• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan baku merupakan faktor penting yang harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam usaha menciptakan keuntungan bagi perusahaan, selain modal dan tenaga kerja. Salah satu cara memanfaatkan bahan baku secara efektif dan efisien adalah dengan pengendalian persediaannya

Pengendalian persediaan bahan baku merupakan fungsi manajerial yang sangat penting dalam perusahaan. Manajemen persediaan bahan baku merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen operasi, karena persediaan bahan baku memiliki dampak pada semua fungsi usaha terutama pemasaran dan keuangan. Suatu perusahaan perlu melakukan serangkaian kebijaksanaan dalam pengendalian persediaan yang memonitor dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pemesanan yang harus dilakukan.

Penentuan kebutuhan bahan baku secara ekonomis merupakan keharusan, dalam lingkup pengendalian persediaan, terutama pada bahan baku yang memiliki tingkat pemesanan yang tinggi dan penyimpanan yang sulit, agar biaya persediaan yang tinggi dapat dihindari oleh pihak manajemen.

Hartz Chicken Buffet (HCB) merupakan salah satu restoran dengan bahan baku utama ayam broiler. Semakin banyaknya restoran dengan bahan baku sejenis dan persaingan yang semakin ketat menyebabkan HCB harus mampu mengendalikan persediaan bahan baku secara efisien agar ketersediaan stok bahan baku selalu terjaga.

Perumusan Masalah

Rencana persediaan bahan baku yang tepat akan mengurangi resiko adanya kelebihan maupun kekurangan persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku yang melebihi kebutuhan perusahaan akan mengakibatkan peningkatan biaya persediaan (biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya transport, dan lain-lain) yang harus ditanggung HCB, sedangkan persediaan yang tidak memenuhi kebutuhan akan menghambat proses produksi dan pelayanan terhadap konsumen serta merugikan perusahaan. Permasalahan tersebut mengharuskan perusahaan untuk lebih mengoptimalkan pembelian bahan baku, serta menyusun kebijaksanaan dan model

2 yang tepat dalam pengendalian bahan baku sehingga diharapkan perusahaan dapat meminimumkan biaya produksinya. Metode yang bisa digunakan dalam pengendalian bahan baku adalah metode EOQ. Metode EOQ adalah metode yang digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya persediaan dan pemesanan. Model tersebut digunakan untuk menangani pemesanan barang-barang yang mudah rusak atau perishable goods dan beberapa jenis produk lainya yang memiliki masa relatif pendek.

Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : 1. Bagaimana sistem manajemen pengendalian persediaan bahan baku yang

diterapkan oleh HCB?

2. Berapa tingkat persediaan bahan baku yang optimal bagi HCB sehingga diperoleh biaya yang minimum?.

3. Berapa tingkat persediaan pengaman yang harus dilakukan oleh perusahaan dan kapan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan kembali?

4. Berapa besar perbedaan biaya persediaan antara metode yang diterapkan HCB dengan metode EOQ?

Tujuan

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mempelajari sistem pengendalian persediaan bahan baku yang diterapkan oleh HCB.

2. Menghitung tingkat persediaan bahan baku yang optimal bagi HCB sehingga diperoleh biaya yang minimum dengan metode EOQ.

3. Menghitung tingkat persediaan pengaman yang harus dilakukan oleh perusahaan dan kapan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan kembali. 4. Menghitung perbedaan biaya persediaan antara metode yang diterapkan HCB

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Semakin banyak bahan baku yang dibutuhkan untuk perusahan semakin sulit melakukan pengendalian persediaan bahan baku tersebut. Masalah utama dari persediaan adalah banyaknya bahan baku yang harus dipesan atau waktu pemesanan kembali dilakukan. Apabila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam pesediaan, akan menyebabkan naiknya biaya penyimpanan yang tentunya mempunyai opportunity cost. Demikian pula apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan terganggunya kontunitas proses produksi yang pada akhirnya menyebabkan menurunnya pendapatan perusahaan.

Berbagi metode dapat digunakan dalam upaya pengendalian persediaan bahan baku, diantaranya metode EOQ (Economi Order Quantity). Metode EOQ merupakan metode yang umum digunakan oleh banyak perusahaan dalam menentukan berapa banyak bahan baku yang harus dipesan. Metode ini digunakan untuk menangani pemesanan barang yang mudah sekali rusak/perishable good atau jenis produk lain yang masa pakai relatif pendek. Dalam penelitian yang dilakukan pertama kali adalah mengidentifikasi sistem manajemen pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh HCB. Selanjutnya dilakukan analisis persediaan bahan baku untuk mengetahui berapa banyak jumlah pemakaian, biaya persediaan, dan waktu tunggu pemesanan yang dilakukan oleh HCB agar dapat menyelesaikan masalah utama yaitu meminimumkan biaya yang dihadapi perusahaan dengan tepat.

Hasil dari analisis pengendaliaan persediaan dengan menggunakan metode EOQ akan dibandingkan dengan metode yang telah diterapkan oleh perusahaan yang digunakan selama ini, untuk melihat efektifitas dan efisiensi pengendalian persediaan bahan baku perusahaan. Secara sistematis kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

4 Hartz Chicken Buffet

Identifikasi Sistem Manajemen Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Analisis Persediaan Bahan Baku

Jumlah Pemakaian Biaya-Biaya Persediaan Waktu Tunggu Pemesanan

Analisis Pengendaliaan Persediaan

Metode Perusahaan Metode EOQ

Analisis Perbandingan Antar Metode

Perumusan Strategi Alternatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku

5 TINJAUAN PUSTAKA

Bahan baku

Salah satu unsur mutlak yang diperlukan dalam suatu proses produksi adalah bahan baku. Menurut Mulyadi (2000), bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian internal dari produk jadi, hal ini menunjukkan bahwa bahan baku merupakan salah satu faktor yang harus selalu diperhatikan untuk menjamin kelangsungan proses produksi itu sendiri.

Setiap proses produksi, suatu perusahaan harus selalu mempunyai kemampuan untuk dapat menggunakan sumber-sumber yang ada dalam perusahaan (internal resourses) sebanding bahan baku yang diolah menjadi produk. Dengan demikian banyaknya bahan baku yang dapat disediakan akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber dalam perusahaan dan demikian pula dengan kelancaraannya (Assauri, 2004). Hal ini memperlihatkan bahwa bahan baku merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu proses produksi, karena bila terjadi kekurangan bahan baku maka kegiatan perusahaan tidak dapat berjalan sempurna, bahkan dapat berhenti.

Definisi Restoran

Menurut pasal 1 Bab 1 Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 95/HK.103/MPPT-87 Tahun 1987 tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Restoran, definisi restoran adalah salah satu jenis usaha pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan penyajian makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya dan memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan (Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, 1991 dalam Sinaga, 2006). Di dalam pelaksanaannya restoran berbeda dengan kafe. Kafe menawarkan komponen utama berupa hiburan (entertainment), sedangkan restoran menyajikan produk jasa berupa pelayanan yang bersifat tangible dan produk non jasa (makanan dan minuman) secara bersama-sama.

6 Definisi Persediaan

Persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya suatu organisasi yang disimpan untuk memenuhi permintaan yang meliputi bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan pembantu atau komponen-komponen lain yang menjadi bagian produk perusahaan. (Handoko, 2000). Keberadaan persediaan berkaitan dengan faktor waktu, faktor ketidakpastian, faktor diskontuinitas dan faktor ekonomi. Dalam pengendalian persediaan ada dua keputusan pokok yang perlu diambil, yaitu jumlah setiap kali pemesanan dan kapan pemesanan harus dilakukan.

Waters (1992) mendefinisikan persediaan sebagai sejumlah barang atau bahan baku yang disimpan untuk dipergunakan dimasa yang akan datang. Menurut Rangkuti (2004) sistem persediaan diartikan sebagai serangkaian kebijakan pengandalian yang memonitor tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus disediakan dan berapa besar pemesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumberdaya dalam kualitas dan kuatitas dalam waktu yang tepat.

Tipe dan Jenis Persediaan

Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik tersendiri dan cara pengolahan yang berbeda. Menurut jenisnya, persediaan fisik dibedakan menjadi (Handoko,2000) :

1. Persediaan bahan mentah (raw material), yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti baja, kayu dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari supplier dan atau dapat dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan komponen rakitan (purchased parts/component), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan

barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

7 4. Persediaan barang dalam proses (work in proccess), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu proses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirm ke pelanggan.

Fungsi dan Tujuan Persedian

Menurut Handoko (2000) efisiensi operasional perusahaan dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan antara lain meliputi:

1. Fungsi Decoupling

Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan (decouples) ini menunjukkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.

2. Fungsi Economic lot sizing.

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumberdaya dalam kualitas yang dapat mempengaruhi biaya atau unit. Besaran lot size yang ekonomis ini perlu mempertimbangakan penghematan (potongan harga pembeliaan, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kualitas yang lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko dan sebagainya)

3. Fungsi Antisipasi

Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu. Disamping itu perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan penerimaan akan barang-barang selama periode pemesanan kembali. Untuk itu antisipasi persediaan penting dilakukan agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.

8 Menurut Assauri (2004), fungsi persediaan yang diadakan mulai dari persediaan yang berbentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko material yang dipesan atau memenuhi kualifikasi, sehingga harus dikembalikan.

3. Menumpuk barang-barang yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan, bila bahan itu tidak ada di pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin optimal.

6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan, dimana kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi setiap saat, atau dengan kata lain memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi atau produk.

Tujuan sistem persediaan adalah meminimalkan investasi dalam sediaan, namun tetap konsisten dengan penyediaan tingkat pelayanan yang diminta.

Patricia (2004) dalam penelitiannya di Restoran Ayam goreng Fatmawati

Town Square Cilandak menyatakan bahwa persediaan karkas ayam yang diadakan bergantung pada permintaan konsumen, sedangkan permintaan yang terjadi selalu berfluktuasi. Oleh karena itu, persediaan pengaman perlu dilakukan untuk mengantisipasi fluktuasi tersebut. Besarnya persediaan pengaman yang dibutuhkan oleh Restoran Ayam Goreng Fatmawati Town Square Cilandak sangat dipengaruhi simpangan deviasi permintaan. Selain itu, ada waktu tunggu selama 3 jam (0,125) juga sangat mempengaruhi besarnya persediaan pengaman yang dilakukan. Persediaan pengaman yang dibutuhkan selama periode 15 April 2004 sampai dengan 14 Mei 2004 adalah 42 potong/hari dengan simpangan seviasi rata-rata 38 potong/hari.

Biaya Persediaan

Menurut Siagian (1987), biaya persediaan secara umum tanpa memperhatikan bagaimana sifat kebutuhan, waktu tenggang, dan lain-lain dapat dikategorikan

9 menjadi empat kategori yang sangat menentukan jumlah optimal dari persediaan, yaitu:

1. Biaya pembelian atau produksi, biaya ini di bagi menjadi dua jenis biaya yaitu, a) kalau harga pembelian tetap maka biaya per satuan unit adalah juga tetap tanpa melihat jumlah yang dibeli, b) kalau diskon tersedia maka harga persatuan adalah variabel yang tergantung pada jumlah pembelian.

2. Set up (ordering) cost atau biaya pengadaan. Jika sifatnya pembelian, biaya ini mencakup biaya pemesanan, biaya penerimaan dan pemeriksaan, ongkos kuintasi-kuintasi dan dokumen lainnya untuk menjamin lancarnya arus barang, biaya telepon dan lain-lain. Jika sifatnya produksi, biaya ini mencakup biaya yang diperlukan untuk proses produksi seperti perbaikan mesin, penambahan mesin baru, mendapat bahan baku dan memperoleh tenaga kerja.

3. Holding (carrying) costs atau biaya penyimpanan, terdiri dari semua biaya yang berhubungan dengan biaya penyimpanan barang dalam stock. Biaya ini meliputi biaya modal yang tertanam dalam persediaan, sewa gudang, asuransi, pajak, ongkos bongkar muat, harga penyusutan, harga kerusakan dan penurunan harga. Biasanya biaya ini sebanding dengan jumlah persediaan dalam gudang,

4. Stock out (shortage) cost, yaitu biaya yang timbul akibat tidak terpenuhinya kebutuhan langganan. Jika pelanggan mau menunggu, maka biaya terdiri ongkos produksi yang terburu-buru. Jika pelanggan tidak mau menunggu, biaya terdiri dari kehilangan keuntungan dan lebih-lebih lagi kehilangan kepercayaan.

Pembuatan setiap keputusan akan mempengaruhi jumlah persediaan, biaya variabel-variabel berikut ini harus dipertimbangkan, diantaranya (Handoko, 2000):

1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost)

Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :

10 a) Biaya-biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau

pendingin).

b) Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan)

c) Biaya keusangan.

d) Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan.. e) Biaya ansuransi persediaan.

f) Biaya pajak persediaan.

g) Biaya kerusakan, pencurian atau perampokan. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.

2. Biaya pemesanan atau pembelian (order cost atau procurement cost). Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi:

a) Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi. b) Upah.

c) Biaya telepon.

d) Pengeluaran surat menyurat.

e) Biaya pengepakan dan penimbangan. f) Biaya pemeriksaan penerimaan. g) Biaya pengiriman ke gudang.

h) Biaya hutang lancar dan sebagainya.

Secara normal, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kualitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, bila semakin banyak komponen yang dipesan, jumlah persediaan per periode turun, maka biaya pemesanan total naik.

3. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost).

Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataan bahwa biaya ini sering merupakan opportunty cost, yang sulit diperkirakan secara objektif. Biaya kekurangan bahan meliputi:

a) Kehilangan penjualan. b) Kehilangan langganan. c) Biaya pemesanan khusus.

11 d) Biaya ekspedisi.

e) Selisih harga.

f) Terganggunya operasi.

g) Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

Penelitian mengenai manajemen persediaan dilakukan Astuti (2002), yang melakukan penelitian tentang pengendalian persediaan bahan baku susu bubuk pada PT Mirota KSM Inc, Yogyakarta. Analisis pengendalian persediaan susu bubuk PT Mirota KSM Inc menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan model persediaan probabilistik yang terdiri dari persediaan pengaman (Safety Stock) dan titik pemesanan kembali (Reorder Point). Penggunaan model EOQ ini atas dasar sifat bahan baku yang mudah rusak mengharuskan susu bubuk digunakan secara kontinu serta letak pemasok yang jauh dari lokasi perusahaan sehingga perusahaan membutuhkan suatu model pengendalian persediaan yang mudah diterapkan perusahaan dan membantu perusahaan dalam menentukan persediaan pengaman agar proses produksi berjalan lancar. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya persediaan berdasarkan kebijakan pengendalian persediaan dengan metode EOQ lebih kecil dibandingkan dengan biaya persediaan berdasarkan kebijakan pengendalian yang dilakukan perusahaan. Perusahaan dapat menghemat biaya persediaan jika menggunakan metode EOQ sebagai model pengendalian persediaannya.

Menurut Prawirosentono (1997) terdapat beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan yang harus diadakan, dimana faktor-faktor tersebut saling bertautan satu sama lain. Adapun faktor-faktor tersebut adalah (1) Perkiraan pemakain bahan baku; (2) Harga bahan; (3) Biaya persediaan; dan (4) Waktu tunggu pemesanan (lead time)

Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point/ROP)

Pemesanan kembali bahan baku dilakukan untuk mempertahankan jumlah bahan baku persediaan agar tetap dapat optimal. Dengan adanya ketidakpastian dari luar perusahaan berupa ketidakpastian kedatangan pesanan bahan baku maka perlu ditentukan waktu pemesanan kembali.

Penentuan waktu pemesanan kembali dilakukan dengan menggunakan model titik pemesanan kembali (ROP), yang merupakan suatu titik atau batas dari jumlah

12 persediaan yang ada pada suatu saat dimana pesanan harus diadakan kembali (Assauri, 2004) waktu kedatangan bahan baku ada yang bersifat pasti (konstan) dan berubah-ubah (variasi). Secara umum model titik pemesanan kembali ditentukan oleh sifat waktu dan sifat tingkat pemakaian (Rangkuti, 2004)

Teknik Economic Order Quality (EOQ)

Teknik EOQ merupakan teknik persediaan yang tertua dan paling umum dikenal. Model ini mengidentifikasikan kuantitas pemesanan/ pembelian optimal dengan tujuan meminimumkan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Tujuan dari sebagian besar model persediaan adalah meminimumkan biaya total. Dengan asumsi-asumsi yang diberikan, biaya-biaya yang signifikan adalah biaya pemesanan (set up cost) dan biaya penyimpanan (holding cost/ carrying cost). Biaya-biaya lain seperti biaya satuan itu sendiri adalah konstan. Sehingga dengan meminimalkan jumlah pemesanan dan penyimpanan berarti dapat meminimalkan biaya total. Penjelasan mengenai biaya-biaya tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.

B

A

Gambar 2. Hubungan antara Kedua Jenis Biaya Persediaan Sumber : Handoko, 2000.

Titik A merupakan kondisi dimana biaya persediaan mencapai kondisi yang optimal. Pada titik ini, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan besarnya sama, sehingga total biaya persediaan adalah B, yang besarnya sama dengan dua kali A. Pada kurva TC (total cost) terlihat bahwa titik B ini merupakan titik yang paling

Biaya Kuantitas (Q) Q Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan Biaya Pemesanan

13 rendah, artinya titik yang memberikan biaya persediaan paling rendah, artinya titik yang memberikan biaya persediaan paling minimal.

Model EOQ dapat diterapkan jika asumsi-asumsi ini terpenuhi (Handoko, 2000) :

1) Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui (deterministik).

2) Harga per unit produk adalah konstan.

3) Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan. 4) Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan.

5) Waktu antara pesanan dilakukan dengan barang-barang diterima (Lead time, L) adalah konstan.

6) Tidak terjadi kekurangan bahan atau back order.

Waktu tunggu perlu diperhatikan untuk mengatasi ketidakpastian bahan baku yang berasal dari luar perusahaan, karena seringkali tenggang waktu yang terjadi antara pemesanan dengan saat pengiriman atau diterimanya bahan tersebut tidak terlalu sama. Sedangkan persediaan pengaman berfungsi melindungi atau menjaga terjadinya kekurangan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalama penerimaan bahan baku yang dipesan.

Keuntungan menggunakan teknik EOQ adalah pemesanan dilakukan lebih dari kebutuhan bersihnya, sehingga apabila terjadi perubahan kualitas produksi menjadi lebih besar, maka persediaan bahan baku tersedia. Kekurangan teknik ini memberikan biaya penyimpanan terlalu besar bila dibandingkan dengan teknik Lot for Lot atau metode Material Requirement Planning (MRP). Metode yang tidak hanya menitikberatkan pada berapa banyak suatu komponen perlu dipesan (atau diproduksi), tetapi juga memperhatikan kapan komponen yang bersangkutan dipesan atau diproduksi. Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan manufaktur, khususnya mengenai penjadwalan alur barang ke dan melalui proses pembuatan barang jadi.

14 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Restoran Hartz Chicken Buffet yang berlokasi di Jalan A.Yani no 16. Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan restoran yang cukup berpengalaman dan terkenal khususnya di wilayah Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2007.

Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai suatu studi kasus yang bersifat deskriptif analitis. Unit analitis yang diteliti yaitu Restoran Hartz Chicken Buffet. Penelitian ini menganalisis mengenai manajemen persediaan bahan baku ayam yang dilakukan oleh HCB berhubungan dengan biaya persediaan bahan baku ayam.

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan dalam peneltian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan, pencatatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak perusahaan yang berupa data mengenai kebijakan pengadaan dan penanganan bahan baku di perusahaan yang mencakup jenis bahan baku yang digunakan, jumlah kebutuhan, waktu tunggu pembelian bahan baku, pemasok, sistem pemesanan dan penyimpanannya. Data sekunder dikumpulkan melalui catatan-catatan yang dimiliki perusahaan, bahan pustaka, laporan perusahaan dan instansi terkait.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode EOQ. Data yang telah diperoleh diolah kemudian dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan, untuk menentukan metode pengendalian persediaan yang optimal.

Analisis Persediaan Bahan Baku

Analisis persediaan bahan baku mencakup a. Volume Pemakaian Bahan Baku.

15 Volume pemakaian ini didasarkan pada data historis perusahaan atau dilakukan pendugaan berdasarkan informasi yang relevan. Volume pemakaian bahan baku dapat menunjukkan besarnya permintaan bahan baku termasuk salah satu variabel penentu kuatitas pesanan optimal.

b. Penyesuaian dan Penentuan Waktu Tunggu

Tujuan dari waktu tunggu ini adalah untuk menentukan pelaksanaan pesanan sehingga bahan baku dapat diterima pada saat yang tepat. Waktu tunggu diperoleh di catatan perusahaan.

c. Biaya Persediaan

Analisis persediaan terdiri dari biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Analisis dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengelompokkan komponen-komponen biaya penyimpanan dan pemesanan berdasarkan definisi masing-masing biaya tersebut, sehingga didapat biaya total persediaan bahan baku. Secara sistematis biaya pemesanan dapat dirumuskan sebagai berikut :

OC = S .

Q D

Keterangan :

OC = Biaya pemesanan per periode/ordering cost (Rp/bulan)

Dokumen terkait