• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

Bagan 2.1 Penciptaan Manusia Aplim Apom

Dari bagan tersebut terlihat bagaimana kosmologi Aplim dan Apom ini mendasari seluruh cara pandang orang Ngalum terhadap kehidupan. Kosmologi ini mendasari mitos penciptaan manusia Aplim dan Apom, mulai dari penciptaan manusia pertama, yaitu Kaka I Onkora dan Kaka

I Ase, sampai pada penciptaan manusia Pegunungan Bintang dengan

marganya masing-masing. Dalam kehidupan sehari-hari saat ini, kita bisa melihat cerita keempat manusia ciptaan Aplim dan Apom tersebut dalam nama-nama orang Ngalum (marga). Urop, Kasip, Kakyar, dan Kalak berarti urutan penciptaan manusia, sedangkan mabin berarti kerabat.

Representasi mitos ini bisa dilihat pada lima hal penting dalam kehidupan orang Ngalum, yaitu pembagian iwol-iwol. Pada praktiknya hal tersebut dapat dilihat pada beberapa hal berikut ini.

1. Rumah adat sebagai tempat tinggal yang sakral bagi manusia Pegunungan Bintang adalah bokam (khusus untuk laki-laki yang diinisiasikan).

2. Ap iwol merupakan suatu kelompok manusia yang hidup dalam

suatu wilayah adat.

3. Ap iwol melambangkan rantai persaudaraan dalam kehidupan

masyarakat adat Pegunungan Bintang.

4. Ap iwol menjadi tempat menyimpan dan memanfaatkan

alat-alat sakral yang menjadi tempat warisan leluhur.

5. Ap iwol sebagai tempat pemujaan atau doa-doa leluhur

me-reka.

2.4.1 Cara Pandang terhadap Kematian

Kematian sebagai sebuah proses akhir kehidupan sering kali ditanggapi lain oleh suku Ngalum. Dalam kepercayaan Ngalum, kematian bisa disebabkan oleh dua hal, pertama karena sebuah proses alamiah, yaitu manusia lahir, hidup dan mati, dan kedua dikaitkan dengan kekuatan magis atau perbuatan tangan manusia.

Dalam pandangan orang Ngalum, hal ini disebabkan karena adanya pelanggaran terhadap beberapa pantangan yang berasal dari nenek mo-yang mereka. Kematian dalam kehidupan mereka tidak saja melibatkan seluruh anggota kerabat, tetapi dapat melibatkan kampung bahkan beberapa desa terdekat.

Kematian seseorang harus diikuti dengan ratap tangis. Ratap tangis ini diiringi dengan lagu-lagu pengantar kematian yang menyentuh perasa an siapa pun yang hadir dalam perkabungan tersebut. Lagu-lagu itu

dinyanyikan untuk mengantarkan roh orang yang telah meninggal ke suatu tempat yang oleh penduduk setempat sering disebut sebagai dunia atas.

Lagu-lagu kematian mengandung kata-kata perpisahan yang meng-ingatkan mereka kepada segala kebaikan yang telah dilakukan oleh sese-orang semasa hidupnya. Lagu-lagu itu dinyanyikan dalam irama yang sendu.

Yokne Omdana kitoyokone Yokne omda na kito yokne pi re Tabungo mo-I di ki

Yuno tabungo

Artinya:

Kepada pencipta di atas, mohon datang menjemput roh orang yang meninggal ini ke alam ciptaannya kembali, agar ia tidak meninggalkan kesedihan dan kemalangan bagi keluarganya dan seluruh kampung.

Upacara kematian orang Ngalum dibedakan menjadi dua jenis. Pem-bedaan itu didasarkan pada status sosial seseorang dalam masyarakat, yaitu pertama upacara bagi seorang pemimpin atau ngolki, dan kedua bagi orang biasa. Pembedaan ini terutama dapat dilihat pada seluruh kegiatan upacara kematian.

Apabila seorang ngolki meninggal, maka ia akan ditempatkan di dalam bokam iwol dan diratapi oleh orang-orang tertentu, seperti kepala suku, pemimpin perang, dan orang tua sebaya yang mampu menyimpan rahasia mengenai bokam iwol. Kaum perempuan dan anak-anak yang belum diinisiasi hanya boleh ikut meratapi dari luar bokam iwol, meskipun mereka adalah anggota keluarga ngolki yang meninggal. Larangan dan pantangan bagi kaum perempuan dan anak laki-laki yang belum diinisiasi ini sangat keras. Terdapat sanksi-sanksi yang sangat keras bagi siapa pun yang melanggarnya, bahkan menurut penuturan warga setempat, sanksi itu bisa sampai pada hukuman mati.

Peristiwa tersebut biasanya diikuti dengan suatu upacara. Pihak keluarga dan warga masyarakat akan menyediakan beberapa ekor babi yang akan dibunuh dan dimakan bersama pada saat pemakaman. Salah satu dari beberapa ekor babi tersebut diambil kepalanya dan diletakkan dalam sebuah wadah, dan disertai pula dengan beberapa umbi pohon keladi. Kepala babi diletakkan di sisi kanan jenazah dan umbi pohon keladi diletakkan di sisi kirinya. Babi dan umbi pohon keladi diibaratkan sebagai

jantung manusia atau sumber kehidupan manusia. Babi diibaratkan sebagai tubuh manusia. Kedua barang tersebut melambangkan dua fungsi penting dalam kehidupan manusia yang saling mendukung.

Jenazah yang telah dibalut dengan sejenis kulit kayu yang telah dirajut dari pohon yang dalam bahasa setempat disebut tabulkai atau jangalkal atau kulemkal, segera dikeluarkan dari bokam iwol. Seluruh warga yang hadir dalam upacara turut serta membentuk suatu iringan menuju ke tempat pemakaman. Di sepanjang jalan mereka meratap, menangis diikuti dengan lagu-lagu kematian.

Jenazah dimakamkan di dalam pohon yang dilubangi terlebih da-hulu. Biasanya jenazah dimakamkan dalam posisi berdiri atau jongkok, tergantung dari besarnya lubang kayu. Setelah jenazah dimasukkan ke dalam tempat pemakaman, bagian luar ditutupi kulit-kulit kayu, kemudian diikat dengan tali rotan. Mereka juga mengenal penguburan dalam gua-gua atau lubang batu yang besar. Cara menguburkannya yaitu jenazah dibaringkan. Sehari setelah pemakaman, bibit umbi keladi ditanam di dalam kebun milik keluarga inti. Sayangnya kami tidak bisa mendapatkan visualisasi dari proses ini, hal ini karena adanya larangan yang ketat secara adat dari suku Ngalum bagi orang luar (bahkan bagi orang yang belum diinisasi) untuk melihat upacara ini.

Lain halnya pemakaman seorang ngolki, pemakaman orang biasa tidak diikuti dengan upacara-upacara, tetapi cara yang sama tetap dilakukan, misalnya suami terpisah dari anak dan istri. Hanya terdapat suatu perbedaan, yaitu pada sisi jenazah tidak diletakkan kepala babi dan umbi keladi.

2.5 Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan 2.5.1 Sistem Politik Lokal

Masyarakat Ngalum adalah suatu masyarakat kekerabatan. Dalam hal ini iwolmai atau klan patrilineal merupakan suatu kesatuan ekonomi dan politik yang terpenting. Warga dari satu klan melintas iwol atau desa-desa, dan hidup tersebar di berbagai desa. Sementara dalam satu iwol tinggal warga dari beberapa iwolmai. Persebaran iwolmai yang tercatat sampai saat ini adalah 417 buah yang tersebar di seluruh Pegunungan Bintang.

buku sEri EtnOgrafi kEsEhatan

Ibu dan Anak 2012

32

BIDANG TUA ADAT

ATANGKI

APOM APLIM

BANAL BANAR BAKON

Tukon APIWOLNORKAER

Oksangki Om Bonengki Ap Iwol Ngolki Barki Kaka Nalkonki Jebulki APIWOLNORKAER APIWOLNORKAER

Tukon Tukon Tukon Tukon Tukon

RUMPUN MASYARAKAT AP IWOL Gambar 2.9 Peta persebaran Iwolmai.

Satu iwolmai dikepalai oleh seorang iwolmai ngolki. Seorang pe-mimpin klan harus mampu memelihara hubungan antara warga yang tersebar luas di berbagai kampung. Makin aktif dia, makin erat solidaritas

iwolmai. Masyarakat Ngalum secara tradisional mengenal 6 macam

pemimpin, yaitu: 1) Oksangki, 2) Om Bonengki, 3) Ap Iwol Ngolki, 4) Barki, 5) Kaka Nalkonki, dan 6) Jebuk