Pertumbuhan penduduk semakin pesat disertai peningkatan kualitas hidup semakin baik menyebabkan ketergantungan manusia terhadap sumberdaya alam semakin besar. Di dalam ekosistem suatu sumberdaya alam, tumbuhan mempunyai peranan yang penting dalam memelihara fungsi ekologis ekosistem sumberdaya alam tersebut melalui kemampuannya dalam mengatur kondisi iklim mikro, tata air dan kesuburan tanah. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini, cacing tanah merupakan salah satu faktor biotik dalam ekosistem terestrial yang berperan meningkatkan kesuburan tanah. Peranan cacing tanah sangat penting bagi proses dekomposisi bahan organik tanah yang berpengaruh signifikan terhadap kesuburan tanah tersebut.
Khairuman (2009) mengungkapkan bahwa lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya memang lebih subur. Hal ini disebabkan tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah memberikan banyak manfaat bagi tanaman. Proses perubahan kondisi tanah dapat dijelaskan secara ilmiah. Awalnya, cacing tanah membuat lubang dengan cara mendesak massa tanah (Minnich, 1977). Setelah dicerna, sisa-sisa bahan tersebut dilepaskan kembali sebagai buangan padat (kotoran). Hal ini dibenarkan oleh Edward (1977), penulis buku yang mengupas biologi tentang cacing tanah menyatakan, sebagian besar bahan tanah mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk nutrisi yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Namun, produksi alami kotoran cacing tanah di alam bergantung pada spesies, musim dan kondisi populasi yang sehat.
Selain itu kotoran cacing tanah juga kaya unsur hara. Hal ini dikarenakan oleh aktivitas cacing tanah yang mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam tanah. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman. Di samping menyuburkan tanah, lubang bekas jalan cacing tanah berada juga berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik dan memperbaiki struktur tanah.
Richard (1978), seorang ahli tanah yang pernah merangkum penelitiannya menyatakan, cacing tanah mampu melakukan penggalian lubang hingga kedalaman satu meter sehingga dapat meresapkan air dalam volume yang lebih besar, serta mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah. Selain mencegah erosi, cacing tanah juga mampu meningkatkan ketersediaan air tanah. Dengan demikian, cacing tanah membantu menjaga kelangsungan hidup bumi secara seimbang. Cacing tanah telah memberikan banyak keuntungan bagi makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, dianggap perlu kajian lanjut mengenai keanekaragaman cacing tanah pada lahan alami, selain bermanfaat untuk menginventarisasi species-spesies cacing tanah juga untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang dilakukan oleh manusia berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan hidup. Penelitian yang mengarah pada keterkaitan kelimpahan jenis tumbuhan dengan
jenis cacing tanah untuk menduga kesuburan tanah pada lahan tertentu di Dramaga belum pernah dilakukan. Dengan kata lain, cacing tanah sebagai bioindikator untuk kesuburan tanah perlu dilakukan penelitian.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan kesuburan tanah sehubungan dengan kelimpahan jenis cacing tanah. Dalam penelitian ini beberapa permasalahan yang harus dijawab adalah:
1. Tipe-tipe tutupan lahan apa yang ada di Dramaga dan bagaimana sejarah pengelolaannya?
2. Jenis tumbuhan dominan apa yang tumbuh di setiap tipe tutupan lahan?
3. Jenis cacing tanah apa dan seberapa besar kelimpahannya yang hidup di setiap tipe tutupan lahan yang ada?
4. Sejauh mana kesuburan tanah di setiap tipe tutupan lahan yang ada dan bagaimana sejarah pengelolaannya?
5. Bagaimana hubungan kelimpahan cacing tanah dengan tingkat kesuburan tanah?
1.3Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis tipe-tipe tutupan lahan berikut sejarah pengelolaannya di Dramaga.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis jenis tumbuhan pada berbagai tipe tutupan lahan.
3. Menganalisis kesuburan tanah pada berbagai tipe tutupan lahan berikut sejarah pengelolaannya.
4. Mengidentifikasi jenis dan menduga kelimpahan cacing tanah sebagai indikator kesuburan tanah.
5. Mengkaji hubungan kelimpahan cacing tanah dengan tingkat kesuburan tanah.
1.4Kerangka Pemikiran
Penutup lahan merupakan istilah dari tutupan vegetasi jarang, tutupan vegetasi rapat, tanah kosong, tubuh air, dan tutupan bangunan. Adapun penggunaan lahan merupakan suatu bentuk pemanfaatan atau fungsi dari perwujudan suatu bentuk penutup lahan. Istilah penggunaan lahan didasari pada fungsi kenampakan penutup lahan bagi kehidupan, baik itu kenampakan alami atau buatan manusia. Suatu kenampakan vegetasi rapat, dalam istilah penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi hutan maupun perkebunan. Penyebutan tersebut tergantung pada perlakuan manusia terhadap penutup lahan.
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan- hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara, 1998).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain.
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Soerianegara, 1998).
Dalam menganalisis suatu vegetasi pada penelitian ekologi hutan dikemukakan (Kusmana, 1997), pada umumnya para peneliti ingin mengetahui spesies tumbuhan yang dominan yang memberi ciri utama terhadap fisiognomi suatu komunitas hutan. Spesies tumbuhan yang dominan dalam komunitas dapat diketahui dengan mengukur dominansi tersebut. Ukuran dominansi dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, antara lain biomassa, penutupan tajuk, luas basal area, indeks nilai penting, dan perbandingan nilai penting (summed dominance ratio).
Beragam spesies tumbuhan ini akan mengalami proses guguran dedaunan, buah-buahan, ranting dan bahkan batang kayu yang rebah sehingga menjadi busuk dan diuraikan oleh aneka organisme, salah satunya adalah cacing tanah. Guguran daun ini berupa serasah daun-daunan yang diangggap sebagai sumber bahan organik yang paling baik bagi cacing tanah karena relatif tinggi kandungan karbohidrat yang dapat diasimilasi dan rendah lignoselulosanya. Serasah tua lebih cepat didekomposisi namun kualitas nutrisinya lebih rendah daripada serasah segar. Penyebaran bahan organik di dalam tanah juga sangat memengaruhi distribusi cacing tanah. Tanah yang miskin bahan organik tidak dapat menampung jumlah cacing yang banyak (Anas,1990).
Dengan demikian, untuk menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan berbasis lingkungan, maka pengelola harus mampu memelihara sumberdaya agar tetap dalam keadaan stabil, sebijaksana mungkin dalam melakukan eksploitasi alam agar tumbuhan dan mikroba tanah dapat melakukan fungsi masing-masing secara sempurna sehingga terciptanya eksistensi lahan yang subur demi produktivitas dan sustainabilitas ekosistem. Keberlanjutan ekologi merupakan prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan kehidupan manusia. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Diagram alir penelitian
1.5Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk penentuan tingkat kesuburan tanah secara cepat dengan melihat keberadaan jenis cacing tanah tertentu.
TUMBUHAN
(Identifikasi jenis dan menduga tumbuhan dominan)
CACING TANAH (Identifikasi jenis dan menduga kelimpahan
cacing tanah)
N, P, K, C-Organik, pH, Tekstur (Sifat Fisik dan Kimia Tanah)
KESUBURAN TANAH
TUTUPAN LAHAN (Hutan campuran, Hutan tanaman, Semak Belukar, Rumput-rumputan, Tanah kosong)
Produktivitas dan Sustainabilitas Ekosistem
TANAH
(Analisis sampel tanah pada setiap tipe tutupan lahan)