Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2015 di ruang kelas X 1 SMA Negeri 3 Boyolali, siswa yang masuk sebanyak 28 siswa dimana 4 siswa ijin tidak dapat mengikuti pembelajaran dikarenakan mewakili sekolah dalam perlombaan POPDA 2015. Pada pertemuan kedua kegiatan pembelajaran hampir sama dengan pertemuan pertama. Demonstrasi dilakukan dengan cara yang sama dengan pertemuan pertama. Guru meminta siswa untuk melakukan demonstrasi di depan kelas sedangkan siswa yang
commit to user
lain mengamati. Demonstrasi pada pertemuan kedua ini menganenai percobaan sederhana tentang asas black. Guru meminta siswa menyampaikan pertanyaan, guru menyeleksi pertanyaan dan memeilihkan pertanyaan yang tepat. Siswa menentukkan hipotesis.
Setelah siswa mengungkap hipotesis, guru membagi hipotesis untuk diselidiki oleh masing-masing kelompok, siswa berkelompok seperti pertemuan pertama. Guru membagikan LKS sesuai dengan pembagian praktikum yang ditentukan guru, siswa mengambil alat-alat praktikum, kemudian siswa bereksperimen dan berdiskusi. Guru bertugas sebagai fasilitator dan membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam melakukan eksperimen dan diskusi. Kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok. Diakhir presentasi guru menyampaikan jawaban yang benar mengenai permasalahan yang telah diinvestigasi.
Selanjutnya guru menjelaskan dengan metode ceramah dengan bantuan media Power Point (PPT), untuk memperdalam materi mengenai asas black. Setelah itu guru menyimpulkan dan menunjukkan satu siswa untuk menyampaikan apa yang sudah dipelajari pada pembelajaran saat itu, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal dan setelah itu pembelajaran ditutup.
c. Observasi Tindakan Siklus II
Observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial siswa serta kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas X 1. Dengan pengamatan secara langsung oleh observer akan diperoleh data yang akurat untuk menilai kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial siswa serta untuk mengetahui kekurangan dalam pembelajaran yang dapat dijadikan masukan untuk proses pembelajaran selanjutnya. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan oleh peneliti dibantu 5 observer. Dari pelaksanan observasi, observer masih ada siswa yang tidak ikut berdiskusi. Adapun rekap catatan
commit to user
observer siklus II dapat dilihat pada Lampiran 22. Berikut adalah observasi kemampuan berpikir kritis dan sikap sosial pada pelaksanaan siklus II (Pertemuan I & II) secara terperinci:
1) Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Untuk mengetahui ketuntasan kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II dilakukan observasi langsung oleh observer dimana observer mengamati dan mendokumentasikan proses kegiatan eksperimen dan diskusi siswa. Kemudian observer menuliskan hasil pengamatannya kedalam lembar observasi yang sudah diberikan peneliti.
Berdasarkan observasi langsung dan kajian dokumen dan diambil rata-rata dari pertemuan 1 dan 2 untuk masing-masing siswa, pada siklus II ini, siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa dari 32 siswa kelas X 1 yang mengikuti pembelajaran dalam kemampuan berpikir kritis dengan prosentase ketuntasannya adalah 90,6 % dan prosentase siswa yang belum tuntas sebanyak 9,4 % dari nilai batas minimum ketuntasan. Adapun rekap hasil observasi berpikir kritis siswa siklus II (pertemuan I & II) dapat dilihat pada Lampiran 23. Hasil analisis ketuntasan kemampuan berpikir kritis siswa siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.15 dalam bentuk diagram pie.
Gambar 4.15. Prosentase Ketercapaian Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Observasi
Siklus II (Pertemuan I & II)
commit to user
Jika dilihat dari ketercapaian indikator berpikir kritis dimana fokus observasi kemampuan berpikir kritis siswa adalah aspek “mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan”, “mencari alasan”, “berusaha mengetahui infomasi dengan baik”, “memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya”, “memerhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan”, “berusaha tetap relevan dengan ide utama”, “mengingat kepentingan yang asli dan mendasar”, “mencari alternatif”, “bersikap dan berpikir terbuka”, “mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu”, “mencari penjelasan sebanyak mungkin dan bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah” dengan masing-masing aspek dikembangkan ke dalam beberapa indikator, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.16 dalam bentuk diagram batang. Adapun tabel prosentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir kritis klasikal siswa pada observasi siklus II (pertemuan I & II) dapat dilihat pada Lampiran 24.
Gambar 4.16. Prosentase Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Klasikal Siswa pada Observasi Siklus II (Pertemuan I & II)
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 K e te rc ap ai an
commit to user
Berdasarkan Gambar 4.16 di atas, prosentase ketercapaian indikator berpikir kritis siswa setiap pertemuan dihitung berdasarkan jumlah siswa kelas X 1 yang hadir dalam setiap pertemuan.
2) Sikap Sosial Siswa
Dalam melakukan analisis sikap sosial siswa di siklus II ini, dilakukan melalui observasi langsung oleh observer. Berdasarkan observasi langsung dan kajian dokumen dan diambil rata-rata dari pertemuan 1 dan 2 untuk masing-masing siswa, pada siklus II ini, semua siswa yang tuntas dalam sikap sosial dengan prosentase ketuntasannya adalah 100,0 % dan prosentase siswa yang belum tuntas sebanyak 0,0 % dari nilai batas minimum ketuntasan. Adapun rekap hasil observasi sikap sosial siswa siklus II (pertemuan I & II) dapat dilihat pada Lampiran 25. Hasil analisis ketuntasan sikap sosial siswa siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.17 dalam bentuk diagram pie.
Gambar 4.17. Ketercapaian Ketuntasan Sikap Sosial Siswa pada Observasi Siklus II (Pertemuan I & II) Jika dilihat dari ketercapaian indikator sikap sosial dimana fokus observasi kemampuan berpikir kritis siswa adalah aspek “jujur”, “disiplin”, “tanggung jawab”, “toleransi”, “gotong royong”,
commit to user
“santun” dan “percaya diri” dengan masing-masing aspek dikembangkan ke dalam beberapa indikator, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.18 dalam bentuk diagram batang. Adapun tabel prosentase ketercapaian indikator sikap sosial klasikal siswa pada observasi siklus II (pertemuan I & II) dapat dilihat pada Lampiran 26.
Gambar 4.18. Skor Ketercapaian Indikator Sikap Sosial Siswa pada Observasi Siklus II (Pertemuan I & II)
Berdasarkan Gambar 4.18 di atas, prosentase ketercapaian tiap indikator sikap sosial siswa setiap pertemuan dihitung berdasarkan jumlah siswa kelas X 1 yang hadir dalam setiap pertemuan.
d. Refleksi Tindakan Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran dengan model Group Investigation (GI) berbasis Learning Community pada siklus II telah dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan materi yang disampaikan meliputi submateri Pemuaian Zat dan Asas Black. Secara umum, pembelajaran telah terlaksana sesuai rencana dan hasilnya cukup optimal. Untuk lebih detailnya akan dijelaskan sebagai berikut:
0 0,2 0,4 0,6 0,81 1,2 1,4 1,6 1,82 2,2 2,4 2,6 2,83 3,2 3,4 3,6 3,84 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 K e te rc ap ai an
commit to user 1) Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Pada refleksi kemampuan berpikir kritis pada siklus II ini, apabila dilihat dari ketuntasan siswa, masih ada beberapa siswa yang belum tuntas dari kriteria ketuntasan berpikir kritis yang direncanakan peneliti yaitu 70 %. Apabila dibandingkan dengan hasil observasi kemampuan berpikir kritis pada pra siklus dan siklus I, penerapan pembelajaran model Group Investigation (GI) berbasis Learning Community berdampak positif terhadap hasil pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah siswa yang tuntas materi Pemuaian Zat dan Asas Black di kelas X 1. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.19 dalam bentuk diagram batang dimana prosentase siswa yang tuntas dalam kemampuan berpikir kritis siswa X 1 pra siklus adalah 0 % , pada saat siklus I adalah 59,4 % dan pada saat siklus II adalah 90,6 %.
Gambar 4.19. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Observasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II (Pertemuan I & II)
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0% K e te rc ap ai an
commit to user
Apabila dibandingkan dengan target penelitian, perolehan ketercapaian ketuntasan berpikir kritis siswa pada siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.20 dalam bentuk diagram batang.
Gambar 4.20. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Observasi Siklus II (Pertemuan I & II) dengan Target
Penelitian
Apabila dilihat dari rata-rata kelas, rata-rata kelas X1 dalam kemampuan berpikir kritis mencapai 85,6 %. Meskipun rata-rata kelas X 1 dalam kemampuan berpikir kritis sudah melebihi nilai batas minimum ketuntasan, tetapi rata-rata kelas ini tidak terlalu menjadi acuan peneliti untuk mencukupkan penelitian. Karena selain rata-rata kelas yang tuntas, peneliti juga menginginkan ketuntasan pada masing-masing indikator kemampuan berpikir kritis. Perbandingan prosentase ketercapaian indikator berpikir kritis klasikal siswa pada observasi siklus II dengan target penelitian, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.21 dalam bentuk diagram batang. Adapun tabel perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir kritis klasikal siswa pada observasi
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0% K e te rc ap ai an Siklus II Target
commit to user
siklus II (pertemuan I & II) dengan target penelitian dapat dilihat pada Lampiran 27.
Gambar 4.21. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Klasikal Siswa pada Observasi Siklus II (Pertemuan I & II) dengan Target Penelitian
Berdasarkan Gambar 4.21 di atas, 3 indikator berpikir kritis belum mencapai target yang telah yang tetapkan, yaitu pada indikator “Siswa mampu merumuskan hipotesis”, “Siswa bertanya kepada guru atau teman tentang materi” dan pada “Siswa menyampaikan kesimpulan hasil analisis”, sehingga perlu adanya tindakan agar target berpikir kritis klasikal siswa dalam penelitian tercapai. Selain itu juga masih ada 3 siswa yang belum tuntas. Maka perlu adanya tindakan berikutnya agar target ketuntasan kelas X 1 mencapai target yang telah ditentukan.
Pada Gambar 4.16 di atas menunjukkan prosentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran siklus II. Apabila dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis pra siklus, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.22 dalam bentuk diagram batang. Adapun tabel
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 K e te rc ap ai an Siklus II target
commit to user
perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir kritis klasikal siswa pada observasi siklus I dengan siklus II (pertemuan I & II) dapat dilihat pada Lampiran 28.
Dari Gambar 4.22 tampak bahwa pembelajaran model Group Investigation (GI) berbasis Learning Community pada siklus II memberikan efek positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
selama KBM berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa antara siklus I dan siklus II. Pada kemampuan berpikir kritis ini siswa sudah mulai aktif baik ketika guru menjelaskan atau ketika diskusi.
Gambar 4.22. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Klasikal Siswa pada Observasi Siklus I dengan Siklus II (Pertemuan I & II)
Berdasarkan Gambar 4.22 diatas, dapat diketahui bahwa berpikir kritis pada setiap indikator mengalami peningkatan. Akan tetapi pada indikator ke 4 “Siswa memperhatikan penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaran”, terjadi penurunan 0,8 % dikarenakan pada pertemuan pertama siklus II ini, banyak siswa yang melakukan diskusi sambil ngobrol dengan teman sekelompoknya. Hal ini dikarenakan banyak kelompok yang sudah selesai terlebih dahulu
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 K e te rc ap ai an Siklus I Siklus II
commit to user
sebelum waktu yang ditentukan, sehingga siswa sambil menunggu temannya selesai berdiskusi, siswa mengobrol dengan temannya. Tetapi pada pertemuan kedua siswa yang mengobrol sedikit berkurang, sehingga terlihat peningkatan dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua, walaupun tidak setertib pada saat siklus I.
2) Sikap Sosial Siswa
Pada refleksi sikap sosial pada siklus II ini, apabila dilihat dari ketuntasan siswa, semua siswa tuntas dari kriteria ketuntasan sikap sosial yang direncanakan peneliti yaitu 2,8. Apabila dibandingkan dengan hasil observasi sikap sosial pada pra siklus dan siklus I, penerapan pembelajaran model Group Investigation (GI) berbasis Learning Community berdampak positif terhadap hasil pencapaian sikap sosial siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah siswa yang tuntas materi Pemuaian Zat dan Asas Black di kelas X 1. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.23 dalam bentuk diagram batang dimana prosentase siswa yang tuntas dalam sikap sosial siswa X 1 pra siklus adalah 0 % , pada saat siklus I adalah 84,4 % dan pada saat siklus II adalah 100,0 %.
Gambar 4.23. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Ketuntasan Sikap Sosial Siswa pada Observasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II (Pertemuan I & II)
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0% K e te rc ap ai an
commit to user
Apabila dibandingkan dengan target penelitian, perolehan ketercapaian ketuntasan sikap sosial siswa pada siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.24 dalam bentuk diagram batang.
Gambar 4.24. Perbandingan Prosentase Ketercapaian Ketuntasan Sikap Sosial Siswa pada Observasi Siklus II (Pertemuan I & II) dengan Target
Penelitian
Apabila dilihat dari rata-rata kelas, rata-rata kelas X 1 siklus II adalah 3,73. Skor tersebut sudah diatas skor batas minimum ketuntasan 2,8. Meskipun rata-rata kelas X 1 pada sikap sosial sudah melebihi skor batas minimum ketuntasan, rata-rata kelas ini tidak terlalu menjadi acuan peneliti untuk mencukupkan penelitian. Karena selain rata-rata kelas yang tuntas, peneliti juga menginginkan ketuntasan pada masing-masing indikator sikap sosial. Perbandingan ketercapaian indikator sikap sosial dengan target, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.25 dalam bentuk diagram batang. Adapun tabel perbandingan skor ketercapaian indikator sikap sosial klasikal siswa pada observasi siklus II (pertemuan I & II) dengan target penelitian dapat dilihat pada Lampiran 29.
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0% K e te rc ap ai an Siklus II Target
commit to user
Gambar 4.25. Perbandingan Skor Ketercapaian Indikator Sikap Sosial Klasikal Siswa pada Observasi Siklus II (Pertemuan I & II) dengan Target Penelitian Berdasarkan Gambar 4.25 di atas, 1 indikator sikap sosial yaitu “Mengembalikan alat dan bahan praktikum” belum mencapai target yang telah yang tetapkan. Sehingga perlu adanya tindakan agar target sikap sosial klasikal siswa dalam penelitian tercapai. Tetapi pada indikator tersebut telah mengalami peningkatan dari pra siklus dan siklus I.
Pada Gambar 4.18 di atas menunjukkan skor ketercapaian indikator sikap sosial siswa selama proses pembelajaran siklus II. Apabila dibandingkan dengan sikap sosial siklus I, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.26 dalam bentuk diagram batang. Adapun tabel perbandingan skor ketercapaian indikator sikap sosial klasikal siswa pada observasi siklus I dengan siklus II (pertemuan I & II) dapat dilihat pada Lampiran 30.
Dari Gambar 4.26 tampak bahwa pembelajaran model Group Investigation (GI) berbasis Learning Community pada siklus I memberikan efek positif terhadap sikap sosial siswa selama KBM berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya sikap sosial
0 0,2 0,4 0,6 0,81 1,2 1,4 1,6 1,82 2,2 2,4 2,6 2,83 3,2 3,4 3,6 3,84 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 K e te rc ap ai an
Indikator Sikap Sosial Target
commit to user
siswa antara siklus I dengan siklus II. Pada sikap sosial ini siswa sudah mulai berperilaku baik dengan guru ketika guru menjelaskan dan dengan temannya ketika diskusi.
Gambar 4.26. Perbandingan Skor Ketercapaian Indikator Sikap Sosial Klasikal Siswa pada Observasi Siklus I dengan Siklus II (Pertemuan I & II)
Berdasarkan Gambar 4.26 diatas, dapat diketahui bahwa sikap sosial pada indikator “Mengikuti pembelajaran selama jam pembelajaran berlangsung “ mengalami penurunan 0,02 dikarenakan ada salah satu siswa pada pertemuan pertama yang ijin ke kamar mandi ketika awal diskusi dan belum menyelesaikan tugasnya. Selain itu yang mengalami penurunan adalah pada indikator “Senang membantu teman dalam kelompok “ mengalami penurunan 0,05 dikarenakan ada salah satu siswa yang terlihat tidak senang ketika berdiskusi dengan kelompok yang baru. Akan tetapi indikator-indikator tersebut mengalami peningkatan di pertemuan kedua siklus II. 0 0,2 0,4 0,6 0,81 1,2 1,4 1,6 1,82 2,2 2,4 2,6 2,83 3,2 3,4 3,6 3,84 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 K e te rc ap ai an Siklus I Siklus II
commit to user
Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus II yang disajikan dengan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian siklus II baik kemampuan berpikir kritis maupun sikap sosial siswa secara rata-rata kelas mengalami peningkatan dan mencapai target yang ditentukan meskipun masih ada 3 siswa yang belum tuntas dalam kemampuan berpikir kritis. Akan tetapi apabila dilihat secara klasikal, masih terdapat indikator yang belum mencapai target. Seperti pada indikator berpikir kritis “Siswa mampu merumuskan hipotesis”, “Siswa bertanya kepada guru atau teman tentang materi”, “Siswa menyampaikan kesimpulan hasil analisis” dikarenakan masih terdapat siswa yang tidak aktif saat berdiskusi. Pada indikator sikap sosial yang masih belum mencapai target adalah pada indikator “Mengembalikan alat dan bahan praktikum” dikarenakan siswa dalam mengembalikan alat hanya beberapa siswa saja dalam kelompok, sedangkan yang lainnya membantu merapikan alat. Selain itu pada siklus II pertemuan kedua 4 siswa yang tidak masuk sehingga peneliti susah untuk menganalisis kemampuan siswa.
Berdasarkan data-data hasil refleksi dan observasi, dosen pembimbing dan peneliti merencanakan tindak lanjut untuk memperbaiki kekurangan pada siklus II pertemuan I dan II. Tindak lanjut tersebut berupa penambahan satu pertemuan lagi atau pertemuan ketiga untuk menganalisis siswa yang tidak berangkat dan memperbaiki beberapa indikator yang belum mencapai target.
Tindak lanjut tersebut adalah sebagai berikut: Kegiatan berikutnya tetap melanjutkan materi yaitu pada Bab Listrik Dinamis yakni pada Sub Materi Kuat Arus Listrik, Beda Potensial dan Hukum Ohm tetapi dengan beberapa langkah perbaikan proses pembelajaran. Adapun langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
commit to user
a) Dalam menyampaikan hipotesis siswa diminta untuk menuliskan di selembar kertas, kemudian guru berkeliling untuk menentukan hipotesis mana yang akan diinvestigasi oleh kelompok
b) Di akhir langkah eksperimen siswa diminta untuk melakukan eksperimen sendiri dengan peralatan yang ada sesuai dengan keinginan mereka, kemudian siswa menuliskan praktikum mereka dalam LKS. Hal ini dilakukan agar siswa lebih aktif dan lebih antusias dalam melakukan eksperimen diskusi.
e. Perencanaan Tindakan III (Siklus II Pertemuan III)
Berdasarkan hasil refleksi dari pertemuan I dan II maka dilakukan perencanaan untuk pelaksanaan tindakan pada pertemuan III. Pada pertemuan III materi yang diberikan merupakan BAB lanjutan dari pertemuan II. Tindakan pada pertemuan III dilakukan pada materi yang berbeda dengan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang terdapat pada pertemuan I dan II. Adapun tindakan yang dimaksud adalah pembelajaran pada pertemuan III dengan rincian sebagai berikut: Pertemuan ketiga ini membahas masalah fenomena fisis mengenai Kuat Arus Listrik, Beda Potensial dan Hukum Ohm untuk mempelajari tentang:
1) Penggunaan alat ukur listrik dalam rangkaian tertutup sederhana
2) Hubungan antara kuat arus listrik dengan beda potensial
Pembelajaran tersebut menggunakan model Group Investigation (GI) berbasis Learning Community, peneliti menyiapkan media pembelajaran seperti RPP, PPT, alat-alat untuk demonstrasi dan LKS. Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan III dapat dilihat pada Lampiran 31. Kelompok diskusi, pembagian praktikum, instrumen alat evaluasi masih sama seperti pertemuan I dan II.
Instrumen lain yang digunakan adalah lembar wawancara untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan pada siklus II. Mengenai target penelitian masih tetap sama
commit to user
seperti siklus I yaitu untuk kemampuan berpikir kritis siswa prosentasenya meningkat menjadi 70 % dan untuk sikap sosial siswa skornya meningkat menjadi 2,8 dan diharapkan bisa melebihi ketercapaian prosentase dan skor sebelumnya.
f. Pelaksanaan Tindakan III (Siklus II Pertemuan III)
Pembelajaran pada pertemuan III dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran seperti yang tercantum dalam RPP yang telah disusun dan disetujui oleh guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 3 Boyolali. Berdasarkan rencana yang telah ditentukan, pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan III ini selama 2 x 45’. Pada pertemuan III ini pembelajaran dilakukan dengan melanjutkan pada sub materi selanjutnya dengan perbaikan berupa pemberiam masalah dengan demonstrasi alat yang dibuat oleh peneliti.
Pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 27 April 2015 di ruang kelas X 1 SMA Negeri 3 Boyolali, siswa yang masuk sebanyak 31 siswa dimana 1 siswa ijin tidak dapat mengikuti pembelajaran. Pada Pertemuan III ini, kegiatan motivasi dan apersepsi atau pemberian masalah tidak melalui PPT, namun melalui kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dengan bantuan siswa di depan kelas. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa lebih paham lagi mengenai masalah yang diberikan, dan siswa juga dapat melihat bukti nyata dari permasalahan yang diberikan.
Setelah guru membuka pelajaran, guru menunjuk salah satu siswa untuk melakukan demonstrasi tentang “perbedaan nyala lampu senter”. Guru meminta siswa lain untuk mengamati proses yang terjadi. Berdasarkan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan siswa, akan langsung muncul pertanyaan yang jelas oleh siswa. Kemudian siswa diminta guru untuk mengungkapkan pertanyaan mengenai demonstrasi alat tersebut dan guru menyeleksi dan memilih pertanyaan yang tepat sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh guru. Setelah itu siswa diminta untuk mengungkapkan hipotesis dari pertanyaan yang sudah
commit to user
dipilihkan oleh guru dengan menuliskannya di selembar kertas yang sudah dibagi oleh guru.
Guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan denah yang ditampilkan guru di depan kelas. Kemudian guru memilih satu hipotesis yang akan diinvestigasi dari masing-masing kelompok agar
hipotesis masing-masing kelompok berbeda. Kemudian guru
membagikan LKS kepada masing-masing anggota kelompok. Pembagian LKS kepada masing-masing anggota kelompok diharapkan mampu meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Sebelum bereksperimen siswa diminta mengambil alat-alat praktikum yang sudah disiapkan guru untuk masing-masing kelompok sesuai dengan pembagian praktikum yang sudah ditentukan guru.
Selama siswa melakukan eksperimen dan diskusi, guru bertugas sebagai fasilitator dan membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam melakukan eksperimen dan diskusi. Kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok. Diakhir presentasi guru menyampaikan jawaban yang benar mengenai permasalahan yang telah diinvestigasi.
Selanjutnya guru menjelaskan dengan metode ceramah dengan bantuan media Power Point (PPT), untuk memperdalam materi mengenai Kuat Arus Listrik, Beda Potensial dan Hukum Ohm. Setelah itu guru menyimpulkan dan menunjukkan satu siswa untuk menyampaikan apa yang sudah dipelajari pada pembelajaran saat itu,