• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. Praktik-Praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah Saw.

Konsep mengenai Bank Islam muncul pertama kali pada tahun 1940-an, dengan gagasan mengenai perbankan berdasarkan bagi hasil. Usaha modern pertama untuk mendirikan Bank tanpa bunga dimulai di Pakistan yang mengelola dana haji pada pertengahan tahun 1940-an, tetapi usaha ini tidak sukses. Perkembangan berikutnya usaha pendirian Bank Syariah yang paling sukses dan inovatif di masa modern ini dilakukan di Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Myt-Ghamr Local Saving Bank.

pedesaan. Akibat terjadi kekacauan politik di Mesir Myt-Ghamr mulai mengalami kemunduran, sehingga operasionalnya diambil alih oleh

National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir pada tahun 1967. Pengambilalihan ini menyebabkan prinsip nir-bunga kembali dibangkitkan pada masa rezim Sadat melalui pendirian Naseer Social Bank. Tujuan Bank ini adalah untuk menjalankan kembali bisnis yang berdasarkan konsep yang telah dipraktikkan oleh Myt-Ghamr. Kesuksesan Myt-Ghamr

memberikan inspirasi bagi umat Muslim di seluruh penjuru dunia, sehingga timbullah kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam masih dapat di aplikasikan dalam bisnis modern. Secara internasional, perkembangan perbankan Islam pertama kali diprakarsai oleh Mesir. Pada sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi Pakistan bulan Desember 1970, Mesir mengajukan proposal berupa studi tentang pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan Pembangunan (Internasional Islamic Bank for Trade and Development)

dan proposal pendirian Federasi Bank Islam (Federation of Islamic Banks). Inti usulan yang diajukan dalam proposal tersebut adalah bahwa sistem keungan berdasarkan bunga harus digantikan dengan suatu sistem kerjasama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugian. Akhirnya terbentuklah Islamic Development Bank (IDB) pada bulan Oktober 1975 yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri. Bank ini menyediakan bantuan financial untuk pembanguna Negara-negara

anggotanya dalam mendirikan bank Islam di negaranya masing-masing (www.ojk.go.id).

Deregulasi perbankan dimulai sejak tahun 1983. Pada tahun tersebut Bank Indonesia memberikan keleluasaan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga. Pemerintah berharap dengan kebijakan deregulasi perbankan yang lebih efisien dan kuat dalam menopang perekonomian. Pada tahun 1983 pemerintah Indonesia pernah berencana

menerapkan “sistem bagi hasil” dalam perkereditan yang merupakan

konsep perbankan syariah. Namun inisiatif pendirian bank islam Indonesia sudah dimulai pada tahun 1980 melalui diskusi-diskusi bertemakan bank islam sebagai pilar ekonomi Islam. Sebagai uji coba, gagasan perbankan islam di praktekkan dalam skala yang relatif terbatas di antaranya di Bandung (Bait At-Tamwil Salman ITB) dan di Jakarta (Koperasi Ridho Gusti). Baru tahun 1990 Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank islam di Indonesia pada tanggal 18-20 Agustus 1990 Majelis Ulama Indonesia menyelenggarakan lokarya bunga bank dan perbakan di Cisarua Bogor, hasil lokakarya dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang menghasilkan amanat pembentukan kelompok kerja pendirian bank islam di Indonesia dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak, sebagai hasil Tim Perbankan MUI berdirilah bank syariah pertama di Indonesia yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia dengan sistem

bagi hasil pada UU No. 7 Tahun 1992 tanpa rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan (www.ojk.go.id).

Sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) syariah hadir sejak tahun 2007, berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui surat nya 0.10/67/KEP.GBI/DpG/2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangi akta pemisah Unit Usaha Syariah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada tanggal 1 januari 2009. Penandatangan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah (www.brisyariah.co.id).

Kini, perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar ke banyak negara, bahkan ke negara-negara Barat seperti Denmark, Inggris, Australia uang berlomba-lomba menjadi pusat keuangan Islam di Dunia (Islamic Financial hub) untuk membuka bank islam dan Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariat islam. Menurut

Vogel dan Hayes (1998) dalam Muhammad menegaskan bahwa saat ini lembaga keuangan islam dan perbankan yang berada di Indonesia maupun di belahan dunia mengalami pertumbuhan serta perkembangan yang sangat pesat terutama yang berada di negara-negra Barat, Timur Tengah dan Asia. Dikarenakan bisnis keuangan islam sebagai peluang baru yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi (Muhammad, 2013).

Perkembangan dan pertumbuhan industri yang sangat pesat umum nya disertai dengan semakin kompleks nya kegiatan usaha bank yang mengakibatkan peningkatan eksposur resiko bank. Good Corporate Governance pada industi perbankan menjadi lebih penting untuk saat ini dan masa-masa yang akan datang, mengingat resiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan akan semakin meningkat. Dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders. Penerapan Good Corporate Governance selain untuk meningkatkan daya saing bank itu sendiri juga untuk lebih memberikan perlindungan kepada masyarakat dan menyiapkan sumber daya manusia yang bermartabat dengan menerapkan lima prinsip dasar Good Corporate Governance. Pertama, transparasi yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi dalam melaksanakan proses yang material dan relevan serta keterbukaan pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Ketiga, Pertanggungjawaban yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keenpat, independensi yaitu pengelolaan bank sevara profesional tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak manapun. Kelima, kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Burhanuddin, 2008:127).

Selain penting nya menerapkatan Good Corporate Governance

dalam sistem perbakan. Di era globalisasi ini, menuntut lembaga keuangan untuk dapat lebih bersaing, memiliki keunggulan dan daya saing, sehingga mampu bertahan di antara lembaga keuangan lain. Hal tersebut tentu dicapai dengan berbagai macam usaha disertai suatu kreativitas untuk mendapatkan ide segar dalam menciptakan berbagai macam cara atau bentuk karakteristik atau ciri khas yang memberikan nilai unik dan perhatian dari pelanggan kepada perusahaan yang biasa disebut dengan istilah brand. Brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual untuk membedakan nya dari produk pesaing. Merek sebenarnya merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah merek dagang yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri dipasar bila dikelola dengan tepat (Darmadi, dkk 2004:2).

Sebagaimana dikemukakan Kolter (2001:357) untuk memenangkan persaingan yang begitu ketat maka perlu membentuk

identitas produk yang kuat melalui persaingan merek, mengingat pada saat ini persaingan tidak hanya terbatas pada atribut fungsional produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya. Hal itu dapat dilakukan dengan memperhatikan dan menjaga konsistensu merek produk perusahaan tersebut (Kolter, 2001:332). Oleh karena itu, sebuah merek harus memiliki ekuitas yang tinggi. Brand Equity (Ekuitas Merek) merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan (Aaker, 1997). Ekuitas merek mengakibatkan pelanggan memperlihatkan preferensi terhadap suatu produk dibandingkan dengan yang lain apabila keduanya pada dasarnya identik. Salah satu preferensi yang diperhatikan konsumen itu yakni merek produk tersebut. Karena pada dasarnya setiap konsumen menginginkan suatu produk yang dapat memberikan nilai utilitas yang tinggi bagi dirinya, sehingga apabila terdapat dua atau lebih produk yang identik, maka tentu mereklah yang menjadi pembeda dan suatu hal yang wajar apabila konsumen tersebut akan membeli salah satu produk yang bermerek lebih ternama dan terbaik menurut konsumen.

Seperti yang dilakukan Oleh Bank BRI Syariah di usia nya yang baru menginjak 8 tahun, BRI Syariah terus mendorong prestasi kinerja, dimana jumlah nasabah terus meningkat. Pelayanan terbaik menjadi prioritas utama Bank BRI Syariah sebagai bank ritel modern untuk

melayani para nasabah. Hal ini terlihat dari aset penghimpunan dana yang meningkat menjadi 19,65 triliun atau tumbuh 17,58% dari sebelumnya (www.brisyariah.co.id). Bank BRI Syariah berhasil menyusun strategi agar mereknya dapat masuk ke dalam kelompok kesadaran, pertimbangan, dan pilihan prospek. Sebagaimana dikemukakan kolter (2001:357), untuk mengungguli atau memenangkan persaingan yang begitu ketat maka perlu membentuk identitas produk yang kuat melalui persaingan merek, merek harus mampu memberikan citra khusu bagi pemakainya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan dan menjaga konsisten. Strategi yang dilakukan Bank BRI Syariah dengan mengidentifikasi merek lain dalam kelompok pilihan konsumen sehingga BRI Syariah dapat merencanakan daya tarik kompetitif yang tepat. Selain itu, BRI Syariah juga mengidentifikasi sumber informasi konsumen dan mengevaluasi arti penting merek yang mereka miliki.

Yaitu dengan bertanya kepada konsumen akan membantu suatu perusahaan menyiapkan komunikasi efektif untuk pasar sasaran. Perusahaan yang cerdas berusaha untuk memahami proses keputusan pembelian pelanggan secara penuh, semua pengalaman mereka dalam pembelajaran, memilih, menggunakan dan bahkan menyingkirkan produk. Keputusan pembelian lebih sering didasarkan pada pertimbangan merek dari pada hal-hal lain. Banyak variasi produk untuk jenis produk yang sama tetapi dengan merek yang berbeda pula. Dengan adanya merek maka akan mempermudah perusahaan mengenalkan produknya kepada para

konsumen sehingga merek harus selalu hidup agar dapat diterima pasar. Menurut Kolter dan Keller Keputusan pembelian seseorang merupakan hasil dari suatu proses yang terdiri dari lima tahapan pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian itu sendiri. Ia juga menambahkan bahwa keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh faktir psikologis dan karakteristik konsumen itu sendiri. Ekuitas merek memgang peranan kunci terhadap psikologis seorang pelanggan dalam pembentukan persepsi dan pembangunan karajter pelanggan. (Kolter dan Keller, 2008:184).

Penelitian Dicho dan Kadarisma (2016) yang berjudul “Pengaruh

Brand Equity terhadap Keputusan Pembelian (Survei pada konsumen pembeli dan pengguna kartu perdana simpati telkomsel di lingkungan mahasiswa jurusan Administrasi bisnis angkatan 2012-2013 Fakultas

Administrasi Universitas Brawijaya Malang)” menyimpulkan bahwa brand

awareness berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian, brand associations berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, begitu juga dengan perceived quality dan brand loyalty berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Sedangkan Penelitian Nicky dkk (2016) yang berjudul “Pengaruh

Brand Awareness dan Brand Attitude terhadap Keputusan Pembelian Handphone Merek Nokia (Studi kasus pada siswa SMA dan SMK di Kota

signifikan terhadap keputusan pembelian dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 > 0,05.

Penelitian Oon boy dkk (2011) yang berjudul “Pengaruh Brand

Equity Flash Disk Merek Kingston terhadap Keputusan Pembelian pada

Mahasiswa AMIK MBP Medan” menyimpulkan bahwa variabel

kesadaran merek berpengaruh postif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, variabel asosiasi merek berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian dengan tingkat signifikansi 0,328 > 0,005, Variabel persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan loyalitas merek juga berpengaruh positif dan sigifikan terhadap keputusan pembelian.

Sedangkan Penelitian Jatmiko dan Retno (2015) yang berjudul “

Pengaruh Brand Positioning dan Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha” mengindikasikan bahwa Kesadaran

merek tidak memiliki pengaruh terhadap variabel keputusan pembelian, Asosiasi Merek tidak memiliki pengaruh terhadap variabel keputusan pembelian begitu juga loyalitas merek tidak memiliki pengaruh terhadap variabel keputusan pembelian. Sedangkan Kesan Kualitas memiliki pengaruh terhadap variabel keputusan pembelian.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yudi Ariyanto (2016)

yang berjudul “Pengaruh Ekuitas Merek dan Gaya Hidup terhadap

Keputusan Pembelian Mobil Nissan Juke” menyimpulkan bahwa variabel

terhadap keputusan pembelian mobil nissan juke pada PT.United Indo Surabaya

Dalam Penelitian Ayu dan Assegaff (2010) yang berjudul “Analisis

Brand Awareness, Brand Associations, Perceived Quality dan Pengaruh

nya terhadap Keputusan Pembelian” menyimpulkan bahwa variabel brand

awarenss berpengaruh positif dan signifikan, variabel brand associations

juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, dan variabel perceived quality berpengaruh positif dan signifikan.

Sedangakan penelitian Irwan dan Hastuti (2014) yang berjudul

“Pengaruh Elemen Ekuitas Merek (Brand Equity) terhadap Keputusan

Pembelian Produk Pakaian (X) S.M.L di Surabaya” menyimpulkan bahwa

keasadaran merekberpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, variabel persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, loyalitas merek berpengaruh positif, sedangkan variabel asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk pakaian (x) di surabaya.

Dalam penelitian Eded (2009) dengan judul “Pengaruh Perceived

Quality dari Brand Equity terhadap Keputusan Pembelian Deterjen Bukrim (Studi Kasus Konsumen di Giant Supermarket, Griya Setyabudhi,

dan Isola Swalayan di Bandung)” menyimpulkan bahwa perceived quality

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Yang terdiri dari kinerja, daya tahan, kesesuaian dengan spesifikasi, keandalan, karakteristik produk, pelayanan.

Tabel 1.1

Ringkasan Research Gap

NO Nama

Peneliti/Tahun

Variabel yang digunakan Hasil Penelitian Isu : Kesadaran Merek dan Keputusan Pembelian

1. Dicho dan

Kadarisman/ 2016

Kesadaran Merek dan Keputusan Pembelian Kesadaran Merek berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian 2. Nicky dkk/ 2016 Kesadaran Merek dan

Keputusan Pembelian Kesadaran Merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Isu : Asosiasi Merek dan Keputusan Pembelian

1. Oon Boy dkk/ 2011

Asosiasi Merek dan Keputusan Pembelian

Asosiasi Merek Berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan

pembelian 2. Ayu dan Assegaff/

2010

Asosiasi Merek dan Keputusan Pembelian Asosiasi Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

Isu : Loyalitas Merek dan Keputusan Pembelian 1. Jatmiko dan Retno/

2015

Loyalitas Merek dan Keputusan Pembelian Loyalitas Merek tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan Pembelian 2. Yudi Ariyanto/ 2016

Loyalitas Merek dan Keputusan Pembelian Loyalitas Merek memiliki hubungan positif terhadap keputusan pembelian Isu : Persepsi Kualitas dan Keputusan Pembelian

1. Irwan dkk/ 2014 Persepsi Kualitas dan Keputusan Pembelian

Persepsi Kualitas tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian Eded dan Penty/

2009

Persepsi Kualitas dan Keputusan Pembelian Persepsi Kualitas Berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah objek dan lokasi yang di teliti, sehingga menjadikan hal yang menarik untuk di teliti. Dari hal tersebut penulis menduga bila kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi merek dan loyalitas merek masing-masing berpengaruh terhadap keputusan menabung.

Berdasarkan bukti kemajuan Bank Bri Syariah di atas mendorong peneliti melakukan penelitian di Bank Bri Syariah Kantor Cabang Semarang, dan berdasarkan kesenjangan dari penelitian-penelitian terdahulu peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul : Analisis Pengaruh Brand Awareness, Brand

Association, Brand Loyaltydan Perceived Qualityterhadap Keputusan

Menabung di Bank Bri Syariah Semarang (Studi Kasus Mahasiswa Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan pokok permasalahan yang terjadi dan menjadi fokus penelitian yaitu :

1. Apakah pengaruh Brand Awareness (kesadaran merk) terhadap keputusan menabung mahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatiga di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Semarang ? 2. Apakah pengaruh Brand Association (asosiasi merk) terhadap keputusan menabung mahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatiga di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Semarang ? 3. Apakah pengaruh Brand Loyalty (loyalitas merk) terhadap keputusan menabung mahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatiga di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Semarang ?

4. Apakah pengaruh Perceived Quality (persepsi kualitas) terhadap keputusan menabung Mahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatigadi Bank BRI Syariah Kantor Cabang Semarang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh brand awareness (kesadaran merek) terhadap keputusan menabungMahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah Kantor Cabang Semarang

2. Untuk mengetahui pengaruh brand association (asosiasi merek) terhadap keputusan menabungMahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah Kantor Cabang Semarang

3. Untuk mengetahui pengaruh brand loyalty (loyalitas merek) terhadap keputusan menabungMahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah Kantor Cabang Semarang 4. Untuk mengetahui pengaruh perceived quality (persepsi kualitas)

terhadap keputusan menabungMahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah Kantor Cabang Semarang

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara ilmiah maupun secara praktis, adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis

a. Menambah pengetahuan tentang pengaruh Brand Awareness, Brand Association, Brand Loyalty, dan Perceived Quality

terhadap Keputusan Menabung di Bank Bri Syariah Kantor Cabang Semarang.

b. Memberikan pengalaman serta dapat memperluas wawasan peneliti

c. Peneliti dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam pembuatan karya ilmiah yang berupa skripsi

2. Untuk pembaca dan penulis lain

a. Menambah informasi bermanfaat mengenai pengaruh Brand Awareness, Brand Association, Brand Loyalty,danPerceived

Quality terhadap Keputusan Menabung Mahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah Kantor Cabang Semarang Dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dengan menambah permasalahan lain

3. Bagi Bank Bri Syariah Cabang Semarang

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan masukan bagi Bank Bri Sayariah Kantor Cabang Semarang dalam melakukan berbagai kebijakan. Khususnya masalahBrand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, dan Brand Loyalty, hal tersebut cukup berguna dalam proses pengambilan keputusan suatu pimpinan

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

Dokumen terkait