• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk pembangunan bangsa. Maju tidaknya suatu bangsa tergantung pada kualitas pendidikan yang ada pada bangsa tersebut. Jika pendidikan berkualitas baik, maka sangat besar kemungkinan besar bahwa negara tersebut akan mengalami kemajuan. Begitu pula sebaliknya, jika pendidikan berkualitas buruk, maka negara tersebut akan kurang bersaing dengan negara lainnya. Untuk memajukan bangsa diperlukan para generasi penerus bangsa yang mampu untuk bersaing era globalisasi ini, tentunya hal ini bisa tercapai dengan dukungan mutu pendidikan yang baik. Maka sudah sepantasnya pendidikan menjadi modal dasar bagi pembangunan bangsa Indonesia ini. Pendidikan yang baik harus didukung dengan kebijakan pendidikan yang baik.

Kebijakan pendidikan di Indonesia mendasarkan pada Pasal 31 UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Maka, untuk menjalankan amanat yang demikian, Pemerintah membuat peraturan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 3 disebutkan bahwa Pengelolaan Pendidikan ditujukan untuk menjamin: (1) akses masyarakat atas pelayanan pendidikan yang mencukupi, merata, dan terjangkau; (2) mutu dan daya saing pendidikan serta relevansinya dengan kebutuhan dan/atau kondisi masyarakat; serta (3) efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan.

Tujuan pengelolaan pendidikan didukung oleh UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 1 Ayat (6) dikemukakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah otonom ini dimaksudkan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maknanya dalam hal ini adalah dengan adanya undang-undang tentang pemerintahan daerah tersebut, maka melegitimasi untuk dilakukan pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan disini dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan daerah di bidang pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu indikator otonomi daerah dapat dikatakan berhasil.

Pemerataan pendidikan sebagai pelimpahan kekuasaan dan wewenang yang lebih luas kepada daerah beserta masyarakat, pengelola dan pengguna pendidikan untuk membuat perencanaan dan mengambil keputusan sendiri dalam mengatasi

permasalahan yang dihadapi di bidang pendidikan dengan mengacu kepada Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan dari pemerataan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berarti proses belajar mengajar di semua daerah di Indonesia juga turut meningkat, tidak terkecuali di Provinsi DKI Jakarta.

Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang berkedudukan sebagai Ibukota Negara, pusat pemerintahan, pusat perekonomian, dan daerah otonom. Dengan berbagai keunggulan tersebut, Provinsi DKI Jakarta menjadi daerah tujuan utama arus urbanisasi dari seluruh daerah di Indonesia. Oleh karena itu, Provinsi DKI Jakarta mempunyai karakteristik masyarakat yang sangat heterogen. Khususnya heterogen dalam bidang kehidupan sosial budaya masyarakat Jakarta. Latar belakang yang demikian, menjadikan pengelolaan pendidikan yang dijalankan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berhadapan dengan tugas pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan yang multikarakteristik. Multikarakteristik yang dimaksudkan disini adalah sangat besar dan beragamnya jenis persoalan dan kebutuhannya. Hal ini yang menjadi tugas berat Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam menangani di bidang pendidikan khususnya. Untuk lebih mengetahui terkait dengan kondisi pendidikan di DKI Jakarta, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Siswa SMA/SMK di DKI Jakarta Berdasarkan Status Sekolah No Status Sekolah Tahun 2013-2014 Tahun 2014-2015 Tahun 2015-2016 1. Negeri 91.117 88.523 87.079 2. Swasta 92.458 65.377 68.161 Jumlah 183.575 153.900 155.240

(Sumber: Diolah peneliti dari Statistik Sekolah Menengah Atas Tahun 2015-2016)

Tabel di atas menggambarkan perkembangan jumlah siswa SMA/SMK di DKI Jakarta dari tahun ajaran 2013-2014 sampai tahun ajaran 2015-2016. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah siswa bersekolah dari tahun ajaran 2013-2014 ke tahun ajaran 2014-2015 yaitu sebesar 29.675 siswa, tetapi terjadi peningkatan jumlah siswa bersekolah dari tahun 2014-2015 ke tahun ajaran 2015-2016 yaitu sebesar 1.340 siswa. Dengan meningkatnya jumlah siswa bersekolah di DKI Jakarta pemerintah diharapkan dapat memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik.

Salah satu persoalan yang menjadi prioritas di Provinsi DKI Jakarta adalah masih terdapat masyarakat Jakarta yang tidak mendapatkan pendidikan karena kurangnya biaya untuk memperoleh pendidikan tersebut. Berikut adalah jumlah dan persentase pendidikan penduduk usia 10 tahun keatas di DKI Jakarta tahun 2014.

Tabel 1.2

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun keatas Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin di DKI Jakarta Tahun 2014

Status pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % Tidak/belum Pernah Bersekolah 23.706 0,57 70.235 1,69 93.941 1,13 SD 240.474 5,76 224.353 5,41 464.828 5,58 SLTP 186.980 4,48 191.862 4,63 378.843 4,55 SLTA 168.876 4,04 166.689 4,02 335.564 4,03 Diploma/Universitas 155.747 3,73 152.872 3,68 308.619 3,71 Tamat Sekolah 3.400.018 81,42 3.342.145 80,57 6.742.163 80,99 Jumlah 4.175.802 4.148.157 8.323.959

(Sumber : Diolah Peneliti dari BPS DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 2015)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa masih terdapat masyarakat Jakarta sebanyak 93.941 jiwa penduduk yang tidak pernah atau belum pernah bersekolah dari sebanyak 8.323.959 penduduk DKI Jakarta yang berusia 10 tahun keatas, dengan persentase sebesar 1,13%. Salah satu faktor yang mempengaruhi pendidikan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta adalah dari faktor ekonomi. Meningkatnya penduduk miskin di Jakarta dapat menjadi penghambat dalam memajukan pengelolaan pendidikan yang baik di DKI Jakarta. Tingkat kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta dari tahun 2013 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan. Berikut adalah persentase penduduk miskin DKI Jakarta:

Tabel 1.3

Tingkat Kemiskinan DKI Jakarta tahun 2015 Uraian September 2013 Maret 2014 September 2014 Maret 2015 Jumlah Penduduk Miskin 371.700 393.980 412.790 398.920 Persentase 3,72% 3,92% 4,09% 3,93% Garis Kemiskinan (Rp/Bulan) 434.322 447.797 459.560 487.388

(Sumber : Diolah Peneliti dari SUSENAS BPS Provinsi DKI Jakarta)

Data tingkat kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2015 menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin dari tahun 2013 sampai tahun 2015 cenderung melakukan peningkatan puncaknya terjadi pada bulan Semptember 2014 yaitu sebanyak 412.790 jiwa penduduk yang kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2015 yaitu sebanyak 398.920 jiwa penduduk. Indikator garis kemiskinan dari tahun 2013 sampai tahun 2015 selalu mengalami peningkatan. (SUSENAS BPS Provinsi DKI Jakarta)

Oleh karena itu, pemerintah DKI Jakarta membuat suatu kebijakan tentang Sistem Pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006. Di dalam peraturan daerah tentang Sistem Pendidikan ini dijelaskan pada pasal 5 Ayat (1) bahwa warga masyarakat yang berusia 7 sampai 18 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar sampai tamat. Kemudian di Pasal 16 huruf (f) dijelaskan bahwa pemerintah daerah wajib menyediakan dana guna

terselenggaranya wajib belajar 12 tahun khususnya bagi peserta didik dari keluarga tidak mampu dan anak terlantar.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta kemudian melaksanakan rintisan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012. Untuk menunjang keberlangsungan program wajib belajar 12 tahun tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan kebijakan pemberian dana Biaya Operasional Pendidikan (BOP) dan Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) atau disebut dengan program Kartu Jakarta Pintar. Khusus BBPP atau Kartu Jakarta Pintar, mekanisme penyalurannya diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No. 174 Tahun 2015 Tentang Bantuan Biaya Personal Pendidikan Bagi Peserta Didik Dari Keluarga Tidak Mampu Melalui Kartu Jakarta Pintar.

Pemberian Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) melalui program Kartu Jakarta Pintar (KJP) dimaksudkan untuk mendukung terselenggaranya wajib belajar 12 tahun, meningkatkan akses layanan pendidikan yang adil dan merata, menjamin kepastian mendapatkan layanan pendidikan serta meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Yang menjadi sasaran penerima Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) yaitu peserta didik dari keluarga tidak mampu yang berdomisili dan bersekolah di Provinsi DKI Jakarta. Dalam Pergub No. 174 Tahun 2015 pasal 1 ayat (40) yang dimaksud peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pada ayat (41) yang dimaksud dengan Keluarga

Tidak Mampu adalah keluarga sangat miskin, miskin, hamper miskin dan rentan miskin sesuai kriteria Pendataan Program Perlindungan Sosial dari Badan Pusat Statistik berdasarkan fakta sosial dan ekonomi yang ditemukan secara nyata di masyarakat. Kebutuhan dasar pendidikan yang dimaksud mencakup: alat tulis, seragam, sepatu, kaos kaki, tas sekolah, biaya transportasi, makanan bergizi di sekolah, alat bantu pendengaran dan penglihatan, kalkulator scientific, USB flash dish sebagai alat simpan data, serta biaya ekstrakulikuler. Selain itu, tujuan dari program KJP adalah untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah atau dengan kata lain dapat menurunkan jumlah siswa putus sekolah. Jumlah siswa putus sekolah pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.4

Jumlah Siswa Putus Sekolah di DKI Jakarta Berdasarkan Status Sekolah No Status Sekolah Tahun 2013-2014 Tahun 2014-2015 Tahun 2015-2016 1. Negeri 672 587 225 2. Swasta 966 663 457 Jumlah 1.638 1.250 682

(Sumber: Diolah peneliti dari Statistik Sekolah Menengah Atas Tahun 2015-2016)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dengan dirilisnya program KJP maka mengurangi jumlah siswa putus sekolah di Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan

Peraturan Gubernur Nomor 174 Tahun 2015, sasaran penerima program KJP bersumber dari hasil pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS). Data penduduk Provinsi DKI Jakarta kategori 40% rumah tangga Indonesia berpenghasilan terendah.

Dalam penerapannya, program KJP mendapatkan respon yang sangat baik dari masyarakat Kota Jakarta. Oleh karena itu, menjadi sesuatu yang wajar jika program KJP dikategorikan sebagai kebijakan yang populis. Dengan dikeluarkannya program KJP oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan akan meningkatkan akses dan kepastian masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan minimal wajib belajar 12 tahun, terutama bagi warga yang tidak mampu atau miskin.

Program KJP ini memberikan kemudahan dalam teknis penyaluran dana BBPP tersebut, yaitu berupa kartu ATM Bank DKI kepada para peserta didik yang telah memenuhi persyaratan dan kriteria penerima KJP, Rekening Bank DKI yang dibuat pun juga atas nama siswa yang bersangkutan. Sehingga diharapkan tidak ada lagi siswa miskin yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar pendidikannya, karena dana BBPP tersebut dapat langsung diterima oleh tiap-tiap siswa penerima KJP tersebut melalui ATM setiap kurun waktu yang ditentukan. Dana BPSM yang diberikan untuk sekolah yang berstatus Negeri adalah sebesar Rp. 210.000,-/ bulan kepada peserta didik tingkat SD/SDLB/MI, Rp. 260.000-/ bulan kepada peserta didik tingkat SMP/SMPLB/MTs, Rp. 375.000,-/ bulan kepada peserta didik tingkat SMA/SMALB/MA, dan Rp. 390.000,-/ bulan kepada peserta didik tingkat SMK/SMKLB. Serta untuk sekolah yang berstatus swasta adalah sebesar Rp.

210.000,-/ bulan kepada peserta didik tingkat SD/SDLB/MI, Rp. 260.000-/ bulan kepada peserta didik tingkat SMP/SMPLB/MTs, Rp. 390.000,-/ bulan kepada peserta didik tingkat SMA/SMALB/MA, dan Rp. 390.000,-/ bulan kepada peserta didik tingkat SMK/SMKLB

Sebagaimana lazimnya suatu program, kendati berstatus sebagai program pemerintah yang diminati masyarakat Kota Jakarta program KJP tidak terlepas dari berbagai kendala dalam mencapai tujuannya. Berbagai kendala tersebut muncul bersamaan dengan berjalannya pelaksanaan Program KJP itu sendiri. Salah satu kendala yang sangat mungkin terjadi adalah dalam hal keakuratan data. Data yang terseleksi sebagai peserta didik penerima KJP haruslah data yang memenuhi kriteria cermat, akuntabel, dan tepat sasaran. Data yang tidak cermat, tidak akuntabel dan tidak tepat sasaran menjadi peluang terbukanya penyimpangan dana BPSM yang disalurkan melalui Program KJP tersebut.

Di atas telah dijelaskan bahwa Program KJP dilaksanakan diseluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Salah satu wilayah yang melaksanakan program KJP adalah di Kecamatan Kebon Jeruk. Kecamatan Kebon Jeruk merupakan salah satu Kecamatan yang merupakan bagian dari wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat. Data yang diolah peneliti dari sumber Dinas Pendidikan DKI Jakarta menunjukkan bahwa Kecamatan Kebon Jeruk secara persentase memiliki jumlah penerima KJP pada jenjang pendidikan SMA/SMK terbanyak keempat setelah Kecamatan Cengkareng,

Kecamatan Tambora, dan Kecamatan Kalideres di Jakarta Barat. Data selengkapnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5

Data Siswa Penerima KJP di Kota Administrasi Jakarta Barat No Kecamatan Jumlah Siswa SMU/SMK penerima KJP Persentase 1 Cengkareng 5.838 26,70% 2 Kelideres 3.153 14,42% 3 Kembangan 2.470 11,30% 4 Kebon Jeruk 2.662 12,17% 5 Palmerah 2.505 11,46% 6 Taman Sari 960 4,39% 7 Tambora 1.012 5,50% 8 Grogol Petamburan 3.076 14,07%

(Sumber : Diolah peneliti dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta tahun 2015)

Jumlah siswa SMA/SMK di Kecamatan Kebon Jeruk yang tercatat sebagai penerima KJP pada tahun 2015 adalah sebanyak 2.662 siswa dengan persentase 12,17%. Namun dalam pengelolaan program KJP, masih banyak terdapat beberapa permasalahan dalam pengelolaan program Kartu Jakarta Pintar, antara lain sebagai berikut:

Pertama, Hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan dengan lima siswa yang bersekolah di Kecamatan Kebon Jeruk yang berasal dari sekolah yang berbeda-beda dan wawancara yang dilakukan oleh dua orang tua siswa yang berasal dari orang tua siswa penerima KJP dan tiga orang tua siswa yang bukan penerima KJP, menemukan masalah yang terjadi dalam pengelolaan program KJP pada jenjang SMA/SMK di wilayah Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat yaitu Penyalahgunaan penggunaan dana Kartu Jakarta Pintar. Dana yang diberikan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bersumber dari APBD DKI Jakarta melalui Bank DKI digunakan oleh siswa penerima KJP untuk hal-hal yang diluar kepentingan sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga siswa penerima KJP, dua siswa bukan penerima KJP, dan dua orang tua siswa menyebutkan bahwa penggunaan dana KJP oleh beberapa siswa penerima KJP digunakan untuk membelanjakan pakaian diluar kepentingan sekolah, seperti kemeja dan celana jeans. Serta terdapat beberapa siswa yang mencairkan dana KJP tersebut dan membelanjakannya untuk hal-hal diluar kepentingan sekolah.

Kedua, Hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh dua siswa yang berasal dari sekolah yang berbeda di Kecamatan Kebon Jeruk, dua guru kelas, dan dua orang tua siswa penerima KJP menyebutkan bahwa terdapat masalah lain dalam pengelolaan dana KJP yaitu Penyaluran dana KJP yang tidak tepat sasaran. Siswa yang mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari pemerintah Provinsi DKI Jakarta bukan sepenuhnya berasal dari golongan keluarga sangat miskin, miskin,

hampir miskin, dan rentan. Hal tersebut dapat dilihat dari pakaian sehari-hari yang dikenakan oleh siswa penerima KJP, gaya hidup, dan pergaulan siswa penerima KJP yang tidak mencerminkan berasal dari golongan keluarga yang tidak mampu.

Hal tersebut mungkin terjadi karena guru kelas atau Wali kelas yang tidak sepenuhnya melakukan kunjungan ke rumah calon penerima KJP. Dalam Pergub No. 174 Tahun 2015 Pasal 9 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setelah melakukan pendataan kepada calon penerima KJP, Kepala Sekolah menugaskan wali/guru kelas untuk melakukan kunjungan ke rumah dan/atau panti asuhan dengan membawa instrumen verifikasi. Ayat (2) menyebutkan bahwa Kepala Satuan Pendidikan atau sekolah melakukan pengawasan atas pelaksanaan kunjungan ke rumah dan/atau panti asuhan. Peraturan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada semua sekolah yang ada di Kecamatan Kebon Jeruk. Wali kelas atau guru kelas tidak sepenuhnya melakukan kunjungan kembali ke rumah calon penerima KJP. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk membuktikan bahwa calon penerima KJP benar-benar berasal dari keluarga kurang mampu.

Ketiga, setelah melakukan observasi dan wawancara dengan guru salah satu sekolah di Kecamatan Kebon Jeruk dan staf Suku Dinas Pendidikan Kecamatan Kebon Jeruk menemukan adanya masalah lain dalam pengelolaan KJP di Kecamatan Kebon Jeruk, yaitu kurangnya pengawasan dari pihak sekolah dan Suku Dinas Pendidikan Kecamatan Kebon Jeruk DKI Jakarta atas penggunaan kartu KJP. Dinas Pendidikan DKI Jakarta bersama dengan Suku Dinas Pendidikan

Kecamatan-kecamatan di Jakarta rutin melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan dan pengelolaan program KJP. Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dalam pelaksanaan Program KJP sebelumnya. Pada kenyataannya, siswa penerima KJP diwajibkan membuat laporan tertulis secara rutin setiap tiga bulan sekali atas penggunaan dana bantuan KJP. Namun, laporan yang dibuat oleh siswa penerima KJP hanya sebagai formalitas atas ketentuan yang diharuskan. Guru kelas, Wali kelas, Kepala Sekolah, dan Suku Dinas Pendidikan Kecamatan tidak mempelajari kembali laporan yang dibuat oleh siswa secara mendalam. Memang, laporan yang dibuat oleh siswa penerima KJP tidak sepenuhnya salah dan menyalahi aturan KJP. Namun, seharusnya pihak sekolah dan Suku Dinas Pendidikan Kecamatan melakukan pengawasan atas penggunaan dana KJP oleh siswa penerima KJP dengan teliti.

Dengan adanya perhatian yang besar dari masyarakat Provinsi DKI Jakarta akan program Kartu Jakarta Pintar ini, peneliti tertarik untuk mengangkatnya menjadi sebuah judul penelitian yaitu Efektivitas Program Kartu Jakarta Pintar pada Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan di Kecamatan Kebon Jeruk. Karena bagaimanapun program KJP sebagai bagian dari upaya untuk memberikan pendidikan gratis kepada warga usia sekolah di Provinsi DKI Jakarta harus mendapata dukungan dan saran. Hal ini penting demi adanya langkah perbaikan dan penyempurnaan dalam penyelenggaraan program KJP kedepannya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasakan pemaparan pada latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Adanya indikasi penyalahgunaan dana Kartu Jakarta Pintar oleh siswa penerima Kartu Jakarta Pintar di Kecamatan Kebon Jeruk

2. Penerimaan peserta Kartu Jakarta Pintar yang tidak tepat sasaran atau tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

3. Kurangnya pengawasan dari pihak sekolah dan Suku Dinas Pendidikan Kecamatan Kebon Jeruk DKI Jakarta atas penggunaan kartu KJP

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti tidak membahas efektivitas program KJP pada jenjang pendidikan SD dan SLTP, tetapi membatasi pada pembahasan tentang efektivitas program KJP pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada studi pendahuluan di muka dan dengan memperhatikan pada fokus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan masalah, maka yang menjadi kajian peneliti, yaitu Bagaimana Efektivitas program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian akan menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari diadakannya penelitian ini, antara lain:

1.6.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Pengembangan Ilmu Administrasi Negara

Penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan Ilmu Administrasi Negara terutama berkaitan dengan efektivitas program Kartu Jakarta

Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan dan pengetahuan peneliti secara khusus mengenai efektivitas program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk. c. Bagi Instansi Pemerintahan

Membantu memberikan pertimbangan kepada pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemecahan masalah yang berhubungan dengan efektivitas program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk.

b. Penelitian ini bermanfaat untuk membantu Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam melalukan pengelolaan program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini berguna untuk memberikan gambaran yang jelas dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, secara sistematis susunan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Deskripsi Teori

Pada bab ini akan diuraikan deskripsi teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka berfikir, serta asumsi dasar atas penelitian yang dikerjakan oleh penliti.

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, informan penelitian, teknis analisis data, uji keabsahan data, dan jadwal penelitian.

BAB IV : Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan deskripsi lokasi penelitian, deskripsi data, dan pembahasan atas deskripsi data.

BAB V : Penutup

Sebagai bab terakhir, bab ini akan menyajikan secara singkat kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan dan juga memuat saran-saran bagi pihak yang berkepentingan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dan untuk memperbaiki kekurangan dalam efektivitas program Kartu Jakarta Pintar di Provinsi DKI Jakarta.

Dokumen terkait