• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 36-40)

Penanganan Penyakit yang meliputi penyakit menular langsung, seperti: Kusta, Diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), TB dan Menular Seksual; dan penyakit bersumber binatang, seperti: demam berdarah, malaria, rabies, antraks dan filariasis. Cakupan program Pemberantasan penyakit di Kabupaten Subang dari tahun 2002-2008 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 21. Hasil Kegiatan Program Pemberantasan Penyakit di Kabupaten Subang Tahun 2002 – 2008

NO DATA POKOK TARGET

TH 2007 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 A PROGRAM P2 KUSTA Jml penderita kusta yg di MDT 170 203 203 197 226 202 180 Prevalensi / 10,000 pddk 1 1,3 1,5 1,5 1,4 1,6 1,4 1,28 Jml penderita baru 263 164 203 213 203 209 181 186 CDR / 100,000 pddk 15 12,4 15,4 15,5 14,7 15,13 12,9 13,2 Proporsi cacat Tk, I (%) 10 23,1 29,1 19,2 28,1 33,0 19,9 26,3 Proporsi cacat Tk, II (%) 10 10,9 13,3 8,4 10,3 10,5 14,9 18,3 Prevalensi detection ratio 0,1 0,1 0,1 0,09 0,09 0,1 0,1 0,09

B PROGRAM DIARE

Penemuan penderita 24.025 27.019 26.519 23.618 20.960 24.143 25.096 23.873

CFR (%) 0 1,04 0,02 0 0,004 0,012 0 0

IR (/1000 penduduk) 20 20,1 17,4 15,3 17,44 17,96 17,02 Proporsi penderita mendapat

oralit (%)

77,1 100 97,51 99,44 97,59 94,80 97,51

C PROGRAM P2 ISPA

Penemuan penderita (%) 80 45 60 60,4 73 71,2 62,50 71,7

D PROGRAM P2 TB

Proporsi BTA positif terhadap suspek diperiksa (%) 12,6 29,6 11,09 12,24 11,58 11,10 10,16 CDR (%) 80 12,60 29,60 61,88 73,62 73,93 72,18 81,6 CDR (kasus) 216 520 980 1.081 1.095 1.079 1224 Konversi (%) 80 73,14 80 91,02 88,62 89,22 83,22 92,39 Sembuh (%) 61,50 79,6 88,16 88,26 85,75 90,26 - E P2 MENULAR SEKSUAL

Prevalensi HIV/AIDS pd resti 1% 2% 2,67% 4,25% 0,77% 5,7% 14,2% 2,32% Kasus HIV/AIDS pd resti

(Kumultaif HIV)

6 org 13 org 35 org 44 org 86 org 182 org 263 org Kasus HIV 6 org 3 org 7 org 22 org 9 org 42 org 96 org 81 org

F P2 Demam berdarah dongue

Jml kasus tersangka DBD (IR/100.000 penduduk)

40 14 23 80 45,5 80,3 75,5 44,4

CFR (%) 1 4 1,3 0,63 1,53 1,26 1,04 1,93

G P2 MALARIA

Pemeriksaan sediaan darah 916 800 988 2694 1045 1212 935 250 Sediaan darah positif 30 15 4 6 11 15 5 13

H P2 RABIES Jml kasus gigitan 65 58 66 44 60 77 70 59 Jml kasus (+) 0 0 0 0 0 0 0 0 I P2 ANTRAKS Jml spec positif 0 0 0 0 0 0 1.0 2.0 J P2 FILARIA

Kasus filaria kronis 0 5 10 6 1 1 3

Kasus filaria asymptomatik 0 0 21 40 14 0 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Subang

Angka kesakitan (prevalensi) penyakit kusta di Kabupaten Subang pada tahun 2008 sebesar 1,28/10.000 penduduk (target 1/10.000 penduduk), namun angka prevalensi ini tidak lagi menjadi indikator pokok program kusta karena kegiatan penemuan secara aktif adalah kegiatan yang harus dilakukan pada program kusta. Sehingga bila banyak kegiatan aktif maka angka prevalensi akan menjadi meningkat. Sedangkan Angka penemuan kasus baru (Case Date Rate/CDR) pada tahun 2008 adalah sebesar 15,59/100.000 penduduk. Hal ini erat kaitannya dengan masih tingginya penemuan kasus MB sebesar 84,40% yang menunjukan masih sangat tingginya sumber penularan penyakit kusta.

Proporsi cacat tingkat 1 dan tingkat 2 masih jauh melebihi toleransi dari penemuan kasus baru yaitu 26,34% dan 18,3% dari target 10%, yang menggambarkan masih adanya keterlamabatan penemuan penderita sehingga perlu ditingkatkan upaya penemuan dini kusta dan sosialisasi kepada masyarakat tentang kusta agar mengetahui tanda–tanda awal penyakit kusta.

Cakupan penemuan penderita diare dari target 29.335 penderita, ditemukan 23.873 (81,5%), sehingga angka kejadian diare pada tahun 2008 adalah 17,02/1.000 penduduk. Angka kematian (CFR) diare pada tahun 2008 adalah 0%.

Tingkat penemuan penderita ISPA pada tahun 2007 sebesar 62,50 (target 80%) dan tidak menyebabkan kematian (CFR 0%), sedangkan pada tahun 2006 penemuan penderita sebesar 62,50/1000 penduduk terdapat penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 73,93%. Dan tahun 2008 terdapat peningkatan menjadi sebesar 71,7%.

Indikator proporsi BTA positif terhadap suspek diperiksa pada program pemberantasan TB menggambarkan proses penemuan sampai diagnosis penderita serta kepekaan menetapkan criteria suspek, serta pula untuk mengetahui kualitas penemuan penderita. Kalau hasilnya terlalu kecil, misalnya hanya 3% berarti penentuan suspek terlalu longgar, tetapi apabila lebih dari 30% memungkinkan penjaringan suspek terlalu ketat. Keadaan ini akan menyebabkan banyaknya penderita yang lolos atau tidak terdeteksi. Indikator CDR (Case Detection Rate) adalah perbandingan antara penderita TBC paru BTA Positif kasus baru yang ditemukan dan diobati dibanding dengan penderita TBC paru BTA positif Kasus baru yang diperkirakan. Pada penderita yang ditemukan dilakukan pengobatan selama waktu tertentu sehingga BTA positif berubah menjadi BTA negatif (konversi). Pada tahun 2008 CDR TB di Kabupaten Subang sebesar 81,60 % dari target 80%, dengan angka konversi sebesar 92,39%.

Kasus HIV di Kabupaten Subang dilaporkan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat tajam dan tidak saja ditemukan pada kelompok berprilaku berisiko tinggi seperti Wanita pekerja social (WPS) atau lainya, tetapi sudah masuk pada kelompok general population seperti ibu rumah tangga, anak sekolah, ibu hamil dan anak-anak.

Pada tahun 2008 ditemukan 81 orang kasus baru, dari kegiatan sero survey yang dilakukan prevalensi HIV pada kelompok resti seperti WPS dan napi adalah 2,32% dan 3,70%. Pada tahun 2007, kasus baru yang ditemukan sebanyak 98 kasus, dan prevalensi pada kelompok resti seperti WPS dan napi adalah 11,57% dan 16,83 %. Penyebaran kasus baru HIV tersebut adalah 63% pada kelompok usia produktif, 59,25% berjenis kelamin perempuan yang tersebar di 21 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Subang.

Pada tahun 2008, angka kejadian (IR) demam berdarah di Kabupaten Subang adalah 44,4/100.000 penduduk dengan CFR sebesar 1,93% (target 1%), dengan target IR sebesar 40/100.000 penduduk walaupun IR di daerah endemic sebesar 20/100.000 penduduk. Perluasan penyebaran kasus terjadi di 155 desa/kelurahan, sedangkan desa endemis DBD menjadi 91 desa/kelurahan, sporadis 119 desa dan potensial ada 43 desa. Tingginya angka kasus ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang antara lain masih rendahnya rata-rata ABJ (Penyelidikan Epidemiologi/PE sebesar 87,2%, Pemantauan Jentik Berkala/PJB dan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD Jumantik SD/MI sebesar 87,4%), masih rendahnya kepedulian masyarakat terhadap upaya pencegahan penyebaran penyakit DBD dengan kegiatan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN), serta mobilitas penduduk yang tinggi. Upaya untuk menekan kasus yang terus meningkat dilakukan dengan cara membasmi jentik nyamuk melalui ’Gerakan 3M’ di samping memberantas vektor nyamuk dewasa sebagai upaya pemutusan penyebaran kasus dengan melakukan fogging.

Di Kabupaten Subang sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 sudah tidak ditemukan lagi kasus malaria local (indegenus), namun pada tahun 2006 telah ditemukan 1 kasus indegenus di wilayah Puskesmas Cisalak dan masih ditemukan kasus malaria import sebanyak 14 kasus (5 kasus di Puskesmas Cirangkong, 3 kasus di Puskesmas Cilamaya Girang, 1 kasus di Puskesmas Pringkasap, 1 kasus di Puskesmas Cisalak, 2 kasus di Puskesmas Legonkulon, dan 1 kasus di Puskesmas Tambakdahan). Dan pada tahun 2007 masih ditemukan kasus malaria import sebanyak 5 kasus di 3 wilayah puskesmas yaitu Puskesmas Kalijati (1 kasus), Tanjungsiang (3 kasus) dan Legonkulon (1 kasus).

Untuk itu maka pada tahun 2007 telah dilaksanakan penangkapan nyamuk malaria di Desa Tenjolaya Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang dan pengambilan sediaan darah malaria pada masyarakat sekitar dengan gejala demam, menggigil dan berkeringat sebanyak 135 sediaan darah. Pada penangkapan nyamuk malaria ternyata ditemukan vektor malaria yaitu Anopheles Aconitus dan Anopheles Maculatus sedangkan sediaan darah yang diperiksa di Labkesda Kabupaten Subang tidak ditemukan slide positif.

Pada tahun 2008 telah dilaksanakan pengambilan sediaan darah pada penderita klinis malaria dalam kegiatan penemuan penderita malaria sebanyak 250 orang secara ACD dan PCD dan ditemukan slide positif sebanyak 13 orang, semuanya merupakan kasus import.

Di Kabupaten Subang sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2008 sekarang sudah tidak ditemukan lagi kasus rabies baik pada hewan maupun pada manusia, sekalipun kasus gigitan hewan dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat. Dari jumlah 59 kasus gigitan terdapat 3 orang yang berindikasi untuk diberikan vaksin anti rabies karena 2 kasus pertama lokasi gigitannya cukup banyak dan 1 kasus hewan penggigitnya hewan liar.

Pada tahun 2008, di Kabupaten Subang ditemukan 3 kasus filariasis di Wilayah Puskesmas Kasomalang, Puskesmas Blanakan dan Puskesmas Tanjungwangi dan telah diberikan pengobatan selektif , penyuluhan dan pemberian kit tatalaksana kasus terhadap penderita filariasis lainnyauntuk mencegah kecacatan melalui cara perawatan luka, pemeliharaan kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi. Secara kumulatif sampai dengan tahun 2008 terdapat penderita kronis filariasis sebanyak 27 orang yang tersebar di 24 desa dan 16 kecamatan. Telah dilaksanakan pengobatan massal di 8 desa Kecamatan

Pamanukan, 5 desa Kecamatan Sukasari, 1 desa Kecamatan Dawuan, dengan target pencapaian sasaran sebanyak >85% dan sudah tercapai 90,32%

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 36-40)

Dokumen terkait