ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR MANGGIS
INDONESIA
Nur Azizah 11140920000035
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VOLUME EKSPOR MANGGIS INDONESIA
Nur Azizah NIM : 11140920000035
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
v DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur Azizah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 11 Mei 1996 Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Yapak Lo Rt/Rw 025/011, Troketon, Pedan,
Klaten, Jawa Tengah.
No. Hp : 085779879058 E-mail : hahanur6@gmail.com PENDIDIKAN FORMAL 2002 - 2008 : SDN 2 Troketon 2008 - 2011 : SMP Negeri 1 Pedan 2011 - 2014 : MA N Klaten
2014- sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2014 - 2016 : Anggota Komda FST / LDK FST
2015 - 2016 : HMJ Agribisnis Anggota Divisi Kerohanian
2016 - 2017 : LDK Syahid Jakarta
PENGALAMAN KERJA
2017 : Badan Pengawas dan Sertifikasi Benih Jawa
Tengah
vi RINGKASAN
Nur Azizah, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Manggis Indonesia. Di bawah Bimbingan Siti Rochaeni dan Armaeni Dwi Humaerah.
Buah Manggis merupakan salah satu buah unggulan ekspor Indonesia dan merupakan komoditas ekspor hortikultura nomor dua setelah nanas. Manggis diekspor ke berbagai negara, tercatat bahwa Indonesia telah mengeskspor manggis ke 29 negara di dunia (Kementan, 2017) dan lima besar negara tujuan ekspor manggis Indonesia yaitu Chinna, Hongkong, Uni Emirat Arab, Singapur dan Saudi Arabia.
Volume ekspor manggis Indonesia mengalami fluktuasi, kondisi tersebut tentu harus disikapi dengan bijak. Untuk itu perlu diteliti untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor manggis. Pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor oleh para ahli cukup banyak, maka diambil beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor untuk diteliti kesesuaiannya terhadap volume ekspor manggis. Faktor-faktor tersebut adalah harga domestik manggis, kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, Produksi manggis dan kebijakan pemerintah.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda OLS (Ordinary
Least Square) dengan data time series dalam rentang waktu pada tahun 2002
sampai 2017. Variabel bebasnya yaitu harga domestik manggis, kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, produksi manggis dan kebijakan pemerintah dan variabel terikat volume ekspor manggis Indonesia. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu mengetahui seberapa besar variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikatnya dan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dan simultan.
Hasil penelitian memperoleh nilai adj R-square sebesar 0,662, yang artinya bahwa volume ekspor manggis Indonesia mampu dijelaskan oleh variabel bebasnya diantaranya variabel harga domestik manggis, kurs, produksi manggis dan kebijakan pemerintah sebesar 66,2% sedangkan 33,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diikut sertakan pada model persamaan. Secara uji simultan (uji F), semua variabel bebas bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat, pada pengujian parsial (uji t) variabel bebas yang berpengaruh signifikan pada volume ekspor manggis sebagai variabel terikatnya adalah harga domestik manggis, kurs dan produksi manggis.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat
dan kehendak-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Manggis Indonesia”. Shalawat serta salam, penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang telah mendahului kita, semoga
kelak kita termasuk orang-orang yang dapat dibersamakan dengan beliau.
Penyelesaian penulisan skripsi ini pun, dibantu oleh berbagai pihak, baik
berupa dukungan moril maupun materil kepada penulis. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada :
1. Kedua orang tua penulis, bapak Agung Prihutomo dan ibu Sri Mulyani
atas doa, kerja kerasnya, sabarnya dan segenap kasih sayang yang
diberikan kepada penulis, serta penyemangat penulis nomor pertama
dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Kepada kakek dan nenek penulis yang mendukung penulis, beserta
adik-adik penulis, Anisah Sri Utami, Muhammad Taufik Ismail dan Hemalia
Putri Prasetyowati atas dukungannya, semangat dan kecerian kepada
viii
3. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dan tenaganya membimbing penulis dengan sabar sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini.
4. Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si selaku dosen pembimbing II yang juga
telah meluangkan waktu dan tenaganya membimbing penulis dengan sabar
sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
5. Dr. Iwan Aminudin, M.Si selaku penguji I yang memberikan saran dan
masukan dalam skripsi ini.
6. Ir. Junaidi, M.Si. selaku penguji II yang memberikan saran dan masukan
dalam skripsi ini.
7. Dr Edmon Daris, MS selaku Ketua Prodi Agribisnis, beserta jajarannya.
8. Bapak/ibu dosen Prodi Agiribisnis yang telah membagi ilmunya dan
memberi pengarahan kepada penulis.
9. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang
telah bersedia memberikan waktunya.
10. Teman-teman Agribisnis angkatan 2014, terimakasih atas kerjasamanya,
semangatnya dan kebersamaan selama ini, semoga dilacarkan setiap
urusan kita. Dan keluarga besar Agribisnis UIN Jakarta angkatan 2012,
2013, 2015, 2016, dan 2017 yang juga memberi dukungan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi.
11. Sahabat terbaik penulis yang menemani dan memberi dukungan serta
semangat kepada penulis, baik sahabat 5P, sahabat surga, mujahidah,
ix
12. LDK Syahid Jakarta, khususnya untuk Forkat An Naml dan Keluarga
LDK FST yang telah membantu dan menyemangati penulis
13. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi
ini, meskipun tidak disebutkan nama-namanya oleh penulis. Penulis
ucapkan terimakasih semoga segenap bantuannya dibalas oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun dari seluruh pembaca. Semoga skripsi ini dapat
berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, 2018
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 8 1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Manggis ... 10 2.2 Teori Permintaan ... 13 2.3 Teori Penawaran ... 17 2.4 Ekspor ... 18 2.5 Harga ... 21 2.6 Kurs ... 22 2.7 Produksi ... 23
xi
2.8 Kebijakan Perdagangan ... 24
2.9 Penelitian Terdahulu ... 25
2.10 Kerangka Pemikiran ... 31
2.11 Hipotesis ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Penelitian ... 35
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 35
3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 36
3.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 38
3.3.2 Uji Signifikansi ... 45
3.4 Definisi Operasional ... 47
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Perkembangan Produksi Komoditas Manggis ... 49
4.2 Perkembangan Volume Ekspor Manggis ... 51
4.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia ... 53
4.4 Perkembangan Harga Domestik Manggis Indonesia ... 54
4.5 Perkembangan Kurs Mata Uang ... 55
4.6 Kebijakan Pemerintah PP No. 55 Tahun 2008 ... 56
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Validasi Data Hasil Penelitian ... 60
5.1.1 Hasil Uji Normalitas ... 60
5.1.2 Hasil Uji Autokorelasi ... 61
xii
5.1.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 62
5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Manggis
Indonesia ... 62
5.2.1 Pengaruh Harga Domestik Manggis Indonesia Terhadap
Volume Ekspor Manggis Indonesia ... 66 5.2.2 Pengaruh Kurs Terhadap Volume Ekspor Manggis
Indonesia ... 67 5.2.3 Pengaruh Produksi Manggis Indonesia Terhadap Volume
Ekspor Manggis Indonesia ... 68 5.2.4 Pengaruh Kebijakan Bea Keluar Terhadap Volume Ekspor
Manggis Indonesia ... 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 71
6.2 Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Volume Ekspor Buah Unggulan Indonesia Tahun 2012-2016 ... 5
2. Volume Ekspor Buah Manggis Indonesia Tahun 2002-2017 ... 6
3. Penelitian Terdahulu ... 25
4. Jenis dan Sumber Data ... 36
5. Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson ... 42
6. Analisis Persamaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Manggis Indonesia ... 63
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kontribusi PDB Atas Harga Konstan Tanaman Hortikultura
Tahun 2010 - 2017 ... 2
2. Manggis Yang Akan Diekspor ... 12
3. Kerangka Pemikiran ... 33
4. Total Produksi Manggis Indonesia Per Provinsi Tahun 2002 - 2017 ... 49
5. Total Produksi Manggis Indonesia Tahun 2002 – 2017 ... 50
6. Negara Tujuan Ekspor Manggis Indonesia Tahun 2002-2017 ... 51
7. Volume Ekspor Manggis Indonesia Tahun 2002 - 2017 ... 52
8. Kontribusi Hortikultura pada PDB Tahun Dasar 2010 ... 54
9. Harga Domestik Manggis pada Tahun 2002 – 2017 ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Ekspor Manggis Beserta Negara Tujuannya Tahun 2002 - 2017 ... 77
2. Tabulasi Data Penelitian ... 80
3. Tabel F ... 81
4. Tabel t... 82
5. Tabel Uji Durbin Watson ... 83
6. Scatterplot ... 84
7. Hasil Uji Multikolinearitas ... 85
8. Hasil Uji Normalitas (Q-Q Plot) ... 86
9. Hasil Uji Normalitas ( Histogram) ... 87
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran pertanian dalam perekonomian nasional secara empiris terbukti cukup
nyata dalam kondisi perekonomian yang normal maupun pada saat perekonomian
menghadapi krisis. Hal ini dapat dilihat dari dua indikator penting, yaitu
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia dan
penyerapan tenaga kerja (Haryanto, dkk, 2009 : 10).
Menurut Sumodiningrat (2000) dalam Haryanto, dkk (2009 :11), di samping
dua indikator di atas, peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional dapat
dilihat dari indikator-indikator, antara lain sebagai berikut :
a. Pertanian merupakan penghasil makanan pokok penduduk, dimana peran
ini tidak dapat digantikan secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya,
kecuali impor pangan menjadi pilihan.
b. Komoditas pertanian merupakan penentu stabilitas harga karena harga
produk-produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga
konsumen, sehingga dinamikanya sangat dipengaruhi inflasi.
c. Akselerasi pembangunan pertanian sangat penting untuk mendorong
ekspor dan mengurangi impor.
d. Komoditas pertanian merupakan bahan baku industri manufaktur
pertanian.
e. Keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lainnya dapat menciptakan titik
2
, Komoditas Hortikultura merupakan komoditas yang cukup potensial
dikembangkan secara agribisnis, karena memiliki nilai ekonomis dan nilai tambah
yang cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya (Pusat Data
Kementan, 2010 : 1)
Gambar.1 Kontribusi PDB atas harga konstan tanaman hortikultura tahun 2010-2017
Sumber : BPS diolah PUSDATIN Kementan
Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui bahwa kontribusi PDB atas harga
konstan tanaman hortikultura dengan tahun dasar 2010 memiliki tren naik. Tahun
2010 kontribusi PDB hortikultura merupakan kontribusi terendah pada tujuh tahun
terakhir, yaitu sebanyak Rp. 110.395,3 Milyar Rupiah hal ini diduga karena tahun
2010 digunakan sebagai tahun dasar untuk perhitungan PDB, kemudian pada
tahun-tahun berikutnya mengalami laju yang berfluktuasi namun cenderung naik,
tercatat bahwa besaran kontribusi PDB tanaman hortikultura tujuh tahun terakhir 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016* 2017** P DB Ho rtk ul tu ra at as ha rg a ko ns tan
(Mi
ly
ar
R
u
iah
)
PDB3
yaitu tahun 2010 Rp. 110.395,3 Milyar Rupiah, tahun 2011 sebesar Rp. 120.079,3
Milyar Rupiah, tahun 2012 sebesar Rp. 117.424,5 Milyar Rupiah, tahun 2013
sebesar Rp. 118.207,7 Milyar Rupiah, pada tahun 2014 sebesar Rp. 124.300,9
Milyar Rupiah, tahun 2015 sebesar Rp. 127.110 Milyar Rupiah, tahun 2016
sebesar Rp. 130.832,3 Milyar Rupiah dan tahun 2017 sebesar Rp. 134.820,8
Milyar Rupiah.
Laju pertumbuhan PDB pada kelompok hortikultura menunjukkan laju
pertumbuhan yang fluktuatif, pada kelompok sayur-sayuran tahun 2011 laju
pertumbuhan PDB menurun sebesar 45,39% dan kembali meningkat pada tahun
2012 sampai dengan 2014 dengan masing-masing besarnya 6,62%, 3,86% dan
6,34%. Sementara itu untuk laju pertumbuhan PDB kelompok buah-buahan
meningkat pada tahun 2014 sebesar 3,52% (Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian, 2015 : 38).
Salah satu kelompok hortikultura yang berkontribusi pada PDB dan
mempunyai peluang ekspor yaitu kelompok buah-buahan. Jika dibandingkan
dengan komoditas hortikultura lainnya, tercatat bahwa pada tahun 2014 kelompok
komoditas hortikultura sayuran berkontribusi terhadap PDB sebesar 6.87%, dan
buah-buahan lebih besar kontribusinya sebesar 7,78% (Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian, 2015 : 32).
Buah-buahan di Indonesia dibagi pula menjadi tiga kelompok besar, yaitu
pertama buah unggul nasional yang terdiri dari mangga, manggis, nanas, pepaya,
pisang dan salak. Buah unggul nasional biasanya juga merupakan buah-buahan
4
konsumsi masyarakat, yang terdiri dari alpukat, anggur, apel, belimbing, duku,
durian, jambu, jeruk, kelengkeng, markisa, melon, rambutan, sawo dan semangka.
Ketiga, buah-buahan langka seperti, bisbol, buni, delima, cempedak, cermai,
kawista, kersen, kesemek, dan srikaya. Akan tetapi, pada perdagangan luar negeri,
hanya beberapa buah saja yang dikenal oleh masyarakat luar, yaitu mangga,
manggis, pisang, pepaya, jeruk dan nanas. Sedangkan jenis buah lain kurang
dikenal atau hanya dikenal sebagai buah asing seperti blimbing, duku, blewah,
durian, langsat, nangka, salak, sawo dan sirsak. Selain itu, terdapat buah yang
dikategorikan ke dalam buah langka (Gardjito dan Saifudin, 2011 : 15).
Garcinia mangostana atau lebih sering disebut dengan tanaman manggis,
merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang buahnya merupakan buah
unggulan karena telah memasuki pasar ekspor. Buah manggis terkenal sebagai
buah eksotis Indonesia dan mendapat julukan internasional sebagai “queen of
tropical fruits”, sebab buah manggis mempunyai tiga kombinasi rasa, yaitu rasa
nanas, aprikot dan jeruk. Selain itu, buah manggis juga terkenal dengan tekstur
daging buah yang halus dan kulit buahnya yang berwarna ungu kehitaman dan
daging buahnya yang berwarna putih menambah pesona manggis sebagai queen of
tropical fruits.
Badan Pusat Statistika dalam Statistik Pertanian (2017 :312) mencatat bahwa,
buah manggis Indonesia menjadi buah ekspor terbesar kedua setelah Nanas (Tabel
1), hal tersebut menunjukkan bahwa buah manggis memiliki potensi ekspor yang
5
Tabel 1. Volume Ekspor Buah-Buahan Unggulan Indonesia Tahun 2012-2016
No Nama Buah Tahun Pertumbuhan (Growth 2016 over 2015) dalam (%) 2012 2013 2014 2015 2016 1 Nanas 183.072 174.096 192.948 193.948 138.400 -28,64 2. Manggis 20.169 7.648 10.082 38.177 34.955 -8,44 3. Mangga 1.515 1.089 1.149 1.243 473 -61,92 4. Pisang 1.489 5.680 26.264 22.308 19.024 -14,72 5. Jeruk 1.384 1.558 1.796 3.225 2.793 -13,39
Sumber : BPS, diolah oleh Pusdatin (Statistika Pertanian, 2017)
Menjadi buah dengan volume ekspor terbesar kedua, tak menjadikan volume
ekspor manggis konsisiten naik, bahkan dari tahun 2002 – 2017 volume ekspor
manggis mengalami fluktuatif. Meskipun berfluktuasi namun pada tahun 2002 –
2017 volume ekspor manggis memiliki laju pertumbuhan (growth) positif dengan
6
Tabel 2. Volume Ekspor Buah Manggis Indonesia Tahun 2002-2017 (Kg)
Tahun Volume ekspor (Kg) Rata-rata tingkat
pertumbuhan (%) 2002 6.512.423 2 2003 9.304.511 2004 3.045.379 2005 8.471.508 2006 5.697.879 2007 9.093.245 2008 9.465.665 2009 9.987.999 2010 11.387.696 2011 12.603.043 2012 20.168.660 2013 7.647.853 2014 10.081.787 2015 38.177.338 2016 34.955.207,7 2017 9.167.299 Sumber : BPS, diolah (BPS, 2018)
Namun pada kenyataannya, menurut data BPS volume buah manggis dari
tahun 2002 – 2017 mengalami fluktuasi dan mengalami penurunan pada dua
tahun terakhir (Tabel.2), penurunan tersebut diduga dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Mankiw, dkk (2012 : 185), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi volume ekspor, diantaranya selera konsumen, harga barang di
dalam dan di luar negeri, kurs, pendapatan konsumen dalam dan luar negeri, biaya
angkut barang dan kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.
Berdasarkan teori yang dikemukakan Mankiw,dkk (2012 : 185) tersebut, maka
penelitian ini menggunakan beberapa faktor di atas untuk digunakan sebagai
variabel pada penelitian ini, faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu, harga
domestik manggis, kurs mata uang, produksi manggis dan kebijakan pemerintah
7 1.2 Perumusan Masalah
Manggis merupakan buah lokal yang memiliki potensi ekonomi dalam
perdagangan luar negeri yaitu ekspor, tercatat bahwa volume ekspor manggis
cenderung meningkat pada beberapa tahun kebanyakan, namun pada waktu tahun
tertentu volume ekspor buah manggis mengalami fluktuatif ( Tabel.1) dan pada
tahun 2015-2016 mengalami pertumbuhan ekspor yang bernilai negatif. Oleh
karena itu, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa besar faktor-faktor yang terdiri dari, harga domestik manggis,
kurs, produksi manggis Indonesia dan kebijakan pemerintah (PP no. 55
tahun 2008) tentang pengenaan bea keluar barang ekspor mampu
menjelaskan variabel volume ekspor manggis Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh variabel bebas yang terdiri dari harga domestik
manggis, kurs, produksi manggis Indonesia dan kebijakan pemerintah
(PP no. 55 tahun 2008 ) baik secara keseluruhan maupun secara parsial
8 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui seberapa besar faktor harga domestik manggis, kurs ,
produksi manggis Indonesia dan kebijakan pemerintah (PP no. 55 tahun
2008) mampu menjelaskan variabel volume ekspor manggis Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh variabel bebas yang terdiri harga domestik
manggis, kurs, produksi manggis Indonesia dan kebijakan pemerintah (PP
no. 55 tahun 2008) terhadap variabel terikat yaitu volume ekspor manggis
Indonesia baik secara keseluruhan maupun parsial.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut,
yaitu:
1. Bagi Penulis
Sebagai syarat untuk memperoleh kelulusan pada program studi
Agribisnis dan dapat menambah wawasan dalam pengaplikasian
ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama berada di bangku perkuliahan
2. Bagi Pembaca
Sebagai penambah wawasan dan bahan rujukan bagi penelitian
9
3. Bagi Para Pengambil Kebijakan
Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam
melakukan perencanan kegiatan ekspor manggis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor
manggis Indonesia memiliki batasan ruang lingkup penelitian, diantaranya yaitu,
komoditas manggis yang digunakan berdasarkan kode HS diantaranya
0804-5030-0, 0804-5030-00 dan 0804-5030804-5030-0, kemudian penelitian ini memiliki batasan
variabel independent (variabel bebas) berjumlah empat yaitu, produksi manggis
nasional, harga domestik manggis, kurs dan kebijakan pemerintah (PP no. 55
tahun 2008) terkait penganaan bea keluar terhadap barang ekspor dan data yang
digunakan adalah data time series dengan rentang waktu dari tahun 2002 hingga
tahun 2017 (16 tahun) serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis kuantitatif deskriptif dengan regresi linear berganda yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditas Manggis
Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L adalah salah satu buah
unggulan di Indonesia. Buah yang mendapat julukan sebagai queen of tropical
fruits ini, memiliki keistimewaan yang dikenal oleh konsumennya khususnya oleh
konsumen luar negeri. Selain karena rasanya yang unik yaitu campuran dari tiga
rasa yang berbeda dan warna buahnya yang menarik, banyak manfaat buah
manggis yang membuat masyarakat tertarik mengkonsumsinya, baik untuk
kesehatan, kosmetik hingga budaya.
Tanaman manggis berasal dari Semenanjung Malaysia. Budidaya manggis
hanya terbatas pada Asia Tenggara, mulai dari Indonesia, Papua Nugini hingga
pulau Mindano (Filiphina), Malaysia, Burma, Thailand, Vietnam dan Kamboja.
Namun perkembangan terakhir tanaman ini semakin meluas ke Srilangka, India,
Amerika Tengah, Brazil dan Australia (Ashari, 2006 : 342).
Tanaman Manggis tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia. Buah
manggis yang diekspor sebagian besar berasal dari kebun rakyat, lahan
pekarangan, maupun tanaman campuran. Buah manggis yang diekspor umumnya
berasal dari Kabupaten Tapanuli Selatan, Lima Puluh Kota, Padang Pariaman,
Bogor, Tasikmalaya, Sukabumi dan Purwakarta. (Budiman dan Verena, 2014 :
45).
Buah Manggis berbentuk bulat, ketika muda berwana hijau, saat panen hijau
11
ungu. Daging berbentuk juring atau segmen dengan jumlah 5-8 segmen tiap
buahnya. Jumlah segmen dapat dilihat melalui celah kepala putik di kulit luar
buah (pangkal buah). Setiap segmen mempunyai bakal biji meski tidak semua
bakal akan menjadi biji (Satuhu, 1999 dalam Murdijati dkk, 2015 : 21).
Tanari dan Dolfie (2014:1) menyebutkan mengenai manfaat buah eksotis ini,
yaitu buah manggis mengandung xanthon sebagai antioksidan yang kuat,
dibutuhkan dalam tubuh sebagai penyeimbang prooksidant (reducing radical,
carboncentered, sinar UV). Karakteristik buah manggis yang menarik serta
manfaat buah yang cukup banyak membuat manggis mempunyai peluang
menguntungkan, baik di pasar domestik maupun di pasar Internasional.
Buah manggis tidak hanya dimanfaatkan daging buahnya saja tetapi juga
kulit buahnya yang memiliki manfaat yang cukup besar. Daging kulit buah
manggis (pericarp) mengandung senyawa biologis aktif yang diidetifikasi sebagai
xanthone, yang memiliki sifat menyembuhkan berbagai penyakit. Kemampuannya
sebagai antioksidan dihitung 100 kali lebih kuat daripada vitamin A, C dan E.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah ini mengandung komponen anti
inflamatory yang potensial, inhibitor cox-2 dan sejumlah vitamin, mineral serta
anti-oksidan yang dapat mencegah pembekuan darah, menurunkan kadar
kolesterol darah dan membantu fungsi jantung. (Setyo, 2009 : 11).
Buah manggis sebagai buah eksotik dari daerah tropika akhir-akhir ini sudah
mendapat perhatian yang cukup tinggi di pasar Internasional dan dianggap sebagai
komoditas mewah di luar daerah asalnya, karena nilai ekonominya yang tinggi
12
buah manggis Indonesia diekspor ke Hongkong, Taiwan, Singapura, Thailand,
Tiongkok, Jepang, Eropa, Timur Tengah dan Amerika. Sebagai komoditas buah
ekspor, kualitas buah menjadi faktor yang sangat penting. Kriteria persyaratan
manggis untuk ekspor adalah tidak burik, segar, warna sepal hijau segar, jumlah
sepal lengkap (dengan toleransi hilang maksimal satu), kulit buah berwarna hijau
keunguan sampai merah keunguan, tangkai buah berwarna hijau segar dan kulit
buah mulus dan tidak terdapat cacat (Firdaus, 2011 : 1). Berikut ini adalah gambar
manggis yang akan dilakukan ekspor :
Gambar 2. Manggis yang akan diekspor.
Sinaga dan Supratiwi, www.antaranews.com (2018) Buah manggis yang diperdagangkan di pasar Internasional sebagian besar
berasal dari hutan manggis atau kebun campuran yang telah berusia puluhan
tahun/warisan nenek moyang (Syah, 2016 : 45). Pembudidayaan manggis secara
13
tanaman manggis yang lama, sehingga untuk berbuah membutuhkan waktu sekitar
10-15 tahun. Hal tersebut, menjadi alasan para investor enggan untuk
membudidayakan manggis karena semakin lama waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan buah, maka akan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan modal yang telah digunakan.
2.2 Teori Permintaan
Lukman (2007 : 18) menyatakan bahwa permintaan (demand) terhadap suatu
barang dan jasa dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan antara sejumlah
barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk membeli di pasar atau jasa
yang diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada tingkat harga dan
waktu tertentu.
Permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor (Laili dan Prityadi, 2013:
14), diantaranya sebagai berikut :
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang
tersebut
c. Pendapatan rumah tangga dan masyarakat
d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
e. Cita rasa masyarakat
f. Ramalan keadaan di masa mendatang.
Permintaan dapat mengalami kenaikan dan penurunan, hal tersebut
14
1) Permintaan dikatakan naik, jika dalam keadaan :
a. Orang/ masyarakat bersedia membeli jumlah yang lebih
banyak, sekalipun harga barang itu tetap.
b. Orang/ masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang tetap,
sekalipun harga barang tersebut sudah naik.
2) Permintaan dikatakan turun, jika dalam keadaan :
a. Orang/ masyarakat bersedia membeli jumlah yang lebih sedikit,
sekalipun harga barang tersebut tidak berubah/ tetap
b. Orang/ masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang tetap
sama, sekalipun harga barang itu turun.
Sementara itu menurut Masyhuri (2007 : 77) dalam Rahmatunnisa (2018 : 11),
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ada sembilan, diantaranya
sebagai berikut :
1. Harga barang itu sendiri
Jika harga barang murah, maka permintaan terhadap barang tersebut
semakin bertambah, begitu sebaliknya. Asumsi faktor-faktor lainnya
dianggap konstan (ceteris paribus). Jadi hubungan jumlah barang yang
diminta dengan harga barang adalah negatif (berlawanan arah).
2. Harga barang lain, barang subsitusi dan barang komplementer
Barang subsitusi adalah barang pengganti seperti beras disubsitusikan
dengan jagung, daging ayam disubsitusikan dengan daging kambing dan
sebagainya. Jika terjadi kenaikan harga beras maka akan menyebabkan
15
merupakan barang subsitusi yang baik terhadap beras dengan asumsi harga
jagung relatif tetap. Sedangkan barang komplementer adalah barang
pelengkap seperti kopi dan gula, garpu dan sendok, bensin dan mobil. Jika
harga gula naik maka permintaan terhadap gula turun dan permintaan
terhadap kopi juga turun karena gula merupakan barang komplemeter kopi.
Oleh karenanya hubungan jumlah barang yang diminta dan harga barang
lain ada dua; (i) jika barang subsitusi hubungannya adalah positif, dan (ii)
jika barang komplementer hubungannya adalah negatif.
3. Tingkat pendapatan konsumen
Tingkat pendapatan mencerminkan kemampuan beli (daya beli) konsumen.
Makin tinggi pendapatan konsumen semakin besar permintaan terhadap
suatu barang karena daya belinya meningkat. Karena jenis barang dalam
kaitannya dengan pendapatan ini ada dua, yaitu barang normal dan barang
inferior maka bentuk hubungan jumah barang yang diminta dengan
pendapatan juga ada dua, yaitu pertama, hubungan positif (searah) jika
barang normal dan kedua hubungan negatif (berlainan arah) jika barang
inferior (barang yang diminta semakin berkurang apabila pendapatan dari
konsumen semakin naik).
4. Selera konsumen
Selera atau kebiasaan akan mempengaruhi terhadap permintaan barang.
Seperti selera atau kebiasaan mengkonsumsi beras, jagung, sagu dan
sebagainya. Ukuran yang biasa dipakai dalam skala ordinal, misalnya 5;
16
suka). Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan selera adalah
searah (positif).
5. Jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk akan semakin besar permintaan suatu barang
atau jasa. Penduduk disini dimaksudkan adalah konsumen potensial dalam
mengkonsumsi barang. Hubungan variabel jumlah barang yang diminta
dengan konsumen potensial adalah positif.
6. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan
Usaha dalam meningkatkan penjualan seperti adanya promosi dengan iklan akan
mendorong untuk menambah jumlah barang yang diminta oleh konsumen.
Rangsangan (insetif) berupa hadiah juga mendorong konsumen untuk
meminta barang atua jasa tersebut. Demikian juga iklan akan memberikan
dampak yang positif terhadap jumlah barang yang diminta sehingga
hubungan antara variabel jumlah barang yang diminta dengan iklan, hadiah
atau antribut adalah berbentuk positif.
7. Distribusi pendapatan
Ada sebagian kelompok masyarakat yang ‘menguasai’ perekonomian yang
menjadikan mereka mempunyai daya beli lebih besar dibandingkan
kebanyakan kelompok masyarakat umum, sehingga daya beli mereka lemah
dan berpengaruh pada permintaan suatu barang atau dapat dikatakan bahwa
dengan harapan (expectaction) konsumen pada pendapatannya yang akan
17
mempunyai hubungan suatu harapan yang lebih baik, jadi hubungan antar
variabel tersebut adalah positif.
8. Perkiraan
Perkiraan disini adalah harapan konsumen pada harga dimasa yang akan
datang pada suatu barang. Jika perkiraan harga barang di masa yang akan
datang naik, maka ada kecenderungan saat ini permintaan terhadap barang
tersebut akan naik. Jadi berhubungan secara positif.
9. Harapan
Harapan konsumen disini yaitu harapan pada ketersediaan barang atau jasa
yang akan datang. Ketersediaan barang dimasa yang akan datang dengan
jumlah barang yang diminta adalah negatif. Artinya jika ketersediaan barang
dimasa yang akan datang banyak maka permintaan barang akan turun.
Sebaliknya jika ketersediaannya sedikit, maka permintaan terhadap barang
akan naik. Kenyataan ini terjadi karena pada diri konsumen ada faktor ke
khawatiran terhadap ketersediaan tersebut.
2.3 Teori Penawaran
Penawaran (supply) dari suatu barang didefinisikan sebagai sejumlah barang
yang akan ditawarkan oleh penjual atau produsen di pasar pada berbagai tingkat
harga pada waktu dan keadaan tertenu (Lukman, 2007 : 24). Penawaran dapat
didefinisikan sebagai jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen
pada berbagai tingkat harga. Hukum penawaran menyatakan bahwa “semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan
18
ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya makin rendah harga sesuatu barang
semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan”(Sukirno, 2010 :86). Penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor (Laili dan Pristyadi, 2013:22) ,
diantaranya yaitu :
a) Jumlah pedagang.
b) Harga faktor produksi.
c) Harga barang alternatif.
d) Harapan para pedagang (produsen) terhadap harga barang-barang
mendatang.
e) Perubahan teknologi.
2.4 Ekspor
Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri untuk di jual di luar negeri (Mankiw, 2012: 185). Kegiatan ekspor
termasuk ke dalam kegiatan pedagangan internasional yang melibatkan dua
negara atau lebih. Perkembangan ekspor suatu komoditas dipengaruhi oleh
beberapa faktor, menurut Mankiw (2012:185) berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi:
a) Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan
luar negeri.
b) Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri.
c) Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan
19
d) Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negeri.
e) Ongkos angkutan barang antarnegara.
f) Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.
Darmansyah (1986) dalam Soekartawi (2003 : 122) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor yang dirinci sebagai
berikut:
a. Harga Internasional
Makin besar selisih antar harga di pasar Intersional dengan domestik
akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor akan menjadi
bertambah banyak. Naik turunnya harga tersebut disebabkan oleh :
i. Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan
tingginya inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga di
pasaran domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi
tersebut jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin
menurun.
ii. Harga di pasaran internasional semakin meningkat dimana harga
internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan
permintaan impor dunia. Suatu komoditas di pasaran dunia
meningkat sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik
tersebut stabil, maka selisih harga internasional dan harga domestik
semakin besar. Akibat dari kedua hal di atas akan mendorong ekspor
20
b. Nilai Tukar Uang (Exchange Rate)
Menurut Branson (1979) dalam Soekartawi (2003 : 122) makna
kebijakan nilai tukar uang adalah dimaksudkan untuk memperbaiki neraca
pembayaran defisit melalui peningkatan ekspor. Efek dari kebijakan nilai
tukar uang adalah berkaitan dengan kebijakan devaluasi (yaitu penurunan
mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri) terhadap ekspor–impor
suatu negara. Ekspor–impor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain elastisitas harga untuk ekspor, elastisitas harga untuk impor dan
daya saing komoditas tersebut di pasaran internasional. Apabila elastisitas
harga untuk ekspor lebih tinggi daripada elastisitas harga untuk impor maka
devaluasi cenderung menguntungkan dan sebaliknya jika elastisitas harga
untuk impor lebih tinggi daripada harga untuk ekspor maka kebijakan
devaluasi tidak menguntungkan.
c. Kuota Ekspor-Impor
Adanya kuota ekspor bagi negara produsen komoditi tertentu maka
ekspor komoditi tersebut akan mengalami hambatan terutama bagi
negara-negara penghasil komoditi yang jumlahnya relatif sedikit. Oleh karena pada
saat harga di pasaran internasional tinggi misalnya sebagai akibat kerusakan
komoditi tersebut, maka negara-negara penghasil komoditi yang relatif
sedikit tersebut tidak bisa memanfaatkan keadaan.
d. Kebijakan Tarif dan Nontarif
Kebijakan tarif biasanya dikenakan untuk komoditi impor atau komoditi
21
negeri pada tingkatan tertentu sehingga dengan harga tersebut dapat atau
mampu mendorong pengembangan komoditi tersebut. Disamping kebijakan
tarif dikenakan kebijakan nontarif. Maksudnya untuk mendorong tujuan
diversifikasi tujuan ekspor.
2.5 Harga
Soviandre, dkk (2014 : 3) harga barang merupakan aspek pokok dalam
pembahasan teori ekonomi dan pembentukan harga dari suatu barang terjadi di
pasar melalui suatu mekanisme. Terdapat dua hal pokok dalam mekanisme ini,
yaitu penawaran dan permintaan dari barang tersebut. Apabila kuantitas barang
yang diminta melebihi kuantitas barang yang ditawarkan maka harga akan naik.
Sebaliknya apabila kuantitas barang yang ditawarkan lebih banyak dari pada
kuantitas barang yang diminta, maka harga cenderung turun.
Sedangkan menurut Budiono (2001:87) dalam Soviandre, dkk (2014 : 3)
tingginya harga merupakan ciri atas kelangkaan dari barang tersebut. Ketika
sampai pada tingkat harga tertinggi, konsumen akan cenderung menggantikan
barang tersebut dengan barang alternatif yang relatif lebih murah dan mempunyai
kesamaan guna. Lipsey (1995:125) dalam Soviandre, dkk ( 2014 : 3), harga dan
kuantitas penawaran suatu komoditi mempunyai hubungan secara positif. Apabila
semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah yang ditawarkan oleh penjual
semakin banyak. Harga adalah jumlah nilai yang ditukar konsumen atas perolehan
22
sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa (Kotler, 2001 : 438
dalam Soviandre, dkk, 2014 : 3).
2.6 Kurs
Kurs atau nilai tukar (exchange rate) merupakan jumlah uang domestik
yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Nilai Kurs valuta
asing akan berbeda dengan nilai mata uang suatu negara. Misalnya nilai antara
Dollar Amerika dan Rupiah, Dollar Amerika dan Yen Jepang. Disamping itu nilai
kurs valuta asing dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran dalam
valuta asing dan juga dapat ditentukan oleh Pemerintah (Murni, 2006 : 244).
Soviandre, dkk (2014 : 3) menyatakan bahwa valuta asing atau kurs adalah
tingkat harga yang telah disepakati oleh kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan. Menurut Mankiw,dkk (2006:128) kurs biasa disebut sebagai valuta
asing ataupun nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
Nilai tukar berkaitan dengan nilai mata uang yang akan digunakan dalam
perdagangan Internasional.Terdapat dua jenis nilai tukar, yaitu :
1) Nilai Tukar Nominal
Menurut Mankiw, dkk (2012:193) nilai tukar nominal (nominal
exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar
mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Pada nilai tukar
23
nilai tukar nominal mengalami apresiasi dan nilai tukar nominal
mengalami depresiasi.
2) Nilai Tukar Riil
Menurut Mankiw, dkk (2012:194), nilai tukar riil (exchange rate)
adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan
jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain. Nilai
tukar riil ini mengukur harga barang dan jasa yang tersedia di dalam
negeri terkait dengan barang dan jasa yang tersedia di negara lain.
Kaitannya nilai tukar nominal dan nilai tukar riil adalah bahwa nilai
tukar riil bergantung pada nilai tukar nominal dan pada harga barang di
dua negara yang diukur dalam mata uang lokasi.
2.7 Produksi
Assauri (2014 : 126) dalam Soviandre, dkk (2014 : 3) menyatakan bahwa produksi merupakan kegiatan dalam menciptakan dan menambah nilai kegunaan
suatu barang atau jasa. Kegiatan yang membutuhkan faktor-faktor produksi dalam
ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja dan skill. Tingginya produksi juga
berpengaruh pada tingginya penawaran. Sedangkan menurut Lukman (2007 : 13),
mengemukakan bahwa produksi kegiatan/proses untuk menghasilkan barang dan
jasa.
Penawaran suatu komoditi dipengaruhi oleh beberapa jumlah barang yang
dihasilkan oleh produsen/penjual. Produksi domestik akan menyuplai persediaan
24
(Soviandre dkk, 2014:3). Banyaknya barang yang diproduksi berpengaruh pula
pada persediaan yang ada, sehingga semakin banyak barang atau komoditas
diproduksi maka akan menaikkan persediaan, sehingga persediaan yang berlebih
dapat digunakan untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri atau ekspor.
2.8 Kebijakan Perdagangan
Menurut Mankiw, dkk (2012:219) kebijakan perdagangan (trade policy)
merupakan kebijakan pemerintah yang secara langsung mempengaruhi jumlah
barang dan jasa yang diimpor atau diekspor oleh suatu negara. Kebijakan
perdagangan ada dalam berbagai bentuk, salah satu bentuk kebijakan yang umum
adalah tariff, pajak pada barang impor. Jenis lainnya adalah kuota impor, batasan
jumlah barang tertentu yang dapat diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam
negeri.
Kebijakan-kebijakan perdagangan lazim diberlakukan di seluruh dunia
meskipun terkadang bentuknya tersembunyi. Sebagai contoh pemerintah
terkadang menekan eksportir asing untuk mengurangi jumlah barang yang dapat
mereka jual di negaranya. Hal ini disebut dengan “pembatasan ekspor secara sukarela”. Namun kebijakan ini tidak begitu sukarela dan intinya merupakan salah satu bentuk kuota impor.
Dalam konteks yang lebih umum kebijakan pertanian merupakan kebijakan
sektoral yang bertujuan untuk memengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi di
sektor pertanian. Berdasarkan bentuk intervensi ekonominya, kebijakan pertanian
25
harga input dan output usaha tani, (2) intervensi pada kelembagaan pertanian
termasuk didalamnya pemasaran komoditi pertanian, distribusi input atau
teknologi dan intervensi dalam inovasi teknologi dan penyebarannya kepada
petani. Ketiganya biasanya disebut sebagai kebijakan harga (price policy),
kebijakan kelembagaan (institutional policies) dan kebijakan yang terkait dengan
teknologi (technological policies) (Haryanto, 209 :158).
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan tema menganalisis faktor yang mempengaruhi volume
ekspor cukup banyak diteliti. Dalam penelitian ini terdapat enam (6) penelitian
terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan
mentode analisis dan variabel-variabel yang dipilih.
Adapun penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel.3 yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian dan
Peneliti Jenis Karya Metode Analisis Hasil Penelitian 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Beberapa
Buah-Buahan Penting
Indonesia (Novansi, IPB 2006) Skrip si Persamaan Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu : 1. Volume ekspor periode sebelumnya 2. Harga domestik 3. Volume ekspor ke negara lain
26
Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Dari Indonesia ke Amerika Serikat (Studi pada volume Ekspor Kopi Periode Tahun 2010 – 2012)
(Edo, Musadieq dan Dahlan, Universitas Brawijaya 2014) Regresi Linear Berganda signifikan antara produksi kopi domestik, harga kopi Internasional
terhadap Volume
Ekspor Kopi dari Indonesia ke Amerika Serikat. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar terhadap Volume Ekspor Kopi dari Indonesia ke Amerika Serikat dari hasil pengujian hipotesis secara parsial (Uji T). 3 Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Ekspor Manggis
Indonesia. ( Muhammad Arief Budiman dan
Andera Verena, Universitas Padjadjaran, 2014) Jurnal Persamaan Regresi Berganda
Variabel yang paling
berperan dalam
perkembangan ekspor manggis Indonesia adalah variabel jumlah
produksi manggis
Indonesia, sedangkan variabel nilai tukar rupiah berpengaruh tidak secara sigmifikan terhadap perkembangan ekspor manggis.
4 Analisis Pengaruh
Investasi, Inflasi, Kurs
Jurnal Persamaan Regresi
Investasi, inflasi, kurs dollar Amerika Serikat
27
Dollar Amerika Serikat dan Suku Bunga Kredit
Terhadap Ekspor
Indonesia tahun 1992-2012. (I Gede Yoga dan
I Wayan Wita,
Universitas Udayana, 2015)
Linear Berganda
dan Suku bunga kredit
secara serempak berpengaruh signifikan terhadap ekspor Indonesia tahun 1992-2012. 5 Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Ke Malaysia. (Ilma Yuni Rosita, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016) Skrip si Persamaan Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor biji Kakao Indonesia ke Malaysia yang telah
dianalisis dalam
penelitian ini adalah produksi biji kakao Indonesia, volume impor biji kakao Malaysia, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, harga riil ekspor biji Kakao Indonesia ke Malaysia, harga riil pasar Internasional biji kakao, dan dummy tarif ekspor biji kakao Indonesia ke Malaysia. 6 Analisis Hambatan Non
Tarif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Produk
Skrip si Analisi Regresi Data Panel
Kebijakan Non tariif yang sering digunakan oleh pemerintah Uni Eropa terhadap produk
28
Tuna Indonesia di Pasar
Uni Eropa. (Eka
Rachmawati Dewi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018) dengan pendekata n Gravity model
tuna selama periode 2009 – 2015 adalah kebijakan Sanitary and Phitosanitary tentang keamanan pangan dan
kesehatan hewan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor tuna ke pasar Uni Eropa yaitu PDB per kapita negara tujuan, jarak ekonomi, harga ekspor tuna Indonesia, kurs riil Rupiah terhadap
Dollar Amerika,
populasi negara tujuan tuna Indonesia dan NTMs, dengan faktor
yang berpengaruh
signifikan adalah PDB per kapita negara tujuan, jarak ekonomi, harga ekspor tuna Indonesia, populasi negara tujuan dan kurs riil terhadap dollar
Dari beberapa penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang penulis
kerjakan terdapat beberapa perbedaan dan persamaan. Pada penelitian pertama,
yaitu penelitian Novansi, persamaan terdapat pada metode analisisnya yaitu
29
berganda dan penggunaan komoditas manggis menjadi salah satu komoditas yang
diteliti serta beberapa variabel bebas yang diteliti yaitu harga domestik manggis,
namun perbedaan penelitian Novansi dengan penelitian ini yaitu pada obyek
penelitian, dimana objek penelitian Novansi dirincikan beberapa komoditas buah
unggul nasional dan negara tujuannya, sementara penelitian ini khusus kepada
komoditas manggis dan tidak membatasi pada negara tujuan ekspornya.
Penelitian kedua, Edo Musadieq dan Dahlan merupakan penelitan yang
memiliki persamaan dengan penelitian ini pada metode analisis yaitu metode
analisis regresi linear berganda dan beberapa variabel yang digunakan memiliki
persamaan dengan variabel yang digunakan pada penelitian ini, diantaranya
variabel produksi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat.
Sementara itu, perbedaan penelitian yang dilakukan Edo dan Dahlan dengan
penelitian ini adalah ada pada komoditas yang diteliti, Edo dan Dahlan meneliti
tentang komoditas Kopi dengan negara tujuan Amerika Serikat.
Penelitan ketiga, Muhammad Arief Budiman dan Andera Verena memiliki
persamaan pada komoditas yang diteliti, metode analisis dan variabel yang
digunakan, namun yang menjadi pembeda antara penelitian Muhammad dan
Andera dengan penelitian ini adalah tahun penelitian dan banyaknya variabel yang
digunakan. Penelitian Muhammad dan Andera hanya meneliti dengan rentang
waktu 1998–2012 dan hanya menggunakan dua variabel bebas yaitu jumlah
produksi dan nilai tukar rupiah. Sementara pada penelitian ini menggunakan
rentang waktu dari 2002–2017 dengan menggunakan lima variabel bebas yaitu
30
Rupiah terhadap Dollar US dan kebijakan PP No. 55 tahun 2002 tentang
pengenaan bea keluar barang ekspor.
Penelitian ke empat merupakan penelitian yang dilakukan oleh I Gede
Yoga dan I Wayan Wita yang memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu
pada penggunaan analisis regresi linear berganda sebagai metode analisisnya dan
memiliki satu variabel bebas yang sama digunakan pada penelitian ini yaitu Kurs
Dollar Amerika Serikat (nilai tukar). Perbedaan penelitian Yoga dan Wita dengan
penelitian ini yaitu pada obyek yang diteliti, rentang waktu dan variabel-variabel
bebas yang digunakan kecuali kurs Dollar Amerika Serikat.
Penelitian ke lima merupakan penelitian Ilma Yuni Rosita yang mempunyai
persamaan dengan penelitian ini yaitu metode analisis data yaitu menggunakan
persamaan regresi linear berganda dan beberapa variabel bebas yang sama dengan
penelitian ini. Perbedaan penelitian Ilma adalah pada komoditas yang diteliti pada
penelitian Ilma komoditas yang diteliti adalah kopi sedangkan penelitian ini
komoditas yang diteliti adalah manggis.
Terakhir merupakan penelitian Eka Rachmawati Dewi yang memiliki
persamaan dengan peneltian ini pada variabel produksi dan penggunaan variabel
dummy dalam penelitiannya. Sementara itu, perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Eka ada pada metode analisis yang digunakan, yaitu pada penelitian
31 2.10 Kerangka Pemikiran
Manggis menjadi salah satu buah unggulan dan merupakan salah satu
komoditas ekspor Indonesia. Volume ekspor yang berfluktuasi meningkat
menandakan bahwa buah ini memiliki kontribusi pada devisa Indoensia, namun
dalam beberpa tahun terakhir volume ekspor manggis mengalami penurunan yaitu
pada tahun 2016 dan tahun 2017, hal ini berkaitan dengan penghentian impor
manggis oleh China yang merupakan salah satu negara pengekspor terbesar
manggis Indonesia terhadap manggis Indonesia karena kurang memenuhi standar
impor negara China. Penurunan volume ekspor manggis Indonesia diduga akan
mempengaruhi devisa Indonesia, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi volume ekspor manggis sehingga dapat diketahui
faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor manggis
Indonesia.
Kegiatan ekspor manggis Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
mendukung berdasarkan teori faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor oleh
Mankiw dkk (2012 : 184) dan penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini
faktor-faktor yang diduga mempengaruhi volume ekspor manggis Indonesia yaitu
harga domestik manggis Indonesia, Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Ameika
Serikat, Produksi manggis Indonesia dan dummy kebijakan bea keluar barang
ekspor ( PP no 55 tahun 2008). Faktor-faktor tersebut kemudian menjadi variabel
indenden (bebas) dan volume ekspor Indonesia menjadi variabel dependen
(terikat). Selanjutnya variabel independen dan variabel dependen tersebut akan
32
berganda, dan akan diolah menggunakan program SPSS 23. Hasil dari pengujian
alat analisis tersebut akan diperoleh faktor-faktor yang berpengaruh positif atau
negatif terhadap volume ekspor manggis dan faktor-faktor yang berpengaruh
33
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Ket : Hubungan
Alat Analisis
Pada tahun 2002-2017 volume ekspor manggis berfluktuatif
Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor Yang Diduga mempengaruhi Ekspor :
1. Harga Domestik Manggis 2. Kurs Mata Uang
3. Produksi Manggis Nasional 4. Kebijakan Pemerintah
Uji Asumsi Klasik
Uji Signifikansi (Uji t, Uji F, Koefisien Determinasi R2 ) Manggis salah satu buah unggulan
ekspor Indonesia
Pengaruh harga domestik manggis, kurs, produksi manggis nasional dan
kebijakan pemerintah terhadap volume ekspor manggis
34 2.11 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan beserta kerangka pemikiran dalam
penelitian ini maka diajukan beberapa dugaan sementara atau hipotesis. Beberapa
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Harga domestik manggis Indonesia diduga berpengaruh negatif terhadap
volume ekspor manggis Indonesia.
2. Kurs mata uang diduga memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspo,
artinya jika nilai Rupiah naik (Dollar menguat) maka akan menaikan
volume ekspor manggis Indonesia.
3. Produksi Manggis Indonesia diduga berpengaruh positif terhadap volume
ekspor manggis.
4. Kebijakan PP No.55 tahun 2008 tentang pengenaan bea keluar terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengakses website yang berkaitan dengan
data yang dibutuhkan dan tempat atau instansi terkait. Website yang digunakan
sebagai tempat pengambilan data untuk penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Badan Pusat Statistik Indonesia, Kementerian Perdagangan Indonesia,
Kementrian Pertanian, United Nations Conference on Trade and Development
(UNCTAD), Kementrian Hukum dan HAM (KemenKumHam) dan Direktorat
Jendral Tanaman Hortikultura. Sedangkan tempat pengambilan beberapa data
terkait adalah Pasar Induk Cibitung. Penelitian ini dilakukan dari April-Juli 2018.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif deskriptif dengan
data yang digunakan merupakan data deret waktu atau time series periode
2017. Data yang dibutuhkan meliputi data volume ekspor manggis tahun
2002-2017, data harga domestik, produksi manggis Indonesia, nilai tukar dan kebijakan
pemerintah sebagai dummy variable. Data diolah dengan menggunakan SPSS 23
dan Microsoft Excel 2016.
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dengan bentuk data time
series. Menurut Nazir (2009 : 174) dalam Rahmatunnisa (2018 : 31) bahwa data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan bersifat siap
36
dapat diolah lebih lanjut. Data-data dalam penelitian ini, diperoleh dari beberapa
instansi terkait yang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Jenis dan Sumber Data
No Data Sekunder Penelitian Sumber Data
1 Volume Ekspor manggis Indonesia (Kg)
Badan Pusat Statistik (BPS) dengan mengakses www.bps.go.id (2018)
2 Harga domestik manggis (Rp/Kg)
Pasar Induk Cibitung, Bekasi (2018)
3 Produksi manggis (Kg) Badan Pusat Statistika (BPS) dengan mengakses www.bps.go.id (2018) dan Departemen Pertanian dalam Setyo (2008 : 4)
4 Kurs mata uang rupiah terhadap dollar (Rp/US $)
UNCTAD dengan mengakses
http://unctadstat.unctad.org (2018)
5 Kebijakan Pemerintah terkait Perdagangan Internasional (PP No. 55 tahun 2008) mengenai pengenaan bea keluar terhadap barang ekspor.
KemenKumHAM dengan mengakses
www.ditjenpp.kemenkumham.go.id (2018)
3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang diperoleh diolah menggunakan alat analisis kuantitatif yaitu menggunakan regresi linear berganda. Data-data yang dibutuhkan untuk analisis
37
produksi manggis Indonesia, kurs mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika,
harga domestik manggis, harga ekspor manggis, dan nilai ekspor manggis
Metode pengolahan data terhadap data-data yang diperoleh secara rinci dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Data volume ekspor manggis Indonesia dengan satuan Kg diolah dengan
menggunakan Microsoft Excell 2016 data volume yang awalnya perbulan di
jumlahkan menjadi total data volume ekspor per tahun dari tahun 2002-2017.
2. Data kurs mata uang rupiah terhadap dollar pada tahun 2002-2017, data
diperoleh dengan mengakses website UNCTAD, kemudian data ditabulasikan
dengan bantuan Microsoft Excell 2016.
3. Data harga domestik manggis pada tahun 2002– 2017. Data yang diperoleh
dari Pasar Induk Cibitung Bekasi ini dalam satuan Rp/Kg, data berupa laporan
harga ditiap periode penjualan yang berisikan beberapa periode dalam satu
tahun, dirata-rata menjadi harga rata-rata pertahun, pengolahan data dibantu
Microsoft Excell 2016.
4. Produksi manggis nasional dengan satuan ton yang kemudian di konversikan
menjadi satuan Kg pada tahun 2002-2017. Data produksi manggis nasional
produksi tiap provinsi pada rentang waktu tahun 2002–2017 ditotalkan
menjadi data produksi per tahun dengan bantuan Microsoft Excell 2016.
5. Kebijakan pemerintah yang tertulis dalam PP nomor 55 tahun 2008 tentang
Pengenaan Bea Keluar Terhadap Barang Ekspor diubah menjadi variabel
38
a. Angka 1 menunjukkan data setelah berlakunya kebijakan cara
pembayaran barang dan cara penyerahan barang dalam kegiatan
ekspor.
b. Angka 0 menunjukkan data belum diberlakukan kebijakan cara
pembayaran barang dan cara penyerahan barang dalam kegiatan
ekspor.
3.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis linear
berganda, yaitu hubungan antara depeden variabel dengan lebih dari satu
independen variabel (Supriyadi, 2014 : 66). Pada penelitian ini variabel dependen
adalah volume ekspor manggis, sedangkan untuk variabel independen diantaranya
nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika, produksi manggis nasional, harga
domestik dan kebijakan pemerintah PP No. 55 tahun 2008 sebagai variabel
dummy.
Bentuk persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini yaitu :
Yvol= b0 – b1 HD + b2 K + b3 Pro – b4 d + e
Keterangan :
Yvol = Volume Ekspor Manggis Indonesia (Kg)
b0 = Kontanta
b1, b2, b3, b4 = koefisien
39
K = Kurs (Rp/US $)
Pro = Produksi Manggis Indonesia (Kg)
d = Dummy Kebijakan Pengenaan Bea Keluar Barang
Ekspor
e = error
Dengan hipotesis, bahwa b1, b4 berpengaruh negatif dan b2, b3 berpengaruh positif.
Model estimasi yang digunakan dalam persamaan regresi berganda ini yaitu OLS (Ordinary Least Square), dalam Novansi (2006 : 27) menyatakan bahwa model OLS didasarkan pada beberapa asumsi-asumsi yaitu :
1. Nilai rata-rata penganggu sama dengan nol, yaitu E (ei ) = 0, untuk I = 1, 2, 3,…,n.
2. Varian (ei ) = E (ei ) = alpha kuadrat, sama untuk penganggu (asumsi homoskedastisitas).
3. Tidak ada autokorelasi antara penganggu berarti kovarian ( ei , e f ) = 0, i ≠ j.
4. Variabel bebas X1, X2, X3, …, Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap penganggu, E (Xi, ei ) = 0.
5. Tidak ada multikolinearitas yang sempurna diantara variabel bebas X. 6. Ei = N (0; alpha kuadrat), artinya penganggu mengikuti distribusi normal
dengan rata-rata nol dan varian alpha kuadrat.
Sarwono (2013 : 11), mengemukakan bahwa syarat-syarat penggunaan
analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
a. Data harus metrik (kuantitatif/numerik), sebaikanya berskala interval.
b. Variabel bebas terdiri atas lebih dari dua variabel.
40
d. Hubungan antarvariabel bersifat linear, artinya semua variabel bebas
memengaruhi variabel tergantung. Pengertian ini secara teknis disebut
bersifat rekursif. Maksudnya, pengaruh bersifat searah, yaitu dari
variabel-variabel bebas (variabel-variabel X) ke variabel-variabel tergantung (variabel-variabel Y) dan tidak
boleh sebaliknya, atau tidak boleh ada pengaruh secara timbal balik
(reciprocal) antara variabel bebas dan tergantung.
e. Tidak boleh terjadi multikolonearitas. Artinya, sesama variabel bebas tidak
boleh berkorelasi terlalu tinggi, misalnya 0,9 atau terlalu rendah, misalnya
0,01.
f. Tidak boleh terjadi autokorelasi. Autokorelasi akan terjadi jika angka
Durbin dan Watson < 1 atau >3 dengan skala 1-4.
g. Jika ingin menguji keselarasan model (goodness of fit), gunakan simpangan
baku kesalahan. Untuk kriterianya digunakan dengan melihat angka
standard error of estimate (SSE) yang dibandingkan dengan nilai
simpangan baku (standard deviation). Jika angka SSE < simpangan baku,
model dianggap selaras.
h. Kelayakan model regresi diukur dengan menggunakan nilai signifikansi.
Model regresi layak dan dapat digunakan jika angka signifikansi lebih
kecil dari 0,05 (dengan presisi 5%) atau 0,01 (dengan presisi 1%).
i. Model regresi dinyatakan layak jika angka signifikansi pada ANOVA <
0,05.
j. Koefisien regresi harus sigifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T.
41
k. Keselarasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai r2.
Semakin besar nilai tersebut, semakin baik modelnya. Jika nilai mendekati
1 model regresi semakin baik. Nilai r2 mempunyai karakteristik, yaitu
selalu positif dan nilai r2 maksimal sebesar 1. Nilai r2 sebesar 1 akan
mempunyai arti kesesuain yang sempurna. Maksudnya, seluruh variasi
dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya, jika r2
sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linear antara X dan Y.
l. Data harus berdistribusi normal.
Ghozali (2011 : 85) dalam Pebriani (2016 : 50) mengatakan bahwa
untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel independen terhadap
variabel dependen baik secara parsial maupun simultan, maka digunakan
regresi liniear berganda (Multiple Regresstion) dan alpha yang digunakan
adalah 5%. Sebelum dilakukan pengujian dengan regresi berganda
variabel-variabel penelitian diuji dengan asumsi klasik atau biasa dikenal
dengan uji BLUE (Best Liniear Unbiased Estimate), yaitu data
terdistribusi normal (uji normalitas) tidak terjadi heteroskedastisitas dan
tidak terjadi multikolinieritas serta tidak terjadi autokolerasi.
a. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi merupakan uji yang mengambarkan korelasi antara error i dengan error j untuk i tak sama j. Pengujian Autokorelasi salah
satunya dapat dilakukan dengan menghitung nilai DW (Uji Durbin
42
penganalisis dengan aplikasi SPSS. Uji Autokorelasi juga dapat dilakukan
dengan metode Brisch-Godfrey atau LM (Lagrange Multiplier) test.
Pada pengujian autokorelasi menggunakan durbin watson,
pengambilan keputusan dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 5. Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson
Jika nilai dw Keputusan
0 < dw < dL Ada autokorelasi positif
dL ≤ dw ≤ dU Daerah ragu-ragu
dU < dw < 4-dU Tidak autokorelasi
4-dU ≤ dw ≤ 4-dL Daerah ragu-ragu
4-dL < dw < 4 Ada autokorelasi negatif Sumber : Widarjono (2009 : 146 ) dalam Pebriani (54 : 2017)
Selain menggunakan tabel di atas, salah satu pengujian autokorelasi
dengan menghitung nilai dW yang mendekati 2, nilai dW mendekati 2
menyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi (Supriyadi, 2014:72).
b. Uji Heteroskedastisitas
Laili (2014 : 17) menyebutkan bahwa heteroskedastisitas terjadi jika semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau
berubah-ubah. Ghozali (2006 : 125) dalam Pebriani (2017 : 53),
menyatakan bahwa model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastistas. Untuk mengetahui
Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Korelasi Rank Spearman,
uji Glejer, melihat scatterplot dan Uji Park pada sofware SPSS. Menurut