• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEADAAN UMUM KOTA BOGOR

4.1 Fisik Dasar

4.1.7 Pencemaran Udara

4.1.7.1 Sumber Pencemaran Udara

Sumber pencemaran udara dapat dikategorikan atas sumber bergerak dan sumber tidak bergerak, yang meliputi berbagai sektor termasuk transportasi, industri, dan domestik. Pada umumnya proses pembakaran bahan bakar fosil, baik dalam mesin (transportasi), proses pembakaran dan pengolahan industri, maupun pembakaran terbuka (domestik) mengeluarkan pencemar-pencemar udara yang hampir sama. Walaupun secara spesifik jumlah relatif masing-masing pencemar yang dihasilkan tergantung pada karakteristik (properti) bahan bakar dan kondisi pembakaran.

4.1.7.2 Jenis-jenis Gas Pencemar Udara

1. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah gas yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak menyebabkan iritasi. Gas karbon monoksida memasuki tubuh melalui pernafasan dan diabsorpsi di dalam peredaran darah. Karbon monoksida akan berikatan dengan Haemoglobin (yang berfungsi untuk mengangkut oksigen

ke seluruh tubuh) menjadi carboxyhaemoglobin.

Gas CO mempunyai kemampuan berikatan dengan Haemoglobin seluas

240 kali lipat kemampuannya berikatan dengan O2. Secara langsung kompetisi ini

akan menyebabkan pasokan O2 ke seluruh tubuh menurun tajam, sehingga

melemahkan kontraksi jantung dan menurunkan volume darah yang didistribusikan. Konsentrasi rendah (<400 ppmv ambien) dapat menyebabkan pusing-pusing dan keletihan, sedangkan konsentrasi tinggi (>2000 ppmv) dapat menyebabkan kematian.

CO dihasilkan dari pembakaran bakan bakar fosil yang tidak sempurna, seperti bensin, minyak dan kayu bakar. Selain itu juga dihasilkan dari pembakaran produk-produk alam dan sintetis, termasuk rokok. Konsentrasi CO dapat meningkat di sepanjang jalan raya yang padat lalu lintas dan menyebabkan pencemaran lokal. CO kadangkala muncul sebagai parameter kritis di lokasi pemantauan di kota-kota besar dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya, tetapi pada

umumnya konsentrasi CO berada di bawah ambang batas Baku Mutu

PP41/1999 (10,000 µg/Nm3/24 jam). Walaupun demikian CO dapat

menyebabkan masalah pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution)

pada ruang-ruang tertutup seperti garasi, tempat parkir bawah tanah, terowongan dengan ventilasi yang buruk, bahkan dapat terjadi juga di dalam mobil yang berada di tengah lalu lintas yang padat. Kota Bogor menghasilkan ambien CO 1,307 ton/hari atau setara dengan 477 ton/tahun.

2. Karbon Dioksida (CO2)

Karbon dioksida (CO2) adalah gas yang diemisikan dari

sumber-sumber alamiah dan antropogenik. Karbon dioksida adalah gas yang secara alamiah berada di atmoster Bumi, berasal dari emisi gunung berapi dan aktivitas mikroba di tanah dan lautan. Karbon dioksida akan larut di dalam air hujan dan membentuk asam karbonat, menyebabkan air hujan bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan air tawar. Tetapi akibat aktivitas manusia (pembakaran

batu bara, minyak dan gas alam) konsentrasi global CO2 telah meningkat

sebesar 28% dari sekitar 280 ppmv pada awal revolusi industri di tahun 1950an menjadi 360 ppm pada masa kini (IPCC, 1996).

Masalah utama dari peningkatan CO2 adalah perubahan iklim.

Karbon dioksida adalah gas rumah kaca (GRK) karena potensi pemanasan

globalnya (GWP/ Global Warming Potential). Pada saat ini tidak hanya CO2 yang

dikenal sobagai GRK tetapi juga pencemar udara lainnya seperti metana,

ozon, kloroform, N2O dan HFCs. Kota Bogor menghasilkan ambient CO dan CO2

sebesar 1,307 ton/hari atau setara dengan 477 ton/tahun.

3. Nitrogen Dioksida (NO2)

Nitrogen dioksida (NO2) adalah kontributor utama smog dan deposisi

asam. Nitrogen oksida bereaksi dengan senyawa organik volatil membentuk

ozon dan oksidan lainnya seperti peroksiasetilnitrat (PAN) didalam smog

fotokimia dan dengan air hujan menghasilkan asam nitrat dan menyebabkan hujan asam. Smog fotokimia berbahaya bagi kesehatan manusia karena menyebabkan kesulitan bernafas pada penderita asma, batuk-batuk pada anak-anak dan orang tua, dan berbagai gangguan sistem pernafasan, serta

menurunkan visibilitas. Deposisi asam basah (hujan asam) dan kering (bila

gas NO2 membentuk partikel aerosol nitrat dan terdeposisi ke permukaan Bumi)

dapat membahayakan tanam-tanaman, pertanian, ekosistem perairan dan hutan. Hujan asam dapat mengalir memasuki danau dan sungai lalu melepaskan logam berat dari tanah serta mengubah komposisi kimia air. Hal ini pada akhirnya dapat menurunkan dan bahkan memusnahkan kehidupan air. Oksida nitrogen diproduksi terutama dari proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti bensin, batubara dan gas alam.

Konsentrasi tahunan rata-rata NOx tertinggi ditemukan pada titik sampling Pertigaan Plaza Bogor/ Klenteng, (melebihi 150 ppb) yaitu sebesar 179.40 ppb. Selajutnya Bubulak 175,20 ppb, Warung Jambu 150,5 ppb dan Pertigaan Jembatan Merah 157,78 ppb. Tetapi di lain sisi, konsentrasi rata-rata

NO2 di sampling point lainnya berada di bawah 150 ppb dengan perbedaan

yang tidak menyolok dari satu titik ke titik lainnya. Keempat titik tersebut

memiliki nilai konsentrasi NOx yang jauh berbeda dengan nilai konsentrasi NO2.

Hal ini menunjukkan di daerah-daerah dengan tingkat kepadatan dan kemacetan laiu lintas tinggi cenderung terbentuk NO dalam jumlah cukup signifikan. Tingkat toksisitas NO lebih tinggi bila dibandingkan dengan NO2, walau waktu tinggal NO di udara cukup pendek. Secara keseluruhan tidak

terjadi peningkatan konsentrasi NOx dan NO2 yang signifikan antara hasil

pemantauan tahun 2000 -2005. Kota Bogor menghasilkan ambien NO2 sebesar 143,5 kg/hari atau setara dengan 52,377 ton/tahun.

4. Sulfur Dioksida (SO2)

Gas sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak berbau bila berada

pada konsentrasi rendah tetapi akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat. Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara. Pembakaran batubara pada pembangkit

listrik adalah sumber utama pencemaran SO2. Selain itu berbagai proses

industri seperti pembuatan kertas dan peleburan logam-logam dapat

mengemisikan SO2 dalam konsentrasi yang relatif tinggi.

SO2 adalah kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air hujan

aerosol asam tersebut memasuki sistem pernafasan dapat terjadi berbagai penyakit pernafasan seperti gangguan pernafasan hingga kerusakan permanen pada paru-paru. Pencemaran SO2 pada saat ini baru teramati secara lokal di sekitar sumber-sumber titik yang besar, seperti pembangkit listrik dan industri, meskipun sulfur adalah salah satu senyawa kimia yang terkandung di dalam bensin dan solar. Data dari pemantauan kontinu pada jaringan pemantau

nasional pada saat ini jarang mendapatkan SO2 sebagai parameter kritis,

kecuali pada lokasi-lokasi tertentu.

Konsentrasi SO2 di Kota Bogor berkisar antara 2-45 ppb dan di atas baku mutu yang ditetapkan oleh PP Nomor 41 Tahun 1999 sebesar 21 ppb.

Walaupun demikian, konsentrasi SO2 yang senantiasa terdeteksi rendah di udara

ambien dari tahun ke tahun perlu dicermati karena letak Indonesia yang dilalui khatulistiwa menyebabkan tingkat kelembaban atmosfer wilayah

Indonesia cenderung tinggi dan mengakibatkan gas SO2 yang terkandung di

udara bereaksi menjadi H2SO4 sehingga tidak terdeteksi sebagai SO2. Kota

Bogor menghasilkan ambien SO2 sebesar 31,4 kg/hari atau setara dengan 11,461

ton/tahun.

5. Timbal (Pb)

Timbal adalah logam yang sangat toksik dan menyebabkan berbagai dampak kesehatan terutama pada anak-anak kecil. Timbal dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan masalah pencernaan, sedangkan berbagai bahan kimia yang mengandung timbal dapat menyebabkan kanker.

Dimulai di Jabodetabek pada bulan Juli 2001 lalu di Denpasar, Batam dan Cirebon kandungan Pb di dalam bensin telah dihapuskan, yang secara langsung telah menurunkan konsentrasi timbal di udara. Tetapi baru kota-kota tersebut yang mendapatkan pasokan bensin tanpa timbal.

Untuk Timbal (Pb) konsentrasi Pb di beberapa wilayah Kota Bogor untuk periode pengukuran tahun 2000-2005 berkisar antara 0,05 - 2,24 µg/m3, dengan konsentrasi Pb untuk keseluruhan kota masih di bawah baku mutu PP. Nomor 41 tahun 1999 (2 (µg/m3), kecuali di Pertigaan Plaza Bogor/Klenteng sebesar 2,24 µg/m3, Pertigaan Tugu Kujang sebesar 2,16 µg/m3 dan Bubulak sekitar 2,03 µg/m3.

Pepohonan mampu menurunkan konsentrasi partikel timbal (Pb) yang melayang di udara, karena kemampuannya untuk dapat meningkatkan turbulensi dan mengurangi kecepatan angin. Celah stomata mulut dan yang berkisar antara 2-4 µm atau 10 µm dengan lebar 2-7 µm, maka ukuran partikel timbal yang demikian kecil, rata-rata 2 µm, akan dapat masuk ke dalam daun dengan mudah, serta akan menetap dalam jaringan daun, menumpuk di antara sel jaringan pagar (palisade), dan atau jaringan bunga karang (spongioiis tissue).

Kota Bogor menghasilkan ambien Pb sebesar 1,55 kg/hari atau setara dengan 670,14 kg/tahun. Jika ditambahkan dengan partikel (debu) maka Kota Bogor menghasilkan ambien debu sebesar 277,18 kg/hari atau setara dengan 101,17 ton/tahun. Kalau dijumlahkan maka ambien Kota Bogor dari partikel kurang dari 10 mikron sebesar 101,84 ton/tahun

Semua hitungan ambien yang dihasilkan oleh Kota Bogor diolah berdasarkan data Hasil Pengujian Kualitas Udara Ambien di Kota Bogor tahun 2005 yang tertuang dalam Master Plan RTH Kota Bogor 2007 yang dikeluarkan oleh BAPPEDA Kota Bogor.

4.1.8 Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor

Dokumen terkait