena daya belinya meningkat. Karena jenis barang dalam

kaitannya dengan pendapatan ini ada dua, yaitu barang normal dan barang

inferior maka bentuk hubungan jumah barang yang diminta dengan

pendapatan juga ada dua, yaitu pertama, hubungan positif (searah) jika

barang normal dan kedua hubungan negatif (berlainan arah) jika barang

inferior (barang yang diminta semakin berkurang apabila pendapatan dari

konsumen semakin naik).

4. Selera konsumen

Selera atau kebiasaan akan mempengaruhi terhadap permintaan barang.

Seperti selera atau kebiasaan mengkonsumsi beras, jagung, sagu dan

sebagainya. Ukuran yang biasa dipakai dalam skala ordinal, misalnya 5;

(31)

16

suka). Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan selera adalah

searah (positif).

5. Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk akan semakin besar permintaan suatu barang

atau jasa. Penduduk disini dimaksudkan adalah konsumen potensial dalam

mengkonsumsi barang. Hubungan variabel jumlah barang yang diminta

dengan konsumen potensial adalah positif.

6. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan

Usaha dalam meningkatkan penjualan seperti adanya promosi dengan iklan akan

mendorong untuk menambah jumlah barang yang diminta oleh konsumen.

Rangsangan (insetif) berupa hadiah juga mendorong konsumen untuk

meminta barang atua jasa tersebut. Demikian juga iklan akan memberikan

dampak yang positif terhadap jumlah barang yang diminta sehingga

hubungan antara variabel jumlah barang yang diminta dengan iklan, hadiah

atau antribut adalah berbentuk positif.

7. Distribusi pendapatan

Ada sebagian kelompok masyarakat yang ‘menguasai’ perekonomian yang

menjadikan mereka mempunyai daya beli lebih besar dibandingkan

kebanyakan kelompok masyarakat umum, sehingga daya beli mereka lemah

dan berpengaruh pada permintaan suatu barang atau dapat dikatakan bahwa

dengan harapan (expectaction) konsumen pada pendapatannya yang akan

(32)

17

mempunyai hubungan suatu harapan yang lebih baik, jadi hubungan antar

variabel tersebut adalah positif.

8. Perkiraan

Perkiraan disini adalah harapan konsumen pada harga dimasa yang akan

datang pada suatu barang. Jika perkiraan harga barang di masa yang akan

datang naik, maka ada kecenderungan saat ini permintaan terhadap barang

tersebut akan naik. Jadi berhubungan secara positif.

9. Harapan

Harapan konsumen disini yaitu harapan pada ketersediaan barang atau jasa

yang akan datang. Ketersediaan barang dimasa yang akan datang dengan

jumlah barang yang diminta adalah negatif. Artinya jika ketersediaan barang

dimasa yang akan datang banyak maka permintaan barang akan turun.

Sebaliknya jika ketersediaannya sedikit, maka permintaan terhadap barang

akan naik. Kenyataan ini terjadi karena pada diri konsumen ada faktor ke

khawatiran terhadap ketersediaan tersebut.

2.3 Teori Penawaran

Penawaran (supply) dari suatu barang didefinisikan sebagai sejumlah barang

yang akan ditawarkan oleh penjual atau produsen di pasar pada berbagai tingkat

harga pada waktu dan keadaan tertenu (Lukman, 2007 : 24). Penawaran dapat

didefinisikan sebagai jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen

pada berbagai tingkat harga. Hukum penawaran menyatakan bahwa “semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan

(33)

18

ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya makin rendah harga sesuatu barang

semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan”(Sukirno, 2010 :86). Penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor (Laili dan Pristyadi, 2013:22) ,

diantaranya yaitu :

a) Jumlah pedagang.

b) Harga faktor produksi.

c) Harga barang alternatif.

d) Harapan para pedagang (produsen) terhadap harga barang-barang

mendatang.

e) Perubahan teknologi.

2.4 Ekspor

Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam

negeri untuk di jual di luar negeri (Mankiw, 2012: 185). Kegiatan ekspor

termasuk ke dalam kegiatan pedagangan internasional yang melibatkan dua

negara atau lebih. Perkembangan ekspor suatu komoditas dipengaruhi oleh

beberapa faktor, menurut Mankiw (2012:185) berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi:

a) Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan

luar negeri.

b) Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri.

c) Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan

(34)

19

d) Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negeri.

e) Ongkos angkutan barang antarnegara.

f) Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

Darmansyah (1986) dalam Soekartawi (2003 : 122) menyebutkan bahwa

terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor yang dirinci sebagai

berikut:

a. Harga Internasional

Makin besar selisih antar harga di pasar Intersional dengan domestik

akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor akan menjadi

bertambah banyak. Naik turunnya harga tersebut disebabkan oleh :

i. Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan

tingginya inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga di

pasaran domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi

tersebut jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin

menurun.

ii. Harga di pasaran internasional semakin meningkat dimana harga

internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan

permintaan impor dunia. Suatu komoditas di pasaran dunia

meningkat sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik

tersebut stabil, maka selisih harga internasional dan harga domestik

semakin besar. Akibat dari kedua hal di atas akan mendorong ekspor

(35)

20

b. Nilai Tukar Uang (Exchange Rate)

Menurut Branson (1979) dalam Soekartawi (2003 : 122) makna

kebijakan nilai tukar uang adalah dimaksudkan untuk memperbaiki neraca

pembayaran defisit melalui peningkatan ekspor. Efek dari kebijakan nilai

tukar uang adalah berkaitan dengan kebijakan devaluasi (yaitu penurunan

mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri) terhadap ekspor–impor

suatu negara. Ekspor–impor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain elastisitas harga untuk ekspor, elastisitas harga untuk impor dan

daya saing komoditas tersebut di pasaran internasional. Apabila elastisitas

harga untuk ekspor lebih tinggi daripada elastisitas harga untuk impor maka

devaluasi cenderung menguntungkan dan sebaliknya jika elastisitas harga

untuk impor lebih tinggi daripada harga untuk ekspor maka kebijakan

devaluasi tidak menguntungkan.

c. Kuota Ekspor-Impor

Adanya kuota ekspor bagi negara produsen komoditi tertentu maka

ekspor komoditi tersebut akan mengalami hambatan terutama bagi

negara-negara penghasil komoditi yang jumlahnya relatif sedikit. Oleh karena pada

saat harga di pasaran internasional tinggi misalnya sebagai akibat kerusakan

komoditi tersebut, maka negara-negara penghasil komoditi yang relatif

sedikit tersebut tidak bisa memanfaatkan keadaan.

d. Kebijakan Tarif dan Nontarif

Kebijakan tarif biasanya dikenakan untuk komoditi impor atau komoditi

(36)

21

negeri pada tingkatan tertentu sehingga dengan harga tersebut dapat atau

mampu mendorong pengembangan komoditi tersebut. Disamping kebijakan

tarif dikenakan kebijakan nontarif. Maksudnya untuk mendorong tujuan

diversifikasi tujuan ekspor.

2.5 Harga

Soviandre, dkk (2014 : 3) harga barang merupakan aspek pokok dalam

pembahasan teori ekonomi dan pembentukan harga dari suatu barang terjadi di

pasar melalui suatu mekanisme. Terdapat dua hal pokok dalam mekanisme ini,

yaitu penawaran dan permintaan dari barang tersebut. Apabila kuantitas barang

yang diminta melebihi kuantitas barang yang ditawarkan maka harga akan naik.

Sebaliknya apabila kuantitas barang yang ditawarkan lebih banyak dari pada

kuantitas barang yang diminta, maka harga cenderung turun.

Sedangkan menurut Budiono (2001:87) dalam Soviandre, dkk (2014 : 3)

tingginya harga merupakan ciri atas kelangkaan dari barang tersebut. Ketika

sampai pada tingkat harga tertinggi, konsumen akan cenderung menggantikan

barang tersebut dengan barang alternatif yang relatif lebih murah dan mempunyai

kesamaan guna. Lipsey (1995:125) dalam Soviandre, dkk ( 2014 : 3), harga dan

kuantitas penawaran suatu komoditi mempunyai hubungan secara positif. Apabila

semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah yang ditawarkan oleh penjual

semakin banyak. Harga adalah jumlah nilai yang ditukar konsumen atas perolehan

(37)

22

sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa (Kotler, 2001 : 438

dalam Soviandre, dkk, 2014 : 3).

2.6 Kurs

Kurs atau nilai tukar (exchange rate) merupakan jumlah uang domestik

yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Nilai Kurs valuta

asing akan berbeda dengan nilai mata uang suatu negara. Misalnya nilai antara

Dollar Amerika dan Rupiah, Dollar Amerika dan Yen Jepang. Disamping itu nilai

kurs valuta asing dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan.

Perubahan-perubahan tersebut terjadi akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran dalam

valuta asing dan juga dapat ditentukan oleh Pemerintah (Murni, 2006 : 244).

Soviandre, dkk (2014 : 3) menyatakan bahwa valuta asing atau kurs adalah

tingkat harga yang telah disepakati oleh kedua negara untuk saling melakukan

perdagangan. Menurut Mankiw,dkk (2006:128) kurs biasa disebut sebagai valuta

asing ataupun nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.

Nilai tukar berkaitan dengan nilai mata uang yang akan digunakan dalam

perdagangan Internasional.Terdapat dua jenis nilai tukar, yaitu :

1) Nilai Tukar Nominal

Menurut Mankiw, dkk (2012:193) nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar

mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Pada nilai tukar

(38)

23

nilai tukar nominal mengalami apresiasi dan nilai tukar nominal

mengalami depresiasi.

2) Nilai Tukar Riil

Menurut Mankiw, dkk (2012:194), nilai tukar riil (exchange rate)

adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan

jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain. Nilai

tukar riil ini mengukur harga barang dan jasa yang tersedia di dalam

negeri terkait dengan barang dan jasa yang tersedia di negara lain.

Kaitannya nilai tukar nominal dan nilai tukar riil adalah bahwa nilai

tukar riil bergantung pada nilai tukar nominal dan pada harga barang di

dua negara yang diukur dalam mata uang lokasi.

2.7 Produksi

Assauri (2014 : 126) dalam Soviandre, dkk (2014 : 3) menyatakan bahwa produksi merupakan kegiatan dalam menciptakan dan menambah nilai kegunaan

suatu barang atau jasa. Kegiatan yang membutuhkan faktor-faktor produksi dalam

ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja dan skill. Tingginya produksi juga

berpengaruh pada tingginya penawaran. Sedangkan menurut Lukman (2007 : 13),

mengemukakan bahwa produksi kegiatan/proses untuk menghasilkan barang dan

jasa.

Penawaran suatu komoditi dipengaruhi oleh beberapa jumlah barang yang

dihasilkan oleh produsen/penjual. Produksi domestik akan menyuplai persediaan

(39)

24

(Soviandre dkk, 2014:3). Banyaknya barang yang diproduksi berpengaruh pula

pada persediaan yang ada, sehingga semakin banyak barang atau komoditas

diproduksi maka akan menaikkan persediaan, sehingga persediaan yang berlebih

dapat digunakan untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri atau ekspor.

2.8 Kebijakan Perdagangan

Menurut Mankiw, dkk (2012:219) kebijakan perdagangan (trade policy)

merupakan kebijakan pemerintah yang secara langsung mempengaruhi jumlah

barang dan jasa yang diimpor atau diekspor oleh suatu negara. Kebijakan

perdagangan ada dalam berbagai bentuk, salah satu bentuk kebijakan yang umum

adalah tariff, pajak pada barang impor. Jenis lainnya adalah kuota impor, batasan

jumlah barang tertentu yang dapat diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam

negeri.

Kebijakan-kebijakan perdagangan lazim diberlakukan di seluruh dunia

meskipun terkadang bentuknya tersembunyi. Sebagai contoh pemerintah

terkadang menekan eksportir asing untuk mengurangi jumlah barang yang dapat

mereka jual di negaranya. Hal ini disebut dengan “pembatasan ekspor secara sukarela”. Namun kebijakan ini tidak begitu sukarela dan intinya merupakan salah satu bentuk kuota impor.

Dalam konteks yang lebih umum kebijakan pertanian merupakan kebijakan

sektoral yang bertujuan untuk memengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi di

sektor pertanian. Berdasarkan bentuk intervensi ekonominya, kebijakan pertanian

(40)

25

harga input dan output usaha tani, (2) intervensi pada kelembagaan pertanian

termasuk didalamnya pemasaran komoditi pertanian, distribusi input atau

teknologi dan intervensi dalam inovasi teknologi dan penyebarannya kepada

petani. Ketiganya biasanya disebut sebagai kebijakan harga (price policy),

kebijakan kelembagaan (institutional policies) dan kebijakan yang terkait dengan

teknologi (technological policies) (Haryanto, 209 :158).

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan tema menganalisis faktor yang mempengaruhi volume

ekspor cukup banyak diteliti. Dalam penelitian ini terdapat enam (6) penelitian

terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan

mentode analisis dan variabel-variabel yang dipilih.

Adapun penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel.3 yaitu sebagai berikut :

Tabel 3. Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian dan

Peneliti Jenis Karya Metode Analisis Hasil Penelitian 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Beberapa

Buah-Buahan Penting

Indonesia (Novansi, IPB 2006) Skrip si Persamaan Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu : 1. Volume ekspor periode sebelumnya 2. Harga domestik 3. Volume ekspor ke negara lain

(41)

26

Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Dari Indonesia ke Amerika Serikat (Studi pada volume Ekspor Kopi Periode Tahun 2010 – 2012)

(Edo, Musadieq dan Dahlan, Universitas Brawijaya 2014) Regresi Linear Berganda signifikan antara produksi kopi domestik, harga kopi Internasional

terhadap Volume

Ekspor Kopi dari Indonesia ke Amerika Serikat. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar terhadap Volume Ekspor Kopi dari Indonesia ke Amerika Serikat dari hasil pengujian hipotesis secara parsial (Uji T). 3 Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi

Ekspor Manggis

Indonesia. ( Muhammad Arief Budiman dan

Andera Verena, Universitas Padjadjaran, 2014) Jurnal Persamaan Regresi Berganda

Variabel yang paling

berperan dalam

perkembangan ekspor manggis Indonesia adalah variabel jumlah

produksi manggis

Indonesia, sedangkan variabel nilai tukar rupiah berpengaruh tidak secara sigmifikan terhadap perkembangan ekspor manggis.

4 Analisis Pengaruh

Investasi, Inflasi, Kurs

Jurnal Persamaan Regresi

Investasi, inflasi, kurs dollar Amerika Serikat

(42)

27

Dollar Amerika Serikat dan Suku Bunga Kredit

Terhadap Ekspor

Indonesia tahun 1992-2012. (I Gede Yoga dan

I Wayan Wita,

Universitas Udayana, 2015)

Linear Berganda

dan Suku bunga kredit

secara serempak berpengaruh signifikan terhadap ekspor Indonesia tahun 1992-2012. 5 Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Ke Malaysia. (Ilma Yuni Rosita, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016) Skrip si Persamaan Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor biji Kakao Indonesia ke Malaysia yang telah

dianalisis dalam

penelitian ini adalah produksi biji kakao Indonesia, volume impor biji kakao Malaysia, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, harga riil ekspor biji Kakao Indonesia ke Malaysia, harga riil pasar Internasional biji kakao, dan dummy tarif ekspor biji kakao Indonesia ke Malaysia. 6 Analisis Hambatan Non

Tarif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Produk

Skrip si Analisi Regresi Data Panel

Kebijakan Non tariif yang sering digunakan oleh pemerintah Uni Eropa terhadap produk

(43)

28

Tuna Indonesia di Pasar

Uni Eropa. (Eka

Rachmawati Dewi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018) dengan pendekata n Gravity model

tuna selama periode 2009 – 2015 adalah kebijakan Sanitary and Phitosanitary tentang keamanan pangan dan

kesehatan hewan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor tuna ke pasar Uni Eropa yaitu PDB per kapita negara tujuan, jarak ekonomi, harga ekspor tuna Indonesia, kurs riil Rupiah terhadap

Dollar Amerika,

populasi negara tujuan tuna Indonesia dan NTMs, dengan faktor

yang berpengaruh

signifikan adalah PDB per kapita negara tujuan, jarak ekonomi, harga ekspor tuna Indonesia, populasi negara tujuan dan kurs riil terhadap dollar

Dari beberapa penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang penulis

kerjakan terdapat beberapa perbedaan dan persamaan. Pada penelitian pertama,

yaitu penelitian Novansi, persamaan terdapat pada metode analisisnya yaitu

(44)

29

berganda dan penggunaan komoditas manggis menjadi salah satu komoditas yang

diteliti serta beberapa variabel bebas yang diteliti yaitu harga domestik manggis,

namun perbedaan penelitian Novansi dengan penelitian ini yaitu pada obyek

penelitian, dimana objek penelitian Novansi dirincikan beberapa komoditas buah

unggul nasional dan negara tujuannya, sementara penelitian ini khusus kepada

komoditas manggis dan tidak membatasi pada negara tujuan ekspornya.

Penelitian kedua, Edo Musadieq dan Dahlan merupakan penelitan yang

memiliki persamaan dengan penelitian ini pada metode analisis yaitu metode

analisis regresi linear berganda dan beberapa variabel yang digunakan memiliki

persamaan dengan variabel yang digunakan pada penelitian ini, diantaranya

variabel produksi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat.

Sementara itu, perbedaan penelitian yang dilakukan Edo dan Dahlan dengan

penelitian ini adalah ada pada komoditas yang diteliti, Edo dan Dahlan meneliti

tentang komoditas Kopi dengan negara tujuan Amerika Serikat.

Penelitan ketiga, Muhammad Arief Budiman dan Andera Verena memiliki

persamaan pada komoditas yang diteliti, metode analisis dan variabel yang

digunakan, namun yang menjadi pembeda antara penelitian Muhammad dan

Andera dengan penelitian ini adalah tahun penelitian dan banyaknya variabel yang

digunakan. Penelitian Muhammad dan Andera hanya meneliti dengan rentang

waktu 1998–2012 dan hanya menggunakan dua variabel bebas yaitu jumlah

produksi dan nilai tukar rupiah. Sementara pada penelitian ini menggunakan

rentang waktu dari 2002–2017 dengan menggunakan lima variabel bebas yaitu

(45)

30

Rupiah terhadap Dollar US dan kebijakan PP No. 55 tahun 2002 tentang

pengenaan bea keluar barang ekspor.

Penelitian ke empat merupakan penelitian yang dilakukan oleh I Gede

Yoga dan I Wayan Wita yang memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu

pada penggunaan analisis regresi linear berganda sebagai metode analisisnya dan

memiliki satu variabel bebas yang sama digunakan pada penelitian ini yaitu Kurs

Dollar Amerika Serikat (nilai tukar). Perbedaan penelitian Yoga dan Wita dengan

penelitian ini yaitu pada obyek yang diteliti, rentang waktu dan variabel-variabel

bebas yang digunakan kecuali kurs Dollar Amerika Serikat.

Penelitian ke lima merupakan penelitian Ilma Yuni Rosita yang mempunyai

persamaan dengan penelitian ini yaitu metode analisis data yaitu menggunakan

persamaan regresi linear berganda dan beberapa variabel bebas yang sama dengan

penelitian ini. Perbedaan penelitian Ilma adalah pada komoditas yang diteliti pada

penelitian Ilma komoditas yang diteliti adalah kopi sedangkan penelitian ini

komoditas yang diteliti adalah manggis.

Terakhir merupakan penelitian Eka Rachmawati Dewi yang memiliki

persamaan dengan peneltian ini pada variabel produksi dan penggunaan variabel

dummy dalam penelitiannya. Sementara itu, perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Eka ada pada metode analisis yang digunakan, yaitu pada penelitian

(46)

31 2.10 Kerangka Pemikiran

Manggis menjadi salah satu buah unggulan dan merupakan salah satu

komoditas ekspor Indonesia. Volume ekspor yang berfluktuasi meningkat

menandakan bahwa buah ini memiliki kontribusi pada devisa Indoensia, namun

dalam beberpa tahun terakhir volume ekspor manggis mengalami penurunan yaitu

pada tahun 2016 dan tahun 2017, hal ini berkaitan dengan penghentian impor

manggis oleh China yang merupakan salah satu negara pengekspor terbesar

manggis Indonesia terhadap manggis Indonesia karena kurang memenuhi standar

impor negara China. Penurunan volume ekspor manggis Indonesia diduga akan

mempengaruhi devisa Indonesia, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi volume ekspor manggis sehingga dapat diketahui

faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor manggis

Indonesia.

Kegiatan ekspor manggis Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

mendukung berdasarkan teori faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor oleh

Mankiw dkk (2012 : 184) dan penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini

faktor-faktor yang diduga mempengaruhi volume ekspor manggis Indonesia yaitu

harga domestik manggis Indonesia, Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Ameika

Serikat, Produksi manggis Indonesia dan dummy kebijakan bea keluar barang

ekspor ( PP no 55 tahun 2008). Faktor-faktor tersebut kemudian menjadi variabel

indenden (bebas) dan volume ekspor Indonesia menjadi variabel dependen

(terikat). Selanjutnya variabel independen dan variabel dependen tersebut akan

(47)

32

berganda, dan akan diolah menggunakan program SPSS 23. Hasil dari pengujian

alat analisis tersebut akan diperoleh faktor-faktor yang berpengaruh positif atau

negatif terhadap volume ekspor manggis dan faktor-faktor yang berpengaruh

(48)

33

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Ket : Hubungan

Alat Analisis

Pada tahun 2002-2017 volume ekspor manggis berfluktuatif

Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor Yang Diduga mempengaruhi Ekspor :

1. Harga Domestik Manggis 2. Kurs Mata Uang

3. Produksi Manggis Nasional 4. Kebijakan Pemerintah

 Uji Asumsi Klasik

 Uji Signifikansi (Uji t, Uji F, Koefisien Determinasi R2 ) Manggis salah satu buah unggulan

ekspor Indonesia

Pengaruh harga domestik manggis, kurs, produksi manggis nasional dan

kebijakan pemerintah terhadap volume ekspor manggis

(49)

34 2.11 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan beserta kerangka pemikiran dalam

penelitian ini maka diajukan beberapa dugaan sementara atau hipotesis. Beberapa

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Harga domestik manggis Indonesia diduga berpengaruh negatif terhadap

volume ekspor manggis Indonesia.

2. Kurs mata uang diduga memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspo,

artinya jika nilai Rupiah naik (Dollar menguat) maka akan menaikan

volume ekspor manggis Indonesia.

3. Produksi Manggis Indonesia diduga berpengaruh positif terhadap volume

ekspor manggis.

4. Kebijakan PP No.55 tahun 2008 tentang pengenaan bea keluar terhadap

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan

data yang dibutuhkan dan tempat atau instansi terkait. Website yang digunakan

sebagai tempat pengambilan data untuk penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Badan Pusat Statistik Indonesia, Kementerian Perdagangan Indonesia,

Kementrian Pertanian, United Nations Conference on Trade and Development

(UNCTAD), Kementrian Hukum dan HAM (KemenKumHam) dan Direktorat

Jendral Tanaman Hortikultura. Sedangkan tempat pengambilan beberapa data

terkait adalah Pasar Induk Cibitung. Penelitian ini dilakukan dari April-Juli 2018.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif deskriptif dengan

data yang digunakan merupakan data deret waktu atau time series periode

2017. Data yang dibutuhkan meliputi data volume ekspor manggis tahun

2002-2017, data harga domestik, produksi manggis Indonesia, nilai tukar dan kebijakan

pemerintah sebagai dummy variable. Data diolah dengan menggunakan SPSS 23

dan Microsoft Excel 2016.

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dengan bentuk data time

series. Menurut Nazir (2009 : 174) dalam Rahmatunnisa (2018 : 31) bahwa data

sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan bersifat siap

(51)

36

dapat diolah lebih lanjut. Data-data dalam penelitian ini, diperoleh dari beberapa

instansi terkait yang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jenis dan Sumber Data

No Data Sekunder Penelitian Sumber Data

1 Volume Ekspor manggis Indonesia (Kg)

Badan Pusat Statistik (BPS) dengan mengakses www.bps.go.id (2018)

2 Harga domestik manggis (Rp/Kg)

Pasar Induk Cibitung, Bekasi (2018)

3 Produksi manggis (Kg) Badan Pusat Statistika (BPS) dengan mengakses www.bps.go.id (2018) dan Departemen Pertanian dalam Setyo (2008 : 4)

4 Kurs mata uang rupiah terhadap dollar (Rp/US $)

UNCTAD dengan mengakses

http://unctadstat.unctad.org (2018)

5 Kebijakan Pemerintah terkait Perdagangan Internasional (PP No. 55 tahun 2008) mengenai pengenaan bea keluar terhadap barang ekspor.

KemenKumHAM dengan mengakses

www.ditjenpp.kemenkumham.go.id (2018)

3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang diperoleh diolah menggunakan alat analisis kuantitatif yaitu menggunakan regresi linear berganda. Data-data yang dibutuhkan untuk analisis

(52)

37

produksi manggis Indonesia, kurs mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika,

harga domestik manggis, harga ekspor manggis, dan nilai ekspor manggis

Metode pengolahan data terhadap data-data yang diperoleh secara rinci dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Data volume ekspor manggis Indonesia dengan satuan Kg diolah dengan

menggunakan Microsoft Excell 2016 data volume yang awalnya perbulan di

jumlahkan menjadi total data volume ekspor per tahun dari tahun 2002-2017.

2. Data kurs mata uang rupiah terhadap dollar pada tahun 2002-2017, data

diperoleh dengan mengakses website UNCTAD, kemudian data ditabulasikan

dengan bantuan Microsoft Excell 2016.

3. Data harga domestik manggis pada tahun 2002– 2017. Data yang diperoleh

dari Pasar Induk Cibitung Bekasi ini dalam satuan Rp/Kg, data berupa laporan

harga ditiap periode penjualan yang berisikan beberapa periode dalam satu

tahun, dirata-rata menjadi harga rata-rata pertahun, pengolahan data dibantu

Microsoft Excell 2016.

4. Produksi manggis nasional dengan satuan ton yang kemudian di konversikan

menjadi satuan Kg pada tahun 2002-2017. Data produksi manggis nasional

produksi tiap provinsi pada rentang waktu tahun 2002–2017 ditotalkan

menjadi data produksi per tahun dengan bantuan Microsoft Excell 2016.

5. Kebijakan pemerintah yang tertulis dalam PP nomor 55 tahun 2008 tentang

Pengenaan Bea Keluar Terhadap Barang Ekspor diubah menjadi variabel

(53)

38

a. Angka 1 menunjukkan data setelah berlakunya kebijakan cara

pembayaran barang dan cara penyerahan barang dalam kegiatan

ekspor.

b. Angka 0 menunjukkan data belum diberlakukan kebijakan cara

pembayaran barang dan cara penyerahan barang dalam kegiatan

ekspor.

3.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis linear

berganda, yaitu hubungan antara depeden variabel dengan lebih dari satu

independen variabel (Supriyadi, 2014 : 66). Pada penelitian ini variabel dependen

adalah volume ekspor manggis, sedangkan untuk variabel independen diantaranya

nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika, produksi manggis nasional, harga

domestik dan kebijakan pemerintah PP No. 55 tahun 2008 sebagai variabel

dummy.

Bentuk persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini yaitu :

Yvol= b0 – b1 HD + b2 K + b3 Pro – b4 d + e

Keterangan :

Yvol = Volume Ekspor Manggis Indonesia (Kg)

b0 = Kontanta

b1, b2, b3, b4 = koefisien

(54)

39

K = Kurs (Rp/US $)

Pro = Produksi Manggis Indonesia (Kg)

d = Dummy Kebijakan Pengenaan Bea Keluar Barang

Ekspor

e = error

Dengan hipotesis, bahwa b1, b4 berpengaruh negatif dan b2, b3 berpengaruh positif.

Model estimasi yang digunakan dalam persamaan regresi berganda ini yaitu OLS (Ordinary Least Square), dalam Novansi (2006 : 27) menyatakan bahwa model OLS didasarkan pada beberapa asumsi-asumsi yaitu :

1. Nilai rata-rata penganggu sama dengan nol, yaitu E (ei ) = 0, untuk I = 1, 2, 3,…,n.

2. Varian (ei ) = E (ei ) = alpha kuadrat, sama untuk penganggu (asumsi homoskedastisitas).

3. Tidak ada autokorelasi antara penganggu berarti kovarian ( ei , e f ) = 0, i ≠ j.

4. Variabel bebas X1, X2, X3, …, Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap penganggu, E (Xi, ei ) = 0.

5. Tidak ada multikolinearitas yang sempurna diantara variabel bebas X. 6. Ei = N (0; alpha kuadrat), artinya penganggu mengikuti distribusi normal

dengan rata-rata nol dan varian alpha kuadrat.

Sarwono (2013 : 11), mengemukakan bahwa syarat-syarat penggunaan

analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

a. Data harus metrik (kuantitatif/numerik), sebaikanya berskala interval.

b. Variabel bebas terdiri atas lebih dari dua variabel.

(55)

40

d. Hubungan antarvariabel bersifat linear, artinya semua variabel bebas

memengaruhi variabel tergantung. Pengertian ini secara teknis disebut

bersifat rekursif. Maksudnya, pengaruh bersifat searah, yaitu dari

variabel-variabel bebas (variabel-variabel X) ke variabel-variabel tergantung (variabel-variabel Y) dan tidak

boleh sebaliknya, atau tidak boleh ada pengaruh secara timbal balik

(reciprocal) antara variabel bebas dan tergantung.

e. Tidak boleh terjadi multikolonearitas. Artinya, sesama variabel bebas tidak

boleh berkorelasi terlalu tinggi, misalnya 0,9 atau terlalu rendah, misalnya

0,01.

f. Tidak boleh terjadi autokorelasi. Autokorelasi akan terjadi jika angka

Durbin dan Watson < 1 atau >3 dengan skala 1-4.

g. Jika ingin menguji keselarasan model (goodness of fit), gunakan simpangan

baku kesalahan. Untuk kriterianya digunakan dengan melihat angka

standard error of estimate (SSE) yang dibandingkan dengan nilai

simpangan baku (standard deviation). Jika angka SSE < simpangan baku,

model dianggap selaras.

h. Kelayakan model regresi diukur dengan menggunakan nilai signifikansi.

Model regresi layak dan dapat digunakan jika angka signifikansi lebih

kecil dari 0,05 (dengan presisi 5%) atau 0,01 (dengan presisi 1%).

i. Model regresi dinyatakan layak jika angka signifikansi pada ANOVA <

0,05.

j. Koefisien regresi harus sigifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T.

(56)

41

k. Keselarasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai r2.

Semakin besar nilai tersebut, semakin baik modelnya. Jika nilai mendekati

1 model regresi semakin baik. Nilai r2 mempunyai karakteristik, yaitu

selalu positif dan nilai r2 maksimal sebesar 1. Nilai r2 sebesar 1 akan

mempunyai arti kesesuain yang sempurna. Maksudnya, seluruh variasi

dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya, jika r2

sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linear antara X dan Y.

l. Data harus berdistribusi normal.

Ghozali (2011 : 85) dalam Pebriani (2016 : 50) mengatakan bahwa

untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel independen terhadap

variabel dependen baik secara parsial maupun simultan, maka digunakan

regresi liniear berganda (Multiple Regresstion) dan alpha yang digunakan

adalah 5%. Sebelum dilakukan pengujian dengan regresi berganda

variabel-variabel penelitian diuji dengan asumsi klasik atau biasa dikenal

dengan uji BLUE (Best Liniear Unbiased Estimate), yaitu data

terdistribusi normal (uji normalitas) tidak terjadi heteroskedastisitas dan

tidak terjadi multikolinieritas serta tidak terjadi autokolerasi.

a. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi merupakan uji yang mengambarkan korelasi antara error i dengan error j untuk i tak sama j. Pengujian Autokorelasi salah

satunya dapat dilakukan dengan menghitung nilai DW (Uji Durbin

(57)

42

penganalisis dengan aplikasi SPSS. Uji Autokorelasi juga dapat dilakukan

dengan metode Brisch-Godfrey atau LM (Lagrange Multiplier) test.

Pada pengujian autokorelasi menggunakan durbin watson,

pengambilan keputusan dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 5. Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson

Jika nilai dw Keputusan

0 < dw < dL Ada autokorelasi positif

dL ≤ dw ≤ dU Daerah ragu-ragu

dU < dw < 4-dU Tidak autokorelasi

4-dU ≤ dw ≤ 4-dL Daerah ragu-ragu

4-dL < dw < 4 Ada autokorelasi negatif Sumber : Widarjono (2009 : 146 ) dalam Pebriani (54 : 2017)

Selain menggunakan tabel di atas, salah satu pengujian autokorelasi

dengan menghitung nilai dW yang mendekati 2, nilai dW mendekati 2

menyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi (Supriyadi, 2014:72).

b. Uji Heteroskedastisitas

Laili (2014 : 17) menyebutkan bahwa heteroskedastisitas terjadi jika semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau

berubah-ubah. Ghozali (2006 : 125) dalam Pebriani (2017 : 53),

menyatakan bahwa model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastistas. Untuk mengetahui

Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Korelasi Rank Spearman,

uji Glejer, melihat scatterplot dan Uji Park pada sofware SPSS. Menurut

Gambar

Gambar 2. Manggis yang akan diekspor.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Tabel 4. Jenis dan Sumber Data
Tabel 5. Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kombinasi suhu dan lama thawing yang baik adalah yang mengakibatkan sedikit kerusakan sel sperma, sehingga tetap memiliki kemampuan membuahi sel telur yang tinggi

Siswa secara berkelompok mengisi tabel nama dan jumlah tanaman yang ada di kebun sekolah yang telah diamati.. Siswa secara berkelompok menguraikan isi dari tabel

Penelitian mengenai konservatisme akuntansi dan good corporate governance sebagai variabel moderasi telah sering dilakukan dalam penelitian terdahulu.Penelitian

Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan kelas A Nonreguler Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta atas segala dukungan yang telah diberikan.. Kedua

pembangunan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).. analisis tersebut dipadukan dengan analisis

Tujuan penelitian adalah menganalisis kinerja router pada jaringan komputer WAN pada PT.PLN dimana fungsi router disini untuk menggabungkan jaringan komputer LAN yang berbeda

Metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan mengevaluasi pembelian kualitas bokar adalah SAW (Simple Additive Weighting).Metode ini sering juga dikenal istilah

Namun hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Adie (2010) yang menyatakan bahwa pembiayaan murabahah tidak berpengaruh terhadap rasio likuiditas bank