• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Karena Pewarisan 42

BAB II PENGATURAN HUKUM PENGALIHAN TANAH YANG

B. Peralihan Hak Atas Tanah Karena Pewarisan

3. Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Karena Pewarisan 42

Peralihan hak karena pewarisan terjadi karena hukum pada saat pemegang hak meninggal dunia. Sejak saat itu para ahli waris menjadi pemegang haknya yang baru. Mengenai siapa yang menjadi ahli waris diatur dalam Hukum Perdata yang berlaku bagi pewaris.62

Pendaftaran peralihan hak karena pewarisan diwajibkan dalam rangka memberi perlindungan hukum kepada para ahli waris dan demi ketertiban tata usaha pendaftaran tanah, agar data yang tersimpan dan disajikan selalu menunjukan keadaan yang mutakhir.63

60A. Pitlo,Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda, Terjemahan M. Isa Arief, Intermasa, Jakarta, 1979, hal. 11

61

Soepomo,Op.cit., hal. 72-73 62

Boedi Harsono,Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 1999, hal. 504

Surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat berupa Akta Keterangan Hak waris, atau surat Penetapan Ahli Waris atau Surat Keterangan Ahli Waris.

Dalam Pasal 111 Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 tahun 1997, yang isinya serupa atau paralel dengan Surat Ketua Mahkamah Agung RI tanggal 8 Mei 1991 No. MA/Kumdil/171/V/K/1991,64yang menyebutkan surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat berupa :

a. Wasiat dari pewaris; b. Putusan dari pengadilan;

c. Penetapan Hakim/Ketua Pengadilan;

d. Bagi warga negara Indonesia penduduk asli: surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh para ahli waris, dengan disaksikan oleh 2 orang saksi dan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan dan Camat dari tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia;

e. Bagi warga negara Indonesia keturunan Tionghoa: akta keterangan hak mewaris dari notaris;

f. Bagi warga negara Indonesia keturunan Timur Asing lainnya: surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan.

Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang tanah hak yang sudah terdaftar sebagaimana yang diwajibkan menurut ketentuan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, maka

dokumen-dokumen yang wajib diserahkan oleh yang menerima hak sebagai warisan kepada Kantor Pertanahan yaitu :

a. Sertipikat hak yang bersangkutan;

b. Surat kematian orang yang namanya tercatat sebagai pemegang haknya; c. Surat tanda bukti sebagai ahli waris.

Hal ini diatur dalam Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang dilengkapi dengan pengaturan dalam Pasal 111 dan Pasal 112 Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 tahun 1997.

Jika bidang tanah yang merupakan warisan belum didaftar, wajib diserahkan juga dokumen-dokumen yang disebut dalam ketentuan Pasal 39 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, dokumen-dokumen itu berupa :

a. Surat bukti hak sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1) atau Surat Keterangan Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut sebagaimana disebut dalam pasal 24 ayat (2); dan

b. Surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum bersertipikat dari kantor pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari kedudukan kantor pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan.

Dokumen-dokumen yang membuktikan adanya hak atas tanah kepada yang mewariskan itu diperlukan, karena pendaftaran peralihan haknya baru dapat

dilakukan setelah dilaksanakan pendaftaran untuk pertama kali hak yang bersangkutan atas nama yang mewariskan.65

Jika penerima warisan terdiri dari lebih dari satu orang, pendaftaran peralihan haknya dilakukan kepada orang tersebut berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris yang bersangkutan (Pasal 42 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997).

Jika penerima warisan lebih dari satu orang dan pada waktu peralihan hak tersebut didaftarkan disertai dengan akta pembagian waris yang memuat keterangan, bahwa hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun tertentu jatuh kepada seorang penerima warisan tertentu, pendaftaran peralihan haknya dilakukan langsung kepada penerima warisan yang bersangkutan, berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris dan akta pembagian waris tersebut (Pasal 42 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997).

Akta pembagian waris tersebut dapat dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan oleh semua ahli waris dengan disaksikan oleh 2 orang saksi atau dengan akta notaris (Pasal 111 ayat (3) Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 tahun 1997).

Pencatatan pendaftaran peralihan haknya dilakukan oleh kepala kantor pertanahan menurut ketentuan Pasal 105 Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 tahun 1997.

Pencatatan peralihan hak dalam buku tanah, sertipikat dan daftar lainnya dilakukan sebagai berikut :66

a. Nama pemegang hak lama di dalam buku tanah dicoret dengan tinta hitam dan dibubuhi paraf oleh kepala kantor pertanahan atau pejabat yang ditunjuk;

b. Nama atau nama-nama pemegang hak yang baru dituliskan pada halaman dan kolom yang ada pada buku tanahnya dengan dibubuhi tanggal pencatatan, dan besarnya bagian setiap pemegang hak dalam hal penerima hak beberapa orang dan besarnya bagian yang ditentukan, dan kemudian ditandatangani oleh kepala kantor pertanahan atau pejabat yang ditunjuk dan cap dinas kantor pertanahan; c. Pencoretan dan penulisan nama pemegang hak yang lama dan yang baru

dilakukan juga pada sertipikat dan daftar umum yang memuat nama pemegang hak yang lama;

d. Nomor dan identitas lain dari tanah yang dialihkan dicoret dari daftar nama pemegang hak lama dan nomor hak dan identitas dituliskan pada daftar nama penerima hak.

Apabila pemegang hak yang baru lebih dari satu orang dan hak tersebut dimiliki bersama, maka untuk masing-masing pemegang hak dibuatkan daftar nama dan di bawah nomor hak atas tanahnya diberi garis dengan tinta hitam.

Apabila peralihan hak hanya mengenai bagian dari sesuatu hak atas tanah sehingga hak atas tanah itu menjadi kepunyaan bersama pemegang hak lama dan pemegang hak baru, maka pendaftarannya dilakukan dengan menuliskan besarnya bagian pemegang hak lama di belakang namanya dan menuliskan nama pemegang

66Hasil wawancara dengan Bapak Ridwan Lubis, Kasubsie Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kota Medan, tanggal 24 Mei 2012

hak yang baru beserta besarnya bagian yang diperolehnya dalam halaman perubahan yang disediakan.

Dalam hal yang dialihkan adalah hak yang belum didaftar, akta PPAT yang bersangkutan dijadikan alat bukti dalam pendaftaran pertama hak tersebut atas nama pemegang hak yang terakhir. Demikian ditentukan dalam Pasal 106 Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 tahun 1997.

C. Kecakapan Dalam Melakukan Perbuatan Hukum

Meskipun setiap manusia tidak terkecuali sebagai pendukung hak dan kewajiban, namun tidak semuanya cakap melakukan perbuatan hukum. Seseorang yang dinyatakan tidak cakap adalah orang yang secara umum cakap untuk bertindak, tetapi untuk hal-hal tertentu tidak. Orang yang tidak cakap untuk bertindak adalah pasti orang yang tidak berwenang adalah orang yang pada umumnya cakap untuk bertindak tetapi pada peristiwa tertentu tidak dapat melaksanakan tindakan hukum, dalam hubungannya dengan pembicaraan kita, tidak berwenang menutup perjanjian tertentu (secara sah).

Kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum, bukan sifat pembawaannya karenanya tidak tertutup kemungkinan bahwa ia tidak sesuai dengan kenyataannya, orang yang secara yuridis tidak cakap, ada kemungkinan dalam kenyataannya adalah orang yang tahu atau sadar betul akan akibat/konsekuensi dari tindakannya.

Dokumen terkait