C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
1. Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis
Keberhasilan pencapaian kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada 16 indikator kemampuan berpikir kritis sudah mencapai target yang sudah ditentukan. Indikator pertama adalah siswa mengerti dan mengetahui masalah. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini belum mencapai target keberhasilan. Dikarenakan pada saat penyampaian masalah di depan, hanya disampaikan menggunakan media power point saja. Tetapi setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II, indikator ini telah mencapai target keberhasilan. Strategi yang digunakan yaitu penyampaian masalah dilakukan dengan praktek langsung atau demonstrasi alat. Keberhasilan dalam indikator ini, dapat dilihat pada makin banyak siswa yang menanggapi guru ketika menyampaikan masalah dan juga ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang lebih ingin tahu dengan mengajukan pertanyaan kepada guru. Pemberian masalah dengan demonstrasi lebih mampu meningkatkan pemahaman siswa daripada dengan ceramah atau menyampaikan informasi yang sudah ada. Seperti pendapat Anas (2014: 30) bahwa dengan metode demonstrasi perhatian siswa lebih terpusat dan pengalaman serta kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa sehingga mampu meningkatkan pemahaman siswa.
Indikator kedua adalah siswa mampu merumuskan hipotesis. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini belum mencapai target keberhasilan. Hal ini dapat disebabkan karena siswa masih bingung dengan masalah yang disampaikan atau juga karena siswa malu mengungkapkan hipotesis kepada
commit to user
guru. Tetapi setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II khususnya pertemuan III, indikator ini telah mencapai target keberhasilan. Pada pertemuan I dan II, walaupun belum mencapai target, tetapi sudah mengalami peningkatan dari pada pembelajaran siklus I. Strategi yang digunakan pada siklus II khususnya pertemuan III yaitu siswa diberikan selambar kertas untuk menuliskan hipotesis mereka. Strategi ini mampu mengatasi siswa yang malu mengungkapkan hipotesis dan juga mampu mengetahui seberapa besar pemahaman siswa mengenai masalah yang disampaikan guru.
Indikator ketiga adalah siswa menyampaikan pendapat dengan disertai alasan. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini belum mencapai target keberhasilan. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu pembentukan kelompok salah, siswa masih belum mengerti masalah, siswa malu atau takut menyampaikan pendapat. Pembentukan kelompok yang salah ini yang menjadi penyebab dasar masalah-masalah lain muncul, seperti rendahnya keaktifan siswa. Pembentukan kelompok ini pada awalnya dibentuk berdasarkan perolehan nilai ulangan siswa. Tetapi pada kenyataannya keaktifan siswa tidak bisa diukur dari nilai ulangan siswa. Keaktifan siswa menjadi dasar yang dibutuhkan dalam proses berpikir kritis. Seperti yang diungkapkan oleh Dewey dalam Yaumi (2012: 67) bahwa berpikir kritis merupakan proses yang aktif, dalam menerima atau memperoleh informasi dari pihak lain yang cenderung menerima begitu saja secara pasif. Pada pembelajaran siklus II, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan. Pembentukan kelompok dengan membagi kelompok dari 6 kelompok menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 4 anggota kelompok (1 siswa aktif, 2 siswa kurang aktif dan 1 siswa pasif) dengan distribusi individu 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan dan diatur secara menyilang. Strategi ini, mampu meningkatkan kerjasama antara siswa.
Indikator keempat adalah siswa memperhatikan penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan. Sedangkan pada pembelajaran siklus II, indikator ini mengalami peningkatan. Berdasarkan wawancara dengan siswa, siswa menganggap bahwa pembelajaran Group Investigation (GI) berbasis
commit to user
learning community, merupakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga mampu meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga perhatian siswa dapat terfokus dalam pembelajaran.
Indikator kelima adalah siswa menyebutkan sumber yang digunakan disertai alasan. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini belum mencapai target keberhasilan. Dikarenakan siswa yang aktif berpendapat hanya beberapa siswa saja, siswa yang lain cenderung pasif. Siswa yang pasif berpendapat bukan berarti siswa tersebut kurang mampu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Berdasarkan pernyataan Warman (2013: 3), siswa tersebut dikategorikan sebagai siswa kurang percaya diri. Hal ini dilakukan karena adanya perasaan-perasaan tertekan dan cemas yang dialami oleh siswa karena takut atau malu jika jawaban mereka salah dan menjadi bahan ejekan orang lain. Menurut Kusumaningsih (2011: 11), siswa pasif kategori lainnya yaitu siswa yang hanya menerima apa yang mereka baca, dengar, catat, dan hafal tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran. Siswa pasif dalam kategori kedua ini, siswa mendapat nilai rendah karena tidak memberikan kontribusi dalam pembelajaran . Tetapi pada pembelajaran siklus II, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan.
Indikator keenam adalah siswa memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk berdiskusi teman sekelompoknya. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini belum mencapai target keberhasilan. Banyak siswa yang belum menyelesaikan pekerjaannya ketika waktu yang ditentukan guru sudah habis karena siswa masih berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum mengerti mengenai masalah yang disampaikan guru. Selain itu juga disebabkan karena pada siklus I, pembelajaran terlalu penuh dengan adanya diskusi tahap kedua yaitu berupa diskusi informasi. sehingga membuat waktu pembelajaran tidak efisien dan mengakibatkan banyak siswa belum menyelesaikan pekerjaannya dan membutuhkan waktu tambahan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi pada pembelajaran siklus II, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan. Dikarenakan pada siklus II ini banyak siswa yang mengerti mengenai
commit to user
permasalahan yang disampaikan oleh guru dan waktu lebih efisien dengan menghapuskan diskusi tahap kedua berupa dikusi informasi. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan waktu ketika siswa praktikum, jadi siswa bisa lebih bersungguh-sungguh dan mempunyai waktu banyak lagi ketika melakukan eksperimen dan diskusi sehingga banyak siswa yang sudah menyelesaikan pekerjaannya sebelum waktu yang ditentukan guru sudah habis.
Indikator ketujuh adalah siswa memperhatikan kondisi teman sekelompok dengan melihat potensi yang dimiliki sebagai salah satu strategi dalam menginvestigasi suatu masalah. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini sudah mencapai target. Pada indikator ini, untuk siswa yang aktif, siswa memperhatikan kondisi temannya untuk mengetahui informasi atau pendapat siswa lain. Dengan bertukar pendapat siswa telah memeriksa asumsi-asumsi yang muncul, dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Langkah tersebut sesuai dengan pendapat Johnson (2007: 190) dimana langkah tersebut bertujuan untuk menemukan jawaban yang dicari dengan kesepatakan bersama. Untuk siswa yang pasif, siswa cenderung diam dan memperhatikan temannya berdiskusi. Hal yang dapat dilakukan siswa yang pasif yaitu dengan menghargai temannya berdiskusi dengan tidak gaduh ketika teman yang lain berdiskusi. Pada siklus I ini masih terdapat siswa yang gaduh dan tidak menghargai temannya yang berdiskusi. Ketercapaian keberhasilan pada siklus I ini didominasi oleh siswa yang pasif. Pada pembelajaran siklus II, indikator ini mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyak siswa yang aktif bertukar pendapat yang digunakan sebagai salah satu strategi investigasi dalam menemukan jawaban yang disepati bersama.
Indikator kedelapan adalah siswa membandingkan dan mengevaluasi pendapat teman untuk menjawab hipotesis awal. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini belum mencapai target keberhasilan. Dikarenakan siswa belum aktif berpendapat, sehingga siswa kurang mampu membandingkan dan mengevaluasi pendapat teman. Tetapi pada pembelajaran siklus II, indikator ini sudah mencapai target. Siswa sudah banyak yang aktif berpendapat. Seperti
commit to user
pada penjelasan indikator ketujuh, dimana indikator kedelapan ini masuk kedalam langkah berpikir kritis.
Indikator kesembilan adalah siswa tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan. Tetapi masih terdapat beberapa siswa yang ngobrol dan gaduh ketika pembelajaran. Pada pembelajaran siklus II, indikator ini mengalami peningkatan dimana siswa yang mengobrol atau gaduh berkurang.
Indikator kesepuluh adalah siswa tidak protes dengan pembagian tugas yang diberikan guru. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan. Tetapi terdapat satu siswa yang protes terhadap pembagian hipotesis oleh guru. Pada pembelajaran siklus II, indikator ini mengalami peningkatan dimana siswa menerima pembagian hipotesis oleh guru.
Indikator kesebelas adalah siswa menjawab hipotesis berdasarkan pengalaman (membaca buku, membaca diinternet, dll). Pada pembelajaran siklus I, indikator ini belum mencapai target keberhasilan. Hal ini dikarenakan siswa yang aktif berpendapat masih sedikit. Seperti yang sudah diulas pada indikator kelima bahwa siswa yang pasif bukan berarti siswa tersebut tidak mampu menjawab hipotesis. Peneliti menemukan ada beberapa siswa yang mengerjakan tugas sendiri dan tanpa didiskusikan dengan teman. Pada pembelajaran siklus II, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan. Seperti yang sudah diketahui bahwa ketika siswa mengikuti pembelajaran siswa tidak dalam kondisi nol, artinya siswa telah mempunyai pengetahuan yang didapat ketika siswa mengikuti pembelajaran sebelumnya. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2009: 299), pengalaman belajar siswa dapat digunakan sebagai sumber belajar. Menurut Wade dan Tavris (2008: 14), pengalaman belajar dapat dijadikan sebagai alternatif sederhana sebagai langkah menginvestigasi suatu masalah. Tetapi tidak dianjurkan untuk terlalu menyerderhanakan suatu masalah. Oleh karena itu seorang pemikir kritis perlu melihat asumsi-asumsi lain yang muncul dengan bertukar pendapat atau dengan melihat sumber-sumber lain yang mendukung permasalahan.
commit to user
Indikator keduabelas adalah siswa mendengar dan menerima masukan dari orang lain. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan. Sama seperti pada indikator ketujuh, pada indikator ini, ketercapaian keberhasilan pada siklus I ini didominasi oleh siswa yang pasif. Siswa yang pasif mendengarkan teman mereka yang berdiskusi. Siswa yang aktif mendengarkan dan menerima masukan teman untuk memperoleh jawaban yang disepakati bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Glaser dalam Yaumi (2012: 68), berpikir kritis itu bukan hanya menghadirkan suatu sikap keinginan untuk mempertimbangkan sesuatu dalam menyelesaikan masalah, melainkan juga harus dilakukan dengan cara yang bijaksana dan tenggang rasa. Pada pembelajaran siklus II, indikator ini mengalami peningkatan.
Indikator ketigabelas adalah siswa melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya setelah hasil eksperimen atau sumber didapat. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan. Perbedaan indikator ini dengan indikator keenam adalah pada indikator keenam penilaian difokuskan pada pemanfaatan waktu siswa dalam berdiskusi. Sedangkan pada indikator ini, dilihat apakah siswa melakukan diskusi atau tidak. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa pada siklus I ini masih banyak siswa yang pasif. Meskipun pasif, namun siswa ini tetap berusaha dalam mencari jawaban, seperti membaca buku, mencari jawaban diinternet dll. Selain itu peneliti menemukan bahwa ada beberapa siswa yang hanya berdiskusi sebentar. Pada pembelajaran siklus II, indikator ini mengalami peningkatan karena banyak siswa yang aktif.
Indikator keempatbelas adalah siswa bertanya kepada guru atau teman tentang materi. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini belum mencapai target keberhasilan. Tetapi pada Pada pembelajaran siklus II, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan. Pada pembelajaran siklus II, rasa penasaran siswa meningkat, hal ini dibuktikan pada pertemuan III yaitu siswa mencoba percobaan lain dengan alat dan bahan yang disediakan guru. Dan ketika siswa mengalami kendala siswa tidak segan untuk bertanya kepada teman sekelompok maupun guru.
commit to user
Indikator kelimabelas adalah siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan panduan guru dan LKS. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini sudah mencapai target keberhasilan dan pada pembelajaran siklus II juga sudah mencapai target keberhasilan. Hal ini ditunjukkan dengan siswa melakukan praktikum dan langkah investigasi sesuai dengan panduan guru maupun LKS.
Indikator keenambelas adalah siswa menyampaikan kesimpulan hasil analisis. Pada pembelajaran siklus I, indikator ini belum mencapai target keberhasilan dan pada pembelajaran siklus II juga sudah mencapai target keberhasilan. Strategi pembelajaran yang dilakukan disiklus II, telah meningkatkan pemahaman siswa mengenai masalah.