• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ubikayu menjadi salah satu sumber pangan penting bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Lebih dari 500 juta penduduk dunia di Negara- negara berkembang banyak menanam ubikayu kayu di lahan sempit sebagai sumber pangan. Menurut Nweke et al. (2002), ubikayu kayu merupakan bahan pangan pokok terpenting kedua di Afrika, dimana banyak petani berpenghasilan rendah menanam ubikayu kayu ini di lahan marjinal dengan biaya murah dan dapat menghidupi lebih dari 300 juta orang di daerah tersebut (Soetanto, 2008).

Permintaan ubikayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri. Peran ubikayu dalam bidang industry akan terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya program pemerintah untuk menggunakan sumber energi alternatif yang berasal dari hasil pertanian (liquid biofuel), seperti biodiesel dan bioetanol serta diversifikasi pangan berbasis pangan local. Ubikayu banyak digunakan sebagai bahan baku industri diolah melalui proses dehidrasi (chip, pellet, tepung tapioka ), hidrolisa (dekstrose, maltose, sukrose, sirup glukose) dan proses fermentasi (alkohol, butanol, aseton, asam laktat, sorbitol dll). Pencanangan bio-ethanol sebagai sumber energi alternatif terbarukan berupa Gasohol-10 (campuran premium dengan 10% etanol), dimana 8% keperluan etanol berasal dari ubikayu dan peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) sebesar 7%/tahun akan lebih memacu kebutuhan ubikayuJumlah penduduk Indonesia yang besar (247 juta) dengan pertumbuhan yang masih tinggi (1,47%/tahun) mendorong

Pemerintah untuk terus meningkatkan produksi ubikayu sebagai bahan pangan alternatif mendukung ketahanan pangan Nasional (Sundari, 2010).

Produksi ubikayu pada tahun 2013 sebesar 1.518.221 ton, naik sebesar 346.701 ton dibanding produksi tahun 2012. Kenaikan produksi disebabkan oleh kenaikan luas panen sebesar 8.392 hektar atau 21,66%, dan hasil per hektar sebesar 19,72 ku/ha atau 6,52%. Produksi ubikayu kayu pada tahun 2014 sebesar 1.476.213 ton, turun sebesar 42.008 ton dibanding produksi tahun 2013. Penurunan produksi disebabkan oleh penurunan luas panen sebesar 2.465 hektar atau 5,23 %, sedangkan hasil per hektar naik sebesar 8,37 ku/ha atau 2,60 % (BPS, 2014).

Permasalahan dalam pengembangan komoditi ubikayu secara umum adalah penerapan teknologi belum optimal, penggunaan benih bermutu masih rendah, penggunaan pupuk berimbang dan organik masih rendah, harga kurang menarik dibandingkan komoditas lain, masih dianggap sebagai tanaman sela dalam sistem budidaya, pemasaran kurang terjamin (Kementan, 2013).

Menurut Suryana (2009), permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan agroindusti pangan non-beras seperti ubikayu salah satu diantaranya adalah ketersediaan bahan baku pangan lokal yang tidak kontinyu sehingga tidak dapat menjamin keberlanjutan industri pengolahannya seperti pengolahan menjadi tepung cassava. Dengan semakin berkembangnya industry pengolahan ubikayu kayu sekarang ini, menuntut penyediaan bahan baku ubikayu kayu dalam jumlah yang besar dan memenuhi kualitas yang ditetapkan. Sehingga para petani sebagai produsen bahan baku industri membutuhkan banyak bibit yang berkualitas untuk dapat memenuhi permintaan industri.

Menurut Suwarto (2009), di Indonesia telah banyak klon-klon unggul ubikayu kayu yang telah dilepas. Diantaranya adalah Adira 1, Adira 2, Adira 4, Malang-1, Malang-2, dan Darul Hidayah. Dari tanaman ubikayu kayu ini dapat dihasilkan berbagai produk baik sebagai bahan pangan, industri, maupun pakan. Salah satu produk olahan tersebut adalah tepung cassava yang dihasilkan dari pengolahan ubikayu kayu.

Program Pemuliaan Tanaman Ubikayu di Indonesia secara umum bertujuan untuk merakit varietas berumbi manis, dan pahit dengan karakter hasil tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit utama, tidak bercabang intensif, bentuk ubikayu bagus, toleran pada kondisi tanah dan iklim tertentu dan berumur genjah. Oleh karena itu pencapaian tujuan perlu dilakukan salah satu cara mengidentifikasi varietas unggul lokal (Noerwijati, 2002).

Strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan teknologi modern yang dapat menunjang ketersediaan dan kontinuitas produksinya. Ubikayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila dibandingkan dengan perbanyakan menggunakan biji. Namun demikian, kenyataan di lapang menunjukkan bahwa untuk pengembangan ubikayu kayu secara luas, penyediaan stek (bahan tanam) seringkali menjadi kendala. Pada umumnya petani memenuhi kebutuhan stek

untuk periode tanam berikutnya dengan menggunakan stek dari pertanaman ubikayu kayu sebelumnya, yang seringkali kualitas stek kurang baik dan

kemurnian varietas tidak bisa dijamin, di samping juga harus menunggu panen (9 bulan) untuk mendapatkan stek (Balitkabi, 2003).

Dilihat dari masalah yang ada dalam budidaya tanaman ubikayu yaitu produksi tanaman yang rendah karena kurangnya pengetahuan petani dalam penggunaan asal stek dan pemilihan varietas unggul yang dapat meningkatkan hasil produksi, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang adanya pengaruh genotip dan bagian asal stek terhadap pertumbuhan tanaman ubikayu meningkatkan hasil produksi.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh genotipe dan asal stek terhadap pertumbuhan tanaman ubikayu untuk meningkatkan produktivitas.

Hipotesis Penelitian

1. Adanya pengaruh genotipe terhadap pertumbuhan tanaman ubikayu untuk meningkatkan produktivitas.

2. Adanya pengaruh asal stek terhadap pertumbuhan tanaman ubikayu untuk meningkatkan produktivitas.

3. Adanya interaksi antara genotipe dan asal stek terhadap pertumbuhan dan tanaman ubikayu untuk meningkatkan produktivitas.

Kegunaan Penulisan

Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang pengaruh genotipe dan bagian asal stek terhadap pertumbuhan tanaman ubikayu. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRAC

Sri Datul Marwiyah, The effect of genotype and origin parts of cuttings to plant growth and development of cassava (Manihot Esculenta Crantz) to increase production. The research was conducted from March to June 2015 in Agricultural Pegajahan Village,Deli Serdang ,North Sumatra. The research using Split Plot

Design in RAK. The mainplot is genotype (G), which consists of varieties Adira 1,genotype Malaysia and genotype Roti. The subplot is the origin of

cuttings (S) consisting of the bottom,middle and top. The results showed that the genotype was significantly different to the parameter number yam,long yam,yam weight. The Origin cuttings and interaction treatment of genotype and origin not significant affected all parameters were observed.

ABSTRAK

Sri Datul Marwiyah, Pengaruh genotipe dan bagian asal stek terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz) untuk meningkatkan hasil produksi. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juni 2015 diareal pertanian Desa Pegajahan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terpisah pola RAK dengan petak utama (mainplot) adalah genotipe (G) yang terdiri dari Varietas Adira 1, Genotipe Malaysia dan Genotipe Roti. Anak petak (subplot) adalah asal stek (S) terdiri dari bagian bawah, tengah, dan atas. Perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe berbeda nyata terhadap parameter jumlah ubi, panjang ubi, bobot ubi, dan tinggi tanaman 2 MST. Asal stek dan interaksi antara genotipe dan asal stek tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah ubikayu, panjang ubikayu, diameter ubikayu, bobot ubikayu.

PENGARUH BEBERAPA GENOTIPE DAN BAGIAN ASAL STEK TERHADAP

Dokumen terkait