A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah kalam Allah SWT yang berupa mu‟jizat kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, sebagai petunjuk jalan lurus bagi
kehidupan umat Islam. Al-Qur‟an merupakan kitab yang berfungsi sebagai
sumber hikmah, cahaya mata dan akal bagi siapa saja yang ingin memikirkan
dan merenungkannya. Di samping itu Al-Qur‟an juga merupakan undang
-undang Allah yang kokoh yang memberikan kebahagiaan bagi yang
menjadikannya pegangan dalam kehidupan. Al-Qur‟an sendiri menyatakan
dirinya sebagai petunjuk, peringatan, pelajaran, obat dan rahmat, pembeda
antara yang hak dan yang batil, dan pemberi kabar gembira (Munjahid,
2007:9).
Al-Qur'an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman
hidup bagi setiap muslim. Al-Qur‟an bukan hanya memuat petunjuk tentang
hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), bahkan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam
secara sempurna maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memahami isi kandungan Al-Qur‟an dan mengamalkannya dalam kehidupan
Al-Qur'an memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat.
Salah satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya
dijamin oleh Allah dan dipelihara. Kitab suci umat Islam ini adalah
satu-satunya kitab suci samawi yang masih murni dan asli. Jadi, Al-Qur'an yang ada
sekarang ini masih asli dan murni sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada para sahabatnya, hal itu karena Allah yang
menjaganya. Sesuai dengan firman-Nya:
َْىُْظِف ََٰحَلْۥََُلْبًَِّإ ََّْشۡمِّزلٱْبٌَۡلَّضًَُْي ۡحًَْبًَِّإ
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-Hijr:9).
Penjagaan Allah kepada Al-Qur'an bukan berarti Allah menjaga secara
langsung fase-fase penulisan Al-Qur'an, akan tetapi Allah melibatkan para
hamba-Nya untuk ikut menjaga Al-Qur'an. Salah satu usaha nyata dalam
proses pemeliharaan Al-Qur'an adalah dengan menghafalnya pada setiap
generasi. Menjaga dan memelihara Al- Qur'an adalah perbuatan yang sangat
mulia dihadapan Allah.
Menghafal Al-Qur'an adalah salah satu cara untuk memelihara
kemurnian Al-Qur'an. Oleh karena itu, beruntunglah orang-orang yang dapat
menjaga Al-Qur'an dengan menghafal, memahami, dan mengamalkan isi
kandungannya. Dengan Al-Qur‟an, Allah mengangkat derajat para penghafal
Al-Qur‟an serta memakaikan kedua orangtuanya mahkota, yang sinarnya lebih
metode yang digunakan oleh Rasulullah dalam menerima wahyu dari Allah
melalui perantara malaikat Jibril. Menghafal Al-Qur‟an merupakan sebab
diselamatkannya seseorang dari api neraka. Abu Umamah berkata.”
Sesungguhnya Allah tidak menyiksa hati yang menghafal Al-Qur‟an dengan
api neraka.” Penghafal Al-Qur‟an akan selalu bersama dengan para malaikat
yang mulia dan taat. Dalam sebuah hadist redaksi dari Bukhari disebutkan,
“Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur‟an dan menghafalnya adalah bersama para malaikat yang mulia dan taat.” Alangkah mulianya seseorang yang dapat bersama dengan mereka (malaikat), yang disebutkan Allah Swt.
(Badwilan, 2009: 19).
Pesantren sebagai bentuk lembaga pendidikan non formal yang
mendapatkan perhatian dari pemerintah Indonesia dan merupakan salah satu
pendidikan di Indonesia yang bersifat tradisional. Sejarah pendidikan
menyebutkan bahwa pesantren merupakan bukti awal kepedulian masyarakat
Indonesia terhadap pendidikan, sehingga pesantren juga disebut dengan
lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia (Depag RI, 2003:1). Pesantren
yang ada di Indonesia telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat
muslim dan mampu menampung berjuta santri. Oleh karena itu, pesantren telah
diakui sebagai lembaga pendidikan yang ikut berperan serta dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain itu, tujuan pendidikan pesantren adalah untuk mencetak muslim
untuk pengabdiannya kepada Allah SWT. Guna mencapai tujuan ini, pesantren
mengajarkan Al-Qur‟an atau Tahfidzul Qur‟an, Tafsir dan ilmu Tafsir, Hadits
beserta ilmu Hadits, Fiqh dan Ushul Fiqh, Tauhid, Tarikh, Akhlaq dan
Tasawuf, Nahwu, Sharaf, serta ilmu Manthiq kepada para santrinya (Depag RI,
2003: 21). Penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pengajaran untuk para
santri dengan berbagai macam materi tersebut, maka dibutuhkan juga berbagai
macam metode pembelajaran yang ada di pesantren baik untuk pembelajaran
Tahfidzul Qur‟an maupun pembelajaran kitab.
Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Kota Surakarta memberikan pilihan
kepada santri untuk mengikuti pembelajaran kitab dan Tahfidz Al-Qur‟an.
Santri di pesantren Ta‟mirul Islam yang sekaligus siswa setara SMP dan SMA
bisa mengikuti program Tahfidz Al-Qur‟an. Hal tersebut menjadikan
pesantren Ta‟mirul Islam banyak memiliki santri yang berasal dari berbagai
daerah yang ada di Indonesia.
Dalam menghafal Al-Qur‟an dibutuhkan suatu cara atau metode yang
digunakan agar hafalan Al-Qur‟an menjadi terprogram. Metode yang
digunakan ini juga diharapkan nantinya dapat membantu hafalan menjadi
efektif. Di zaman yang serba canggih pada saat ini, kita bisa menemukan
banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk membantu proses
penghafalan Al-Qur‟an. Hal ini bisa kita temui di media elektronik dan juga di
media cetak. Selain itu, kita juga dapat menemukan dan mengikuti
metode-metode tahfidzul qur‟an yang dipakai pada instansi pendidikan formal ataupun non formal. Dalam melaksanakan metode tahfidzul qur‟an hendaknya dip
dan dibimbing langsung oleh pemandu tahfidz yang berkompeten dalam
penghafalan Al-Qur‟an. Hal ini bertujuan agar hafalan yang sudah kita
dapatkan bisa dipantau dan dibina oleh pemandu tahfidz jika terdapat
kesalahan.
Program Tahfidz Al-Qur‟an Ta‟mirul Islam Surakarta diikuti santri atau
siswa putra dan putri. Santri yang menghafal Al-Qur‟an merupakan santri
Ta‟mirul Islam yang mengikuti pembelajaran tahfidz setelah mengikuti
pembelajaran formal di sekolah yang ada di dalam lingkup pesantren tersebut.
Dengan menejemen waktu dan metode yang digunakan mampu membantu
santri dapat menghafal Al-Qur‟an secara baik.
Sesuai hasil observasi yang peneliti lakukan pada santri Tahfidzul
Qur‟an di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta, terdapat beberapa
metode menghafal Al-Qur‟an yang digunakan di Pondok Pesantren tersebut.
Metode yang digunakan diantaranya adalah metode sima‟i yang memberikan
waktu lebih banyak santri untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an dan membagi
waktu antara belajar di sekolah dan belajar menghafal Al-Qur‟an. Hal tersebut
yang mendorong peneliti untuk mengambil judul penelitian “PENERAPAN
METODE SIMA'I DALAM MENGHAFAL AL-QUR'AN PADA SANTRI
PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR'AN TA'MIRUL ISLAM
B. Rumusan Masalah
Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren
Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta tahun 2016?
2. Bagaimana penerapan metode sima'i dalam proses pembelajaran Tahfidzul
Qur‟an di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta tahun 2016?
3. Apa saja faktor penunjang dan Penghambat proses pembelajaran Tahfidzul
Qur‟andi Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, sasaran hasil atau tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Macam-macam metode Tahfidzul Qur‟an di Pondok
Pesantren Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta tahun 2016.
2. Untuk mengetahui penerapan metode sima'i dalam proses Tahfidzul Qur‟an
di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta tahun 2016.
3. Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat proses pembelajaran
Tahfidzul Qur‟andi Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah
khasanah keilmuan terutama dalam ilmu pendidikan dan pengajaran
Tahfidzul Qur‟an, khususnya di pondok pesantren Ta‟mirul Islam
Lawean Surakarta dan lembaga pendidikan tahfidz pada umumnya.
b. Memberikan informasi yang baru bagi masyarakat luas (pembaca)
tentang metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang digunakan untuk
pelajar, sehingga dapat digunakan sebagai rujukan bagi pondok pesantren
atau instansi-instansi lain yang berkecimpung dalam menghafal
Al-Qur‟an.
2. Secara Praktis
a. Bagi Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Lawean Surakarta, dapat
mengetahui manfaat atas penerapan metode sima'i dalam proses
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang selama ini telah diterapkan, dan
untuk mengetahui hambatan-hambatan proses pembelajaran Tahfidzul
Qur‟an, kemudian dicarikan solusi terbaik.
b. Bagi lembaga pondok pesantren, dapat mengambil contoh metode
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dinilai efektif untuk kemudian
diterapkan oleh kyai/ustadz kepada santri sehingga mencetak generasi
penghafal Al-Qur‟an yang cerdas.
c. Bagi masyarakat luas, dapat mengetahui pentingnya pembelajaran
Tahfidzul Qur‟an bagi generasi umat Islam. Khususnya untuk para
mengamalkan ilmu-ilmu yang terkandung dalam Al-Qur‟an. Sehingga dapat menjadi generasi yang Qur‟ani sesuai dengan harapan masyarakat,
agama, dan bangsa.
d. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan sumbangan
ilmiah bagi kalangan akademisi yang mengadakan penelitian berikutnya,
baik meneruskan maupun mengadakan riset baru. Sehingga memperkaya
temuan-temuan penelitian tentang metode pembelajaran Tahfidzul
Qur‟an.
E. Penegasan Istilah
1. Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan
(Haryanto, 2003:267). Menurut undang-undang no 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran secara sederhana diartikan sebagai sebuah usaha
mempengaruhi emosi, intelektual, spiritual seseorang agar mau belajar
dengan kehendaknya sendiri (Fathurrohman, 2012:6). Menurut Abudin Nata
sebagaimana dikutip Fathurrahman (2012:7), pembelajaran adalah usaha
pendidik untuk membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan
yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar yang akhirnya
2. MetodeSima’i
Menurut Ahsin Al Hafidz (2000:63) Sima‟i artinya mendengar.
Yang dimaksud dengan metode ini adalah mendengarkan sesuatu bacaan
untuk dihafalkannya. Metode ini bisa dilakukan dengan mendengarkan dari
guru pembimbing atau dari alat bantu perekam.
Menurut Wahid Alawiyah (2014:98), metode sima‟i mempunyai
tujuan agar ayat Al-Qur‟an terhindar dari berkurang dan berubahnya
keaslian lafadz serta mempermudah dalam memelihara hafalan agar tetap
terjaga serta bertambah lancar sekaligus membantu mengetahui letak
ayat-ayat yang keliru ketika sudah dihafal.
Wahid Alawiyah (2014:137) juga berpebdapat, salah satu metode
agar hafalan tidak mudah lupa adalah dengan melakukan sima‟an dengan
sesama teman, senior, atau kepada guru dari ayat-ayat yang telah dihafal.
Namun, jika penghafal malas atau tidak mengikuti sima‟an, maka hal
tersebut akan menyebabkan hafalan mudah hilang. Selain itu, jika penghafal
tidak suka melakukan sima‟an, maka ketika ada kesalahan ayat, hal itu tidak
akan terdeteksi. Oleh karena itu, perbanyaklah melakukan sima‟an. Sebab,
dengan banyak mengikuti sima‟an, sama halnya dengan mengulang hafalan
yang terdahulu atau yang baru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, metode sima‟i adalah proses
menhafal Al-Qur‟an dengan cara mendengarkan atau memperdengarkan
suatu bacaan Al-Qur‟an agar ayat Al-Qur‟an terhindar dari berkurang dan
agar tetap terjaga serta bertambah lancar sekaligus membantu mengetahui
letak ayat-ayat yang keliru ketika sudah dihafal.
3. Tahfidzul Qur’an
Istilah Tahfidzul Qur‟an merupakan gabungan dari dua kata yang
berasal dari bahasa Arab, yaitu tahfidz dan Al-Qur‟an. Kata tahfidz
merupakan bentuk isim mashdar dari fiil madhi ( اًظْيِفْحَت– ُظِّفَحُي– َظَّفَح ) yang artinya memelihara, menjaga, dan menghafal (Munjahid, 2007: 73).
Sedangkan Al-Qur‟an secara bahasa berarti “bacaan”. Secara istilah,
Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat),
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan Rasul
dengan perantaraan malaikat jibril, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat An-Nas, yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan
disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta mempelajarinya
merupakan suatu ibadah (Ash-Shabuuny, 1991: 15).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Tahfidzul Qur‟an adalah kegiatan
menghafal Al-Qur‟an dengan maksud beribadah yang dimulai dari surat Al
-Fatihah sampai surat An-Nas agar ayat-ayat Al-Qur‟an dapat dijaga, dihafal,
4. Pondok Pesantren
Pondok yang digunakan dalam bahasa Jawa berarti madrasah dan
asrama sebagai tempat mengaji dan belajar agama Islam (Purwadarminto,
2006: 906).
Pesantren adalah tempat murid-murid dari berbagai daerah tinggal
bersama-sama untuk menuntut ilmu di bawah pimpinan seorang atau
beberapa orang guru (Saerozi, 2013: 27).
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pondok
pesantren merupakan sebuah asrama atau tempat tinggal santri-santri yang
sedang menuntut ilmu agama kepada kyai atau ustadz di lingkungan
kediaman rumah kyainya. Pada asrama itulah para santri tinggal selama
beberapa tahun untuk belajar langsung keilmuan yang dimiliki oleh
kyainya. Sehingga memberi kemudahan bagi kyai untuk pemantauan
perkembangan pembelajaran santri.
Dari keterangan di atas, dapat dipahami maksud dari penelitian ini
adalah pola atau ragam cara dalam menghafal Al-Qur‟an yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Lawean Kota Surakarta
tahun 2016.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan telaah terhadap karya penelitian terdahulu.
Pada tinjauan pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan karya penelitian
terdahulu yang ada relevansinya dengan judul skripsi ini. Adapun
1. Skripsi Maidatul Faizah (STAIN Salatiga, 2012) yang berjudul “Metode
Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an Pondok Pesantren Daarul Qur‟an (Santri
Usia Sekolah Menengah Pertama Colomadu Karanganyar Tahun 2012)”.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Hasil penelitian
menjelaskan metode yang diterapkan dalam tahfidzul Qur'an adalah metode
wahdah, metode sima‟i, metode menghafal per hari satu halaman, metode
pengulangan umum. Di dalam penelitian ini tidak ada kekurangan yang
jelas. Hal itu dibuktikan dari hasil pembelajaran yang selalu maksimal.
2. Skripsi Arif Rahman Hakim (STAIN Salatiga, 2013) yang berjudul “Metode
Tahfidzul Qur‟an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur‟an (SDITQ) Al
-Irsyad Desa Butuh Kecamatan Tengaran Tahun 2013”. Jenis penelitian
yang digunakan adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan metode
tahfidzul qur‟an yang digunakan di SDITQ adalah metode Pakistani, jenis
metode ini diantaranya adalah Sabak, Sabki dan Manzil. Tujuan metode ini
untuk mempermudah siswa dalam menghafalnya. Media yang digunakan
yaitu Al-Qur‟an, iqro‟,panduan tajwid, MP3, Al-Qur‟an, Al-Qur‟an digital,
formulir hafalan siswa. Hasil penggunaan metode ini cukup baik, ini
dibuktikan dengan prestasi lomba yang diikuti oleh siswa.
Berdasarkan penelitian di atas, penulis ingin memaparkan bahwa
penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan dengan penelitian
sebelumnya, satu titik yang membedakan adalah fokus kajian serta tempat dari
hambatan Tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta Tahun 2016.
G. Metode Penelitian
Kedudukan metode penelitian sangat penting dalam suatu penelitian
ilmiah. Metode penelitian merupakan teknik atau cara yang digunakan guna
keberhasilan penelitian sesuai dengan hasil yang diinginkan. Metode yang
penulis gunakan pada penelitian ini adalah:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research) yang menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan
peneliti yang berada langsung dengan obyek, terutama dalam memperoleh
data dan berbagai informasi. Dengan kata lain peneliti langsung berada di
lingkungan yang hendak ditelitinya.
Jenis penelitian ini deskriptif, yaitu dengan membuat gambaran
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai ragam metode pembelajaran
dan penerapan metode sima‟i di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam agar dapat tercapai tujuan atau target yang diinginkan, yaitu santri mampu
menghafal al-Qur‟an dengan fasih dan jelas secara efektif 30 juz seperti
yang ditentukan dalam kurikulum pondok tersebut.
2. Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian,
lokasi penelitian, terutama dalam memperoleh data-data dan berbagai
informasi yang diperlukan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam
Tegalsari, Bumi, Lawean Surakarta. Alasan peneliti memilih lokasi adalah
karena letak pondok pesantren yang strategis, dan peneliti pernah
melakukan Kuliah Kerja Lapangan di tempat tersebut.
4. Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan serta
dokumen dan lain-lain (Moeloeng, 2011:157). Hal-hal itu dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Sumber data utama
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat
melalui catatan tertulis atau perekaman vidio/audio tapes, pengambilan
foto, atau film. Untuk itu diperlukannya menentukan subyek penelitian.
Subyek penelitian yang akan diteliti adalah para ustadz dan ustadzah,
pengurus pondok pesantren Ta‟mirul Islam Tegalsari, Bumi, Lawean
Surakarta dan santri yang terlibat langsung untuk memberikan
keterangan secara menyeluruh mengenai berbagai aktivitas dalam
pelaksanaan penerapan metode sima'i dalam proses pembelajaran
b. Sumber tertulis
Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah
ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi
(Moeleong, 2011:159). Peneliti juga akan mencari informasi dan
dokumen dari pondok pesantren Ta‟mirul Islam terkait sejarah berdirinya
pondok perkembangan pendidikannya (dari aspek program
pembelajarannya, pendidik, peserta didik) dan yang lebih khusus lagi
tentang metode pembelajarannya.
Selain subyek penelitian, dibutuhkan teknik sampling. Sampling
berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis sumber data yang akan
digunakan dalam penelitian. Pemikiran mengenai sampling ini hampir
tidak bisa dihindari oleh peneliti mengingat berbagai keterbatasan, seperti
waktu, tenaga dan biaya. Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling
digunakan dalam rangka generalisi teoritik. Sampling yang diambil juga
lebih selektif. Jenis teknik sampling yang digunakan adalah “purposive sampling”, dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah yang mendalam dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Suprayogo,
2003:165). Dengan demikian, penulis akan menentukan sumber
wawancara yaitu ustadz dan ustadzah pondok berjumlah 2 orang,
pengurus dan santri bagian program tahfidzul Qur‟an berjumlah 6 orang.
c. Foto
Pentingnya foto bagi penelitian kualitatif baik foto yang
dihasilkan oleh orang lain maupun foto yang dihasilkan oleh diri sendiri
yaitu sebagai penguat data wawancara maupun tertulis. Maka setiap
mendapatkan data sesuai kebutuhan, peneliti berusaha mengambil
gambar atau foto sebagai lampiran bukti pelaksanaan penelitian.
d. Data statistik
Penelitian kualitatif juga sering menggunakan data statistik yang
telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. Statistik
misalnya dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan
subjek pada latar penelitian (Moeleong, 2011:162). Dalam hal ini peneliti
juga akan menggunakan data statistik bila dirasa perlu.
5. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data di atas, metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Metode Dokumentasi
Metode dekomentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari
data mengeni hal-hal atau variabel-variabel baik itu mengenai catatan,
transkip, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 1989:30). Metode ini digunakan untuk mengetahui
pengembangan data jumlah santri, aktivitas santri setiap hari, sususan
b. Metode Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung. Dalam penggunaan teknik ini, bentuk observasi adalah
observasi partisipatif yang berarti pengamatan ikut serta dalam kegiatan
yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2005:220).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi secara
langsung yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam hal ini
peneliti akan langsung melakukan pengamatan terhadap ragam metode
pembelajaran tahfidzul Qur‟an santri di Pondok Pesantren Ta‟mirul
Islam Tegalsari, Bumi, Lawean Surakarta untuk mengetahui tentang
syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti pembelajaran tahfidz. Selain
itu untuk memperoleh gambaran umum tentang pondok tersebut.
c. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moeleong,
2011:186). Wawancara ditujukan kepada pimpinan dan pengasuh pondok
pesantren untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sejarah
berdirinya pondok pesantren serta perkembangannya, para guru atau
6. Analisis Data