• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencapaian Target dan Tujuan kegiatan CSR Kantor BNI Cabang Balige

METODOLOGI PENELITIAN

6 NILAI PERILAKU UTAMA INSAN BN

4. Pencapaian Target dan Tujuan kegiatan CSR Kantor BNI Cabang Balige

Baik ibu Bunga dan Pak Maralun menjelaskan bahwa sejauh ini pencapaian yang mereka peroleh sudah sangat baik. Bahkan ada yang mengatakan itu melebihi ekspektasi mereka. Seperti yang dikatakan oleh ibu Bunga :

“puji Tuhan dek semuanya berjalan dengan lancar dari yang kita harapkan. Karena

waktu itu kepala daerah, dalam hal ini wakil Bupati karena bupati ada kendala, menyarankan dalam pidatonya agar kita meenabung sejakk dini. Nah dari kecil kita ajari kepada anak-anak untuk menabung supaya kenal bank. Jadi perpikir positif, dia mendapat uang bukan hanya berfoya-foya, tetapi belajar menabung sejak dini. Dan tamu yang kita undang pun hanya sekitar 30 orang, namun lebih dar situ sampai ratusann orang. Jadi anak-anak itu sangat antusias menanti kedatangan bupatnya, sampai ada pengalungan segala dan pakai acara adat untuk menyambutnya gitu. Itu diluar prediksi kita, dinas pendidikanlah yang membuat itu....”

Di dalam pelaksanaan, mereka tidak sama sekali melakukan rapat, karena mereka hanya meminta data yang mereka butuhkan dengan survei yang juga dilakukan oleh BNI. Setelah data diperoleh dari dinas pendidikan, dinas pendidikan membuat proposal dan diserahkan ke BNI. Proposal itu jika diterima oleh BNI pusat, BNI Balige langsung menyediakan sendiri dalam bentuk penyediaan barang langsung dari tempat pembuatan mainan anak yang paling baik, yaitu di Jombang, Yogyakarta.

“....Kalo rapat itu sih kita bergandengan langsung kepada kepala dinasnya. Kepala dinasnya panggil orang di bidangnya itu yang menangani anak-anak PAUD, ya dia datang. Saya kan minta data untuk sediakan yang benar dan layak untuk mendapat bantuan. Bantuan ini juga tidak boleh sia-sia dan harus dijaga. Dari situ kita harus langsung pantau. Kita yang memilih dimana, dan merekalah yang membuat proposal permohonan ke kita. Kita kan ngak bisa putuskan nih. Lalu kita ajukan ke kantor pusat. Dan kantor pusat yang setujui hal tersebut dan kita lakukan. Waktu serah terima kita melibatkan pemdanya atau pemerintah daerahnya, dihadiri dengan wakil

bupatinya, dihadiri kepala dinasnya, sehingga dinas-dinas lain melihat kehadiran pemda itu positif gitu.”

“....Karena sungguh banyak saat ini mainan anak-anak yang berbahaya tanpa kita sadari. Jadi kita langsung order ke benar- benar pusat pembuatan alat permainan dalam luar ruangan ini langsung dari Jombang. Jadi bahan pewarnanya tidak membahayakan bagi masa pertumbuhan anak. “

Sedangkan pada hari H, acara dihadiri oleh banyak pejabat pemerintah Kabupaten, diwakili oleh Wakil Bupati dan dihadiri juga banyak media baik lokal maupun nasional.

“....Jadi kepala dnas kan ada disana dan disaksikan oleh pemerintah kabupaten

Balige dan juga semua wartawan. Namanya juga bupati datang, kan banyak yang nyorot. Jadi lumayan terbuka juga ke media juga ada gitu. Jadi besar-besaran pestanya dan diterima secara simbolis dan kita langsung membaginya lah.”

Kendala atau hambatan yang dihadapi hampir tdak ada, bahkan melebihi apa yang mereka harapkan.

“itu kan namanya juga mempersiapkan, misalkan aduh gimana yah besok berhasil

atau enggak ya. Yah tapi karena kita memang yang dasarnya sudah dilapangan ini biasa aja ya capeknya aja yang ada. Apa lagi ya? Yah memang semuanya diluar dugaan semua. Istilahnya laur biasa gitu, ngak ada yang mempermalukan atau kecewa, trus hasilnya jauh lebih baik dari yang kita harapkan...”

Menurut pak Maralun:

“Jadi gini, waktu terjadi gempa kita datang kesana. Pas datang ke sana ada rapat

dengan kecamatan kan. Nah disitulah ketahuan apa yang dibutuhkan masyarakat, misalnya gula, beras, dsb. Nah pada waktu itu kami hadir, y udah langsung kita serahkan seperti memberi beras 1 ton, gula sekian, sembako lainnya sekian. Jadi rapatmya bukan internal di BNI tapi rapat di camatnya.”

Karena kegiatan BNI hanya memberikan bantuan langsung berdasarkan informasi dari pihak kecamatan, semuanya berjalan sesuai dengan target yang diharapkan.

“. ...Jadi pada dasarnya sih kita, misalnya ada mau disalurkan CSR, langsung saja

kita membentuk panitia kecil, siapa yang mau dihubungi. Misalnya ketua di lapangan terus dia menghubungi. Terus di lapangan kita tanya apa yang dibutuhkan mungkin ini ini. Kemudian kita sesuaikan dengan anggaran kita, terus kita mencari barang tersebut. Kalau sudah dapat kita serahkan. Nah pembagian di lapangan ya orang desa itu.”

Ketika ditanya apakah ada bantuan lain selain beras 1 ton, mereka menjawab tidak ada karena terkendala anggaran.

“...Gak ada bu. Karena kita sudah punya anggaran. Anggaran ini misalnya diberikan

ke kita 30 juta. Selanjutnya masyarakat membutuhkan apa misalnya membutuhkan beras. Kemudian kita mengeluarkan 25 juta. Terus apa lagi yang mereka butuhkan, misalnya sabun, gula, dsb 5 juta. Ya kita serahkan.”

Pak Victor juga mengatakan bahwa kegiatan penghijauan yang dilakukan BNI telah berhasil. Beliau mendapat tugas untuk mencari tempat diadakanya acara, lokasi penananam, sama juga menyiapkan izinizin dari pemerintah setempat.

“peran saya sebat panitia adalah pada tahun 2013 adalah saya yang memonitor

semuanya, mulai dari tempat diadakanya acara, lokasi penananam, sama juga menyiapkan izinizin dari pemerintah setempat. Karena kebetulan tanah itu kan tanah adat, jadi kita tidak bisa sembarangan saja menanam gitu. Rata-rat tanah di Lumban silintong adalah tanah adat gitu. Itu juga kumpulkan dari beberapa oku, atau para keturunan istilahnya, untuk gimana caranya agar bisa bukit itu bisa dijadikan sebagai tempat penghijauan.”

Alasan di pilihnya Bukit Pahoda di desa Lumban Silintong adalah karena akses menuju tempat itu lebih mudah dicapai dan pemandangan yang diberikan lebih indah, yaitu Danau Toba.

“sebenarnya tidak ada patokan itu harus wajib lumban silintong gitu. Cuman setelah

kita survei beberapa tempat. Tapi itu tidak memadai karena transportasinya yang sulit untuk mencapai tempat penghijauan. Sementaran di lumban silintong itu aksesnya cukup mudah dan tempatnya memiliki view danau toba.”

Tentu disetiap kegiatan pasti ada kendala atau hambatan yang dihadapi, dan itu tidak terkecuali didalam kegiatan Go Green ini. Sempat mengalami penghadangan dari masyarakat sekitar, tapi pada akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

“yah ada. Itu datang dari pihak adat dari seberang, tetangga desa silintong. Tapi

bisa kubilang bukan hambatan karena saat kita jumpai dengan kepala desa atau kepala adat, mereka sudah klop. Termasuk semua-semua yang diundang disitu. Hanya segelintir orang saja dari mereka yang mungkin tidak tahu bahwa bukit pahoda itu akan ada penghijauan.”

“menurut mereka itu tanah mereka dan mereka tidak diberitahu. Tapi itu ngak

berlanjut, ngak panjang lah masalah itu.”

Namun Ia menyayangkan tidak ada tindakan lanjut untuk perawatan dari pusat dan terkesan kegiatan ini menggantung begitu saja.

“semua brjalan sesuai rencana sih, tapi memang yang masih kurang didlam

pemeliharanya saja. Karena sejak tahun 2013 sampai sekrang belum ada satupun yang dilakukan BNI untuk pemupukan atau pemagaran. Sehingga bibit-bibit yang ditanam itu tidak bisa tumbuh sesuai dengan apa yang diharapkan.”

Ketika ditanya alasan mengapa tidak ada perawatan, beliau mengatakan bahwa mungkin karena kurang adanya koordinasi. Mereka tidak tahu apakah mereka perlu mengajukan proposal untuk pemeliharaan ke pusat yang memang alokasi dananya datang dari sana. Mereka ragu jika harus melewati ketentuan yang ada.

“...Karena kan alokasi dana waktu itu salah satu datangnya dari pusat. Jadi kita tidak tahu lagi bagaimana kita mengajukan untuk biaya pemeliharaannya untuk gogreen yang ada di pahoda.”

Namun mereka pernah menyurati pusat untuk menanyakan soal dana perawatan itu, namun belum ada jawaban yang memuaskan. Karena sejauh ini mereka hanya menggunakan dana sendiri namun jelas itu tidak cukup.

“mudah-mudahan kalo masih ada, dan kurasa pun memang ada, pasti akan dilanjut lagi untuk pemupukan, penyiraman, atau pemagaran sampai sudah bisa dibiarkan, atau tidak perlu dirawat lagi.

“Perbaikan BNI, secara pribadi untukk aku karena aku warga disana dan mempunyai tangungjawab moral juga terhadap desa-desaku, terkadang kami datang untuk memperbaiki semampu kami. Tapi kami tetap terkendala oleh masalah dana, tenaga dan waktu, sehingga kami tidak bisa selalu memantau dan memperbaikinya. Tetap kita bantu dan kita pantahu tetapi dari kantor wilayah atau pusat sudah tidak ada lagi untuk go green 2013.”

“...itulah teknisnya kita tidak tahu bagaimana apakah perlu dilaporkan kepusat untuk pemeliharaannya tau tidak. Kita tidak ada petunjuk. Kita pernah surati maslah itu apakah hanya sejauh penananam saja atau sampai kepada pemelihaaan. Dan itu memang belum ada balasannya hingga kini.”

Menurut Ibu Naibaho, mereka memang sudah memperoleh bantuan untuk melengkapi fasilitas mereka dan mendukung aktivitas belajar dan mengajar. Tapi sebenarnya mereka lebih membutuhkan tambahan tenaga guru dan beberapa fasilitas lain seperti bahan-bahan kreativitas serta pelengkap lainnya.

“sebenarnya dek, kami lebih membutuhkan tenaga guru yang terampil untuk

mengajar anak. Semua fasilitas permainan itu sangat mendukung anak-anak untuk menjadi lebih kreatif. Tetapi banyak guru-guru yang masih kurang pelatihan untuk menghadapi anak. Lalu juga kita butuh barang-barang pelengkap seperti boneka

yang mulutnya bisa bergerak itu, trus kami juga ada rencana untuk membuat panggung boneka. Lalu kami juga membutuhkan komputer untuk menambah informasi baik untuk guru, kalau bisa juga untuk anak-anak. Jadi mereka tidak gaptek lagi. Minimal bisa ngetik lah gitu.”

Pak Nicson sendiri ketika ditanya tentang hal-hal yang bisa beliau ingat mengenai acara GoGreen itu, dia berkata bahwa ia sudah lupa sehingga wawancara ini menjadi kurang mengena.

“apa ya acaranya ? Kalau tidak salah ya ada pidato pemimpin BNI, lalu ada

penanaman pohon gitu. Apa ya? Saya sudah lupa deh dek...”