• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia telah mengembangkan perkebunan kelapa sawit sekitar 9,2 juta hektar dengan produksiCruide Palm Oil (CPO) sebesar 26,5 juta ton pada tahun 2013. Dengan produksi CPO sebesar itu, Indonesia berhasil menjadi produsen CPO terbesar dunia. Prestasi yang impresif tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya secara berkelanjutan (Gapki, 2014).

Berkaitan dengan kondisi yang dialami dunia saat ini,jumlah bahan bakar berasal dari fosil semakin terbatas. Bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar gas (BBG) yangberasal dari fosil merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan (non-renewable resource), sehingga sejakdieksploitasi mulai abad 20an diperkirakan sumberdaya inisemakin langka. Dengan terbatasnya ketersediaan energi darifosil, maka harus dicarikan sumber energi alternatif lain (Kementan, 2015).

Beberapa komoditas pertanian yang dapat diolahmenjadi sumber energi yaitu kelapa sawit, sorgum, ubikayu, tebu,kemiri sunan, jarak pagar, keranji, kelapa, dan bintaro (Puslitbang Perkebunan, 2013). Di antara berbagai jenis tanaman penghasil minyak nabati, kelapa sawit memiliki keunggulan dengan potensi produksi minyak tertinggi. Apabila sumber energi dari hayati ini atau disebutBahan Bakar Nabati (BBN) dapat dikembangkan dengan baik, makaketergantungan terhadap BBM semakin kecil(Pusdatin Pertanian, 2014).

Namun produksi minyak nabati daribuah kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh keberhasilan penyerbukan. Kelapa sawitsangat jarang terjadipenyerbukan sendiri, karena memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah serta waktu

pematangan yang berbeda. Sehingga dalam proses penyerbukan bunga kelapa sawit, dibutuhkan bantuan penyerbuk (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Berbagai jenis serangga merupakan penyerbuk yang mengunjungi bunga karena adanya faktor penarik, yaitu bentuk dan warna bunga, serbuk sari, nektar dan aroma (Aminah, 2011). Bunga kelapa sawit menghasilkan aroma berupa senyawa volatil yang diketahui sebagai kairomon dan berfungsi untuk menarik serangga penyerbuk (Rahayu, 2009).

Elaeidobius kamerunicus adalah salah satu seranggapenyerbuk kelapa sawit (SPKS)yang menguntungkan untuk reproduksi kelapa sawit dengan meningkatkan produksi minyak mentah (CPO) kurang lebih 15% dan minyak inti sawit (PKO) sebesar 30% (Siregar, 2008).KumbangE. kamerunicusmempunyai peran sangat besar dalam proses penyerbukan bunga kelapa sawit, khususnya berperan sebagai penyerbuk bagian dalam dari perbungaan. Hal tersebut disebabkanbentuk, struktur dan ukuran tubuhE. kamerunicussesuai dengan ukuran dan struktur bunga betina kelapa sawit(Kahono et al., 2012).

Kumbang E. kamerunicus sudah sejak tahun 1982 didatangkan ke Indonesia(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008), namun dari berbagai informasi menyebutkan bahwa produksi kelapa sawit di beberapa daerah di Indonesia masih belum optimal, antara lain disebabkan oleh masih banyak bunga yang gagal diserbuk sehingga buah kelapa sawit tidak berkembang.

Beberapa kendala yang ditemukan dalam penyerbukan kelapa sawit oleh E. kamerunicusyaitu: 1) kondisi fluktuasi curah hujan bulanan yang ekstrim setiap tahun dengan perkawinan inbreeding menyebabkan penurunan perilaku kumbang E. kamerunicus khususnya dalam mengunjungi bunga betina reseptif, 2)dampak

negatif dari pemuliaan tanaman kelapa sawit dengan memproduksi bahan tanaman yang memiliki potensi produksi tinggi sehingga menghasilkan bunga betina yang sangat melimpah, 3) ketersediaan bunga jantan yang kurang dan sedikitnya populasi E. kamerunicus dapat mengakibatkan terbentuknya buah landak (morfologi tandan buah berbentuk pipih memanjang dengan duri-duri) sehingga menurunkan produksi kelapa sawit (Prasetyo dan Susanto, 2012a).

Agar penyerbukan oleh E. kamerunicustetap maksimal, populasi seranggapenyerbuk harus dijaga agar tetap optimal kehadirannya di areal perkebunan, sehingga perlu dilakukan pemantauanuntuk mengetahui populasi E. kamerunicus di lapangan.

Penghitungan populasi biasanya dilakukan dengan cara menemukan langsung E. kamerunicus yang hidup pada bunga jantan dan betina yang sedang mekardengan memotong masing-masing 3 cabang bungakelapa sawit (spikelet) yaitu bagian tandan atas, tengah dan bawah(Purbaet al., 2010). Selaindiperlukan ketelitian dalam mengambilE. kamerunicus pada setiapspikelet, cara tersebut juga dapat mengganggu sistem perkembangan bunga kelapa sawit.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metoda lain dalam penghitungan populasi E. kamerunicusyaitu dengan memanfaatkan kairomon sintetik dalam perangkap botol yang telah dimodifikasi, sehingga perlu diuji keefektivan konsentrasi dan ukuran kemasan kairomon. Tujuan Penelitian

Mengujikeefektifankonsentrasi dan ukuran kemasan kairomon sintetik untuk penghitungan populasiE.kamerunicus di Kebun Marihat PTPN IV, Pematang Siantar.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh konsentrasi dan ukuran kemasan kairomonsintetik untukmenarik E.kamerunicuspada tingkat populasi tertentu.

Kegunaan Penelitian

Sumber informasi untuk penghitungan populasi E. kamerunicus di lapangan dan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRACT

Riris Sondang Lestari Nainggolan,“The Effectivity ofConcentration and Size Packaging Kairomone Synthetic for Calculating of Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera; Curculionidae) on Palm Oil Plantation of Marihat PTPN IV, Pematang Siantar", under the guidance of Maryani Cyccu Tobing and Hasanuddin. The objective of the research was to study the effectivities ofthe synthetic kairomone trap in calculating the population of E. kamerunicus on oil palm plantation of Marihat PTPN IV, Pematang Siantar.The research used randomized complete design with two factors and four times replication,the first factor was concentration kairomone (control and 0.5 ml), and the second factor was the size of the packaging kairomone (2x3, 3x4, and 4x6 cm).

The results showed that the treatment concentrations kairomone synthetic significantly affect to the number of E. kamerunicus male and female. The treatment package sizes just significantly affect to the female beetles. The trap efficiency of concentration kairomone 0,5 ml and 2x3 cm of package size was 1,229% and effective until 20 days after traping, which found male flowers of palm oil was 5,17 bunches/ha and female flowers was 9,17 bunches/ha.

Keywords:trap efficiency, E. kamerunicus, kairomone synthetic, oil palm, population estimation

ABSTRAK

Riris Sondang Lestari Nainggolan,“Uji Efektivitas Konsentrasi Dan Ukuran Kemasan Kairomon Sintetik Untuk Penghitungan Populasi Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera; Curculionidae) Di Kebun Marihat PTPN IV, Pematang Siantar”, di bawah bimbingan Maryani Cyccu Tobing dan Hasanuddin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan perangkap kairomon sintetik dalam penghitungan populasi E.kamerunicus di Kebun Marihat PTPN IV, Pematang Siantar. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan empat ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi kairomon (kontrol dan 0,5 ml) dan faktor kedua adalah ukuran kemasan kairomon (2x3, 3x4, dan 4x6 cm).

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi kairomon sintetik berpengaruh nyata terhadap jumlah E. kamerunicus jantan dan betina. Perlakuan ukuran kemasan kairomon hanya berpengaruh nyata pada kumbang betina. Perangkap kairomon sintetik pada perlakuankonsentrasi kairomon 0,5 ml dan ukuran kemasan 2x3 cmmemiliki nilai efisiensi sebesar 1,229%dan efektif sampai 20 hari setelah pemasangan perangkap, dengan ketersediaan jumlah bunga jantan anthesis sebanyak 5,17 tandan/ha dan bunga betina 9,17 tandan/ha di lapangan.

Kata kunci:efisiensi perangkap, E. kamerunicus, kairomon sintetik, kelapa sawit, perkiraan populasi

UJI EFEKTIVITAS KONSENTRASI DAN UKURAN KEMASAN KAIROMON UNTUK

Dokumen terkait