• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencapaian yang telah dilaksanakan pada periode renstra sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN

A. Kondisi Umum

1. Pencapaian yang telah dilaksanakan pada periode renstra sebelumnya

Renstra 2015-2019 disusun dengan mempertimbangkan berbagai capaian program Renstra

sebelumnya (Renstra 2010-2014) terkait dengan pembinaan, pelayanan dalam dan luar negeri serta

pengelolaan dana haji. Sejumlah perkembangan penting yang dicapai, antara lain sebagai berikut.

a. Pembinaan Ibadah Haji dan Umrah 1) Bimbingan Manasik di Tanah Air

Pemerintah cq. Ditjen PHU wajib memberikan bimbingan kepada jemaah haji sejak sebelum keberangkatan, selama dalam perjalanan, dan selama di Arab Saudi. Bimbingan sebelum

keberangkatan dilakukan bagi jemaah yang berhak melunasi BPIH dalam tahun berjalan. Bimbingan manasik dilakukan pemerintah dan masyarakat baik secara perseorangan maupun kelompok/KBIH. Tujuannya untuk membekali pengetahuan kepada jemaah haji tentang pelaksanaan dan tata cara ibadah haji sehingga diperoleh haji mabrur.

Kegiatan bimbingan kepada jemaah haji reguler sebanyak 10 kali pertemuan. Sebanyak 7 kali dilaksanakan di KUA Kecamatan secara kelompok, sedangkan 3 kali dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota. Kurikulum bimbingan manasik. Materi bimbingan meliputi kebijakan penyelengaaan ibadah haji, manasik ibadah dan perjalanan, akhlakul karimah, adat istiadat/budaya Arab Saudi, dan praktik ibadah. Alokasi waktu bimbingan manasik 1 (satu) kali pertemuan adalah 4 jam pelajaran (1 JP : 60 menit) per hari.

Kegiatan manasik haji dalam bentuk, belanja opersional di masing-masing KUA Kecamatan dan operasional di masing-masing Kankemenag, diatur dengan Surat Edaran Dirjen PHU. Di samping itu, setiap kali pertemuan manasik haji di KUA yang jumlah jemaahnya lebih dari 45 jemaah diberikan tambahan pada setiap kali pertemuan untuk biaya konsumsi dan penyelenggaran. Sedangkan sarana prasarana pendukung meliputi: buku manasik, alat peraga/Ka’bah Mini, dan pembuatan DVD manasik haji.

Selain kegiatan manasik tatap muka, juga melalui media massa antara lain: melalui website yang dapat diunduh di www.haji.kemenag.go.id. melalui TV di pesawat TV. Sebagai bentuk inisiatif baru telah diluncurkan aplikasi manasik haji dalam kemasan aplikasi dalam gadget yang diambil dari buku paket bimbingan manasik dan perjalanan haji kementerian agama. Aplikasi ini dalam rangka mensosialisakan materi bimbingan manasik melalui teknologi informasi, seiring dengan meningkatnya pengguna gadget dan wahana elektronik lainnya. Hal demikian diharapkan dapat memberi kemudahan bagi jemaah haji dalam memahami manasik serta doa-doa saat menjalankan ibadah di Tanah Suci. Program manasik melalui system oprasi android dilakukan atas kerjasama dengan lembaga kajian al-hadits masjid Istiqlal Jakarta.

Beberapa kendala kegiatan bimbingan manasik haji di antaranya minat jemaah untuk hadir mengikuti manasik haji rendah terus dicarikan solusi. Waktu pelaksanaan manasik bersamaan pelunasan, pembuatan paspor, dan pelaksanaannya mendekati bulan Ramadhan yang mungkin menjadi penyebab yang terus dikaji.

Pengiriman buku manasik diupayakan tidak terjadi keterlambatan dari jadwal yang ditentukan, walaupun terkait dengan terbitnya Peraturan Presiden Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (Perpres BPIH) yang sering terlambat yang berakibat pada keterlambatan penandatanganan kontrak pencetakan dan pendistribusian buku manasik.

Langkah-langkah peningkatan kualitas bimbingan manasik haji dilakukan dengan cara: 1. Menyusun pedoman pelaksanan manasik haji oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

dan tingkat Kabupaten/Kota.

2. Mengupayakan penerbitan buku manasik lebih awal dengan memberikan kewenangan pencetakan dan pendistribusian di daerah.

3. Melakukan monitoring secara berjenjang terhadap kegiatan manasik, dan menyiapkan instrumen penilaian kegiatan manasik bagi jemaah haji.

Calon jemaah haji sedang melakukan manasik di Asrama Haji

2) Bimbingan Ibadah di Arab Saudi

Kegiatan bimbingan ibadah di Arab Saudi, meliputi :

1. Visitasi jemaah haji di masing-masing pemondokan/sektor di Makkah. Kegiatan ini dilaksanakan pada pra Armina di 52 lokasi (10 Sektor). Sedangkan pada pasca Armina dilakukan sebanyak 8 lokasi (8 Sektor). Visitasi pada pasca Armina di fokuskan pada pemantapan pelaksanaan ibadah dan upaya menumbuhkan kesadaran untuk menjaga kemabruran setelah menunaikan ibadah haji selesai. Kegiatan visitasi merupakan upaya memantapkan pemahaman manasik jemaah haji yang telah diperoleh selama di Tanah Air, baik yang dilakukan di KUA Kecamatan dan kabupaten/kota domisili jemaah haji, yang diarahkan untuk mewujudkan jemaah haji mandiri.

2. Konsultan dan bimbingan ibadah kepada jemaah udzur/sakit di BPHI dengan Petugas Ibadah Jemaah Udzur (PIJU), yang dibagi dalam 2 (dua) shift masing-masing untuk 8 jam/hari. Kegiatan konsultasi bimbingan manasik di kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah dan Madinah, dengan materi tanya jawab dan konsultasi yang dapat dilakukan melalui telepon kepada Konsultan Pembimbing.

3. Jemaah haji dengan Risiko Tinggi (Risti) diprioritaskan dalam bimbingan. Profil jemaah haji Risti yang didominasi oleh jemaah usia lanjut, di atas 60 tahun. Mengingat kebijakan pemerintah yang membatasi pengulangan berhaji dan dari tahun ke tahun didominasi oleh wanita memerlukan penangan tersendiri. Utamanya saat melakukan umrah wajib. Tim Pembimbingan ibadah khusus di Masjidil Haram perlu dibentuk. yang terdiri atas gabungan petugas dari Daker dan Sektor yang bertugas memantau ibadah jemaah di sekitar math’af, mas’a untuk memastikan bahwa jemaah telah melaksanakan ibadah umrah sesuai ketentuan dalam manasik.

4. Dewasa ini akibat perluasan Masjidil Haram tidak sedikit jemaah tersasar, atau tidak mengetahui tempat mas’a. Jumlah petugas yang tersedia, dibagi dalam 3 shift untuk kurun waktu 21 hari saat padat-padatnya jemaah, yaitu menjelang wukuf atau ba’da Arafah (tawaf ifadhah).

5. Petugas haji yang menyertai jemaah/ Tim Pembimbing Ibadah HajiIndonesia (TPIHI) perlu selalu di pantau. Karena jumlahnya yang jauh dari rasio yang ideal untuk memberikan pelayanan bimbingan dan pendampingan ketika umrah, di Armina, thawaf ifadah dan sa’i serta melontar jumrah agar bisa bekerja lebih efektif.

6. Pelaksanaan sistem tarwiyah oleh jemaah haji cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun perlu mendapat perhatian khusus.. Perlu ditetapkan mekanisme izin mengikuti system tarwiyah dengan menyediakan formulir untuk diisi dan diketahui oleh Ketua Kloter.

3) Safari Wukuf dan Badal Haji

Jemaah haji yang di safari wukufkan jumlahnya relatif konstan dari tahun ke tahun. Mereka diangkut menggunakan bus untuk pasien dalam posisi duduk. Sementara itu bus yang dimodifikasi diperuntukkan bagi pasien dalam posisi berbaring. Mengingat keterbatasan fasilitas kendaraan, tidak semua jemaah yang ingin/mendaftar safari wukuf dapat dipenuhi keinginannya, akan tetapi terlebih dahulu dilakukan seleksi yang cukup ketat.

Badal haji dilakukan untuk jemaah sakit parah dan tidak dapat disafari wukufkan termasuk mereka yang mengidap ganguan jiwa. Kepada petugas badal haji dilakukan tes wawancara.

Jemaah haji baru tiba di Arab Saudi

4) Bimbingan Ibadah di Armina

Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan sebelum Arafah Mudzdalifah Mina (Armina) meliput, menyiapkan jadwal dan penetapkan penceramah dan petugas saat wukuf di tenda Misi Haji Indonsia, menggandakan dan mendistribusikan materi Khutbah Wukuf, dan menyiapkan sarana lainnya.

Sejak kedatangan jemaah dan petugas, dilaksanakan prosesi shalat Magrib dan Isya jama’ qashar berjemaah, shalat Subuh, Duhur-Ashar, dan Maghrib-Isya’ di jama’ takdim. Setelah shalat dilaksanakan Kuliah Tujuh Menit (Kultum) yang disampaikan secara bergilir oleh anggota amirul hajj. Khutbah wukuf di kemah haji Indonesia disampaikan oleh salah seorang anggota Amirul Haj., Khutbah wukuf dan shalat Duhur dan Ashar di Kemah Jemaah haji dikoordinasikan oleh perangkat Kloter dengan melibatkan para pembimbing kelompok bimbingan atau para kyai/ustadz yang ada di Kloternya.

Seluruh petugas dan Jemaah haji, selepas waktu Maghrib bergerak ke Mudzalifah dan setelah tengah malam ke Mina untuk Mabit dan melontar jumrah. Jemaah haji diberi kebebasan untuk memilih nafar awal atau nafar tsani.

Jemaah haji sedangan melakukan wukuf di Arafah

5) Rekrutmen Petugas Haji

Kegiatan rekrutmen petugas haji dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Tes petugas haji yang menyertai jemaah dan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang berasal dari daerah, dilaksanakan secara serentak di Kankemenag Kabupaten/Kota selama 3 (tiga) hari.

2. Tes petugas haji PPIH Arab Saudi di pusat dilaksanakan di Jakarta. Peserta dimungkinkan berasal dari Unit eselon I Kemenag, TNI, POLRI dan Instansi terkait

6) Pelatihan Petugas Haji

1. Pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi dilaksanakan selama 10 (sepuluh) hari di Jakarta. 2. Materi pelatihan di antaranya :

Pengenalan Program

Kebijakan Penyelenggaraan Ibadah Haji Manasik Haji

Kebijakan Teknis Pembinaan Haji Kebijakan Pemerintah Arab Saudi Kebijakan Teknis Kesehatan Haji

Kebijakan Teknis Pelayanan Haji Luar Negeri Struktur dan Mekanisme Kerja PPIH Arab Saudi

Pemantapan dan pembentukan Komitmen Pelayanan Petugas PPIH Arab Saudi Manajemen Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji

Kebijakan Teknis Pelayanan Haji Dalam Negeri Pelayanan Akomodasi, Konsumsi dan Transportasi Satuan Operasional Armina

Pengawasan dan pengendalian PPIH Arab Saudi

Keterkaitan tugas antara petugas yang menyertai jemaah dan PPIH Arab Saudi Diskusi-diskusi dan simulasi

b. Pelayanan Haji di Dalam Negeri 1) Pendaftaran Haji

Pendaftaran calon jemaah haji dibuka sepanjang tahun dengan menerapkan prinsip first come first served. Pendaftaran haji reguler dilakukan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Untuk mendapat porsi, jemaah haji reguler harus membayar setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp 25.000.000,00. Setoran awal harus dilakukan melalui Bank Penerima Setoran (BPS) BPIH yang menjadi mitra Kementrian Agama. Semua

BPIH telah terhubung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Ditjen PHU dan seluruh Kankemenag di seluruh Indonesia sebanyak 461 Kabupaten/Kota dari 469 Kankemenag yang ada di Indonesia.

Pendaftaran haji dilakukan pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai domisili Jemaah haji, dengan prinsip first come first served berdasarkan urut kacang sesuai perolehan nomor porsi berdasarkan alokasi kuota secara nasional maupun provinsi. Pengembangan pendaftaran haji sistem online dilakukan secara bertahap yang diawali dengan memanfaatkan main system milik Garuda Indonesia sebagai host Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) yang tersambung dengan Bank Penerima Setoran (BPS) BPIH, yang dimulai sejak tahun 1996.

SISKOHAT dibangun untuk memberikan kemudahan dan kecepatan layanan, pengendalian pendaftaran dan penyetoran lunas BPIH, pengendalian kuota haji nasional secara tersistem, dan upaya memberikan kepastian pergi haji pada tahun berjalan, serta adil secara berurutan untuk memperoleh nomor porsi haji. Pendaftaran haji melalui SISKOHAT dilakukan sepanjang tahun yang dapat dimonitor dan dikendalikan setiap saat secara real time.

Tempat pendaftaran haji khusus di 14 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, yaitu : (1) Provinsi Banten, (2) Provinsi DKI Jakarta, (3) Provinsi Jawa Barat, (4) Jawa Timur, (5) Kalimantan Timur, (6) Sulawesi Selatan, (7) Sumatera Selatan, (8) Riau, (9) Jawa Tengah, (10) Kalimantan Selatan, (11) Sumatera Utara, (12) Jambi, (13) Sulawesi Tenggara, (14) Gorontalo.

2) Revitalisasi Asrama Haji

Penyediaan gedung dan bangunan asrama haji dengan berbagai layanan yang memadai merupakan bentuk tanggungjawab serta kepedulian pemerintah dalam rangka revitalisasi asrama haji. Asrama Haji saat ini hanya berfungsi (utamanya) untuk memfasilitasi proses keberangkatan/ pemulangan jemaah haji yang hanya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, dirasa kurang maksimal pemanfaatannya.

Pengelolaan Asrama Haji saat ini dilakukan oleh Badan Pengurus Asrama Haji (BPAH). Untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya melakukan pelayanan kepada umum, namun pada kenyataannya mengalami banyak hambatan, baik dari segi SDM maupun wujud fisiknya. Pada akhirnya, “use factor” di Asrama Haji masih rendah ditambah beban rutin yang berat, padahal potensi asrama haji sangat tinggi. Dengan karakteristik umum Asrama Haji yang memiliki fasilitas kamar tidur dengan jumlah banyak, juga fasilitas ruang-ruang pertemuan dalam berbagai ukuran seharusnya dapat lebih ditingkatkan manfaatnya.

Revitalisasi Asrama Haji, bertujuan mendayagunakan semua aset yang ada agar “use factor” meningkat, dan menjadikan asrama haji yang memilki multi fungsi, nyaman, sehat, aman dan indah dengan cara menyewakan fasilitas asrama haji diluar operasional haji, membuat TPA/TKA maupun fasilitas pendidikan dasar lainnya, bekerjasama dengan pihak bank atau pihak lainnya untuk memaksimalkan lahan yang ada, dan lainnya. Dengan adanya revitalisasi asrama haji diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan jemaah haji pada saat operasional dan meningkatkan nilai manfaat di luar operasional haji.

Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

Kamar Jemaah Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

Toilet Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

Loby Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

Gedung Aula Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

Aula Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

Asrama Haji Medan Sumatera Utara

Loby Asrama Haji Medan Sumatera Utara

Ruang kamar Asrama Haji Medan Sumatera Utara

Toilet kamar Asrama Haji Medan Sumatera Utara

Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur

Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur (Tampak Belakang)

Kamar Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur

Gedung Aula Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur

Asrama Haji Makassar Sulawesi Selatan

Loby Asrama Haji Makassar Sulawesi Selatan

Gedung Aula Asrama Haji Makassar Sulawesi Selatan

Loby Aula Asrama Haji Makassar Sulawesi Selatan

Asrama Haji Padang Sumatera Barat

Gedung Aula Asrama Haji Padang Sumatera Barat

Ruang Kamar Asrama Haji Padang Sumatera Barat

Asrama Haji Lombok Nusa Tenggara Barat

Loby dan Drop Off Asrama Haji Lombok Nusa Tenggara Barat

Koridor Asrama Haji Lombok Nusa Tenggara Barat

Tangga dan Lift Asrama Haji Lombok Nusa Tenggara Barat

3) Penyiapan Transportasi Udara

Penetapan Pelaksana Transportasi Udara Jemaah Haji Indonesia dilakukan oleh paling tidak dua maskapai penerbangan yaitu: (1) PT. Garuda Indonesia dengan cakupan embarkasi Banda Aceh (BTJ), Medan (MES), Padang (PDG), Palembang (PLM), Solo (SOC), Balikpapan (BPN), Banjarmasin (BDJ), Makassar (UPG) dan Jakarta (CGK) khusus Provinsi DKI Jakarta dan Lampung; serta (2) Saudi Arabia Airlines dengan cakupan embarkasi Batam (BTH), Jakarta (JKS) khusus provinsi Jawa Barat dan Banten, Surabaya (SUB), dan Mataram (LOP).

Operasional pemberangkatan jemaah haji berlangsung selama 28 hari, diberangkatkan dari 13 Asrama Haji Embarkasi, yaitu: 1) Aceh, 2) Medan, 3) Batam, 4) Padang, 5) Palembang, 6) Jakarta-Pondok Gede, 7) Jakarta-Bekasi, 8) Solo, 9) Surabaya, 10) Banjarmasin, 11) Balikpapan, 12) Makasar, dan 13) Lombok.

Penyiapan Transportasi Udara

4) Perlindungan Jemaah Haji

Keamanan dan perlindungan jemaah diarahkan agar jemaah haji memperoleh jaminan keselamatan dan keamanan, baik di Tanah Air maupun Arab Saudi. Untuk memberikan perlindungan, setiap jemaah haji diberikan asuransi yang dibiayai dengan dana optimalisasi BPIH. Santunan bagi setiap jemaah yang meninggal dunia (natural death) diupayakan minimal sama dengan sebesarn BPIH yang disetor oleh msing-masing jemaaah haji. Sedangkan jemaah haji yang meninggal karena kecelakaan (by accident) diberikan santunan minimal 2 kali lipat besaran yang meninggal karena kecelakaan. Besaran asuransi untuk petugas haji diupayakan sama dengan besaran asuransi untuk jemaaah haji.

Selain asuransi jiwa sebagaimana tersebut di atas, jemaah haji juga dilindungi oleh extra cover penerbangan yang menjadi tanggug jawab pihak penerbangan sesuai peraturan penerbangan internasional, apabila jemaah haji meninggal pada saat masih dalam batas tanggung jawab penerbangan yang meliputi :

Mudzakarah Perhajian Nasional dalam Rangka Perlindungan Jemaah

1. Fase keberangkatan

Selama dalam bus angkutan dari embarkasi haji menuju Bandara, saat di Bandara Tanah Air maupun pesawat, sampai dengan gate imigrasi Bandara KSA.

2. Fase kedatangan

Setelah jemaah melewati gate imigrasi Bandara KSA, selama di pesawat, saat tiba di bandara Tanah Air sampai dengan di dalam bus yang membawa jemaah haji dari bandara menuju asrama debarkasi.

Terkait dengan layanan transportasi udara dan perlindungan jemaah haji dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Pengadaan jasa transportasi udara haji dilakukan secara lelang terbuka dengan memperhatikan:

a. Undang-Undang Penerbangan Internasional, Peraturan IATA, Undang Undang Penerbangan nasional, Peraturan Arab Saudi/GACA, hubungan antar kedua negara. b. Seluruh negara mengunakan Saudi Arabian Airlines dan apabila Saudia Airlines (SV) tidak

dilibatkan, Kemenag akan dikenakan royalty charge sebesar USD. 100,- per jemaah. c. Kebijakan dan ketentuan mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

2. Melakukan MoU tentang penerbangan haji antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Arab Saudi, khususnya terkait dengan Slot time.

3. Melakukan MoU tentang penerbangan haji antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Arab Saudi terkait dengan kepastian pembagian alokasi jumlah jemaah masing-masing maskapai.

4. Sosialisasi mengenai asuransi jiwa jemaah haji, dilakukan oleh pihak Asuransi, dan Kemenag Pusat dan Daerah.

5. Tanazul jemaah sakit diperbolehan menggunakan pesawat dari penerbangan yang sama dan lintas embarkasi.

6. Membuat program perjalanan ibadah haji per-Kloter

7. Dalam kontrak dicantumkan bahwa pihak penerbangan harus menanggung biaya transportasi sampai embarkasi jemaah yang bersangkutan.

5) Pengurusan Dokumen dan Pemvisaan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 Tahun 2009 dan sesuai dengan kebijakan Pemerintah Arab Saudi, sejak tahun 1430H/2009M jemaah haji Indonesia menggunakan paspor Internasional (ordinary passport). Pemerintah dalam hal ini Kementerian

Agama berkewajiban untuk menyediakan dokumen perjalanan haji bagi jemaah haji yang meliputi penerbitan paspor dan proses pemvisaan ke Kedutaan Besar Arab Saudi.

Dengan diberlakukannya kebijakan e-hajj oleh Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, untuk mempercepat penyelesaian dokumen haji (visa) menggunakan alat e-reader.

Dalam rangka persiapan haji dibentuk Tim penyelesaian paspor dan Tim Pemvisaan. Tim Penyelesaian paspor terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Non PNS. Tim ditetapkan berdasar Surat Keputusan Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Tugas Tim Penyelesain Dokumen sebagai berikut :

1. Menerima dan mencatat paspor beserta kelengkapannya baik paspor jemaah haji

biasa, jemaah haji khusus dan petugas haji;

2. Menginput jumlah paspor yang diterima ke dalam Aplikasi Penyelesaian Paspor;

3. Meneliti dan memverifikasi keabsahan data jemaah haji;

4. Melakukan pemaduan pasfoto jemaah haji melalui Aplikasi Penyelesaian Paspor Haji;

5. Mengentri data dan upload pasfoto jemaah haji ke dalam website Kementerian Luar

Negeri Kerajaan Saudi Arabia;

6. Mencetak stiker request dan menempelkannya pada kulit halaman cover depan

Paspor;

7. Mencetak daftar nominatif pusat dan menempelkan stiker nomor nominatif pusat pada

cover belakang paspor;

8. Mengirimkan paspor yang telah diproses requestnya ke Kedutaan Besar Arab Saudi

untuk mendapatkan visa;

9. Mengkonfirmasi paspor yang telah di visa dengan barcode ke dalam Aplikasi

Penyelesaian Paspor;

10. Menyerahkan paspor yang telah di visa kepada petugas Kementerian Agama Provinsi

dan Pusat;

11. Memproses pengadministrasian dan keuangan anggota Tim Penyelesaian Paspor

Jemaah Haji;

12. Membuat laporan harian dan laporan akhir Tim Penyelesaian Paspor Jemaah Haji

Tim pemvisaan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Pelayanan Haji dalam Negeri selaku Pejabat Pembuat Komitmen. Uraian tugas Tim pemvisaan sebagai berikut:

1. Melaksanakan cross-check data jemaah haji pada paspor dengan data website Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dengan menggunakan barcode;

2. Mencetak data dan foto jemaah haji ke dalam stiker visa; 3. Menempelkan stiker visa pada lembaran paspor jemaah haji;

4. Memilah dan menghitung paspor yang telah selesai divisa dan mengelompokkan per provinsi;

5. Melaporkan pelaksanaan tugas Tim secara rutin kepada pimpinan; 6. Membuat laporan akhir tugas

Setelah paspor diterima dari daerah, dilakukan penelitian dan diverifikasi keabsahanya disesuaikan dengan data jemaah. Setelah melewati tahapan penilitian, paspor diolah dan dimasukkan ke dalam database Subdit Dokumen. Penginputan data paspor ke dalam database dan request visa menggunakan Machine Readable Travel Document (MRTD), sesuai dengan instruksi Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, terkait dengan pemberlakuan e-hajj.

Setelah dikirim ke Kedutaan Besar Arab Saudi (KBSA) paspor diproses untuk mendapatkan visa. Paspor yang diterima oleh KBSA akan di scan terlebih dahulu untuk memperoleh barcode. Setelah keluar barcode visa di print out. Hasil print out ini ditempelkan ke dalam paspor.

6) Pelayanan Asrama dan Embarkasi Haji

Di Asrama Haji Embarkasi, jemaah haji selain memperoleh pelayanan akomodasi juga dilakukan proses Custom Immigration and Quarantine (CIQ), check in penerbangan, pemberian gelang identitas dan living allowance, pemeriksaan akhir kesehatan, bimbingan manasik, serta pemantapan Ketua Regu (Karu) dan Ketua Rombongan (Karom).

Dalam rangka persiapan pelayanan terhadap jemaah haji di Asrama Haji, sebelum pelaksanaan operasional haji, dilakukan pemeriksaan sanitasi di Asrama Haji hingga 3 tahap, meliputi:

1. Kondisi fisik bangunan asrama haji;

2. Kebersihan lingkungan, jalan, dan kebersihan di dalam gedung-gedung asrama haji; 3. Kondisi barang-barang meubeleur, elektronik, linen dan barang-barang kelengkapan lainnya; 4. Kondisi instalasi listrik dan pencahayaan ruangan atau lingkungan;

5. Penyediaan air bersih; 6. Tempat pengolahan makanan; 7. Pembuangan limbah/sanitasi; 8. Pengendalian vektor;

9. Sistem kewaspadaan dini dan respon Kejadian Luar Bisa (KLB) di Asrama Haji

Selama di asrama jemaah haji memperoleh konsumsi. Penyedia konsumsi adalah perusahaan jasa boga/katering yang memenuhi persyaratan dan dilakukan dengan tender/lelang. Proses

pengadaannnya dilaksanakan oleh masing-masing Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi setempat /embarkasi haji.

Perusahaan katering pemenang tender melaksanakan kegiatan pengolahan makanan di dapur asrama haji yang disupervisi oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) setempat termasuk bahan makanan dan minuman untuk jemaah haji. Proses pembagian konsumsi dilakukan dengan menggunakan Kartu Makan kepada jamaah haji. Kartu Makan dimaksudkan antara lain sebagai alat kontrol. Konsumsi jemaah haji disediakan di gedung tempat jemaah haji menginap, sebanyak 3

Dokumen terkait