• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PERANAN PERBANKAN DALAM MENCEGAH TINDAK

C. Pencegahan Tindak Pidana Perbankan dan Pencegahan

1. Pencegahan Tindak Pidana Perbankan

Peran pengawasan internal sangat penting untuk mencegah terjadinya kejahatan perbankan. Salah satu alat pengawasan dilakukan oleh unit kerja kepatuhan. Fungsi kepatuhan bank adalah fungsi independen yang mengindentifikasi, menilai, memberikan nasehat, memonitor dan melaporkan risiko kepatuhan bank yaitu risikosanksi hukum, kerugian keuangan atau kehilangan reputasi yang kemungkinan diderita bank akibat kegagalan bank mematuhi hukum, kode etik dan standar praktik perbankan yang berlaku.

Hasil pemeriksaan tersebut adalah hasil pemeriksaan yang dilakukan PPATK terhadap laporan transaksi keuangan yang terkait dengan adanya tindak pidana lain yang disampaikan pihak pelapor kepada PPATK. Jika hasil pemeriksaan memang ditemukan adanya indikasi tindak pidana pencucian uang atau tindak pidana lainnya, maka hasil pemeriksaan tersebut oleh PPATK diserahkan kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan.85

Bulan Oktober 2003 lalu Basel Committee on Banking Supervision, Bank for International Settlement (BIS) mengeluarkan consultativedocument tentang

compliance function pada bank yang berisi 10 prinsip yang harus dimiliki agar

84

Ibid, hal. 5. 85

fungsi kepatuhan pada suatu bank berjalan efektif. Kesepuluh prinsip tersebut adalah: 86

1. Pengurus bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan manejemen risiko kepatuhan bank. Pengurus harus menyetujui kebijakan kepatuhan (compliance policy) bank termasuk dokumen-dokumen resmi tentang pembentukan fungsi kepatuhan. Paling sedikit sekali setahun, pengurus harus mengkaji ulang kebijakan kepatuhan bank dan implementasinya untuk menilai sejauhmana bank telah mengelola risiko kepatuhan secara efektif. Kebijakan kepatuhan bank tidak akan efektif apabila tidak ada komitmen yang jelas dari pengurus untuk meningkatkan nilai-nilai kejujuran dan integritas pada perusahaan. Patuh terhadap peraturan perundangan serta standard merupakan alat penting untuk mencapai tujuan.

2. Manajemen senior bank bertanggung jawab menyusun kebijakan kepatuhan dan menjamin dilakukannya observasi dan melaporkan implementasinya kepengurus. Manajemen senior juga bertanggung jawab melakukan penilaian apakah (kebijakan kepatuhan) masih memadai. Harus ada suatu kebijakan kepatuhan tertulis yang mengindentifikasikan masalah utama risiko kepatuhan yang dihadapi bank dan menjelaskan bagaimana bank bermaksud mengendalikannya. Kebijakan tersebut harus berisikan prinsip dasar yang harus diikuti oleh seluruh staf (termasuk manajemen senior). Untuk kejelasan dan transparansi diperlukan adanya pembedaan antara standar yang berlaku

untuk seluruh staf dan standar untuk staf tertentu. Kewajiban senior manajemen adalah menjamin bahwa kebijakan kepatuhan dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan tindakan-tindakan perbaikan dan disiplin dijalankan apabila ada pelanggaran.

3. Manajemen senior bank bertanggung jawab menyusun suatu fungsi kepatuhan yang permanen dan efektif sebagai bagian dari kebijakan kepatuhan bank. Manajemen senior harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin bank dapat bergantung pada fungsi kepatuhan yang permanen dan efektif.

4. Fungsi kepatuhan bank harus memiliki status formal dalam bank. Hal ini

dapat dilakukan dengan memuatnya dalam anggaran dasar yang menguraikan kedudukan, kewenangan dan independensi fungsi kepatuhan.

5. Fungsi kepatuhan bank harus independen. Fungsi kepatuhan harus mampu

menjalankan tugas atas inisiatif sendiri di seluruh departemen yang ada pada bank dimana terdapat risiko kepatuhan. Fungsi kepatuhan harus bebas melapor kepada manajemen senior dan pengurus atas setiap kecurigaan dan kemungkinan adanya pelanggaran yang ditemukan dalam investigasi tanpa takut mendapat balasan dan ketidaknyamanan dari manajemen dan staf lainnya. Fungsi kepatuahan harus memiliki hak atas inisiatif sendiri dalam berkomunikasi dengan staf lainnya dan memiliki akses atas setiap catatan atau dokumen yang diperlukan

dalam menjalankan tugasnya. Independensi juga mensyaratkan bahwa fungsi kepatuhan diberikan sumberdaya yang cukup untuk dapat menjalankan tugas secara efektif. Anggaran dan kompensasi untuk staf kepatuhan harus konsisten dengan tujuan fungsi kepatuhan sehingga tidak harus tergantung pada kinerja keuangan berbagai line bisnis lainnya.

6. Perananan fungsi kepatuhan adalah mengindentifikasi, menilai dan memonitor risiko kepatuhan yang dihadapi bank dan memberikan nasehat dan laporan kepada manajemen senior dan pengurus mengenai risiko tersebut.

7. Pimpinan fungsi kepatuhan bertanggung jawab atas day-today management atas aktifitas fungsi kepatuhan.

8. Staf yang menjalankan tanggung jawab kepatuhan harus memiliki kualifikasi, pengalaman dan profesionalisme serta kualitas pribadi agar dapat melaksanakan tugas secara efektif.

9. Cakupan dan luasnya kegiatan fungsi kepatuhan harus dikaji ulang secara

berkala oleh internal audit.

2. Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang

Bank adalah satu tempat yang rawan praktik pencucian uang. Alasannya, tahapan-tahapan kejahatan ini umumnya dilakukan melalui transaksi perbankan. Di Indonesia sendiri sebelumnya tidak ada ketentuan baku tentang data-data nasabah sehingga uang yang dimasukkan ke dalam bank sangat mungkin merupakan hasil dari tindak pidana pencucian uang. Bank Indonesia sebagai bank

sentral dalam industri perbankan melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya pencucian uang yang masuk melalui perbankan. Bank Indonesia menerbitkan ketentuan terkait dengan kegiatan ini pada tahun 2001.87 Yaitu

penerapan prinsip mengenal nasabah (know your costumer principles). Menurut Peraturan Bank Indonesia88

a. Menetapkan kebijakan mengenai penerimaan nasabah, prosedur identifikasi nasabah, dan prosedur pemantauan terhadap rekening dan transaksi nasabah, serta prosedur manajemen risiko yang berkaitan dengan penerapan KYC.

, yang dimaksud dengan Prinsip KYC adalah prinsip yang diterapkan bank untuk mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan.

Disamping itu, penerapan prinsip ini dimaksudkan untuk mencegah dipergunakannya bank sebagai sarana pencucian uang oleh nasabah bank. Dalam menerapkan Prinsip KYC dimaksud bank diwajibkan :

b. Melaporkan transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction) kepada BI

selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah diyakini oleh bank.

c. Menerapkan prinsip KYC yang berlaku di suatu negara bagi kantor cabang bank yang berada di luar negeri, sepanjang standar KYCnya sama atau lebih ketatdari yang diatur dalam PBI, dan jika ketentuan setempat lebih longgar wajib diterapkan PBI KYC. Dalam hal penerapan PBI KYC

87

Op.cit, Philips darwin. Hal 96

88

Peraturan Bank Indonesia No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know YourCustomer Principles) tanggal 18 Juni 2001 dan Peraturan Bank Indonesia No.3/23/PBI/2001 tentang Perubahan atasPeraturan Bank Indonesia No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your CustomerPrinciples) tanggal 30 Oktober 2014.

mengakibatkan pelanggaran ketentuan negara setempat, wajib dilaporkan kepada kantor pusatnya dan BI.

d. Bank wajib menerapkan prinsip KYC dan melakukan pengkinian data base nasabah yang telah ada (existing customer) selambat-lambatnya tanggal 13 Juni 2002.

e. Bank wajib melaksanakan program pelatihan kepada karyawan bank mengenal prinsip KYC selambat-lambatnya tanggal 13 Februari 2002. f. Penerapan sistem informasi yang dapat mengidentifikasi, menganalisa,

memantau dan menyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah bank sudah harus siap selambat-lambatnya tanggal 13 Juni 2002.

Kendala yang dihadapi bank dalam melaksanakan prinsip KYC berupa: a. Takut kehilangan nasabah

Bank merasa khawatir kehilangan nasabah apabila menerapkan sepenuhnya prinsip KYC baik terhadap nasabah lama (existing customer) maupun terhadap nasabah baru (new customer). Hal tersebut karena tidak serentaknya bank-bank dalam menerapkan prinsip KYC pada nasabah. Kondisi ini memberikan peluang bagi nasabah untuk menolak memberikan informasi dan memindahkan dananya ke bank yang belum menerapkan prinsip KYC.

b. Skala usaha bank

Bagi bank yang tergolong dalam skala besar (sebagai contoh memiliki karyawan lebih dari 21.000 dengan 800 kantor cabang dan 8 juta nasabah di seluruh Indonesia) cenderung lebih sulit menerapkan prinsip KYC sepenuhnya, seperti pendataan profil nasabah, pelatihan bagi karyawan, dan pengadaan system

informasi, yang untuk itu dibutuhkan waktu yang panjang, biaya yang besar dan keahlian yang memadai.

c. Ketidakpercayaan perbankan terhadap penegakan hukum

Walaupun UU-TPPU telah memberikan kepastian akan jaminan keamanan bagi bank dalam pelaksanaan penyampaian laporan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 15, dan Pasal 40-Pasal 42 UU-TPPU namun bank masih meragukan.

Ketentuan inilah yang disempurnakan pada tahun 2009 dengan mengadopsi rekomendasi sesuai standart internasional yang lebih konfrehensif dari komendasi FATF untuk mencegah dan memberantas pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme. Rekomendasi yang dikenal dengan rekomendasi 40+9 FATF ini juga dipergunakan oleh masyarakat dunia internasional dalam menilai kepatuhan suatu negara terhadap standart internasional tersebut.

Selain itu pencegahan yang lebih optimal juga dilakukan oleh bank Indonesia yang senantiasa aktif berkesinambungan berkordinasi dengan lembaga terkait antara lain PPATK, KPK (Komisi Pembrantasan Korupsi), Bapepam LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan), dan Universitas.

Dalam pasal 64 ayat (1)89

a. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang disampaikan oleh pihak pelapor kepada PPATK.

PPATK melakukan pemeriksaan terhadap Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait dengan adanya indikasi tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain. Pemeriksaan terhadap Tranksaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan oleh PPATK sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat (1) tersebut berasal dari:

89

b. Dokumen yang diterima atau diterima oleh PPATK

Transaksi keuangan mencurigakan yang diperiksa oleh PPATK tersebut, tidak hanya transaksi keuangan mencurigakan yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang, tetapi dapat juga yang terkait dengan tindak pidana lain selain tindak pidana pencucian uang. Hasil pemeriksaan dalam pasal 64 ayat (2) adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 8 yaitu penilaian akhir dari seluruh proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan secara independen, objektif dan profesional yang disampaikan kepada penyidik.

Selanjutnya industri non-bank yang memungkinkan untuk menjadi tempat pencucian uang, dilakukan pendataan transaksi atau nasabah yang hampir sama dengan industri perbankan, melalui ketentuan Know Your Custumer sejak tahun 2002, dan ketentuan Fit and Proper. Mengenai data, pemerintah bertindak dengan membuat keseragaman sistem administrasi kependudukan di indonesia melalui program KTP Nasional. Hal ini bisa mencegah seseorang memiliki lebih dari satu identitas yang bisa mempersulit pendeteksian kegiatan pencucian uang.90

Sebagaimana disebutkan dalam Bab VI pasal 39 PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) memiliki tugas dan wewenang antara lain:91

a. Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh.

b. Memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang.

c. Melaporkan hasil anilisis transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang kepada Kepolisian dan Kejaksaan.

d. Meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan (PJK).

2014, jam 5 WIB

e. Melakukan audit terhadap PJK mengenai kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam UU-TPPU dan terhadap pedoman pelaporan mengenai transaksi keuangan.

f. Memberikan pengecualian kewajiban pelaporan mengenai transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b.

Mengenai fungsi dari PPATK dalam rangka melaksanakan tugasnya dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 41;

b. Pengelolaan data informasi yang diperoleh dari PPATK dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 42;

c. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor, dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 43;

d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasikan tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1).

Sementara itu, untuk mencegah dijadikannya bank sebagai sarana untuk menyembunyikan dan atau mengaburkan hasil tindak pidana diperlukan suatu rezim anti money laundering yang kuat. Untuk itu empat pilar rejim tersebut harus diperkuat. Keempat pilar tersebut adalah :92

D. Hambatan Dalam Pencegahan Tindak Pidana Perbankan dan Tindak

Dokumen terkait