• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCEGAHAN INFEKSI NASOKOMIAL

Dalam dokumen Proposal K3 Puskesmas Ujungpandang Baru (Halaman 34-40)

Upaya pencegahan infeksi nasokomial belum maksimal 6. PEMERIKSAAN KESEHATAN

 Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh pekerja di puskesmas atau klinik.

 Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, pekerja hanya memeriksakan diri di puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.  Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa pekerja tidak mengalami

sakit berat, hanya karena capek. 7. ADANYA KELUHAN KESEHATAN

 Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk) merupakan keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.

 Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, paha, tangan, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis  Perizinan saat sakit didapatkan oleh pekerja dan diberi istirahat kerja 8. UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LAINNYA

 Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 ada  Kotak P3K di ruang tidak ada

 Petugas K3 tidak ada PEMBAHASAN

1. HAZARD

Hazard Lingkungan Kerja potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan – gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya : terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.5

 Faktor fisik

1. Sumber kebisingan.

Kebisingan ada dari alat kerja yakni kipas angina namun tidak terlalu menimbulkan kebisingan.

intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik (Hertz, Hz), sedangkan intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ditulis dBA atau dB(A). Telinga manusia mampu mendengar pada frekuensi antara 16 – 20.000 Hz. 4

Sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 adalah 85 desi Bell A (dBA), untuk waktu pemajanan 8 jam perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat pemajanan tidak diperkenankan. 4

2. Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu untuk pencahayaan.

3. Sumber getaran berasal dari alat dapur yaitu blender namun tidak terlalu menimbulkan getaran.

4. Temperature di ruangan tempat kurang baik karena hanya menggunakan 1 kipas angin sehingga para pekerja sering merasa kepanasan.

Suhu udara yang terlalu panas akan menyebabkan menurunnya semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerja. Di dalam ruangan kerja dibutuhkan udara yg baik untuk kesegaran fisik karyawan.4

Suhu udara atau temperatur ruang kerja karyawan dipertahankan baik pada musim panas maupun di musim dingin adalah dibawah 21oC untuk menekan kelembaban. 4

 Faktor kimia

Faktor kimia merupakan potensi bahaya yang berasal dari bahan – bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).5

4% kematian karena kanker, dan bahkan dapat mencapai 80% untuk jenis kanker tertentu. Sebagian besar pekerja dapat menderita berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia.4

Bahan kimia yang digunakan

Pekerja menggunakan gas untuk memasak makanan namun zat kimia ini masif relatif aman bagi para pekerja.

 Faktor biologi

Faktor biologi merupakan bahan organik yang berasal dari sumber – sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.4

 Faktor ergonomi

Faktor ergonomi merupakan potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma – norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.5

1. Posisi badan miring / membungkuk

Pekerja lebih banyak membungkuk dan duduk pada saat melakukan pekerjaan.

2. Posisi tangan melewati bahu / letak tinggi

Kebanyakan posisi tangan pasien tidak terlalu tinggi / tidak melewati bahu, tetapi kadang kala konsumen yang lebih tinggi dari petugas menyebabkan posisi tangan lebih tinggi daripada bahu karena ketinggian kursi yang tidak dapat diatur.

Sehingga berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa factor ergonomi pada puskesmas ini belum memadai karena pekerja juga sangat mengeluhkan seringnya gangguan musculoskeletal berupa pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha dan kaki) yang

dialaminya.  Faktor psikososial

Faktor psikososial merupakan potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.5

Respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan. Jika respon terhadap tubuh berlebihan maka akan menimbulkan stress. Gangguan emosional yg ditimbulkan adalah : cemas, gelisah, gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, pecandu alkohol/psikotropika. Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.4

Jam kerja yang lama/ istirahat kurang dan kurang baiknya komunikasi antara sesama pegawai juga dapat menyebabkan timbulnya permasalahan dari faktor psikososial.6

 Pembagian jadwal jam kerja tidak ada.

 Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja. Pekerja kadang merasa cemas akan penyakit yang kadang-kadang mereka derita seperti bersin, batuk.

 Hubungan sesama pekerja baik.

 Gaji para pekerja setiap bulannya sesuai.

Sehingga dari hasil observasi didapatkan ada beberapa factor psikososial yang terganggu.

2 ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN

 Menggunakan alat tangan dan alat-alat dapur.

 APD

Alat – alat yang digunakan dapat berbahaya bagi pekerja jika tidak menggunakan APD atau jika tidak menggunakan alat tersebut dengan hati-hati. Sehingga dibutuhkan pengalaman kerja dan pengetahuan mengenai perlatannya serta dampak yang dapat timbul oleh alat – alat tersebut.

3 ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN

Alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.4

Berikut ini akan disebutkan beberapa perlengkapan APD yang digunakan di industri baik formal maunpun informal mulai dari kaki sampai kepala.

 Pelindung kepala, seperti helm yang dilengkapi oleh perisai dan lain sebagainya.

 Pelindung mata, seperti kaca mata dan kaca pengaman yang dimana kaca mata atau kaca pengeman ini tidak mudah hancur  Pelindung pendengaran, seperti earplugs dan earmuffs

 Pelindung muka, seperti perisai yang biasa digunakan pada usaha las

 Pelindung pernafasan  Pelindung badan

 Pelindung jari dan tangan, seeperti kaos tangan yang terbuat dari asbes atau yang lainnya

 Pelindung kaki

 Pengaman dari kejatuhan, seperti tali penolong, atau ikat pinggang pengaman, pakaian pengaman dan jaring

Sedangkan pada puskesmas ini pekerja hanya menggunakan baju seragam sebagai pakaian kerja dan sandal atau sepatau sebagai pelindung kaki. Di puskesmas tersebut disediakan masker dan sarung tangan bagi pekerja namun APD tersebut sangat jarang digunakan oleh para pekerja saat bekerja. Pekerja sebenarnya mengetahui alat – alat pelindung diri dan mengetahui fungsinya masing – masing namun kesadaran pekerja yang masih kurang untuk menggunakan alat pelindung diri tersebut.

4 ALAT PEMADAM KEBAKARAN

Terdapat alat pemadam kebaran api ringan 5 PENCEGAHAN INFEKSI NASOKOMIAL

tersedianya tempat cuci tangan utnuk menghindari infeksi silang serta jarangnya pengguna alat pelindung diri .

6 PEMERIKSAAN KESEHATAN

Upaya pengendalian agar sumber yang dapat menimbulkan gangguan dapat dikurangi agar tidak menimbulkan efek terhadap orang sekelilingnya. Upaya yang dapat dilakukan dapat berupa pendekatan teknis, administratif, dan medis.4

a. Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh pekerja ke puskesmas atau ke klinik.

b. Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, pekerja hanya memeriksakan diri ke puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu. c. Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa pekerja tidak mengalami

sakit berat, hanya karena capek.

Sehingga upaya penanganan permasalahan penyakit yang timbul akibat kerja kerja sudah dilaksanakan cukup baik oleh pekerja dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau klinik saat sakit.

7 ADANYA KELUHAN KESEHATAN

 Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, sesak napas) merupakan keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.

 Keluhan pada mata (merah, kering berair) merupakan keluhan paling sering pada pekerja kasir.

 Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis

 Perizinan saat sakit didapatkan oleh pekerja dan diberi istirahat kerja Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri.

Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan pada petugas puskesmas ini.

 Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 ada  Kotak P3K di ruang kerja tidak ada

 Petugas K3 tidak ada

Pada puskesmas ini sudah mulai terlaksana upaya kesehatan dan keselamatan kerja lainnya karena telah dilakukan penyuluhan tentang K3 namun hal ini masih kurang karena tidak adanya kotak P3K untuk kepentingan kesehatan dan keselamatan pekerja.

1.4 TEMPAT CUCI DAN TOILET 1. HAZARD LINGKUNGAN KERJA

 Faktor fisik 1. Kebisingan

Tidak terdapat faktor. 2. Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat bersumber dari cahaya langsung. 3. Sumber getaran

Sumber getaran tidak ada. 4. Temperatur

Suhu di ruangan tempat kurang baik karena menggunakan cahaya langsung.

 Faktor kimia

1. Bahan kimia yang digunakan

Petugas menggunakan bahan padat dan cair seperti sabun.  Faktor biologi

Terdapat faktor biologi yang bersumber dari tempat pencucian, wc dan ember penampung air.

Dalam dokumen Proposal K3 Puskesmas Ujungpandang Baru (Halaman 34-40)

Dokumen terkait