• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris menghasilkan beragam sumber daya alam. Pertanian menjadi sektor penting guna memenuhi kebutuhan pangan manusia. Pertanian mencakup beberapa sub sektor salah satunya adalah sub sektor peternakan. Peternakan merupakan sub sektor penting dalam membantu memenuhi kebutuhan pangan hewani bagi masyarakat. Selain itu, sub sektor peternakan juga membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Keberlangsungan sebuah peternakan harus didukung dengan manajemen yang baik. Salah satu yang menjadi tolok ukur majunya sebuah peternakan adalah manajemen pakan yang baik. Pakan penting bagi keberlanjutan pengembangan peternakan karena biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi pakan merupakan biaya terbesar yaitu mencapai 60-70% dari seluruh biaya pemeliharaan ternak (Laconi 2010). Pakan yang diberikan untuk ternak harus memperhatikan kualitas, kuantitas dan kontinuitas sehingga dapat tercipta produktivitas ternak yang baik. Namun masih banyak kendala yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pakan yang masih perlu diberikan solusi yang tepat.

Pakan ternak dapat berupa konsentrat dan hijauan. Tingginya harga pakan konsentrat merupakan kendala bagi peternak rakyat untuk mengembangkan ternak. Ciri khas dari sistem yang dilakukan oleh peternak rakyat di Indonesia adalah penekanan pengeluaran biaya serendah-rendahnya. Oleh karena itu permasalahan biaya pakan masih menjadi hal yang perlu dicari solusinya. Di sisi lain, penyediaan pakan hijauan budidaya semakin sulit. Sedangkan hijauan pakan merupakan sumber energi utama serta penting bagi pertumbuhan dan perkembangan ternak ruminansia.

Peningkatan produksi ternak ruminansia harus disertai dengan peningkatan penyediaan hijauan pakan yang cukup dan berkualitas. Pakan hijauan bagi sapi pedaging mencapai 40-70% dari pemberian pakan. Penyediaan hijauan semakin sulit akibat keterbatasan lahan untuk budidaya hijauan makanan ternak. Lahan yang masih tersedia lebih diprioritaskan digunakan sebagai lahan tanaman pangan untuk manusia sehingga kebutuhan lahan selain tanaman pangan seperti hijauan pakan semakin sulit diperoleh. Selain permasalahan lahan, produksi hijauan pakan juga dipengaruhi oleh musim. Produksi hijauan akan berlimpah pada musim hujan, namun produksi akan turun pada musim kemarau sehingga untuk mengatasi permasalahan-permasalahan diatas dibutuhkan hijauan alternatif bagi ternak (Suprapto 2013). Hijauan alternatif dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia yang sulit dipenuhi dari pakan hijauan budidaya. Hijauan alternatif harus berupa jenis hijauan yang tidak berkompetisi dengan manusia. Hijauan alternatif dapat diperoleh dari limbah pertanian yang jumlahnya berlimpah di Indonesia.

Program Swasembada Daging Tahun 2014 merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah impor daging. Kebutuhan daging yang masih sulit terpenuhi menyebabkan Indonesia mengalami defisit jumlah daging. Usaha yang dapat mendukung program tersebut salah satunya adalah meningkatkan jumlah produksi daging sapi oleh peternak rakyat.

2

Peningkatan tersebut perlu didukung oleh sumber daya manusia serta sumber daya pakan berbasis pakan lokal seperti limbah pertanian. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (2013) melaporkan bahwa provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi ternak sapi pedaging dan limbah pertanian. Salah satu kabupaten yang berpotensi di Jawa Barat adalah Kabupaten Kuningan. BPS Kabupaten Kuningan (2014) menyatakan jumlah populasi ternak sapi pedaging memiliki jumlah terbanyak dengan angka 17 961 ST untuk sapi pedaging pada tahun 2013 atau mencapai 55.14% dari total ruminansia. Pola iklim tropis dengan temperatur bulanan berkisar 18-32ºC dan kelembaban udara sebesar 80-90% merupakan suhu nyaman bagi ternak sapi pedaging karena sapi pedaging membutuhkan comfort zone antara 22–30°C (Purwanto 2004). Curah hujan di Kabupaten Kuningan berkisar antara 1000- 5000 mm/th. Kabupaten Kuningan hampir sepanjang tahun mengalami hujan kecuali bulan Juni, Juli dan Agustus sehingga kebutuhan air untuk pemeliharaan ternak dan lahan pertanian tercukupi. Oleh karena itu, Kabupaten Kuningan adalah daerah yang dinilai cocok untuk mendukung program swasembada daging berbasis sumberdaya pakan lokal.

Limbah pertanian sebagai pakan ternak sapi pedaging memiliki kekurangan yaitu rendahnya kualitas nutrien terutama kandungan protein dan mineral. Oleh karena itu, penggunaan limbah pertanian perlu disertai pemberian konsentrat dengan kualitas yang baik. Rendahnya kualitas limbah pertanian dapat diatasi dengan induksi teknologi baik secara fisik, kimia maupun biologis. Akan tetapi, teknologi tersebut sulit diaplikasikan kepada peternak rakyat karena kurangnya pemahaman peternak.

Permasalahan lain terkait dengan penggunaan limbah pertanian yaitu kurangnya informasi tentang potensi limbah pertanian tersebut. Informasi mengenai jenis limbah pertanian, kandungan nutrien limbah pertanian serta jumlah produksi limbah pertanian saat ini masih dinilai kurang. Informasi yang kurang akan menyebabkan sulitnya pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan. Informasi tersebut digunakan oleh peternak untuk mengembangkan sapi pedaging di Kabupaten Kuningan.

Pengembangan sapi pedaging di Kabupaten Kuningan tidak lepas dari pentingnya peran peternak sebagai pelaku dalam pemeliharaan ternak. Sumberdaya peternak yang berkualitas akan mendukung pengembangan sapi pedaging di Kabupaten Kuningan. Oleh sebab itu, informasi mengenasi karakteristik peternak dan pola pemeliharaan sapi pedaging yang dilakukan di Kabupaten Kuningan perlu ditinjau.

Pengembangan ternak sapi pedaging di Kabupaten Kuningan akan tercipta apabila dilakukan dengan strategi yang tepat. Strategi pengembangan ternak perlu mempertimbangkan potensi yang terdapat di Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan sehingga harus bersifat menyatu yang melingkupi seluruh bagian, menyeluruh yang mencakup seluruh aspek serta bersifat integral yang bisa diterapkan di seluruh tingkatan. Dengan strategi yang tepat, maka pengembangan ternak sapi pedaging akan terlaksana. Berdasarkan uraian dan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka kajian mengenai strategi pengembangan sapi pedaging di Kabupaten Kuningan berbasis limbah pertanian perlu dilakukan. Informasi yang diperoleh

akan mempermudah pengembangan ternak sapi pedaging dengan memanfaatkan potensi limbah pertanian yang ada.

Tujuan Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah

1. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi limbah pertanian yang digunakan sebagai pakan di Kabupaten Kuningan Jawa Barat berdasarkan kuantitas dan kualitas

2. Mengkaji karakteristik peternak sapi pedaging di Kabupaten Kuningan Jawa Barat

3. Mengestimasi kemampuan penambahan populasi ternak sapi pedaging di Kabupaten Kuningan Jawa Barat

4. Merumuskan strategi pengembangan sapi pedaging di Kabupaten Kuningan Jawa Barat

2 METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tiga kecamatan di Kabupaten Kuningan Jawa Barat yaitu Kecamatan Cilimus, Japara dan Cigugur. Pemilihan kecamatan berdasarkan populasi sapi pedaging terbanyak dari data Dinas Peternakan Kabupaten Kuningan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2014. Analisis kandungan nutrien pakan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB.

Metode Pengumpulan Data dan Sampel

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara terhadap responden dan data hasil analisis laboratorium. Wawancara dilakukan terhadap 30 peternak responden, masing-masing 10 peternak per kecamatan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan kuisioner. Jumlah peternak responden ditentukan berdasarkan batas minimal jumlah sampel dalam analisis deskriptif (n=30) (Sugiyono 2011). Penentuan responden dilakukan dengan cara purposive sampling. Kriteria pemilihan responden adalah :

1. Anggota kelompok peternak sapi pedaging dengan kepemilikan minimal tiga ekor

2. Peternak yang menggunakan limbah pertanian sebagai sumber hijauan pakan

Data komposisi nutrien limbah pertanian diperoleh dari analisis laboratorium. Sampel limbah pertanian diperoleh dari kecamatan yang terpilih

4

sebagai contoh. Limbah pertanian yang dianalisis adalah tiga jenis limbah yang paling banyak digunakan oleh peternak. Setiap jenis limbah diambil masing- masing tiga kali ulangan pengambilan di setiap kecamatan terpilih. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Kuningan, Dinas Tanaman Pangan dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Metode Analisis Analisis Data Deskriptif

Analisis data menggunakan metode deskriptif dengan cara pengumpulan data, penyusunan data, dan penggambaran data (Mattjik dan Sumertajaya 2000). Data dari kecamatan terpilih mewakili seluruh kecamatan di Kabupaten Kuningan.

Potensi Limbah Pertanian sebagai Pakan Ternak Sapi Pedaging

Limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan harus memiliki kualitas yang baik. Pakan yang berkualitas akan meningkatkan produktivitas ternak. Kualitas pakan dapat dilihat dari komposisi nutriennya. Komposisi nutrien dianalisis menggunakan metode proksimat. Data komposisi nutrien yang dianalisis adalah bahan kering (BK), protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK), serta bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (AOAC 2005). Total nutrien tercerna (TDN) dihitung dengan rumus sebagai berikut (Owens 2010) :

TDN % = 0.9918 × PK + 1.272 × LK + 0.0318 × SK + (0.8940 × BETN)

Produksi limbah pertanian dihitung berdasarkan data produksi segar, bahan kering (BK), protein kasar (PK), dan total digestible nutrien (TDN) tiap komoditi. Data produksi limbah segar dapat diperoleh dengan menghitung bobot segar bagian tanaman yang dapat digunakan untuk pakan. Satu tanaman utuh memiliki bagian yang dapat dimanfaatkan untuk pangan dan pakan. Bagian tanaman yang dimanfaatkan merupakan bagian tanaman hasil panen. Data yang tersedia di BPS merupakan data produksi tanaman dalam segar yang dapat digunakan untuk pangan, bukan data produksi limbah pertanian. Oleh karena itu, perlu dilakukan konversi untuk menghitung bagian yang dapat digunakan untuk pakan.

Proporsi untuk pangan dan pakan dari tiap tanaman dikonversi dalam persen (Tabel 1). Proporsi tersebut diperoleh dengan mengambil satu bagian utuh dari tanaman padi tanpa akar (sampai batas sabit saat panen), ubi jalar dan kacang tanah yang masing-masing ditimbang bobotnya. Setiap jenis tanaman dipisah tiap bagian yang digunakan untuk pangan dan pakan lalu ditimbang bobot per bagian. Data bobot keseluruhan tanaman dan bobot per bagian tanaman digunakan untuk menghitung proporsi pangan dan pakan. Data proporsi untuk pangan dan pakan dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:

Pr. pangan % = bobot bagian tanaman untuk pangan (kg)

Pr. pakan % = 100%−Pr. pangan (%)

Keterangan:

Pr. pangan : Proporsi untuk pangan dalam % Pr. pakan : Proporsi untuk pakan dalam %

Tabel 1 Proporsi tanaman pertanian yang digunakan di Kabupaten Kuningana Komoditas Bagian untuk Pakan Bagian untuk Pangan Proporsi (%)

Pakan Pangan

Padi Daun dan Batang Bulir 80.80 19.20

Ubi Jalar Daun dan Batang Umbi 25.93 74.07

Kacang Tanah Daun dan Batang Biji Kacang + Kulit 59.24 40.76

a

Berdasarkan segar

Data proporsi tanaman yang diperoleh, digunakan untuk menghitung jumlah produksi segar limbah pertanian. Adapun perhitungan dari produksi limbah segar adalah sebagai berikut:

Prod. LP segar = Prod. TP × 100

Pr. pangan(%) × Pr. pakan (%)

Keterangan:

Prod. LP segar : Produksi limbah pertanian segar (ton/tahun) Prod.TP : Produksi tanaman pangan (ton/tahun) (BPS 2014) Pr. pangan : Proporsi untuk pangan dalam persen

Pr. pakan : Proporsi untuk pakan dalam persen

Produksi limbah pertanian segar digunakan untuk menghitung jumlah limbah pertanian yang telah digunakan dan belum digunakan. Perhitungan produksi limbah pertanian baik yang telah digunakan maupun yang belum digunakan, dihitung berdasarkan potensi tiap kecamatan. Kecamatan yang dipilih dijadikan daerah pengembangan sapi pedaging di Kabupaten Kuningan. Metode Analisis Location Quation (LQ) digunakan untuk menentukan kecamatan yang akan ditambah jumlah ternak sapi pedaging dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai sumber hijauan pakan. Analisis LQ merupakan perbandingan relatif antara populasi ternak sapi pedaging di suatu kecamatan dengan populasi ternak yang sama pada tingkat kabupaten (Hendayana 2003). Kecamatan yang dinilai dapat mengembangkan ternak sapi

pedaging adalah kecamatan dengan nilai LQ≥1. Perhitungan metode LQ adalah sebagai berikut : LQ = XSpi XTRi YSp YTR

6

Keterangan :

XSpi = Populasi Sapi Pedaging di suatu Kecamatan (ST)

XTRi = Populasi Total Ruminansia di suatu Kecamatan (ST)

YSp = Populasi Sapi Pedaging di Kabupaten Kuningan (ST)

YTR = Populasi Total Ruminansia di Kabupaten Kuningan (ST)

 Nilai LQ ≥ 1 menyatakan bahwa kecamatan tersebut merupakan daerah sentra peternakan sehingga diasumsikan memiliki sumberdaya manusia yang siap melakukan pengembangan ternak.

 Nilai LQ < 1 menyatakan bahwa kecamatan tersebut bukan daerah sentra peternakan sehingga diasumsikan belum memiliki sumberdaya manusia yang siap melakukan pengembangan ternak.

Analisa LQ membutuhkan data populasi ternak ruminansia tiap kecamatan di Kabupaten Kuningan. Data populasi ternak yang tersedia adalah dalam bentuk ekor. Nilai tersebut harus dikonversi ke dalam satuan ternak. Konversi satuan ekor menjadi satuan ternak membutuhkan data struktur ternak dan nilai konversi setiap jenis ternak. Data populasi yang diperoleh dari BPS tidak diketahui masing-masing jumlah ternak anak, muda dan dewasa sehingga dibutuhkan data struktur ternak yang ditunjukkan pada Tabel 2. Setelah diketahui jumlah ternak anak, muda dan dewasa, kemudian dikonversi menggunakan nilai konversi ternak. Adapun perhitungan populasi ternak adalah sebagai berikut:

XRij (ST) = XRij(ekor) × Sij(%) × Kij(ST ekor)

Keterangan :

XRij (ST) : Populasi tiap jenis ruminansia (sapi perah, sapi pedaging,

kambing, domba) di suatu kecamatan dalam satuan ternak XRij : Populasi tiap jenis ruminansia (sapi perah, sapi pedaging,

kambing, domba) di suatu kecamatan dalam satuan ekor, diperoleh dari data BPS Kabupaten Kuningan tahun 2014

Sij : Struktur ternak (%) tiap jenis ruminansia di suatu kecamatan

Kij : Konversi satuan ternak (ST) tiap jenis ruminansia di suatu

kecamatan

Tabel 2 Struktur ternak ruminansia Jawa Barat (%)a

Jenis ternak Anak Muda Dewasa

Sapi pedaging 16.08 34.72 49.20 Sapi perah 22.85 23.56 53.59 Kambing 26.66 26.54 46.79 Domba 28.32 26.41 45.26 a Sumber : BPS Indonesia (2014)

Konversi ST :

Sapi: anak 0.25 ST/ekor, muda 0.5 ST/ekor, dewasa 1 ST/ekor

Domba/Kambing: anak 0.035 ST/ekor, muda 0.07 ST/ekor, dewasa 0.14 ST/ekor Hasil konversi populasi ternak ruminansia seluruh kecamatan di Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Data populasi ternak ruminansia Kabupaten Kuningana

No Kecamatan

Komoditi Peternakan Tahun 2013

Total Sapi Perah (ST) Total Sapi Pedaging (ST) Total Domba (ST) Total Kambing (ST) Total seluruh Ruminansia per kecamatan (ST) 1 Cigugur 3 758 186 173 0 4 118 2 Cimahi 0 2 776 347 53 3 176 3 Cilebak 0 2 489 394 45 2 928 4 Maleber 0 2 054 355 63 2 472 5 Cibingbin 0 2 034 339 64 2 437 6 Subang 0 2 250 6 57 2 313 7 Darma 4 165 1095 6 1 270 8 Jalaksana 100 252 890 0 1 243 9 Cilimus 61 493 667 0 1 221 10 Cidahu 0 562 611 3 1 176 11 Luragung 0 923 129 6 1 058 12 Karangkancana 0 894 84 19 997 13 Ciwaru 0 826 102 25 953 14 Cibeureum 0 586 289 52 927 15 Ciawigebang 0 80 683 19 782 16 Cigandamekar 6 117 444 16 583 17 Pancalang 8 79 495 1 582 18 Mandirancan 0 176 400 2 578 19 Kalimanggis 0 43 515 0 557 20 Japara 0 279 241 30 551 21 Kramatmulya 16 79 270 0 365 22 Selajambe 0 153 194 0 347 23 Ciniru 0 117 150 58 325 24 Nusaherang 0 6 309 1 315 25 Pasawahan 0 63 216 8 288 26 Kuningan 11 53 164 23 250 27 Garawangi 12 80 78 18 189 28 Lebakwangi 0 47 123 0 170 29 Kadugede 1 28 132 1 162 30 Sindangagung 0 56 96 0 152 31 Hantara 0 15 60 14 88 32 Cipicung 0 0 0 0 0 Total 3 977 17 961 10 051 584 32 573 a

8

Limbah pertanian yang telah digunakan sebagai pakan di Indonesia sebesar 30% dari total produksi limbah pertanian (Indraningsih et al. 2011). Adapun perhitungan dari limbah pertanian yang telah digunakan di tiap kecamatan terpilih adalah sebagai berikut:

Prod. LP segardigunakan i = Prod. LP segari× 30% Keterangan:

Prod.LP segardigunakan i : Produksi limbah pertanian yang telah digunakan di

kecamatan terpilih dalam segar (ton/tahun)

Prod. LP segari : Produksi limbah pertanian di tiap kecamatan dalam

segar (ton/tahun)

Nilai Produksi limbah pertanian yang telah digunakan diperlukan untuk menghitung persentase jumlah limbah pertanian riil yang digunakan oleh peternak di Kabupaten Kuningan. Hasil survei lapang melaporkan bahwa konsumsi riil jerami padi sebagai pakan sapi pedaging adalah 5 kg/ST/hari. Konsumsi riil limbah pertanian setiap kecamatan berbeda karena populasi sapi pedaging berbeda di tiap kecamatan. Khusus untuk konsumsi riil jerami ubi jalar dan jerami kacang tanah tidak terukur karena limbah pertanian tersebut tidak selalu digunakan oleh peternak sehingga tetap diasumsikan 30% dari total produksi jerami ubi jalar dan jerami kacang tanah. Nilai konsumsi riil limbah pertanian dikonversi dalam ton per tahun. Adapun perhitungan dari penggunaan riil limbah pertanian adalah sebagai berikut:

Konsumsi riil LPSpi = Konsumsi LP kg/ST/hari × 365

1000 × XSpi Keterangan:

Konsumsi riil LPSpi : jumlah riil limbah pertanian yang digunakan untuk

sapi pedaging di tiap kecamatan (ton/tahun) XSpi : Populasi Sapi Pedaging di suatu Kecamatan (ST)

Nilai konsumsi riil limbah pertanian yang diperoleh dikonversi ke dalam persen dari nilai produksi limbah pertanian yang diasumsikan telah digunakan. Adapun perhitungan dari persentase nilai konsumsi riil limbah pertanian di tiap kecamatan adalah sebagai berikut:

Persentase konsumsi riil LPSpi =

Konsumsi riil LPSpi Prod. LP segardigunaka n i

× 100% Keterangan:

Persentase konsumsi riil LPSpi: persentase konsumsi riil limbah pertanian sebagai

pakan sapi pedaging di tiap kecamatan (%) Konsumsi riil LPSpi : jumlah riil limbah pertanian yang digunakan

untuk sapi pedaging di tiap kecamatan (ton/tahun) Prod.LP segar digunakani : Produksi limbah pertanian yang telah digunakan

Nilai persentase konsumsi riil limbah pertanian di tiap kecamatan diasumsikan sebagai jumlah riil limbah pertanian yang mampu peternak peroleh sesuai jumlah ternak yang dimiliki. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung jumlah limbah pertanian yang akan dimanfaatkan dalam menambah jumlah ternak sapi pedaging. Limbah pertanian yang belum dimanfaatkan di Indonesia sebesar 70% dari total produksi limbah pertanian (Indraningsih et al 2011). Namun, hasil observasi di lapang menunjukkan bahwa tidak semua limbah dapat diambil oleh peternak. Oleh sebab itu, produksi limbah pertanian yang dihitung merupakan limbah pertanian yang mampu diperoleh peternak secara riil. Limbah pertanian tersebut disebut dengan limbah pertanian tersedia. Adapun perhitungan dari limbah pertanian yang tersedia adalah sebagai berikut:

Prod. LP tersediai= Prod. LP segari× 70% × Persentase konsumsi riil LPi Keterangan:

Prod. LP tersediai : Produksi limbah pertanian tersedia di tiap

kecamatan (ton/tahun)

Prod. LP segar i : Produksi limbah pertanian dalam segar tiap

kecamatan (ton/tahun)

Persentase konsumsi riil LPSpi : persentase konsumsi riil limbah pertanian

sebagai pakan sapi pedaging di tiap kecamatan (%)

Produksi limbah pertanian tersedia dalam segar digunakan untuk menghitung produksi bahan kering (BK) tersedia dari limbah pertanian. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:

Prod. BK LPi tontahun = Prod. LP tersediai tontahun × Kandungan BK LP (%) Keterangan:

Prod. BK LPi : Produksi bahan kering limbah pertanian di tiap

kecamatan (ton/tahun)

Prod. LP tersediai : Produksi limbah pertanian tersedia di tiap kecamatan

(ton/tahun)

Kandungan BK LP : Kandungan bahan kering limbah pertanian (%)

Produksi protein kasar (PK) dan total digestible nutrien (TDN) dari limbah pertanian dihitung berdasarkan bahan kering. Perhitungan produksi protein kasar (PK) dan total digestible nutrien (TDN) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Prod. PK LPi ton tahun = Prod. BK LPi ton tahun × Kandungan PK LP %

10

Keterangan:

Prod. BK LPi : Produksi bahan kering limbah pertanian di tiap

kecamatan (ton/tahun)

Prod. PK LPi : Produksi protein kasar limbah pertanian di tiap

kecamatan (ton/tahun)

Prod. TDN LPi : Produksi total digestible nutrient limbah pertanian di

tiap kecamatan (ton/tahun)

Kandungan BK LP : Kandungan bahan kering limbah pertanian (%) Kandungan PK LP : Kandungan protein kasar limbah pertanian (%)

Kandungan TDN LP : Kandungan total digestible nutrient limbah pertanian (%)

Nilai produksi BK, PK dan TDN digunakan untuk menghitung potensi limbah pertanian yang telah dimanfaatkan sebagai pakan di Kabupaten Kuningan. Potensi limbah pertanian berdasarkan nilai BK, PK dan TDN dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Potensi a, b, c LPi % =

Prod. a, b, c satu jenis LPi ton tahun Prod. a, b, c seluruh jenis LPi ton tahun

× 100% Keterangan:

Potensi LPi : Potensi limbah pertanian di tiap kecamatan (%)

Prod. satu jenis LPi : Produksi satu jenis limbah pertanian di tiap kecamatan

(ton/tahun)

Prod. seluruh jenis LPi: Produksi seluruh jenis limbah pertanian di tiap kecamatan

(ton/tahun)

a : BK (bahan kering)

b : PK (protein kasar)

c : TDN (total digestible nutrient)

Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia atau KPPTR Perhitungan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia sapi pedaging di Kabupaten Kuningan (KPPTRSp) dihitung berdasarkan produksi

bahan kering (BK), protein kasar (PK), dan total digestible nutrien (TDN) dari limbah pertanian yang tersedia. Produksi limbah pertanian tersedia berdasarkan BK/PK/TDN digunakan berdasarkan kebutuhan hijauan sapi pedaging di Kabupaten Kuningan. Penggunaan hijauan sebanyak 40% dari total ransum. Nilai KPPTRSp tersebut merupakan jumlah ternak yang dapat ditambahkan di

Kabupaten Kuningan menggunakan potensi limbah pertanian yang belum dimanfaatkan. Kebutuhan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN) hijauan dari sapi pedaging mengacu pada kebutuhan hijauan per ekor ternak (Tabel 4) (NRC 2000). Limbah pertanian jerami padi yang digunakan sebagai pakan ruminansia dibatasi maksimal 2% dari bobot badan berdasarkan bahan kering (Setiyadi 2013). Oleh karena itu, nilai kebutuhan jerami padi dipisah dari nilai kebutuhan limbah pertanian selain jerami padi.

Tabel 4 Kebutuhan ternak sapi pedaging (ekor/hari)a Kebutuhan sapi pedaging BK

(kg/ekor/hari)

PK TDN

% kg/ekor/hari % kg/ekor/hari Kebutuhan zat makanan 8.90 12.60 1.12 70.00 6.23

Kebutuhan konsentrat 5.34 0.54 4.07

Kebutuhan jerami padi 2.92 0.14 1.43

Kebutuhan limbah selain jerami

padi 0.64 0.44 0.72

a

Data berdasarkan hasil perhitungan sesuai dengan 1)NRC (2000); sapi angus 365kg; H: Hijauan, K: Konsentrat; BK (Bahan Kering); PK (protein kasar); TDN (total digestible nutrient).

Nilai kebutuhan nutrien hijauan dari sapi pedaging digunakan untuk menghitung KPPTRSpi menggunakan produksi limbah pertanian yang tersedia.

Adapun perhitungan KPPTRSpi di tiap kecamatan terpilih di Kabupaten

Kuningan adalah sebagai berikut:

KPPTRSpi (a, b, c) ST =

Prod. LPi (a, b, c) ton tahun KHSpi (a, b, c) ton tahun

Keterangan:

KPPTRSpi : Kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia sapi

pedaging di suatu kecamatan (ST)

Prod. LPi : Produksi limbah pertanian tersedia di tiap kecamatan (ton/tahun)

KHspi : Kebutuhan nutrien hijauan sapi pedaging di suatu kecamatan

(ton/tahun)

a : BK

b : PK

c : TDN

Nilai KPPTR sapi pedaging (KPPTRSp) di Kabupaten Kuningan

merupakan total dari nilai KPPTRSpi seluruh kecamatan terpilih. Nilai KPPTRSp

tersebut merupakan jumlah sapi pedaging yang dapat ditambahkan di Kabupaten Kuningan dengan menggunakan sumber hijauan limbah pertanian. Adapun perhitungan dari KPPTRSp adalah sebagai berikut:

KPPTRSp(ST) = KPPTRSpi 9

i=1

12

Keterangan:

KPPTRSp : Kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia sapi

pedaging di Kabupaten Kuningan (ST)

KPPTRSpi : Kapasitas penambahan populasi ternak ruminansia sapi

pedaging di suatu kecamatan (ST) Peubah yang diamati Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

• Data primer:

– Karakteristik peternak

– Jenis limbah pertanian sebagai pakan ternak sapi pedaging di Kabupaten Kuningan

– Kualitas nutrien limbah pertanian sebagai pakan ternak sapi pedaging

• Data Sekunder:

– Informasi populasi ternak

– Kuantitas komoditi limbah pertanian per kecamatan

– Kapasitas daya tampung dan peningkatan populasi ternak per

Dokumen terkait