• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR PADA JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN KEJURUAN (Studi Kasus di Kecamatan Kebon Jeruk) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR PADA JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN KEJURUAN (Studi Kasus di Kecamatan Kebon Jeruk) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus di Kecamatan Kebon Jeruk)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

Sukriyandi

6661121409

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ABSTRAK

Sukriyandi. 6661121409. 2017. Efektivitas Program Kartu Jakarta Pintar Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (Studi Kasus Di Kecamatan Kebon Jeruk. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Dr. Agus Sjafari, M.Si dan Pembimbing II: Gandung Ismanto, S.Sos., MM. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk pembangunan bangsa. Maju tidaknya suatu bangsa tergantung pada kualitas pendidikan yang ada pada bangsa tersebut. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan yang dilakukan melibatkan pemerintahan daerah oleh masing-masing daerah otonom, tidak terkecuali Provinsi DKI Jakarta. Program Kartu Jakarta Pintar adalah program unggulan pemerintah DKI Jakarta yang bertujuan untuk mengurangi jumlah anak putus sekolah di Jakarta. Dalam pelaksanaannya, program KJP mengalami beberapa hambatan antara lain penyalahgunaan kartu Jakarta pintar oleh siswa penerima KJP, penerimaan siswa KJP yang belum tepat sasaran, dan lemahnya pengawasan dari pelaksana program KJP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas program KJP pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Analisis dalam penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Duncan dengan dimensi pencapaian tujuan, adaptasi, dan integrasi di dalamnya. Dalam dimensi pencapaian tujuan, masih terdapat beberapa kekurangan yaitu pembelanjaan dana KJP yang belum sesuai dengan kebutuhan siswa dan sasaran penerima KJP yang belum memenuhi kriteria keluarga kurang mampu. Dalam dimensi integrasi, proses sosialisasi dan koordinasi yang dilakukan oleh pelaksana program KJP sudah baik tetapi masih kurang dalam indikator pengawasan. Dalam dimensi adaptasi, terdapat masyarakat yang mendukung program KJP dan masyarakat yang menghambat program KJP. Hasil dari penelitian ini adalah pengelolaan program KJP pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk masih kurang efektif.

(3)

ABSTRACT

Sukriyandi. 6661121409. 2017. Effectiveness Program Jakarta Smart Card By Education High School Level and SMK (A Study Case of the Kebon Jeruk District). Department of Public Administration. Faculty of Social and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. 1st Supervisor: Dr. Agus Sjafari, M.Si and 2nd Supervisor: Gandung Ismanto, S.Sos., MM.

Education is a fundamental requirement for the development of the nation. Forward failure of a nation depends on the quality of education that exist in the nation. One way to improve the quality of education in Indonesia was the equalization of education. Distribution of education is carried out involving local governments by their respective autonomous regions, not least of Jakarta. Jakarta Smart Card program is a flagship program of the Jakarta government aimed at reducing the dropout rate in Jakarta. In practice, the KJP program encountered some resistance include Jakarta smart card misuse by students who received the KJP, admissions KJP is not on target, and weak oversight of program implementers KJP. The purpose of this study was to examine the effectiveness of KJP program on high school and vocational education in the Kebon Jeruk District.The method used in this research is qualitative descriptive. The analysis in this study uses the theory proposed by Duncan with dimensions of goal attainment, adaptation and integration in it. In the dimension of goal achievement, there are still some shortcomings that expenditures of funds KJP are not in accordance with students' needs and goals KJP recipients who do not meet the criteria of underprivileged families. In the dimension of integration, the process of socialization and coordination in implementing the KJP program has been good but still lacking in supervision indicators. In the dimension of adaptation, there are people who support the KJP and community programs that inhibit KJP program. Results from this study is the management of KJP program on high school and vocational education in the Kebon Jeruk District has not been effective.

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Sukriyandi Nim : 6661121409

(5)
(6)
(7)

Awali segala sesuatu dengan Basmallah

Cintailah sesuatu yang sedang kita jalani, karena jika kita tidak mencintainya maka

akan selamanya sesuatu yang sedang kita jalani tersebut akan menjadi beban dalam

kehidupan kita.

Persembahkanlah yang terbaik bagi orang-orang yang kita sayangi.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Keluargaku dan

sahabat-sahabatku yang selalu memberikan

semangat juang dalam jiwaku dan yang

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan segala rahmat dan karunia-Nya akhirnya pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam tak lupa peneliti haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw. yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah ke zaman imaniyah ini.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yakni Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd.

2. Dekan FISIP Untirta yakni Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., yang juga selaku dosen pembimbing I dan selaku Dewan Penguji Skripsi yang selalu bersedia untuk membimbing peneliti sampai sekarang.

3. Wakil Dekan I FISIP Untirta yakni Ibu Rahmawati, M.Si.

4. Wakil Dekan II FISIP Untirta yakni Bapak Iman Mukhroman, M.Si.

(9)

6. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Untirta yakni Ibu Listyaningsih, M.Si., yang memberikan kemudahan kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian.

7. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., MM selaku pembimbing II yang tak henti-hentinya memberikan arahan kepada peneliti.

8. Bapak Maulana Yusuf, M.Si., selaku Dewan Penguji Sidang Skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan kepada peneliti.

9. Bapak Wahuno selaku staf Pusat Perencanaan dan Pengendalian Pendanaan Pendidikan Personal dan Operasional (P6 O) telah bersedia memberikan informasi dan data pendukung terkait dengan pengelolaan program KJP di Kecamatan Kebon Jeruk.

10.Bapak Syarif Hidayat selaku staf Suku Dinas Pendidikan Kecamatan Kebon Jeruk yang telah bersedia memberikan informasi terkait pengelolaan program KJP di Kecamatan Kebon Jeruk.

11.Kepada sahabat-sahabatku tercinta Suheni, Rosdiana, Putri Kusuma, Mareta, Dina, Wahyu, Ahmad Hakiki, Andika, Evi, Santi, Galih, Suryacita, Mey Gita, Frisca, Windha, Sinta, Gina, Fauziah, Vina, Mirza, Nanda, Adji, Imam, Nindi, Bara, Idos, Tb Arif, dan Yudhi yang telah memberikan semangat selama beberapa tahun ini.

(10)

Hapipi, Rexy Fajrin, Yuda, Budi, dan Anton, yang telah mengarahkan dan membimbing saya dalam keorganisasian selama ini.

13.Kepada adik-adikku Alipsyah, Dhika, Dedin, Mahpudin, Farki, Adhi, Eka Kurniawan, Oky, Aris, Ismail, Ridho H, Adi Anggoro, Angga Septian, Jaka Permana, Agung Sudrajat, Ali Ulumudin, M Ali Azmi, Imam Firdaus, Novan, Ajityas, Elly Laeli, Dewi Sinta, dan Siti Tohiriyah, yang selalu memberikan kepercayaan untuk memotivasi dan memberikan semangat kepada adik-adikku.

Pembuatan skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. Menyadari bahwa suatu karya di bidang apapun tidak terlepas dari kekurangan, maka dihimbau kepada pembaca untuk memberikan saran penyempurnaan.

Ucapan terima kasih tidak lupa disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, memotivasi, dan mengilhami usaha pembuatan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Serang, Januari 2017

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………..

LEMBAR PERSETUJUAN .………

LEMBAR ORISINALITAS ……… i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……… ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ………..……..……… viii

DAFTAR GAMBAR ………..……… ix

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah ……….. 15

1.3 Batasan Masalah ……… 15

1.4 Rumusan Masalah ………. 16

1.5 Tujuan Penelitian ………. 16

1.6 Manfaat Penelitian ……… 16

1.7 Sistematika Penulisan ……….. 18

(12)
(13)

5.1 Kesimpulan………... 144

5.2 Saran ……….. 145

DAFTAR PUSTAKA ………. x

LAMPIRAN ……… xii

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Siswa SMA/SMK di DKI Jakarta berdasarkan Status Sekolah ………. 4

Tabel 1.2 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun keatas Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin di DKI Jakarta Tahun 2014 ………. 5

Tabel 1.3 Tingkat Kemiskinan DKI Jakarta tahun 2015 ……….... 6

Tabel 1.4 Jumlah Siswa Putus Sekolah di DKI Jakarta Berdasarkan Status Sekolah ……… 8

Tabel 1.5 Data Siswa Penerima KJP di Kota Administrasi Jakarta Barat ………. 11

Tabel 2.1 Maksimal Pencairan Dana KJP untuk Sekolah Negri ……… 45

Tabel 2.2 Maksimal Pencairan Dana KJP untuk Sekolah Swasta ………. 45

Tabel 2.3 Tahapan Pelaksanaan Program KJP ……….... 50

Tabel 3.1 Definisi Operasional …..……… 63

Tabel 3.2 Kategori Informan ………. 66

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ………... 78

Tabel 4.1 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Kebon Jeruk Tahun 2014 ... 82

(14)

Tahun 2015-2016 ……….……….. 84

Tabel 4.4 Kode Informan Penelitian ……….. 86

Tabel 4.5 Tahapan Pelaksanaan KJP ………..… 89

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ……… 58

Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data ……….… 70

Gambar 4.1 Diagram Alur Mekanisme Pemberian Bantuan Biaya Personal Pendidikan Bagi Peserta Didik dari Keluarga Tidak Mampu ……… 92

Gambar 4.2 Bukti Pembayaran Pembelanjaan Dana KJP ………. 98

Gambar 4.3 Pemeriksaan Berkas KJP ………... 103

Gambar 4.4 Penampilan dan Sikap Siswa Penerima KJP ……… 108

Gambar 4.5 Sikap dan Perilaku Siswa Penerima KJP. ……….……… 111

Gambar 4.6 Sosialisasi Program KJP ………...……… 115

Gambar 4.7 Rapat Koordinasi Pelaksana Program KJP ...……… 120

Gambar 4.8 Proses Pengawasan Penggunaan Dana KJP ……….……… 123 Gambar 4.9 Sikap dan Perilaku Pelaksana Program KJP .……… 127

Gambar 4.10 Pembelanjaan Dana KJP Sesuai dengan Kebutuhan Siswa …... 129

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk pembangunan bangsa. Maju tidaknya suatu bangsa tergantung pada kualitas pendidikan yang ada pada bangsa tersebut. Jika pendidikan berkualitas baik, maka sangat besar kemungkinan besar bahwa negara tersebut akan mengalami kemajuan. Begitu pula sebaliknya, jika pendidikan berkualitas buruk, maka negara tersebut akan kurang bersaing dengan negara lainnya. Untuk memajukan bangsa diperlukan para generasi penerus bangsa yang mampu untuk bersaing era globalisasi ini, tentunya hal ini bisa tercapai dengan dukungan mutu pendidikan yang baik. Maka sudah sepantasnya pendidikan menjadi modal dasar bagi pembangunan bangsa Indonesia ini. Pendidikan yang baik harus didukung dengan kebijakan pendidikan yang baik.

(17)

Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 3 disebutkan bahwa Pengelolaan Pendidikan ditujukan untuk menjamin: (1) akses masyarakat atas pelayanan pendidikan yang mencukupi, merata, dan terjangkau; (2) mutu dan daya saing pendidikan serta relevansinya dengan kebutuhan dan/atau kondisi masyarakat; serta (3) efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan.

Tujuan pengelolaan pendidikan didukung oleh UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 1 Ayat (6) dikemukakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah otonom ini dimaksudkan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maknanya dalam hal ini adalah dengan adanya undang-undang tentang pemerintahan daerah tersebut, maka melegitimasi untuk dilakukan pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan disini dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan daerah di bidang pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu indikator otonomi daerah dapat dikatakan berhasil.

(18)

permasalahan yang dihadapi di bidang pendidikan dengan mengacu kepada Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan dari pemerataan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berarti proses belajar mengajar di semua daerah di Indonesia juga turut meningkat, tidak terkecuali di Provinsi DKI Jakarta.

(19)

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Siswa SMA/SMK di DKI Jakarta Berdasarkan Status Sekolah

Jumlah 183.575 153.900 155.240

(Sumber: Diolah peneliti dari Statistik Sekolah Menengah Atas Tahun 2015-2016)

Tabel di atas menggambarkan perkembangan jumlah siswa SMA/SMK di DKI Jakarta dari tahun ajaran 2013-2014 sampai tahun ajaran 2015-2016. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah siswa bersekolah dari tahun ajaran 2013-2014 ke tahun ajaran 2014-2015 yaitu sebesar 29.675 siswa, tetapi terjadi peningkatan jumlah siswa bersekolah dari tahun 2014-2015 ke tahun ajaran 2015-2016 yaitu sebesar 1.340 siswa. Dengan meningkatnya jumlah siswa bersekolah di DKI Jakarta pemerintah diharapkan dapat memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik.

(20)

Tabel 1.2

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun keatas Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin di DKI Jakarta Tahun 2014

Status pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Diploma/Universitas 155.747 3,73 152.872 3,68 308.619 3,71 Tamat Sekolah 3.400.018 81,42 3.342.145 80,57 6.742.163 80,99

Jumlah 4.175.802 4.148.157 8.323.959 (Sumber : Diolah Peneliti dari BPS DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 2015)

(21)

Tabel 1.3

Tingkat Kemiskinan DKI Jakarta tahun 2015

Uraian September

371.700 393.980 412.790 398.920

Persentase 3,72% 3,92% 4,09% 3,93%

Garis Kemiskinan

(Rp/Bulan)

434.322 447.797 459.560 487.388 (Sumber : Diolah Peneliti dari SUSENAS BPS Provinsi DKI Jakarta)

Data tingkat kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2015 menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin dari tahun 2013 sampai tahun 2015 cenderung melakukan peningkatan puncaknya terjadi pada bulan Semptember 2014 yaitu sebanyak 412.790 jiwa penduduk yang kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2015 yaitu sebanyak 398.920 jiwa penduduk. Indikator garis kemiskinan dari tahun 2013 sampai tahun 2015 selalu mengalami peningkatan. (SUSENAS BPS Provinsi DKI Jakarta)

(22)

terselenggaranya wajib belajar 12 tahun khususnya bagi peserta didik dari keluarga tidak mampu dan anak terlantar.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta kemudian melaksanakan rintisan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012. Untuk menunjang keberlangsungan program wajib belajar 12 tahun tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan kebijakan pemberian dana Biaya Operasional Pendidikan (BOP) dan Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) atau disebut dengan program Kartu Jakarta Pintar. Khusus BBPP atau Kartu Jakarta Pintar, mekanisme penyalurannya diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No. 174 Tahun 2015 Tentang Bantuan Biaya Personal Pendidikan Bagi Peserta Didik Dari Keluarga Tidak Mampu Melalui Kartu Jakarta Pintar.

(23)

Tidak Mampu adalah keluarga sangat miskin, miskin, hamper miskin dan rentan miskin sesuai kriteria Pendataan Program Perlindungan Sosial dari Badan Pusat Statistik berdasarkan fakta sosial dan ekonomi yang ditemukan secara nyata di masyarakat. Kebutuhan dasar pendidikan yang dimaksud mencakup: alat tulis, seragam, sepatu, kaos kaki, tas sekolah, biaya transportasi, makanan bergizi di sekolah, alat bantu pendengaran dan penglihatan, kalkulator scientific, USB flash dish sebagai alat simpan data, serta biaya ekstrakulikuler. Selain itu, tujuan dari program KJP adalah untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah atau dengan kata lain dapat menurunkan jumlah siswa putus sekolah. Jumlah siswa putus sekolah pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.4

Jumlah Siswa Putus Sekolah di DKI Jakarta Berdasarkan Status Sekolah

No Status

(Sumber: Diolah peneliti dari Statistik Sekolah Menengah Atas Tahun 2015-2016)

(24)

Peraturan Gubernur Nomor 174 Tahun 2015, sasaran penerima program KJP bersumber dari hasil pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS). Data penduduk Provinsi DKI Jakarta kategori 40% rumah tangga Indonesia berpenghasilan terendah.

Dalam penerapannya, program KJP mendapatkan respon yang sangat baik dari masyarakat Kota Jakarta. Oleh karena itu, menjadi sesuatu yang wajar jika program KJP dikategorikan sebagai kebijakan yang populis. Dengan dikeluarkannya program KJP oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan akan meningkatkan akses dan kepastian masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan minimal wajib belajar 12 tahun, terutama bagi warga yang tidak mampu atau miskin.

(25)

210.000,-/ bulan kepada peserta didik tingkat SD/SDLB/MI, Rp. 260.000-/ bulan kepada peserta didik tingkat SMP/SMPLB/MTs, Rp. 390.000,-/ bulan kepada peserta didik tingkat SMA/SMALB/MA, dan Rp. 390.000,-/ bulan kepada peserta didik tingkat SMK/SMKLB

Sebagaimana lazimnya suatu program, kendati berstatus sebagai program pemerintah yang diminati masyarakat Kota Jakarta program KJP tidak terlepas dari berbagai kendala dalam mencapai tujuannya. Berbagai kendala tersebut muncul bersamaan dengan berjalannya pelaksanaan Program KJP itu sendiri. Salah satu kendala yang sangat mungkin terjadi adalah dalam hal keakuratan data. Data yang terseleksi sebagai peserta didik penerima KJP haruslah data yang memenuhi kriteria cermat, akuntabel, dan tepat sasaran. Data yang tidak cermat, tidak akuntabel dan tidak tepat sasaran menjadi peluang terbukanya penyimpangan dana BPSM yang disalurkan melalui Program KJP tersebut.

(26)

Kecamatan Tambora, dan Kecamatan Kalideres di Jakarta Barat. Data selengkapnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5

Data Siswa Penerima KJP di Kota Administrasi Jakarta Barat

No Kecamatan

(Sumber : Diolah peneliti dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta tahun 2015)

(27)

Pertama, Hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan dengan lima siswa yang bersekolah di Kecamatan Kebon Jeruk yang berasal dari sekolah yang berbeda-beda dan wawancara yang dilakukan oleh dua orang tua siswa yang berasal dari orang tua siswa penerima KJP dan tiga orang tua siswa yang bukan penerima KJP, menemukan masalah yang terjadi dalam pengelolaan program KJP pada jenjang SMA/SMK di wilayah Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat yaitu Penyalahgunaan penggunaan dana Kartu Jakarta Pintar. Dana yang diberikan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bersumber dari APBD DKI Jakarta melalui Bank DKI digunakan oleh siswa penerima KJP untuk hal-hal yang diluar kepentingan sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga siswa penerima KJP, dua siswa bukan penerima KJP, dan dua orang tua siswa menyebutkan bahwa penggunaan dana KJP oleh beberapa siswa penerima KJP digunakan untuk membelanjakan pakaian diluar kepentingan sekolah, seperti kemeja dan celana jeans. Serta terdapat beberapa siswa yang mencairkan dana KJP tersebut dan membelanjakannya untuk hal-hal diluar kepentingan sekolah.

(28)

hampir miskin, dan rentan. Hal tersebut dapat dilihat dari pakaian sehari-hari yang dikenakan oleh siswa penerima KJP, gaya hidup, dan pergaulan siswa penerima KJP yang tidak mencerminkan berasal dari golongan keluarga yang tidak mampu.

Hal tersebut mungkin terjadi karena guru kelas atau Wali kelas yang tidak sepenuhnya melakukan kunjungan ke rumah calon penerima KJP. Dalam Pergub No. 174 Tahun 2015 Pasal 9 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setelah melakukan pendataan kepada calon penerima KJP, Kepala Sekolah menugaskan wali/guru kelas untuk melakukan kunjungan ke rumah dan/atau panti asuhan dengan membawa instrumen verifikasi. Ayat (2) menyebutkan bahwa Kepala Satuan Pendidikan atau sekolah melakukan pengawasan atas pelaksanaan kunjungan ke rumah dan/atau panti asuhan. Peraturan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada semua sekolah yang ada di Kecamatan Kebon Jeruk. Wali kelas atau guru kelas tidak sepenuhnya melakukan kunjungan kembali ke rumah calon penerima KJP. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk membuktikan bahwa calon penerima KJP benar-benar berasal dari keluarga kurang mampu.

(29)

Kecamatan-kecamatan di Jakarta rutin melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan dan pengelolaan program KJP. Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dalam pelaksanaan Program KJP sebelumnya. Pada kenyataannya, siswa penerima KJP diwajibkan membuat laporan tertulis secara rutin setiap tiga bulan sekali atas penggunaan dana bantuan KJP. Namun, laporan yang dibuat oleh siswa penerima KJP hanya sebagai formalitas atas ketentuan yang diharuskan. Guru kelas, Wali kelas, Kepala Sekolah, dan Suku Dinas Pendidikan Kecamatan tidak mempelajari kembali laporan yang dibuat oleh siswa secara mendalam. Memang, laporan yang dibuat oleh siswa penerima KJP tidak sepenuhnya salah dan menyalahi aturan KJP. Namun, seharusnya pihak sekolah dan Suku Dinas Pendidikan Kecamatan melakukan pengawasan atas penggunaan dana KJP oleh siswa penerima KJP dengan teliti.

(30)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasakan pemaparan pada latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Adanya indikasi penyalahgunaan dana Kartu Jakarta Pintar oleh siswa penerima Kartu Jakarta Pintar di Kecamatan Kebon Jeruk

2. Penerimaan peserta Kartu Jakarta Pintar yang tidak tepat sasaran atau tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

3. Kurangnya pengawasan dari pihak sekolah dan Suku Dinas Pendidikan Kecamatan Kebon Jeruk DKI Jakarta atas penggunaan kartu KJP

1.3 Batasan Masalah

(31)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada studi pendahuluan di muka dan dengan memperhatikan pada fokus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan masalah, maka yang menjadi kajian peneliti, yaitu Bagaimana Efektivitas program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian akan menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari diadakannya penelitian ini, antara lain:

1.6.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Pengembangan Ilmu Administrasi Negara

(32)

Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan dan pengetahuan peneliti secara khusus mengenai efektivitas program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk. c. Bagi Instansi Pemerintahan

Membantu memberikan pertimbangan kepada pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemecahan masalah yang berhubungan dengan efektivitas program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan SMA dan SMK di Kecamatan Kebon Jeruk.

(33)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini berguna untuk memberikan gambaran yang jelas dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, secara sistematis susunan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Deskripsi Teori

Pada bab ini akan diuraikan deskripsi teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka berfikir, serta asumsi dasar atas penelitian yang dikerjakan oleh penliti.

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, informan penelitian, teknis analisis data, uji keabsahan data, dan jadwal penelitian.

BAB IV : Hasil Penelitian

(34)

BAB V : Penutup

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas Organisasi

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno Hendayaningrat S. (1994: 16) yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

Menurut Cameron dan Whetten dalam buku (Subhki dan Jauhar, 2003: 256), konsep efektivitas organisasional secara teoritik terletak pada semua model organisasional. Konsep ini tertanam dalam bahasa akademk maupun manajerial. Kemudian, efektivitas secara empiris berfungsi sebagai variabel penting dalam kegiatan riset dan konsep penting dalam penafsiran fenomena organisasional.

(36)

organisasi. Semakin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka penilaiannya menjadi semakin efektif.

Pengertian efektivitas menurut Steers dalam buku Subhki dan Jauhar (2003: 250) dapat dijelaskan dengan memahami 3 konsep yang saling berhubungan, yaitu optimisasi tujuan, sistematika, dan tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi.

Secara nyata, Stoner dalam Tangklisan (2005:138) menekankan bahwa pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan efektivitas adalah kunci kesuksesan suatu organisasi.

Sedangkan Miller dalam Tangkilisan (2005:140) mengemukakan bahwa:

”Effectiveness be define as the degree to which a social system achieve its goals.

Effectiveness must be distinguished from efficiency. Efficiency is mainly concerned with goal attainments.” (Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya. Efektivitas ini harus dibedakan dengan efesiensi. Efisiensi terutama mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan).

(37)

2.1.2 Model Efektivitas

Efektivitas Organisasi memiliki beberapa model menurut Subkhi dan Jauhar (2003: 260), antara lain sebagai berikut:

1. Model Tujuan (Goals Model)

Suatu organisasi diciptakan sengaja untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Model tujuan menyatakan bahwa efektivitas organisasi harus dinilai dalam bentuk pencapaian hasil akhir bukan cara atau prosesnya. Kegunaannya terbatas karena ketergantungannya pada tujuan yang dapat diukur dan terikat pada batas waktu.

2. Model Sumber Daya Sistem (System Resources Model)

Model ini menekankan pandangan tentang organisasi sebagai struktur sosial yang dapat diidentifikasi dan saling ketergantungan antara organisasi dan lingkungannya. Secara ringkas, model ini menekankan akuisisi sumber daya yang dibutuhkan sebagai kriteria penilaian efektivitas.

3. Model Konstituensi Ganda (Multiple Constituency Model)

(38)

a. Model Relevastik, memandang efektivitas bukan sebagai pernyataan tunggal tentang organisasi, tetapi sebagai seperangkat pernyataan, masing-masing mencerminkan kriteria penilaian setiap pihak yang terlibat dengan derajat yang berbeda-beda dalam organisasi.

b. Persepktif Kekuasaan, organisasi efektif adalah yang dapat memuaskan permintaan para anggota koalisi dominan dan paling kuasa sebagai upaya untuk menjamin dukungan mereka yang berkelanjutan agar kelangsungan hidup organisasi terjamin.

c. Perspektif Keadilan Sosial, organisasi disebut efektif apabila mampu menghilangkan kekecewaan anggota terhadap konsekuansi nyata yang mereka alami akibat partisipasi mereka dalam organisasi.

d. Perspektif Evolusioner, memandang penilaian efektivitas organisasi sebagai suatu proses seleksi dalam evolusi masyarakat. Jadi, kinerja efektif merupakan cerminan kemampuan adaptasi organisasi dalam menghadapi berbagai kendala lingkungan.

4. Model Nilai Saingan (Competing Values Model)

(39)

5. Model Proses Internal (Internal Process Model)

Model proses internal didasarkan pada suatu rangkaian prinsip-prinsip normatif yang mengarahkan tentang bagaimana organisasi seharusnya berfungsi untuk mendorong pertumbuhan dan pengembangan manusia agar dapat mencapai potensi maksimum.

6. Model Legitimasi (Legitimation Model)

Perspektif ini beranggapan bahwa melakukan kerja yang benar jauh lebih penting dibanding melakukan kerja secara benar. Model ini cocok untuk analisis efektivitas di tingkat makro, yaitu dalam penentuan organisasi mana yang selamat, menurun, atau mati.

7. Model Ketidakefektifan (Inefectiveness Model)

(40)

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi

Dydiet Hardjito dalam Subhki dan Jauhar (2003: 265) mengemukakan bahwa keberhasilan organisasi mencapai tujuannya dipengaruhi oleh komponen-komponen organisasi, meliputi:

1. Struktur; 2. Tujuan; 3. Manusia; 4. Hukum;

5. Prosedur pengoperasian yang berlaku; 6. Teknologi;

7. Lingkungan; 8. Kompleksitas; 9. Spesialisasi; 10.Kewenangan; 11.Pembagian tugas.

(41)

1. Produktivitas organisasi (output);

2. Fleksibilitas organisasi dan bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam dan di luar organisasi;

3. Tidak adanya ketegangan dalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi.

(42)

Weisbord dalam Subhki dan Jauhar (2003: 264) memberikan model untuk mendiagnosa organisasi yang sering dikenal dengan model enam kotak Weisbord yang terdiri dari:

1. Tujuan; 2. Struktur;

3. Sistem penghargaan; 4. Mekanisme tata kerja; 5. Tata hubungan; 6. Kepemimpinan

Secara tidak langsung disebutkan bahwa keberhasilan organisasi dipengaruhi oleh keenam unsur diatas, sehingga keenam unsur tersebut perlu didiagnosa lebih lanjut untuk mengetahui penyebab ketidakberhasilan organisasi mencapai tujuannya.

Adapun kriteria atau indikator daripada efektivitas (Tangkilisan, 2005: 314) yakni diantaranya:

1. Pencapaian Target

(43)

2. Kemampuan adaptasi (fleksibelis)

Keberhasilan suatu organisasi dilihat dari sejauh mana organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik dari dalam organisasi dan luar organisasi.

3. Kepuasan kerja

Suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota organisasi yang mampu memberikan kenyamanan dan motivasi bagi peningkatan kinerja organisasi. Yang menjadi fokus elelmen ini adalah antara antara pekerjaan dan kesesuaian imbalan/sistem insentif yang diberlakukan bagi anggota organisasi yang berprestasi dan telah melakukan pekerjaan melebihi beban kerja yang ada.

4. Tanggung Jawab

(44)

2.1.4 Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa.

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Gibson (1996: 50) dalam bukunya Ismail Nawawi (2013: 188-189) mengemukakan kriteria efektivitas organisasi ada lima yaitu, produksi, efisiensi, kepuasan, keadaptasian, dan kelangsungan hidup.

(1) Produksi

(45)

(2) Efisiensi

Efisiensi sebagai kriteria efektivitas mengacu pada ukuran penggunaan sumber daya yang langka oleh organisasi. Efisiensi adalah perbandingan antara keluaran dan masukan. Ukuran efisiensi terdiri dari keuntungan dan modal, biaya per unit, pemborosan, waktu terluang, biaya per orang, dan sebagainya. Efisiensi diukur berdasarkan rasio antara keuntungan dengan biaya atau waktu yang digunakan.

(3) Kepuasan

Kepuasan sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan dan anggotanya. Ukuran kepuasan meliputi sikap karyawan dan anggotanya, penggantian karyawan, absensi, kelambanan, keluhan, kesejahteraan dan sebagainya. (4) Keadaptasian

Keadaptasian sebegai kriteria efektivitas mengacu kepada tanggapan organisasi terhadap perubahan eksternal dan internal. Perubahan eksternal seperti persaingan, keinginan pelanggan, dan kualitas produk. Perubahan internal seperti ketidakefisienan, ketidakpuasan, dan sebagainya merupakan adaptasi terhadap lingkungan.

(5) Kelangsungan Hidup

(46)

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (2005:77), yaitu:

a) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.

b) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai

sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

c) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

d) Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

(47)

f) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

g) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

h) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani dan Lubis (1987) dalam Siagian (2005: 55), yakni:

(48)

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.

3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

Sedangkan Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53) dalam bukunya “Efektivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan

(49)

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi. Integrasi dapat merupakan kesatuan sistem yang digunakan dalam menjalankan aktivitas organisasi, dapat dikatakan efektif apabila terdapat keseragaman sistem atau penyatuan sistem. (Wahyu, 2014: 10)

3. Adaptasi

(50)

2.2 Pengelolaan Pendidikan

2.2.1 Pengertian Pengelolaan Pendidikan

Pengelolaan pendidikan atau manajemen pendidikan adalah serangkaian kegiatan usaha kerja sama yang dilakukan dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Mulyani A Nurhadi (1983) dalam Sudjana (2004: 2-5) manajemen adalah kegiatan yang dilakukan oleh dan untuk manusia. Kegiatan yang dilakukan merupakan proses mengelola kegiatan pendidikan bersifat kompleks dan unik, berbeda dengan tujuan perusahaan. Tujuan yang dimiliki tidak terlepas dari tujuan pendidikan umumnya dan yang ditetapkan bangsa.

2.2.2 Fungsi Pengelolaan Pendidikan

Fungsi Manajemen menurut Moris (1976) Dalam Sudjana (2004: 48) adalah rangkaian berbagai kegiatan wajar yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya dan dilaksanakan oleh orang-orang, lembaga atau bagian-bagiannya yang diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.

(51)

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan mencakup rangkaian kegiatan untuk menentukan tujuan umum (goals) dan tujuan khusus (objective) suatu organisasi atau lembaga penyelenggara pendidikan nonformal. Setelah tujuan ditetapkan, perencanaan berkaitan dengan penyusunan pola, rangkaian, dan proses kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Pengorganisasian (Organizating)

Siagian (1982: 4-5) memberi batasan tentang pengorganisasian sebagai keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

3. Penggerakan (Motivating)

(52)

4. Pembinaan (Conforming)

Dalam manajemen pendidikan nonformal, pembinaan dilakukan agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut berfungsi. Unsur-unsur organisasi itu mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggara, sfat dan pelaksana, bahan atau alat, biaya, dan perangkat lainnya. (Sudjana, 2004: 209)

5. Penilaian (Evaluating)

Penilaian didefinisikan sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, mendeskripsikan, dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Batasan ini mengandung tiga unsur penting yaitu kegiatan sistematis, data atau informasi, dan pengambilan keputusan. (Sudjana, 2004: 251)

6. Pengembangan (Developing)

(53)

state”…” To progress from earlier to later or from simpler to more complex

stages of evolution” (Moris, 1976: 360-361)

Artinya, pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih besar atau lebih baik. (Sudjana, 2004: 253)

2.3 Kebijakan Pendidikan Gratis

Pendidikan gratis adalah program yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dimana dalam pasal 31 disebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Pasal 31 Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 2003 kemudian menegaskan bahwa setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar, pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

(54)

salah satu program andalan dari para calon Gubernur yang bersaing dalam pemilihan Gubernur Provinsi DKI Jakarta periode 2012-2017 lalu.

Pendidikan gratis di DKI Jakarta merupakan program prioritas Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Program ini merupakan janji Gubernur terpilih pada saat Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) 2012 yang sudah seharusnya diimplementasikan dalam masa kepemimpinannya. Olehnya itu telah dibuat Peraturan Gubernur Nomor 27 Tahun 2013 tentang Bantuan Biaya Personal Pendidikan Bagi Peserta Didik Dari Keluarga Tidak Mampu Melalui Kartu Jakarta Pintar.

(55)

2.4 Program Kartu Jakarta Pintar

2.4.1 Pengertian Kartu Jakarta Pintar

Kartu Jakarta pintar (KJP) adalah kartu yang disediakan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Bank DKI untuk diberikan kepada peserta didik dari keluarga tidak mampu sebagai sarana pengambilan Bantuan Biaya Personal Pendidikan. Sasaran penerima KJP adalah peserta didik dari keluarga tidak mampu, kurang mampu, dan setengah mampu yang berdomisili dan bersekolah pada Satuan Pendidikan di Jakarta. KJP berfungsi sebagai bukti penerima bantuan Biaya Personal Pendidikan dan kartu untuk pengambilan dana bantuan Biaya Personal Pendidikan secara elektronik atau non tunai. (Buku Pedoman Progam KJP 2013: 5)

Program Kartu Jakarta Pintar adalah program yang dibuat oleh Pemerintah Daearah Provinsi DKI Jakarta dengan dibantu oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta dalam memberikan bantuan biaya personal pendidikan (BBPP) kepada peserta didik dari keluarga tidak mampu, kurang mampu, dan setengah mampu.

Program Kartu Jakarta Pintar dilaksanakan di seluruh sekolah di DKI Jakarta. Tujuan diselenggarakannya program KJP ini antara lain :

1. Mendukung terselenggaranya wajib belajar 12 tahun;

(56)

4. Meningkatkan kualitas hasil pendidikan.

2.4.2 Latar Belakang Program Kartu Jakarta Pintar

Program Bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar telah menjadi program unggulan Gubernur Jokowi (sekarang Presiden RI) dan sekaligus ikon baru strategi pembangunan Jakarta yang berpihak pada warga marjinal ibukota. Di samping itu, anggaran yang telah dicanangkan untuk program Kartu Jakarta Pintar (KJP) ini juga sangat besar, dimana untuk tahun 2015 telah dianggarkan sebesar 2,3 triliun rupiah. Program KJP merupakan janji politik Jokowi-Ahok pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang disertai dengan adanya kegiatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013-2017.

Program KJP diharapkan mampu menjamin peserta didik agar dapat melanjutkan pendidikan sampai tamat pendidikan dasar hingga menengah dan menarik siswa putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan agar kembali mendapatkan layanan pendidikan.

(57)

2.4.3 Dasar Hukum Program Kartu Jakarta Pintar

Beberapa dasar hukum yang melatarbelakangi dibuatnya program Kartu Jakarta Pintar (Pergub No 174 Tahun 2015), antara lain:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 tentang Standar Nasional Pendidikan;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;

6. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan;

(58)

8. Peraturan Gubernur Nomor 252 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan.

2.4.4 Besaran Dana Bantuan Biaya Personal Pendidikan

Kepada peserta didik yang menerima dana bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP atau yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak menerima bantuan dengan besaran sebagai berikut:

a) Peserta didik dari Sekolah Negri

Jenjang Pendidikan Biaya Personal Pendidikan/Bulan SD/sederajat Rp. 210.000

SMP/sederajat Rp. 260.000 SMA/sederajat Rp. 375.000 SMK/sederajat Rp. 390.000

PKBM Rp. 210.000

b) Peserta didik dari Sekolah Swasta

Jenjang Pendidikan Biaya Personal

(59)

Pengambilan atau pencairan dana Bantuan Biaya Personal Pendidikan oleh siswa penerima bantuan adalah dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Dana KJP masuk rekening tabungan monas siswa untuk satu semester sekaligus;

2. Pangambilan dana dibatasi per 2 minggu sesuai tingkatan masing-masing siswa (setiap tanggal 1-15 di setiap bulan);

3. Khusus siswa sekolah swasta setiap awal bulan akan cair uang SPP sesuai tingkatan sekolah;

4. Siswa hanya dapat mengambil dana melalui ATM bank DKI tidak melalui counter/teller, pengambilan melalui ATM bank lain dikenakan biaya sesuai ketentuan antar bank;

5. Pada akhir semester dana dapat dicairkan keseluruhan untuk pembelian perlengkapan sekolah tahun ajaran baru;

6. Pembelian dapat dilakukan dengan debit di merchant-merchant jaringan prima (ATM-BCA);

7. Adapun nominal pencairan dana Bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP.

(60)

Tabel 2.1

Maksimal Pencairan Dana KJP Untuk Sekolah Negeri

Tingkat Maksimal Nominal SMP/sederajat Rp. 150.000 Minggu I, II, & III

SMA/sederajat Rp. 200.000 Minggu I, II, III & IV Sumber: Diolah peneliti dari Buku Panduan KJP 2013

Maksimal Nominal KJP/ Bulan untuk Sekolah Swasta

Tabel 2.2

Maksimal Pencairan Dana KJP Untuk Sekolah Swasta

Tingkat Maksimal Nominal SD/sederajat Rp. 100.000 Rp. 130.000

Via Counter (teller) dan ATM Bank DKI SMP/sederajat Rp. 150.000 Rp. 170.000

SMA/sederajat Rp. 200.000 Rp. 275.000

SMK Rp. 200.000 Rp. 240.000

Sumber: Diolah peneliti dari Buku Panduan KJP 2013

(61)

2.4.5 Sasaran dan Kriteria Penerima Dana Bantuan Biaya Personal Pendidikan

Sasaran penerima dana bantuan biaya personal pendidikan melalui KJP adalah peserta didik yang sedang menempuh pendidikan di jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK di seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta yang berasal dari keluarga kurang mampu. Dikatakan kurang mampu baik secara materi maupun penghasilan orang tuanya yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar pendidikan. Kebutuhan dasar pendidikan yang dimaksud mencakup seragam, sepatu, tas sekolah, biaya transportasi, makanan bergizi serta biaya ekstrakurikuler.

Berdasarkan sasarannnya tersebut, maka untuk kepentingan pemenuhan kriteria program pemberian BPSM bagi peserta didik SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs. SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA melalui Kartu Jakarta Pintar tahun anggaran 2015 sebagai berikut:

(a) Tidak merokok dan mengkonsumsi narkoba;

(b) Orang tua tidak memiliki penghasilan yang memadai;

(c) Menggunakan angkutan umum;

(d) Daya beli untuk sepatu dan pakaian seragam sekolah/pribadi rendah;

(e) Daya beli untuk buku, tas, dan alat tulis rendah;

(62)

(g) Daya pemanfaatan internet rendah;

(h) Tidak dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berpotensi mengeluarkan biaya.

Selain kriteria di atas, apabila kuota masih tersedia, Kepala Satuan Pendidikan bersama Komite Sekolah dapat mengusulkan nama siswa lain yang dianggap pantas dan berhak mendapatkan dana KJP dengan kriteria sebagai berikut:

(a) Siswa yang orang tuanya terdaftar sebagai peserta PKH (Program Keluarga Harapan);

(b) Siswa yang berasal dari Panti Sosial/ Panti Asuhan/ yang dikelola oleh Kementerian Sosial;

(c) Siswa Yatim atau Piatu;

(d) Siswa yang berasal dari rumah tangga yang memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Kelurahan;

(e) Siswa korban musibah bencana alam;

(f) Siswa terancam putus sekolah karena kesulitan biaya.

(63)

2.4.6 Persyaratan Penerima Dana Bantuan Biaya Personal Pendidikan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada setiap tahun anggaran memberikan bantuan Biaya Personal Pendidikan bagi peserta didik SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA melalui Kartu Jakarta Pintar dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Warga DKI Jakarta yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK) atau surat keterangan lain yang dapat dipertanggung jawabkan;

2. Membuat surat pernyataan tidak mampu/miskin yang diketahui orang tau dan ketua Rukun Tetangga (RT) setempat;

3. Terdaftar dan masih aktif disalah satu satuan pendidikan di Provinsi DKI Jakarta;

4. Diusulkan oleh sekolah yang telah ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dan Kepala Seksi Dikdas/Dikmen Kecamatan setempat;

(64)

2.4.7 Penetapan Penerima Dana Bantuan Biaya Personal Pendidikan

(65)

Tabel 2.3

Tahapan Pelaksanaan KJP

No Tahapan Pelaksanaan Penanggung

Jawab

1.

Sekolah mendata peserta didik miskin sesuai standar format data individu Bank DKI setelah diberikan kuota oleh Sudin Pendidikan setempat

Kepala Sekolah

2.

Sekolah mengusulkan peserta didik calon penerima KJP yang memenuhi persyaratan, ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah. Data diserahkan ke Kasi Dikdas/Dikmen Kecamatan dalam bentuk printout dan softcopy (CD)

Kepala Sekolah

3. Data peserta didik calon penerima KJP diverifikasi oleh Kasi Dikdas/Dikmen Kecamatan setempat

Kasudin Pendidikan

4.

Rekapitulasi data berdasarkan kelompok jenjang pendidikan tersebut selanjutnya dikirim ke Sudin Dikdas/Dikmen masing-masing wilayah

Kepala Sekolah

5. Sudin/Dinas Pendidikan mengesahkan kuota jumlah penerima KJP

Kasudin Pendidikan

6.

Sudin/Dinas Pendidikan mengajukan daftar nama-nama siswa penerima KJP untuk pembuatan aplikasi ATM ke Bank DKI

Kasudin Pendidikan

(66)

2.4.8 Pembatalan Penerima Dana Bantuan Biaya Personal Pendidikan

Dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 174 Tahun 2015 tentang Bantuan Biaya Personal Pendidikan bagi Peserta Didik dari Keluarga Tidak Mampu Melalui Kartu Jakarta Pintar, pada Pasal (46) disebutkan bahwa peserta didik penerima bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar dilarang :

a. Membelanjakan dana bantuan KJP diluar penggunaan yang telah diatur dalam Pergub DKI Jakarta No 174 Tahun 2015;

b. Merokok;

c. Menggunakan dan mengedarkan narkotika dan obat-obatan terlarang; d. Melakukan perbuatan asusila/pergaulan bebas/pelecehan seksual; e. Terlibat dalam kekerasan;

p. Menyebarluaskan gambar tidak senonoh baik secara konvensional maupun melalui media online

(67)

r. Sering bolos sekolah minimal 4 kali dalam satu bulan;

s. Sering terlambat tiba di sekolah berturut-turut atau tidak berturut-turut minimal enam kali dalam satu bulan;

t. Meminjamkan penggunaan KJP;

u. Menggadaikan/meminjamkan KJP atau buku tabungan kepada pihak manapun dan dalam bentuk apapun;

v. Menghabiskan dana bantuan pendidikan untuk belanja penggunaan yang tidak secara nyata dibutuhkan oleh siswa yang bersangkutan;

w. Meminjamkan dana KJP kepada pihak manapun;

x. Melakukan perbuatan yang melanggar tata tertib sekolah.

2.4.9 Sanksi Bagi Pelanggar KJP

(68)

2.5 Penelitian Terdahulu

Untuk bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang pernah penulis baca. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam memecahkan masalah yang timbul dalam program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan di Kecamatan Kebon Jeruk. Walaupun fokus dan lokusnya tidak sama persis tetapi sangat membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan masalah dalam aspek efektivitas program Kartu Jakarta Pintar yang ada di Provinsi DKI Jakarta. Di bawah ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca:

(69)

Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan program KJP pada jenjang SMA/SMK berjalan dengan baik dan lancar, tetapi dari hasil penelitian dapat ditemukan beberapa kekurangan. Tahapan pelaksanaan program KJP dimulai dari sosialisasi, verifikasi data usulan penerima KJP, penyaluran dana, dan pelaporan pembelanjaan dana mengalami ketidakberhasilan diantaranya kurangnya perhatian pelaksana, informasi tidak serempak dan merata, koordinasi antar pelaksana kurang optimal, tidak dilakukan uji publik, dan menumpuknya antrian dalam penyaluran. Faktor penghambat keberhasilan kebijakan program KJP antara lain adalah kurangnya sumberdaya yang memadai, komunikasi kurang optimal, dan tingkah kepatuhan peserta didik penerima KJP masih sangat minim.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti program KJP dengan jenjang pendidikan SMA/SMK di Provinsi DKI Jakarta. Perbedaannya dapat dilihat dari cara mengkaji program KJP dan lokasi penelitian yaitu dari segi implementasi kebijakan dengan dari efektivitas programnya dan lokasi penelitian di Kecamatan Kalideres dengan Kecamatan Kebon Jeruk.

(70)

digunakan dalam penelitian tersebut adalah teori menganai manajemen keuangan sekolah oleh Mulyasa (2011: 20) dimana didalamnya terdapat indikator perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Serta menggunakan teori Prestasi Sekolah tinggi yang dikemukakan oleh Sri Minarti (2011: 58). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode penelitian kuantitatif, dimana penelitian tersebut mencoba untuk menemukan seberapa besar hubungan antar variabel yang diteliti yaitu pengelolaan dana BOS dengan prestasi sekolah.

Pada peneltian tersebut dijelaskan bahwa Pengelolaan Dana BOS di SD Kecamatan Cidadap dan Coblong Kota Bandung menunjukkan kondisi yang sangat baik, dapat dilihat dari indikator-indikator mekanisme perencanaan, mekanisme pelaksanaan, dan mekanisme pengawasan. Dengan adanya dana BOS hal-hal yang menunjang dalam peningkatan prestasi siswa dapat tercapai melalui alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah kepada sekolah untuk kegiatan pembelajaran dan ekstrakulikuler. Besarnya hubungan pengelolaan dana BOS terhadap prestasi Sekolah di SD Kecamatan Cidadap dan Coblong Kota Bandung memberikan hubungan yang signifikan. Dengan demikian pengelolaan dana BOS berjalan baik dan sangat membantu menjalankan kegiatan-kegiatan sekolah dalam rangka mencapai visi dan misi sekolah.

(71)

metode penelitian yang digunakan, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sedangkan penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif. Serta penelitian tersebut membahas tentang program bantuan dana pendidikan BOS sedangkan peneliti membahas tentang program Bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP.

2.5 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kemajuan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca. Untuk mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitan, maka dibuatlah kerangka berpikir sebagai berikut:

Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah “Efektivitas program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat”. Sehingga peneliti dapat

(72)

pengawasan dari pihak sekolah dan Suku Dinas Pendidikan Kecamatan Kebon Jeruk DKI Jakarta atas penggunaan kartu KJP.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana efektivitas program KJP pada jenjang pendidikan SMA/SMK di Kecamatan Kebon Jeruk sehingga peneliti menggunakan teori efektivitas menurut Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53), menyebutkan bahwa terdapat 3 komponen atau unsur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas, yaitu: Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Adaptasi.

(73)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Teori Efektivitas menurut Duncan, ukuran efektivitas :

1. Pencapaian Tujuan 2. Integrasi

3. Adaptasi

1. Penyalahgunaan penggunaan dana Kartu Jakarta Pintar oleh siswa penerima Kartu Jakarta Pintar di Kecamatan Kebon Jeruk.

2. Penerimaan peserta Kartu Jakarta Pintar yang tidak tepat sasaran atau tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

3. Kurangnya pengawasan dari pihak sekolah dan Suku Dinas Pendidikan Kecamatan Kebon Jeruk DKI Jakarta atas penggunaan kartu KJP.

Pengelolaan program Kartu Jakarta Pintar yang efektif dan efisien disertai dengan peningkatan angka partisipasi sekolah.

(74)

2.6 Asumsi Dasar

(75)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif atau deskriptif. Metode kualitatif menurut Creswell (2016: 245) memiliki pendekatan yang lebih beragam dalam penelitian akademis ketimbang metode kuantitatif. Meskipun prosesnya sama, prosedur kualitatif tetap mengandalkan data berupa teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik dalam analisis datanya, dan bersumber dari strategi penelitian yang berbeda-beda. Menuliskan bagian metode-metode untuk proposal penelitian kualitatif mewajibkan pembaca-pembaca berpendidikan sesuai dengan maksud penelitian, menyebutkan rancangan khusus, dengan hati-hati merefleksikan peran peneliti dalam penelitian, menggunakan daftar jenis sumber data yang tidak ada habisnya, menggunakan protokol khusus untuk merekam data, menganalisis informasi melalui berbagai langkah analisis dan menyebutkan pendekatan-pendekatan untuk mendokumentasikan akurasi atau validitas data yang dikumpulkan.

(76)

mengenai efektivitas program Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.

3.2 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

3.2.1 Definisi Konsep

a. Efektivitas

Efektivitas adalah segala sesuatu yang terdapat di dalam suatu organisasi, program ataupun kegiatan yang dapat berdaya guna (menghasilkan sesuatu yang bermanfaat) dan kesesuaian dengan tujuan yang diharapkan.

b. Kebijakan Pendidikan Gratis

(77)

c. Program Kartu Jakarta Pintar

Kartu Jakarta pintar (KJP) adalah kartu yang disediakan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Bank DKI untuk diberikan kepada peserta didik dari keluarga tidak mampu sebagai sarana pengambilan Bantuan Biaya Personal Pendidikan. Sasaran penerima KJP adalah peserta didik dari keluarga tidak mampu yang berdomisili dan bersekolah pada Satuan Pendidikan di Jakarta.

3.2.2 Definisi Operasional

(78)

Tabel 3.1

Efektivitas Program Kartu Jakarta Pintar Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat

Sumber: Peneliti, 2016

Penyaluran dana KJP melalui Bank DKI

Penggunaan biaya bantuan KJP oleh siswa penerima KJP

Penetapan calon penerima biaya bantuan KJP

Sasaran penerima KJP yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

Integrasi

Kesesuaian sikap dan perilaku siswa penerima KJP dengan ketentuan program KJP

Pengenalan atau sosialisasi program KJP kepada masyarakat DKI Jakarta

Koordinasi antar Dinas Pendidikan, Kecamatan, dan Sekolah dalam pelaksanaan program KJP

Pengawasan penggunaan dana KJP

Adaptasi

Sikap dan perilaku agen pelaksana program KJP Sikap dan perilaku masyarakat DKI Jakarta dalam mendukung program KJP

(79)

3.3 Instrumen Penelitian

Menurut Nasution (1992) dalam Sutopo (2010: 55), dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Karena segala sesuatu belum mempunyai bentuk pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, data yang dikumpulkan, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas. Dalam penelian ini, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti.

Selanjutnya menurut Nasution (1992) dalam Sutopo (2010: 56), peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian kualitatif karena memiliki beberapa ciri-ciri, antara lain peneliti dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakan bermakna atau tidak bagi penelitian, peneliti dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan, peneliti dapat menganalisis dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.

3.4 Informan Penelitian

(80)

Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitan adalah pihak yang terlibat dalam pengelolaan Kartu Jakarta Pintar di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat, antara lain Bagian Pusat Perencanaan dan Pengendalian Pendanaan Pendidikan Personal dan Operasional (PO6) Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Pendidikan Kecamatan Kebon Jeruk, Suku Dinas Pendidikan Menengah Kota Administrasi Jakarta Barat, Kepala Sekolah SMA/SMK di Kecamatan Kebon Jeruk, Wali atau Guru kelas SMA/SMK di Kecamatan Kebon Jeruk, siswa penerima KJP, orang tua siswa penerima KJP, serta siswa yang tidak menerima KJP di SMA.SMK Kecamatan Kebon Jeruk.

(81)

Tabel 3.2 Kategori Informan

No Kategori Informan Keterangan Coding

1 Kepala Bagian Pusat Perencanaan dan Pengendalian Pendanaan

Kecamatan Kebon Jeruk Key Informan 12 3 Kepala Sekolah SMA/SMK di

Kecamatan Kebon Jeruk Secondary Informan 13 4 Wali atau Guru kelas SMA/SMK

di Kecamatan Kebon Jeruk Key Informan I 4 5 Siswa penerima KJP di

SMA/SMK Kecamatan Kebon Jeruk

Key Informan I 5

6 Orang tua siswa SMA/SMK di

Kecamatan Kebon Jeruk Secondary Informan I 6 7 Pemilik Toko Grosir Pasar Secondary Informan I 7

8 Siswa SMA/SMK di Kecamatan

(82)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah, sebagai berikut:

1) Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (1987) dalam Prastowo (2010: 136) observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan merupakan proses kompleks yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Pengamatan menjadi salah satu teknik pengumpulan data jika sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol realibilitas dan kebenarannya.

Dalam hal ini observasi yang dilakukan adalah observasi penelitian mengenai manajemen pengelolaan Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.

2) Wawancara Mendalam

(83)

informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun maknanya. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan digunakan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam.

Menurut Usman dan Akbar (1996) dalam Prastowo (2010: 58) wawancara berguna untuk mendapatkan data di tangan pertama (primer), pelengkap teknik pengumpulan lainnya, dan menguji hasil pengumpulan data lainnya. Teknik wawancara mendalam sama seperti teknik wawancara lainnya, perbedaannya adalah peran wawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang dilaksanakan membutuhkan waktu yang lama di lokasi penelitian. Dalam hal ini, wawancara mendalam yang dimaksud adalah wawancara mendalam penelitian mengenai manajemen pengelolaan Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.

3) Dokumentasi

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa industri manufaktur Indonesia mempunyai struktur pasar oligopoli yang tingkatannya bervariasi, dan hasil analisis panel

Hasil Implementasi Fuzzy ID3 terhadap data hepatitis B adalah sebagai berikut: (a) Ditentukannya aturan fuzzy untuk ketiga training set; (b) perhitungan ketiga training

Namun homogenitas pengguna layanan e- banking dilihat dari demografi tersebut diduga menjadi salah satu faktor penye- bab mengapa persepsi mereka terhadap kualitas

Reaktor PA-MOCVD adalah reaktor MOCVD yang dilengkapi dengan resonator gelombang mikro sebagai penghasil plasma nitrogen yang bersifat reaktif, sehingga memungkinkan penumbuhan

Program menampilkan data pengubahan data analog menjadi data discreet menggunakan sensor lm35 sebagai masukan dan LCD sebagai tampilan keluaran.. Program menampilkan suhu ruangan

Tepi Barat - pusat informasi Israel untuk hak asasi manusia di wilayah jajahan telah melansir sebuah berita yang mana memperinci sesuatu yang digambarkan oleh organisasi

Adapun cara pemecahan masalah penelitian ini, yaitu rendahnya hasil belajar siswa kelas III SDN 2 Sukadana yang disebabkan oleh beberapa faktor terutama dari