• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang

Belajar merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan,

karena belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup. Dalam hal ini belajar sudah

didefinisikan menurut beberapa ahli salah satunya adalah pengertian

belajar. Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977

yang dikutip oleh Eveline dan Hartini (2010:4) belajar merupakan sejenis

perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang

keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar

dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat

adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan

serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Selain itu Hudojo

(1988:3) mengatakan: seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan

dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang

mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku

itu dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama yang disertai usaha

orang tersebut dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu

mengerjakannya. Dari definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli di

atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses serangkaian

menimbulkan perubahan (tingkah laku, kepandaian, dan lain-lain) yang

berasal dari pengalaman orang seorang yang berhubungan dengan

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Mengajar merupakan aktivitas dari pembelajaran yaitu dilakukan

oleh seorang guru kepada siswa. Menurut Hamalik (2001:50) mengajar

atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.

Pemberian bimbingan menjadi kegiatan mengajar yang utama. Siswa

sendiri melakukan kegiatan belajar seperti mendengarkan ceramah,

membaca buku, melihat demonstrasi, menyaksikan pertandingan,

mengarang dan sebagainya. Aktivitas mengajar merupakan kegiatan guru

dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan

berbagai metode.

Setelah pembelajaran dimulai pada akhirnya kita akan melihat

sebuah hasil, yaitu berupa hasil belajaran. Mulyasa (2008:37) hasil belajar

merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi

indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.

Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa

agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada

pengalaman langsung.

Dalam sekolah tidak luput dengan adanya pembelajaran

matematika mulai dari SD sampai SMA atau SMK di semua jurusan juga

ada, karena keberadaannya tersebut patut kita anggap bahwa mamematika

pelajari. Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis

adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi

konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan

sendiri melalui proses internalisasi. Erman Suherman mengemukakan

bahwa dalam pembelajaran matematika para siswa dibiasakan untuk

memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang

dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek. Salah satu hakekat

matematika adalah sifatnya abstrak, untuk itu seorang guru harus dapat

menanamkan konsep matematika dengan baik agar siswa dapat

membangun daya nalarnya secara logis, sistematik, konsisten, kritis, dan

disiplin. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru yang

bertujuan untuk mengadakan perubahan tingkah laku siswa terhadap

matematika sehingga siswa dapat menggunakan daya nalar secara logis,

sistematik, konsisten dan kritis.

Dalam pelaksanaanya, kegiatan pembelajaran diselenggarakan

untuk membentuk watak dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik.

Kegiatan pembelajaran juga mengembangkan kemampuan mengetahui,

memahami, melakukan sesuatu, dan hidup dalam kebersamaan. Menurut

tim SBM (2009:14) bahwa: “Kegiatan pembelajaran itu perlu: berpusat

pada peserta didik, mengembangkan kreatifitas peserta didik,

menciptakan kondisi menyenangkan, dan menantang, bermuatan nilai,

mencapai hal-hal tersebut maka pelaksanaan pembelajaran menerapkan

berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,

kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang menyenangkan dan terpusat pada siswa. Model pembelajaran

kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan

struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu

tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran

kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa

dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan

keterampilan sosial. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah

Student Teams- Achievement Divisions (STAD) .

SMP Negeri 2 Yogakarta adalah sekolah negeri yang berada di

dekat pusat keramaian. Dari informasi Guru cenderung menggunakan

metode pembelajaran klasikal, namun terkadang juga menggunakan

metode diskusi dengan teman satu meja saja selain itu guru juga lebih

sering menjelaskan materi dengan metode ceramah memberikan

pembelajaran dengan media powerpoint membuat rangkuman dan

menuliskan di papan tulis. Setelah akhir pembelajaran guru memberikan

pekerjaan rumah (PR). Pembelajaran diawali dengan doa, kemudia

kesiapan siswa mengikuti pembelajaran, kemudian dilanjutkan tanya

jawab tentang materi yang sebelumnya. Pembelajaran dimulai dengan

guru yang berceramah di depan kelas dan sesekali menulis materi

pembelajaran di papan tulis. Disini guru sering memberikan pertanyaan

untuk memancing keaktifan siswa, selain itu jika ada yang ribut pasti guru

langsung memberikan pertanyaan agar siswa tersebut memperhatikan

ulang. Setelah itu guru selalu berkeliling selama proses pembelajaran

berlangsung. Guru juga sesekali memberikan pekerjaan rumah agar siswa

bisa lebih memahami dan memperbanyak latihan soal.

Saat proses pembelajaran, guru juga selalu memberikann latihan

soal yang bertujuan agar siswa lebih memperdalami materi yang telah

disampaikan. Beberapa siswa memperhatikan saat guru menerangkan,

menanggapi saat guru bertanya dan berani bertanya saat guru menjelaskan

pembelajaran yang kurang jelas. Namun ada beberapa siswa juga yang

terlihat kurang aktif saat mengikuti pembelajaran matematika siswa tidak

memperhatikan, tidak mengerjakan soal, mereka cenderung tidak memiliki

semangat untuk belajar matematika, terlihat saat diberikan latihan soal

mereka tidak mengerjakan, berbincang-bincang dengan teman sebangku

dan bahkan mengantuk. Saat peneliti melakukan observasi di sekolah,

siswa sedang mempelajari materi lingkaran disini terlihat siswa masih

kurang pemahaman dalam menentukan keliling dan luas dari lingkaran

mungkin karena metode yang digunakan guru kurang begitu bisa dipahami

keliling dan luas lingkaran. Menurut peneliti pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana adalah tipe Student Teams-Achievement Divisions

(STAD) dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan

empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja,

jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa

bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasai pelajaran tersebut (Darmiyati 2008:16), pada umumnya model

pembelajaran tersebut digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan

pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap

materi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams- Achievement Divisions

(STAD) ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan siswa belajar matematika

dengan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang berjudul:

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-

Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan

Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2 Yogyakarta pada

Materi Keliling dan Luas Lingkaran”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

1. Saat pembelajaran berlangsung terlihat siswa bosan untuk mengikuti

pembelajaran sehingga beberapa siswa mengantuk.

2. Siswa kurang atusias dalam mengikuti proses belajar matematika

dikelas karena mereka tidak membawa peralatan yang lengkap seperti

penggaris, pensil, penghapus dan alat matematika lainnya.

3. Beberapa siswa kurang aktif dalam pembelajaran dikelas karena masih

sibuk mengobrol dengan rekan sebangku dan tidak mengerjakan soal

latihan.

4. Siswa banyak kesulitan dalam mengerjakan latihan soal, terlihat

beberapa pekerjaan siswa masih ada yang salah.

5. Pada pembelajaran matematika siswa hanya berpusat pada guru saja,

sehingga aktivitas belajar saat pembelajaran matematika di kelas masih

rendah.

C. Pembatasan Masalah

Beberapa masalah telah teridentifikasi, tetapi karena keterbatasan

waktu, tenaga,dan biaya maka peneliti ini dibatasi pada pengamatan

mengenai Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams- Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari Hasil Belajar dan

Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka

penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran ditinjau

dari keaktifan belajar siswa ?

2. Bagaimana efektivitas pembelajaran matematika menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams- Achievement Divisions

(STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran ditinjau dari hasil

belajar siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran lingkaran

ditinjau dari keaktifan belajar siswa

2. Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) pokok bahasan keliling dan luas lingkaran lingkaran

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda

bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tinkah

laku dalam dirinya, perubahan tersebut haruslah bersifat relative

permanen, tahan lama dan menetap.

2. Keaktifan belajar

Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat

dilihat dengan turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,

terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau

guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, berusaha

mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan

masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal serta

menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

3. Hasil belajar

Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan

mengunakan alat pengukur, yakini berupa tes baik tertulis, lisan

maupun perbuatan. Hasil belajar menjadi sangat pentin bagi siswa

karena nilai atau angka yang diberikan meripakan manifestasi dari

prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau

4. Model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi belajar

mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau

dibagi dalam beberapa kelompok untuk saaling bekerjasama sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai. .

5. Student Teams- Achievement Divisions (STAD)

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD) sebagai berikut

: a.Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil

bersama. b.Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan

menjunjung tinggi norma-norma kelompok. c.Siswa aktif berperan

sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan

kelompok. d.Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan

kemampuan mereka dalam berpendapat.

G. Manfaat Penilitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik teoritis

maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan

pemikiran bagi dunia pendidikan terutama untuk mengetahui

Achievement Divisions (STAD) pada pokok bahasan keliling dan

luas lingkaran.

b. Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu

bagi pihak-pihak yang berkepentingan, guna melakukan penelitian

lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainya yang belum

tercakup dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman dalam

meningkatkan wawasan sebagai calon guru sehingga ketika terjun

ke lapangan, peneliti dapat mempersiapkan model pembelajaran

yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru

untuk lebih kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang

sesuai dengan tujuan, materi, karakteristik siswa dan kondisi

pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih

menarik dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai

bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan

kinerja guru dan kualitas proses belajar mengajar.

d. Bagi pemerintah, hasil penelitin ini diharapkan bermanfaat sebagai

bahan pertimbangan informasi dan referensi dalam program

12

Dokumen terkait