• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal K3 Puskesmas Ujungpandang Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal K3 Puskesmas Ujungpandang Baru"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari “ Occupational Health” yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya.1

Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain: suhu ruangan yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya (ergonomic ) dan sebagainya. 1

Dasar hukum sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tercantum dalam undang-undang keselamatan kerja no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Dalam undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit sepuluh orang. Jika memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah rumah sakit, termasuk kedalam

(2)

kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja dirumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit.2

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan dan meminimalisirkan dan bila mungkin meniadakannya. Oleh karena itu perlu diadakannya sistem K3 di Puskesmas Jumpandang Baru agar penyelenggaraan K3 tersebut lebih efektif, efisien dan terpadu.

1.2. Tujuan A. Tujuan Umum

Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada petugas pelayanan kesehatan di Puskesmas Jumpandang Baru.

B. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas pelayanan kesehatan di Puskesmas Jumpandang Baru.

2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugasdi Puskesmas Jumpandang Baru.

3. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan petugas di Puskesmas Jumpandang Baru.

4. Unruk mengetahui upaya petugas kesehatan dalam penyebaran infeksi nasokomial di Puskesmas Jumpandang Baru.

5. Untuk mengetahui upaya petugas kesehatan dalam penanggulangan bencana kebakaran di Puskesmas Jumpandang Baru .

6. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) pada petugas di Puskesmas Jumpandang Baru.

7. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan pada petugas di Puskesmas Jumpandang Baru.

8. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan (misalnya penyuluhan, pelatihan, pengukuran, atau pemantauan lingkungan tentang hazard yang pernah diadakan).

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat 1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya.1Yang dimaksud dengan unit pelaksana adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disebut UPTD, yakni unit organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang melaksanakan tugas teknis operasional.

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Di

(4)

dalam pembangunan kesehatan meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.1,4

2. Fungsi Puskesmas

Menurut buku Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar, Puskesmas mempunyai 3 ( tiga ) fungsi sebagai berikut :

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

 Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan

 Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya  Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit

tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat: Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga & masyarakat :

 Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat

 Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan

 Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan

c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama; Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan

 Pelayanan kesehatan perorangan  Pelayanan kesehatan masyarakat 3. Program Kegiatan Puskesmas

Program Puskesmas merupakan wujud dari pelaksanaan ke tiga fungsi Puskesmas di atas, program tersebut dikelompokan menjadi :1,3

a. Upaya kesehatan wajib puskesmas 1. Upaya promosi kesehatan 2. Upaya kesehatan lingkungan 3. Upaya perbaikan gizi

4. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular 5. Upaya kesehatan ibu, anak & KB

(5)

b. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan kemampuan Puskesmas. Bila ada masalah kesehatan, tetapi puskesmas tidak mampu menangani, maka pelaksanaan dilakukan oleh Dinkes Kab/Kota.

c. Upaya Lab (medis dan kesehatan masyarakat) dan Perkesmas serta Pencatatan Pelaporan merupakan kegiatan penunjang dari tiap upaya wajib atau pengembangan.

4. Keselamatan kesehatan kerja

Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri ataupun lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya.3

2.2 Petugas

A. Faktor Hazard

Faktor-faktor yang membahayakan petugas (faktor hazard) perlu dijelaskan kesan-kesan penggunaannya. Faktor hazard bisa didapatkan dari lingkungan Puskesmas. Faktor hazard dapatdibedakan menjadi:5

1. Faktor biologi (berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi petugas hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.)

2. Faktor fisik (Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian, Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat

(6)

menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja, terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar, terkena radiasi khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani).

3. Faktor kimia (Petugas yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, trhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.)

4. Faktor ergonomik (Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

5. Faktor psikososial (Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan).

B. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja, antara lain.4

(7)

`Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala daribahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain:

a. Topi pelindung (Safety Helmets)

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat dari plastik (Bakelite), serat gelas (fiberglass) maupun metal.

b. Tutup kepala

Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat daerah steril dan percikan bahan-bahan dari pasien. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari kain katun.

c. Topi/Tudung

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu, dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air.

2. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras, dan lain-lain. Jenis alat pelindung mata antara lain:

a. Kaca mata biasa (spectacle goggles)

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elegtromagnetik.

(8)

b. Goggles

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan percikan larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya radiasi gelombang elegtromagnetik mengion.

3. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja.

Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:

a) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau kombinasi dari berbagaibentuk kontaminan tersebut.

b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.

c) Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing kontaminan.

d) Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit.

e) Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll. Jenis alat pelindung pernafasan antara lain:

1) Masker

Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikelpartikel yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.

2) Respirator

Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu,kabut, uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara lain:

a. Chemical Respirator

Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan tiksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan

(9)

silicagel. Sedangkan canister digunakan untuk mengadsorbsi khlor dan gas atau uap zat organik.

b. Mechanical Filter Respirator

Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas atau wol dan serat sintetis yang dilapisi dengan resin untuk memberi muatan pada partikel. 4. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain:

a. Sarung tangan bersih

Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan steril.

b. Sarung tangan steril

Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi.

c. Sarung tangan rumah tangga (gloves)

Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:  Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk

melindungi tangan dari api, panas,  dan dingin.

 Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari listrik, panas, luka, dan lecet.

 Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik dan radiasi pengion.

(10)

 Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia.

 Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chlorida (PVC) untuk melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai oksidator.

5. Baju Pelindung (Body Potrection)

Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis baju pelindung antara lain:

a. Pakaian kerja

Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi seperti bahan dari wool, katun, asbes, yang tahan terhadap panas.

b. Celemek

Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat kedap terhadap cairan dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik atau karet.

c. Apron

Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat menyerap radiasi pengion.

6. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara lain: a. Sepatu steril

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang bedah, laboratorium.

b. Sepatu kulit

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh benda-benda keras, panas dan berat, serta kemungkinan tersandung, tergelincir, terjepit, panas, dingin.

c. Sepatu boot

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh zat kimia korosif, bahan-bahan yang dapat menimbulkan dermatitis, dan listrik.

(11)

C. Penanggulangan Bencana Kebakaran di Pusksmas Sistem Proteksi Kebakaran

1. Bangunan Puskesmas harus menyiapkan alat pemadam kebakaran untuk memproteksi kemungkinan terjadinya kebakaran.

2. Alat pemadam kebakaran kapasitas minimal 2 kg, dan dipasang 1 buah untuk setiap 15 m2.

3. Pemasangan alat pemadam kebakaran diletakkan pada dinding dengan ketinggian antara 15 cm – 120 cm dari permukaan lantai, dilindungi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan kerusakan atau pencurian.

4. Apabila bangunan Puskesmas menggunakan generator sebagai sumber daya listrik utama, maka pada ruangan generator harus dipasangkan Alat Pemadam Kebakaran jenis CO2.

D. Cara Mencegah Infeksi Nasokomial di Puskesmas

Sebagaimana jenis infeksi penyakit lainnya, infeksi nosokomial biasanya terjadi jika penderita lemah atau jika barier alamiah terhadap invasi mikroba terganggu. Terdapat beberapa jenis barier alamiah terjadinya infeksi penyakit. Sebagaimana diketahui, kulit, membran mukosa, saluran gastrointestinal, saluran kencing, dan saluran nafas atas berfungsi sebagai barier alamiah terhadap infeksi.

Menurut Setyawati (2002), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain :

1. Kuman penyakit (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan virulensi) 2. Sumber infeksi

3. Perantara atau pembawa kuman,

4. Tempat masuk kuman pada hospes baru, 5. Daya tahan tubuh hospes baru,

6. Keadaan rumah sakit meliputi;

7. Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien dan konstruksi rumah sakit,

8. Pemakaian antibiotik yang irasional,

9. Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan sitostatika, tindakan invasif dan instrumentasi,

10. Berat penyakit yang diderita

Terdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Tindakan ini merupakan seperangkat tindakan yang didesain

(12)

untuk membantu meminimalkan resiko terpapar material infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari pasien kepada tenaga kesehatan atau sebaliknya. Menurut Zarkasih (2003), pencegahan infeksi didasarkan pada asumsi bahwa seluruh komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi menimbulkan infeksi baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu:

1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan

2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.

3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.

4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan

5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.

(13)

E. Pemeriksaan Kesehatan

Pengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang telah memiliki sertifikasi. 6

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun sekali.6

Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang mereka derita.6

F. Peraturan Pimpinan Puskesmas Tentang K3

Sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, prosedur, sumber daya, dan tanggungjawab organisasi. Tujuan dari sistem manajemen K3 RS adalah menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat supaya tenaga kerja produktif disamping dalam rangka akreditasi PUSKESMAS itu sendiri. Prinsip yang digunakan dalam sistem management K3 adalah AREC (Anticipation, Recognition, Evaluation dan Control) dari metode kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja.6

G. Keluhan atau Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan tersebut. Pada setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada resiko terhadap kesehatan petugas tersebut. Pada petugas di PUSKESMAS, terdapat beberapa penyakit yang perlu diwaspadai terutama penyakit yang menular. Penyakit penularan ini bisa saja menular melalui cucian yang dibersihkan seperti jika pada cucian yang terkena darah atau cairan tubuh patogen.6

Selain itu, kecederaan sewaktu melakukan pekerjaan seperti luka bakar akibat terkena aliran listrik, pengsan karena kepanasan dan sebagainya. Pada pekerja yang sering melakukan pekerjaan dengan posisi yang salah bisa saja mengeluh menderita nyeri pinggang bawah (low back pain). Pada pekerja

(14)

yang sensitif terhadap bahan pencuci bisa saja menderita dermatitis kontak akibat detergen.6

H. Upaya K3 lain yang Dijalankan

Kesehatan dan keselamatan kerja harus dijalankan pada setiap PUSKESMAS karena menurut penelitian insidens terjadinya kecelakaan saat bekerja mulai meningkat. Jadi setiap petugas di PUSKESMAS harus dikenalkan dengan K3. Dengan itu, pihak PUSKESMAS harus aktif melakukan training kesehatan dan keselamatan kerja kepada petugas-petugas di PUSKESMAS. Selain itu, pihak PUSKESMAS perlu melakukan evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap aspek K3.6

BAB III

METODE PENELITIAN

1.3. Bahan dan cara A. Bahan

Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di buat. Checklist ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan daripada tujuan survei ini dilakukan. Pada survei ini, informasi yang diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat kerja apa yang digunakan,, alat pelindung diri yang digunakan, pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, peraturan pimpinan tentang k3, keluhan atau penyakit yang dialami petugas dan upaya pengetahuan mengenai k3 kepada petugas puskesmas Jumpandang Baru yang berkaitan.

(15)

Bagi cara survey dilakukan pula adalah dengan menggunakan kaedah Walk Through Survey. Teknik Walk Through Survey juga dikenali sebagai Occupational Health Hazards. Untuk melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui tentang manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan survey, dan menerima keluhan-keluhan baru yang releven.

Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul, merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja dalam Walk Through Survey memerlukan informasi tentang bahan mentah dan bahan kimia tambahan yang digunakan, proses kerja dan operasi, produk akhir dan produk samping yang dihasilkan.

Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring survey untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai risk assessment.

Walk Through Surveyini adalah bertujuan untuk memahami proses produksi, denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu, mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami pekerjaan dan tugas-tugas pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan timbul di tempat kerja atau pada petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah dilakukan mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan perundangan dan sebagainya.

1.4. Jadwal survei

Tempat survey akan dilakukan di Puskesmas Jumpandang Baru dan waktu penelitian adalah mulai tanggal 13 Mei – 15 Mei 2015.

(16)

BAB IV

HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

4.1APOTEK

HASIL SURVEY

1 HAZARD LINGKUNGAN KERJA  Faktor fisik

1 Kebisingan

Faktor kebisingan ada dari kipas angin namun tidak terlalu menimbulkan kebisingan.

2 Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari lampu. 3 Sumber getaran

Sumber getaran tidak ada. 4 Temperature

Suhu di ruangan tempat kurang baik karena menggunakan 1 kipas angin sehingga petugas farmasi merasa kepanasan saat melakukan pekerjaannya.

(17)

1 Bahan kimia yang digunakan

Petugas menggunakan bahan padat dan cair pada saat memberikan obat pada pasien.

2 Debu di ruangan kerja

Tidak terdapat banyak debu di ruangan kerja karena ruangan selalu dibersihkan.

 Faktor biologi

Tidak terdapat faktor biologi. 2 ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN

 Menggunakan alat tangan Faktor ergonomis 1 Posisi badan miring / membungkuk

Petugas lebih banyak membungkuk dan duduk pada saat melakukan pekerjaan.

2 Posisi tangan melewati bahu / letak tinggi

Kebanyakan posisi tangan pekerja tidak terlalu tinggi / tidak melewati bahu, tetapi kadang kalau konsumen yang lebih tinggi dari petugas menyebabkan posisi tangan lebih tinggi daripada bahu karena ketinggian kursi yang tidak dapat diatur.

 Faktor psikososial

1 Pembagian jadwal jam kerja tidak ada. 2 Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja

Pekerja kadang merasa cemas akan penyakit yang kadang-kadang mereka derita seperti bersin, batuk.

3 Hubungan sesama pekerja baik.

4 Gaji para pekerja setiap bulannya sesuai. 3 ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN

 Penggunaan alat pelindung diri

APD yang disediakan untuk para petugas masker dan sarung tangan, namun APD ini sangat jarang digunakan oleh pekerja pada saat bekerja. Pekerja hanya menggunakan baju seragam sebagai pakaian kerja.

(18)

 Alat pelindung diri mata tidak digunakan  Alat pelindung pernapasan tidak ada  Pembersihan alat pelindung diri tidak ada 4 ALAT PEMADAM KEBAKARAN

 Alat pemadam api ringan tidak ada 5 PENCEGAHAN INFEKSI NASOKOMIAL

 Upaya pencegahan infeksi belum maksimal 6 PEMERIKSAAN KESEHATAN

 Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh pekerja di puskesmas atau klinik.

 Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, pekerja hanya memeriksakan diri di puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.  Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa pekerja tidak mengalami

sakit berat, hanya karena capek. 7 ADANYA KELUHAN KESEHATAN

 Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk) merupakan keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.

 Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, paha, tangan, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis

 Perizinan saat sakit didapatkan oleh pekerja dan diberi istirahat kerja 8 UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LAINNYA

 Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 ada  Kotak P3K di ruang tidak ada

 Petugas K3 tidak ada PEMBAHASAN

1 HAZARD

Hazard Lingkungan Kerja potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan – gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,

(19)

misalnya : terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.5

 Faktor fisik

1 Sumber kebisingan.

Kebisingan ada dari alat kerja yakni kipas angina dan TV namun tidak terlalu menimbulkan kebisingan.

Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik (Hertz, Hz), sedangkan intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ditulis dBA atau dB(A). Telinga manusia mampu mendengar pada frekuensi antara 16 – 20.000 Hz. 4

Sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 adalah 85 desi Bell A (dBA), untuk waktu pemajanan 8 jam perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat pemajanan tidak diperkenankan. 4

2 Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu untuk pencahayaan.

3 Sumber getaran tidak ada.

4 Temperature di ruangan tempat kurang baik karena hanya menggunakan 1 kipas angin sehingga para pekerja sering merasa kepanasan.

Suhu udara yang terlalu panas akan menyebabkan menurunnya semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerja. Di dalam ruangan kerja dibutuhkan udara yg baik untuk kesegaran fisik karyawan.4

Suhu udara atau temperatur ruang kerja karyawan dipertahankan baik pada musim panas maupun di musim dingin adalah dibawah 21oC untuk menekan kelembaban. 4

(20)

Faktor kimia merupakan potensi bahaya yang berasal dari bahan – bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).5

Diperkirakan paparan bahan kimia di tempat kerja mengakibatkan 4% kematian karena kanker, dan bahkan dapat mencapai 80% untuk jenis kanker tertentu. Sebagian besar pekerja dapat menderita berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia.4

1 Bahan kimia yang digunakan

Pekerja menggunakan bahan padat dan cair untuk obat namun zat kimia ini masif relatif aman bagi para pekerja.

2 Debu di ruangan kerja

Tidak terdapat banyak debu di ruangan kerja karena ruangan selalu dibersihkan.

 Faktor biologi

Faktor biologi merupakan bahan organik yang berasal dari sumber – sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.4

 Fakto ergonomi

Faktor ergonomi merupakan potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma – norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesi.5

1 Posisi badan miring / membungkuk

(21)

pekerjaan.

2 Posisi tangan melewati bahu / letak tinggi

Kebanyakan posisi tangan pasien tidak terlalu tinggi / tidak melewati bahu, tetapi kadang kala konsumen yang lebih tinggi dari petugas menyebabkan posisi tangan lebih tinggi daripada bahu karena ketinggian kursi yang tidak dapat diatur.

Sehingga berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa factor ergonomi pada puskesmas ini belum memadai karena pekerja juga sangat mengeluhkan seringnya gangguan musculoskeletal berupa pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha dan kaki) yang dialaminya.

 Faktor psikososial

Faktor psikososial merupakan potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.5

Respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan. Jika respon terhadap tubuh berlebihan maka akan menimbulkan stress. Gangguan emosional yg ditimbulkan adalah : cemas, gelisah, gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, pecandu alkohol/psikotropika. Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.4

Jam kerja yang lama/ istirahat kurang dan kurang baiknya komunikasi antara sesama pegawai juga dapat menyebabkan timbulnya permasalahan dari faktor psikososial.6

1. Pembagian jadwal jam kerja tidak ada.

2. Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja. Pekerja kadang merasa cemas akan penyakit yang kadang-kadang mereka derita seperti bersin, batuk. 3. Hubungan sesama pekerja baik.

(22)

Sehingga dari hasil observasi didapatkan ada beberapa factor psikososial yang terganggu.

2 ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN  Menggunakan alat tangan.

 APD

Alat – alat yang digunakan dapat berbahaya bagi pekerja jika tidak menggunakan APD atau jika tidak menggunakan alat tersebut dengan hati-hati. Sehingga dibutuhkan pengalaman kerja dan pengetahuan mengenai perlatannya serta dampak yang dapat timbul oleh alat – alat tersebut.

3 ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN

Alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.4

Berikut ini akan disebutkan beberapa perlengkapan APD yang digunakan di industri baik formal maunpun informal mulai dari kaki sampai kepala.  Pelindung kepala, seperti helm yang dilengkapi oleh perisai dan lain

sebagainya.

 Pelindung mata, seperti kaca mata dan kaca pengaman yang dimana kaca mata atau kaca pengeman ini tidak mudah hancur

 Pelindung pendengaran, seperti earplugs dan earmuffs

 Pelindung muka, seperti perisai yang biasa digunakan pada usaha las  Pelindung pernafasan

 Pelindung badan

 Pelindung jari dan tangan, seeperti kaos tangan yang terbuat dari asbes atau yang lainnya

(23)

 Pengaman dari kejatuhan, seperti tali penolong, atau ikat pinggang pengaman, pakaian pengaman dan jaring

Sedangkan pada puskesmas ini pekerja hanya menggunakan baju seragam sebagai pakaian kerja dan sandal atau sepatau sebagai pelindung kaki. Di puskesmas tersebut disediakan masker dan sarung tangan bagi pekerja namun APD tersebut sangat jarang digunakan oleh para pekerja saat bekerja. Pekerja sebenarnya mengetahui alat – alat pelindung diri dan mengetahui fungsinya masing – masing namun kesadaran pekerja yang masih kurang untuk menggunakan alat pelindung diri tersebut.

4 ALAT PEMADAM KEBAKARAN

 Tidak terdapat alat pemadam kebakaran api ringan 5 PENCEGAHAN INFEKSI NASOKOMIAL

 Upaya pencegahan infeksi nasokomial belum maksimal dikarenakan tidak tersedianya tempat cuci tangan utnuk menghindari infeksi silang serta jarangnya pengguna alat pelindung diri .

6 PEMERIKSAAN KESEHATAN

Upaya pengendalian agar sumber yang dapat menimbulkan gangguan dapat dikurangi agar tidak menimbulkan efek terhadap orang sekelilingnya. Upaya yang dapat dilakukan dapat berupa pendekatan teknis, administratif, dan medis.4

 Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh pekerja ke puskesmas atau ke klinik.

 Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, pekerja hanya memeriksakan diri ke puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.  Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa pekerja tidak mengalami

sakit berat, hanya karena capek.

Sehingga upaya penanganan permasalahan penyakit yang timbul akibat kerja kerja sudah dilaksanakan cukup baik oleh pekerja dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau klinik saat sakit. 7 ADANYA KELUHAN KESEHATAN

(24)

keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.

 Keluhan pada mata (merah, kering berair) merupakan keluhan paling sering pada pekerja kasir.

 Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis  Perizinan saat sakit didapatkan oleh pekerja dan diberi istirahat kerja

Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri.

Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan pada petugas puskesmas ini.

8 UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LAINNYA  Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 ada

 Kotak P3K di ruang kerja tidak ada  Petugas K3 tidak ada

Pada puskesmas ini sudah mulai terlaksana upaya kesehatan dan keselamatan kerja lainnya karena telah dilakukan penyuluhan tentang K3 namun hal ini masih kurang karena tidak adanya kotak P3K untuk kepentingan kesehatan dan keselamatan pekerja.

4.2RUANG TUNGGU HASIL SURVEY

1 HAZARD LINGKUNGAN KERJA  Faktor fisik

1 Kebisingan

Faktor kebisingan ada dari kipas angin namun tidak terlalu menimbulkan kebisingan.

2 Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari lampu. 3 Sumber getaran

(25)

Sumber getaran tidak ada. 4 Temperatur

Suhu di ruangan tempat kurang baik karena menggunakan 1 kipas angin sehingga petugas farmasi merasa kepanasan saat melakukan pekerjaannya.

 Faktor kimia

1 Bahan kimia yang digunakan

Petugas menggunakan stempel pada saat memberikan kartu pengobatan pada pasien..

 Faktor biologi

1 Debu di ruangan kerja

Terdapat debu di rak tempat kartu pengobatan.

2 ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN  Menggunakan alat tangan

 Faktor ergonomis

1 Posisi badan miring / membungkuk

Petugas lebih banyak membungkuk dan duduk pada saat melakukan pekerjaan.

2 Posisi tangan melewati bahu / letak tinggi

Kebanyakan posisi tangan pekerja tidak terlalu tinggi / tidak melewati bahu, tetapi kadang kalau konsumen yang lebih tinggi dari petugas menyebabkan posisi tangan lebih tinggi daripada bahu karena ketinggian kursi yang tidak dapat diatur.

 Faktor psikososial

1. Pembagian jadwal jam kerja tidak ada. 5. Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja

Pekerja kadang merasa cemas akan penyakit yang kadang-kadang mereka derita seperti bersin, batuk.

6. Hubungan sesama pekerja baik.

(26)

4. ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN  Penggunaan alat pelindung diri

APD yang disediakan untuk para petugas masker, namun APD ini sangat jarang digunakan oleh pekerja pada saat bekerja. Pekerja hanya menggunakan baju seragam sebagai pakaian kerja.

 Alat pelindung diri mata tidak digunakan  Alat pelindung pernapasan tidak ada  Pembersihan alat pelindung diri tidak ada 5 ALAT PEMADAM KEBAKARAN

 Alat pemadam api ringan ada

6 PENCEGAHAN INFEKSI NASOKOMIAL

 Upaya pencegahan infeksi nasokomial belum maksimal 7 PEMERIKSAAN KESEHATAN

 Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh pekerja di puskesmas atau klinik.

 Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, pekerja hanya memeriksakan diri di puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.  Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa pekerja tidak mengalami

sakit berat, hanya karena capek. 8 ADANYA KELUHAN KESEHATAN

 Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk) merupakan keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.

 Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, paha, tangan, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis

 Perizinan saat sakit didapatkan oleh pekerja dan diberi istirahat kerja 9 UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LAINNYA

 Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 ada  Kotak P3K di ruang tidak ada

(27)

 Petugas K3 tidak ada PEMBAHASAN

1. HAZARD

Hazard Lingkungan Kerja potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan – gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya : terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.5

 Faktor fisik

1. Sumber kebisingan

Kebisingan ada dari alat kerja yakni kipas angin namun tidak terlalu menimbulkan kebisingan.

Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik (Hertz, Hz), sedangkan intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ditulis dBA atau dB(A). Telinga manusia mampu mendengar pada frekuensi antara 16 – 20.000 Hz. 4

Sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 adalah 85 desi Bell A (dBA), untuk waktu pemajanan 8 jam perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat pemajanan tidak diperkenankan. 4

2. Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu untuk pencahayaan.

3. Sumber getaran tidak ada.

Temperatur di ruangan tempat kurang baik karena hanya menggunakan 1 kipas angin sehingga para pekerja sering merasa kepanasan.

Suhu udara yang terlalu panas akan menyebabkan menurunnya semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerja. Di dalam ruangan kerja dibutuhkan udara yg baik untuk kesegaran fisik karyawan.4

(28)

baik pada musim panas maupun di musim dingin adalah dibawah 21oC untuk menekan kelembaban. 4

 Faktor kimia

Faktor kimia merupakan potensi bahaya yang berasal dari bahan – bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).5

Diperkirakan paparan bahan kimia di tempat kerja mengakibatkan 4% kematian karena kanker, dan bahkan dapat mencapai 80% untuk jenis kanker tertentu. Sebagian besar pekerja dapat menderita berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia.4

1. Bahan kimia yang digunakan

Pekerja menggunakan stempel untuk kartu pengobatan pasiennamun zat kimia ini masif relatif aman bagi para pekerja.

 Faktor biologi

1 Debu di ruangan kerja

Terdapat banyak debu di rak tempat penyimpanan kartu pengobatan. Faktor biologi merupakan bahan organik yang berasal dari sumber – sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.4

 Faktor ergonomi

Faktor ergonomi merupakan potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma – norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara

(29)

manusia dan mesin.5

1 Posisi badan miring / membungkuk

Pekerja lebih banyak membungkuk dan duduk pada saat melakukan pekerjaan.

2 Posisi tangan melewati bahu / letak tinggi

Kebanyakan posisi tangan pasien tidak terlalu tinggi / tidak melewati bahu, tetapi kadang kala konsumen yang lebih tinggi dari petugas menyebabkan posisi tangan lebih tinggi daripada bahu karena ketinggian kursi yang tidak dapat diatur.

Sehingga berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa factor ergonomi pada puskesmas ini belum memadai karena pekerja juga sangat mengeluhkan seringnya gangguan musculoskeletal berupa pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha dan kaki) yang dialaminya.

 Faktor psikososial

Faktor psikososial merupakan potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.5

Respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan. Jika respon terhadap tubuh berlebihan maka akan menimbulkan stress. Gangguan emosional yg ditimbulkan adalah : cemas, gelisah, gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, pecandu alkohol/psikotropika. Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.4

Jam kerja yang lama/ istirahat kurang dan kurang baiknya komunikasi antara sesama pegawai juga dapat menyebabkan timbulnya permasalahan dari faktor psikososial.6

1. Pembagian jadwal jam kerja tidak ada.

2. Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja. Pekerja kadang merasa cemas akan penyakit yang kadang-kadang mereka derita seperti bersin, batuk.

(30)

3. Hubungan sesama pekerja baik.

4. Gaji para pekerja setiap bulannya sesuai.

5. Sehingga dari hasil observasi didapatkan ada beberapa factor psikososial yang terganggu.

2. ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN  Menggunakan alat tangan.

3. ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN

Alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.4

Berikut ini akan disebutkan beberapa perlengkapan APD yang digunakan di industri baik formal maunpun informal mulai dari kaki sampai kepala.

a. Pelindung kepala, seperti helm yang dilengkapi oleh perisai dan lain sebagainya.

b. Pelindung mata, seperti kaca mata dan kaca pengaman yang dimana kaca mata atau kaca pengeman ini tidak mudah hancur

c. Pelindung pendengaran, seperti earplugs dan earmuffs

d. Pelindung muka, seperti perisai yang biasa digunakan pada usaha las e. Pelindung pernafasan

f. Pelindung badan

g. Pelindung jari dan tangan, seeperti kaos tangan yang terbuat dari asbes atau yang lainnya

h. Pelindung kaki

i. Pengaman dari kejatuhan, seperti tali penolong, atau ikat pinggang pengaman, pakaian pengaman dan jaring

Sedangkan pada puskesmas ini pekerja hanya menggunakan baju seragam sebagai pakaian kerja dan sandal atau sepatau sebagai pelindung kaki. Di puskesmas tersebut disediakan masker dan sarung tangan bagi pekerja namun APD tersebut sangat jarang digunakan oleh para pekerja saat bekerja. Pekerja sebenarnya mengetahui alat – alat pelindung diri dan mengetahui fungsinya masing – masing namun kesadaran pekerja yang

(31)

masih kurang untuk menggunakan alat pelindung diri tersebut. 4. ALAT PEMADAM KEBAKARAN

 Terdapat alat pemadam kebakaran api ringan 5. PENCEGAHAN INFEKSI NASOKOMIAL

 Upaya pencegahan infeksi nasokomial belum maksimal dikarenakan tidak tersedianya tempat cuci tangan utnuk menghindari infeksi silang serta jarangnya disediakan pengguna alat pelindung diri .

6. PEMERIKSAAN KESEHATAN

Upaya pengendalian agar sumber yang dapat menimbulkan gangguan dapat dikurangi agar tidak menimbulkan efek terhadap orang sekelilingnya. Upaya yang dapat dilakukan dapat berupa pendekatan teknis, administratif, dan medis.4

a. Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh pekerja ke puskesmas atau ke klinik.

b. Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, pekerja hanya memeriksakan diri ke puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu. c. Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa pekerja tidak mengalami

sakit berat, hanya karena capek.

Sehingga upaya penanganan permasalahan penyakit yang timbul akibat kerja kerja sudah dilaksanakan cukup baik oleh pekerja dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau klinik saat sakit. 7. ADANYA KELUHAN KESEHATAN

a. Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, sesak napas) merupakan keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.

b. Keluhan pada mata (merah, kering berair) merupakan keluhan paling sering pada pekerja kasir.

c. Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis d. Perizinan saat sakit didapatkan oleh pekerja dan diberi istirahat kerja

Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti

(32)

tidak menggunakan alat pelindung diri.

Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan pada petugas puskesmas ini.

8. UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LAINNYA  Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 ada

 Kotak P3K di ruang kerja tidak ada  Petugas K3 tidak ada

Pada puskesmas ini sudah mulai terlaksana upaya kesehatan dan keselamatan kerja lainnya karena telah dilakukan penyuluhan tentang K3 namun hal ini masih kurang karena tidak adanya kotak P3K untuk kepentingan kesehatan dan keselamatan pekerja.

1.3 DAPUR

1. HAZARD LINGKUNGAN KERJA  Faktor fisik

a.Kebisingan

Faktor kebisingan ada dari kipas angin namun tidak terlalu menimbulkan kebisingan.

b. Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari lampu. c.Sumber getaran

Sumber getaran berasal dari alat masak yaitu blender namun tidak terlalu menimbulkan getaran.

d. Temperature

Suhu di ruangan tempat kurang baik karena menggunakan 1 kipas angin sehingga petugas farmasi merasa kepanasan saat melakukan pekerjaannya.

 Faktor kimia

a. Bahan kimia yang digunakan

Petugas menyediakan APAR dan mengunakan gas sebagai alat untuk memasak.

(33)

Terdapat debu di sekitar dapur. 2. ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN

a. Menggunakan alat tangan Faktor ergonomis b. Posisi badan miring / membungkuk

Pekerja lebih banyak berdiri saat memasak . Kadang-kadang juga pekerja membungkuk dan duduk pada saat melakukan pekerjaan. Petugas lebih banyak membungkuk dan duduk pada saat melakukan pekerjaan.

c. Posisi tangan melewati bahu / letak tinggi

Kebanyakan posisi tangan pekerja tidak terlalu tinggi / tidak melewati bahu, tetapi kadang kalau konsumen yang lebih tinggi dari petugas menyebabkan posisi tangan lebih tinggi daripada bahu karena ketinggian kursi yang tidak dapat diatur.

 Faktor psikososial

a. Pembagian jadwal jam kerja tidak ada. b. Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja

Pekerja kadang merasa cemas akan penyakit yang kadang-kadang mereka derita seperti bersin, batuk.

d. Hubungan sesama pekerja baik.

e. Gaji para pekerja setiap bulannya sesuai.

3. ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN  Penggunaan alat pelindung diri

APD yang disediakan untuk para petugas masker dan celeme, namun APD ini sangat jarang digunakan oleh pekerja pada saat bekerja. Pekerja hanya menggunakan baju seragam sebagai pakaian kerja.

 Alat pelindung diri mata tidak digunakan  Alat pelindung pernapasan tidak ada  Pembersihan alat pelindung diri tidak ada 4. ALAT PEMADAM KEBAKARAN

(34)

5. PENCEGAHAN INFEKSI NASOKOMIAL

 Upaya pencegahan infeksi nasokomial belum maksimal 6. PEMERIKSAAN KESEHATAN

 Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh pekerja di puskesmas atau klinik.

 Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, pekerja hanya memeriksakan diri di puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.  Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa pekerja tidak mengalami

sakit berat, hanya karena capek. 7. ADANYA KELUHAN KESEHATAN

 Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk) merupakan keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.

 Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, paha, tangan, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis  Perizinan saat sakit didapatkan oleh pekerja dan diberi istirahat kerja 8. UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LAINNYA

 Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 ada  Kotak P3K di ruang tidak ada

 Petugas K3 tidak ada PEMBAHASAN

1. HAZARD

Hazard Lingkungan Kerja potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan – gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya : terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.5

 Faktor fisik

1. Sumber kebisingan.

Kebisingan ada dari alat kerja yakni kipas angina namun tidak terlalu menimbulkan kebisingan.

(35)

intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik (Hertz, Hz), sedangkan intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ditulis dBA atau dB(A). Telinga manusia mampu mendengar pada frekuensi antara 16 – 20.000 Hz. 4

Sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 adalah 85 desi Bell A (dBA), untuk waktu pemajanan 8 jam perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat pemajanan tidak diperkenankan. 4

2. Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu untuk pencahayaan.

3. Sumber getaran berasal dari alat dapur yaitu blender namun tidak terlalu menimbulkan getaran.

4. Temperature di ruangan tempat kurang baik karena hanya menggunakan 1 kipas angin sehingga para pekerja sering merasa kepanasan.

Suhu udara yang terlalu panas akan menyebabkan menurunnya semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerja. Di dalam ruangan kerja dibutuhkan udara yg baik untuk kesegaran fisik karyawan.4

Suhu udara atau temperatur ruang kerja karyawan dipertahankan baik pada musim panas maupun di musim dingin adalah dibawah 21oC untuk menekan kelembaban. 4

 Faktor kimia

Faktor kimia merupakan potensi bahaya yang berasal dari bahan – bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).5

(36)

4% kematian karena kanker, dan bahkan dapat mencapai 80% untuk jenis kanker tertentu. Sebagian besar pekerja dapat menderita berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia.4

Bahan kimia yang digunakan

Pekerja menggunakan gas untuk memasak makanan namun zat kimia ini masif relatif aman bagi para pekerja.

 Faktor biologi

Faktor biologi merupakan bahan organik yang berasal dari sumber – sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.4

 Faktor ergonomi

Faktor ergonomi merupakan potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma – norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.5

1. Posisi badan miring / membungkuk

Pekerja lebih banyak membungkuk dan duduk pada saat melakukan pekerjaan.

2. Posisi tangan melewati bahu / letak tinggi

Kebanyakan posisi tangan pasien tidak terlalu tinggi / tidak melewati bahu, tetapi kadang kala konsumen yang lebih tinggi dari petugas menyebabkan posisi tangan lebih tinggi daripada bahu karena ketinggian kursi yang tidak dapat diatur.

Sehingga berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa factor ergonomi pada puskesmas ini belum memadai karena pekerja juga sangat mengeluhkan seringnya gangguan musculoskeletal berupa pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha dan kaki) yang

(37)

dialaminya.  Faktor psikososial

Faktor psikososial merupakan potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.5

Respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan. Jika respon terhadap tubuh berlebihan maka akan menimbulkan stress. Gangguan emosional yg ditimbulkan adalah : cemas, gelisah, gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, pecandu alkohol/psikotropika. Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.4

Jam kerja yang lama/ istirahat kurang dan kurang baiknya komunikasi antara sesama pegawai juga dapat menyebabkan timbulnya permasalahan dari faktor psikososial.6

 Pembagian jadwal jam kerja tidak ada.

 Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja. Pekerja kadang merasa cemas akan penyakit yang kadang-kadang mereka derita seperti bersin, batuk.

 Hubungan sesama pekerja baik.

 Gaji para pekerja setiap bulannya sesuai.

Sehingga dari hasil observasi didapatkan ada beberapa factor psikososial yang terganggu.

2 ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN

 Menggunakan alat tangan dan alat-alat dapur.

 APD

Alat – alat yang digunakan dapat berbahaya bagi pekerja jika tidak menggunakan APD atau jika tidak menggunakan alat tersebut dengan hati-hati. Sehingga dibutuhkan pengalaman kerja dan pengetahuan mengenai perlatannya serta dampak yang dapat timbul oleh alat – alat tersebut.

(38)

3 ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN

Alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.4

Berikut ini akan disebutkan beberapa perlengkapan APD yang digunakan di industri baik formal maunpun informal mulai dari kaki sampai kepala.

 Pelindung kepala, seperti helm yang dilengkapi oleh perisai dan lain sebagainya.

 Pelindung mata, seperti kaca mata dan kaca pengaman yang dimana kaca mata atau kaca pengeman ini tidak mudah hancur  Pelindung pendengaran, seperti earplugs dan earmuffs

 Pelindung muka, seperti perisai yang biasa digunakan pada usaha las

 Pelindung pernafasan  Pelindung badan

 Pelindung jari dan tangan, seeperti kaos tangan yang terbuat dari asbes atau yang lainnya

 Pelindung kaki

 Pengaman dari kejatuhan, seperti tali penolong, atau ikat pinggang pengaman, pakaian pengaman dan jaring

Sedangkan pada puskesmas ini pekerja hanya menggunakan baju seragam sebagai pakaian kerja dan sandal atau sepatau sebagai pelindung kaki. Di puskesmas tersebut disediakan masker dan sarung tangan bagi pekerja namun APD tersebut sangat jarang digunakan oleh para pekerja saat bekerja. Pekerja sebenarnya mengetahui alat – alat pelindung diri dan mengetahui fungsinya masing – masing namun kesadaran pekerja yang masih kurang untuk menggunakan alat pelindung diri tersebut.

4 ALAT PEMADAM KEBAKARAN

 Terdapat alat pemadam kebaran api ringan 5 PENCEGAHAN INFEKSI NASOKOMIAL

(39)

tersedianya tempat cuci tangan utnuk menghindari infeksi silang serta jarangnya pengguna alat pelindung diri .

6 PEMERIKSAAN KESEHATAN

Upaya pengendalian agar sumber yang dapat menimbulkan gangguan dapat dikurangi agar tidak menimbulkan efek terhadap orang sekelilingnya. Upaya yang dapat dilakukan dapat berupa pendekatan teknis, administratif, dan medis.4

a. Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh pekerja ke puskesmas atau ke klinik.

b. Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, pekerja hanya memeriksakan diri ke puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu. c. Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa pekerja tidak mengalami

sakit berat, hanya karena capek.

Sehingga upaya penanganan permasalahan penyakit yang timbul akibat kerja kerja sudah dilaksanakan cukup baik oleh pekerja dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau klinik saat sakit.

7 ADANYA KELUHAN KESEHATAN

 Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, sesak napas) merupakan keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.

 Keluhan pada mata (merah, kering berair) merupakan keluhan paling sering pada pekerja kasir.

 Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis

 Perizinan saat sakit didapatkan oleh pekerja dan diberi istirahat kerja Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri.

Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan pada petugas puskesmas ini.

(40)

 Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 ada  Kotak P3K di ruang kerja tidak ada

 Petugas K3 tidak ada

Pada puskesmas ini sudah mulai terlaksana upaya kesehatan dan keselamatan kerja lainnya karena telah dilakukan penyuluhan tentang K3 namun hal ini masih kurang karena tidak adanya kotak P3K untuk kepentingan kesehatan dan keselamatan pekerja.

1.4 TEMPAT CUCI DAN TOILET 1. HAZARD LINGKUNGAN KERJA

 Faktor fisik 1. Kebisingan

Tidak terdapat faktor. 2. Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat bersumber dari cahaya langsung. 3. Sumber getaran

Sumber getaran tidak ada. 4. Temperatur

Suhu di ruangan tempat kurang baik karena menggunakan cahaya langsung.

 Faktor kimia

1. Bahan kimia yang digunakan

Petugas menggunakan bahan padat dan cair seperti sabun.  Faktor biologi

Terdapat faktor biologi yang bersumber dari tempat pencucian, wc dan ember penampung air.

2. ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN

 Menggunakan alat tangan Faktor ergonomis

Menggunakan alat dan tidak terdapat factor ergonomis  Petugas Faktor psikososial

Tidak terdapat factor psikososial.

(41)

 Penggunaan alat pelindung diri APD yang di sediakan tidak ada.

 Alat pelindung diri mata tidak digunakan  Alat pelindung pernapasan tidak ada  Pembersihan alat pelindung diri tidak ada 4. ALAT PEMADAM KEBAKARAN

 Alat pemadam kebakaran api ringan tidak ada 5. PENCEGAHAN INFEKSI NASOKOMIAL

 Upaya pencegahan infeksi nasokomial belum maksimal 6. PEMERIKSAAN KESEHATAN

 Tidak ada

7. ADANYA KELUHAN KESEHATAN  Tidak ada

8. UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LAINNYA  Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 tidak ada

 Kotak P3K di ruang tidak ada  Petugas K3 tidak ada

PEMBAHASAN 1. HAZARD

Hazard Lingkungan Kerja potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan – gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya : terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.5

 Faktor fisik

1. Sumber kebisingan.

Tidak terdapat faktor kebisingan.

Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik (Hertz, Hz), sedangkan intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ditulis dBA atau dB(A). Telinga manusia mampu mendengar pada

(42)

frekuensi antara 16 – 20.000 Hz. 4

Sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 adalah 85 desi Bell A (dBA), untuk waktu pemajanan 8 jam perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat pemajanan tidak diperkenankan. 4

2. Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya langsung. 3. Sumber getaran tidak ada.

4. Temperature di ruangan tempat kurang baik karena hanya menggunakan cahaya langsung.

Suhu udara yang terlalu panas akan menyebabkan menurunnya semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerja. Di dalam ruangan kerja dibutuhkan udara yg baik untuk kesegaran fisik karyawan.4

Suhu udara atau temperatur ruang kerja karyawan dipertahankan baik pada musim panas maupun di musim dingin adalah dibawah 21oC untuk menekan kelembaban. 4

 Faktor kimia

Faktor kimia merupakan potensi bahaya yang berasal dari bahan – bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).5

Diperkirakan paparan bahan kimia di tempat kerja mengakibatkan 4% kematian karena kanker, dan bahkan dapat mencapai 80% untuk jenis kanker tertentu. Sebagian besar pekerja dapat menderita berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia.4

Bahan kimia yang digunakan

Pekerja menggunakan bahan padat dan cair seperti sabunnamun zat kimia ini masif relatif aman bagi para pekerja.

(43)

Faktor biologi merupakan bahan organik yang berasal dari sumber – sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.4

 Faktor ergonomi

Tidak terdapat faktor ergonomic. 1. Posisi badan miring / membungkuk

Pekerja lebih banyak membungkuk dan duduk pada saat melakukan pekerjaan.

2. Posisi tangan melewati bahu / letak tinggi

Kebanyakan posisi tangan pasien tidak terlalu tinggi / tidak melewati bahu, tetapi kadang kala konsumen yang lebih tinggi dari petugas menyebabkan posisi tangan lebih tinggi daripada bahu karena ketinggian kursi yang tidak dapat diatur.

Sehingga berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa factor ergonomi pada puskesmas ini belum memadai karena pekerja juga sangat mengeluhkan seringnya gangguan musculoskeletal berupa pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha dan kaki) yang dialaminya.

 Faktor psikososial

Faktor psikososial tidak ada.

Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja. Pekerja kadang merasa cemas akan penyakit yang kadang-kadang mereka derita seperti bersin, batuk.

1. Hubungan sesama pekerja baik.

2. Gaji para pekerja setiap bulannya sesuai.

Sehingga dari hasil observasi didapatkan ada beberapa factor psikososial yang terganggu.

2. ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN  Menggunakan alat tangan.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menerapkan model pembelajaran langsung diharapkan guru guru dapat memberikan perhatian secara merata kepada setiap peserta didik yang kurang aktif sehingga semua

Hasil pembelian CP (dalam bentuk hardcopy ) yang telah diperiksa KSEI harus diserahkan oleh Arranger atau Agen Penjualan kepada KSEI dengan menggunakan surat pengantar

Berbagai cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu, diajarkan di masjid, Masjid pada masa itu adalah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran yang

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Secara lebih spesifik, penelitian ini akan menunjukkan wilayah-wilayah yang telah menjadi basis usahaternak ayam ras petelur di Tasikmalaya, dan wilayah-wilayah yang

Sebagai perguruan tinggi teknik, meskipun memiliki fakultas seni, sains dan teknologi menjadi dasar ilmu pengetahuan yang dominan di atas ilmu-ilmu seni khususnya dan

Hal ini berarti besarnya kontribusi pesan dan endorser pada iklan televisi dalam mempengaruhi keputusan pembelian minuman You C 1000 Vitamin di wilayah Surabaya Selatan secara

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency dilakukan pada bulan