• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.7 Pencegahan Diare

Menurut Kemenkes RI tahun 2010, pencegahan diare dapat dilakukan antara lain : 1. Perilaku sehat

a. Pemberian ASI

b. Makanan pendamping ASI

c. Menggunakan air bersih yang cukup d. Mencuci tangan

e. Menggunakan jamban

f. Membuang tinja bayi yang benar g. Pemberian imunisasi campak 2. Penyehatan lingkungan

a. Penyediaan air bersih

Air mempunyai peran besar dalam penyebaran beberapa penyakit menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit disebabkan keadaan air itu sendiri sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikroorganisme (Rahadi, 2005).

Air dapat berperan sebagai transmisi penularan suatu penyakit melalui kuman-kuman yang ditularkan lewat jalur air (water borne disease) atau jalur peralatan yang dicuci dengan air (water washed disease) (Chandra, 2007).

Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi bakteri yang ditularkan melalui cara oro-fecal. Diare dapat ditularkan melalui cairan atau bahan yang tercemar dengan tinja seperti air minum,

tangan atau jari-jari, makanan yang disiapkan dalam panci yang telah dicuci dengan air tercemar (Subagyo, 2008).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.

Kesehatan lingkungan dengan penyediaan air bersih, yakni pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia. Dengan demikian air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari selain memenuhi atau mencukupi dalam kuantitas juga harus memenuhi kualitas yang telah ditetapkan. Pentingnya air bersih berkualitas baik perlu disediakan untuk memenuhi kebutuhan dasar kebutuhan dasar dalam mencegah penyebaran penyakit menular melalui air (Ginanjar, 2008).

Hasil penelitian dari Febriani, Emi (2013) dapat disimpulkan adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan air bersih dengan kejadian diare pada anak di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu (p = 0,029).

Hasil penelitian Fauziah (2013) juga menyimpulkan ada hubungan antara kondisi sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013 (p = 0,023).

Air yang diperuntukan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain: (Mubarak dan Chayatin, 2009) :

 Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit  Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun  Tidak berasa dan tidak berbau

 Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga

 Memenuhi standart minimal yang ditentukan Departemen Kesehatan RI

b. Pengelolaan sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan dalam suatu kegiatan manusia atau dibuang (Notoatmodjo, 2003).

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dan lain-lain. Hasil penelitian Emi Febriani (2013) dapat

disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pembuangan sampah dengan kejadian diare pada anak (p = 0,035).

Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil penelitian Lindayani, Sintari dan Azizah, R (2009) dapat disimpulkan ada hubungan antara sarana pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung (p= 0,004), hubungan ini ditunjukan dengan angka kejadian diare pada balita lebih besar pada responden yang memiliki sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat. Selain itu sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit(Kemenkes RI, 2010).

Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya tahap pengumpulan dan penyimpanana di tempat sumber, tahap pengangkutan dan tahap pemusnaahan (Sumantri, 2010).

c. Sarana pembuangan air limbah

Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengelolahan ke dalam suatu badan air. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha/ atau kegiatan yang

berwujud cair. Air limbah dapar berasal dari rumah tangga maupun industri.

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk baik terhadap mahkluk hidup dan maupun lingkungannya. Salah satu dampak buruknya terhadap mahkluk hidup adalah gangguan kesehatan. Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air (waterborne disease) salah satunya adalah diare. adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit misalnya nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan lain-lain (Sumantri, 2010) .

Hasil penelitian Lindayani, Sintari dan Azizah, R (2009) dapat disimpulkan ada hubungan antara sarana pembuangan air limbah dengan kejadian diare di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung (p= 0,048), secara umum pembuangan air limbah warga masih menggunakan galian tanah dan saluran tersebut tidak lancar, terbuka dan menimbulkan bau.

Beberapa metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengelola air limbah, diantaranya (Mubarak dan Chayatin, 2009) : 1. Pengenceran (disposal by dilution)

2. Kolam oksidasi (oxidation ponds) 3. Irigasi (irrigation)

2.2 IKLIM

2.2.1 Pengertian Iklim

Dalam memahami masalah iklim, tentunya harus dibedakan dua terminologi, yakni cuaca dan iklim. Iklim dan cuaca memiliki banyak kesamaan, tetapi keduanya tidak identik. Cuaca adalah total dari keseluruhan variabel atmosfer di suatu tempat dalam suatu periode waktu yang singkat. Sedangkan iklim merupakan suatu konsep yang abstrak. Ini merupakan suatu komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer, di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang ( Trewartha, GT & Horn, LH, 1995) .

2.2.2 Unsur-Unsur Iklim 2.2.2.1 Suhu Udara

Udara adalah campuran dari miliaran atom yang tak terhitung jumlahnya. Masing-masing molekul tersebut memiliki ukuran dan karakteristik tersendiri. Molekul tersebut setiap waktu bergerak dan melesat bebas dan saling bertumbuknya molekul tersebut akan menghasilkan sebuah energi. Suhu yang terbentuk di udara merupakan hasil dari energi yang terjadi dari pertumbukan molekul-molekul di udara (Ahrens, 2009).

Suhu udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan thermometer. Satuan yang biasa digunakan adalah derajat Celcius (0C), sedangkan di Inggris dan beberapa negara lainnya dinyatakan dalam gerajat Fahrenheit (0F) .

1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari, dan per musim. 2. Pengaruh daratan atau lautan.

3. Pengaruh ketinggian tempat.

4. Pengaruh angin secara secara tidak langsung.

5. Pengaruh panaas laten, yaitu panas yang disimpan dalam atmosfer.

6. Penutup tanah, yaitu tanah yang ditutup vegetasi yang mempunyai temperature yang lebih rendah daripada tanah tanpa vegetasi.

7. Tipe tanah, tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi.

8. Pengaruh sudut datang sinar matahari. Sinar matahari yang tegak lurus akan membuat suhu lebih panas daripada yang datangnya miring.

Data suhu berasal dari suhu rata-rata harian, bulanan, musiman dan tahunan.

1. Suhu rata-rata harian, yaitu

a. dengan menjumlahkan suhu maksimum dan minimum hari tersebut, selanjutnya dibagi dua, dan

b. dengan mencatat suhu setiap jam pada hari tersebut selanjutnya dibagi 24

2. Suhu rata-rata bulanan, yaitu dengan menjumlahkan rata-rata suhu darian selanjutnya dibagi 30

3. Suhu rata-rata tahunan, yaitu dengan menjumlahkan suhu rata-rata bulanan, dan selanjutnya dibagi 12

4. Suhu normal adalah angka rata-rata suhu yang diambil dalam waktu 30 tahun. (Katasapoetra, 2008).

2.2.2.2 Curah Hujan

Menurut Hermansyah (2008) mengutip pendapat Gunawan, curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Bentuk medan atau topografi b. Arah lereng medan

c. Arah angin yang sejajar dengan garis pantai d. Jarak perjalanan angin di atas medan datar

Ada teori yang menjelaskan proses terjadinya hujan, yaitu teori kristal es dan teori tumbukan. Berdasarkan teori kristal es, butiran air hujan berasal dari Kristal es atau salju mencair. Kristal es terbentuk pada awan-awan tinggi akibat deposisi uap air pada inti kondensasi. Apabila semakin banyak uap air yang terikat pada inti kondensasi ini, maka ukuran Kristal menjadi besar dan terlalu besar untuk melayang. Dengan dipengaruhi gaya gravitasi bumi, maka akan jatuh dalam perjalanannya menuju kepermukaan bumi, maka akan jatuh dalam perjalanannya menuju kepermukaan bumi, Kristal es tersebut melewati udara panas sehingga mencair menjadi butiran air hujan. Teori tumbukan berdasarkan fakta yaitu ukuran butiran air tidak seragam, sehingga kecepatan jatuhnya berbeda. Butiran yang berukuran besar akan jatuh dengan kecepatan lebih tinggi di banding butiran yang lebih kecil sehinggga dalam proses jatuhnya, ukuran yang lebih besar ini akan menabrak dan bergabung dengan butiran yang lebih kecil.

Menurut Lakitan (2002) mengutip pendapat Mori et.al membagi tingkatan hujan berdasarkan intensitasnya, yaitu :

1. sangat lemah (kurang dari 0,02 mm/menit), 2. lemah (0,02-0,05 mm/menit),

3. sedang (0,05-0,25 mm/menit), 4. deras (0,25-1,00 mm/menit) dan

5. sangat deras (lebih dari 1,00 mm/menit).

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika berdasarkan analisis curah hujan bulanan maka distribusi hujan bulanan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. rendah (0-100 mm)

2. menengah/ sedang (101-200 mm) 3. tinggi (201-400 mm)

4. sangat tinggi (400- >500 mm)

Pola curah hujan di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh keberadaan Samudra Pasifik di sebelah timur laut dan Samudra Indonesia di sebelah barat daya. Kedua samudra ini merupakan sumber udara lembab yang akan mendatangkan hujan di wilayah Indonesia.

Keberadaan benua Asia dan Australia yang mengapit kepulauan Indonesia mempengaruhi pola pergerakan angin. Arah angin sangat penting perannya dalam mempengaruhi pola curah hujan.

Antara bulan Oktober sampai Maret, angin muson timur laut akan melintasi garis ekuator dan mengakibatkan hujan lebat, sedangkan antara bulan

April sampai September angin akan bergerak dari arah tengggara melintasi benua Australia sebelum sampai ke wilayah Indonesia dan angin ini sedikit sekali mengandung uap air (Lakitan, 2002).

2.2.2.3Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu yang dinyatakan dalam persen (%) (Hermansyah, 2008). Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara adalah psychrometer atau hygrometer.

Kelembaban udara mempunyai beberapa istilah yaitu :

a. Kelembaban mutlak atau kelembaban absolute, yaitu massa uap air persatuan volume udara dinyatakan dalam satuan gram/ m3.

b. Kelembaban spesifik yaitu perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu, dinyatakan dalam g/kg.

c. Kelembaban nisbi atau lembaban relative, yaitu perbandingan antara tekanan uap air actual (yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh, dinyatakan dalam % (Katasapoetra, 2008).

2.2.2.4Kecepatan angin

Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Angin diberi nama sesuai dengan dari arah mana angin dating (Tyasyono, 2004). Kecepatan angin adalah rata-rata laju pergerakan angin yang merupakan gerakan horizontal udara terhadap permukaan bumi suatu waktu yang diperoleh

dari hasil pengukuran harian dan dirata-ratakan setiap bulan dan memiliki satuan knot (Neiburger, 1995). Kecepatan angin di wilayah Indonesia umumnya terutama wilayah dekat garis ekuator. Kecepatan angin yang diukur di Jakarta menunjukan perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau (Tjasyono, 2004).

Dokumen terkait