• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN 1 Pengertian Syaraf

Dalam dokumen Fisiologi Hewan Air (Halaman 28-36)

SYARAF IKAN

1. PENDAHULUAN 1 Pengertian Syaraf

Menurut Rachman ( 2003 ), sistem syaraf merupakan sistem yang paling ketermuka karena specialisasinya lebih tinngi diantara sistem organ yang lain dalam tubuh. Sistem syaraf lebih banyak mengkoordinasi segala aktivitas yang cepat ataupun yang sulit dilakukan ikan dalam lingkungannya. Dengan kata lain, sistem ini ( dengan bantuan kelenjar – kelenjar buntu ) menentukan dalam dan luar melalui rangsangan dari satu tempat ke tempat lain oleh sel – sel sensoris atau sel – sel syaraf yang lain.

Menurut Villee dkk, ( 1984 ),suatu sifat dasar dari semua sel adalah tanggap terhadap rangsangan ( stimulus ). Sel – sel dikatakan peka, dan sebagai tanggapan terhadap suatu rangsangan maka gelombang eksitasi disalurkan melalui permukaannya. Sel saraf atau neuron, merupakan suatu adaptasi evolusioner untuk transmisi yang cepat dari gelombang eksitasi. Neuron terdapat pada semua hewan multisel, kecuali spons dan secara kolektif merupakan sistem syaraf.

Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi antara sel maupun organ dan dapat berfungsi sebagai pengendali berbagai sistem organ lain serta dapat pula memproduksi hormon ( Singgih, 2003 ). Sistem saraf meliputi semua tingkah laku organisme dari regulasi tak sadar pada aktivitas intraseluler untuk mengkoordinasi gerakan seluruh organisme sampai fenomena tidak tampak yang dipelajari dan ingatan (Gordon et al, 1997 ).

Ciri – ciri morfologi ikan Nila (Oreochromis niloticus) menurut Sugiarto (1988) dalam Rustidja (1996), adalah bentuk badan ikan nila ialah pipih ke samping dan memanjang. Mempunyai garis vertikal 9 – 11 buah, garis – garis pada sirip ekor berwarna merah sejumlah 6 – 12 buah. Pada sirip punggung terdapat juga garis miring. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan relatif lebih tebal dan keker dibandingkan ikan mujair. Garis lateralis (gurat sisi di tengah tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak lebih bawah. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah. Tipe sisik adalah steroid. Bentuk sirip ekor berpinggiran tegak. Rumus jari – jari sirip adalah D.XVII.13 ; P.15 ; V.1.5 ; A.III.10 dan C.18.

Dipandang dari sudut ilmu hayati, ikan (pisces) termasuk ke dalam hewan bertulang belakang dengan ciri – ciri umumnya yaitu “berdarah dingin “ 9 (poikilothermal), mempunyai sirip, bernapas dengan insang dan bergantung kepada air sebagai medium hidupnya. Secara faal sebenarnya ikan tidak berdarah dingin tetapi hanya suhu tubuh ikan tersebut yang berubah – ubah bergantung kepada keadaan suhu sekelilingnya. Jadi ia tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya secara tetap terhadap suhu sekitarnya seperti mammalia (hewan menyusui) (Effendie, 1972).

1.3 Morfologi dan Gambar Udang

Tubuh LAT sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu bagian gabungan kepala dengan dada / toraks (disebut sebagai cephalothorax) dan abdomen. Cephalothorax secara keseluruhan dilingkupi oleh cangkang yang disebut sebagai karapas. Sedangkan bagian abdomennya terdiri dari 6 ruas dan sebuah ekor berbentuk kipas (Purwakusuma, 2007).

Tubuh udang terbagi dalam dua bagian, yaitu bagian depan yang disebut kepala – dada (cephalothorax), dan bagian belakang yang disebut ekor (abdomen). Kepala dada tertutup oleh kelopak kepala atau cangkang kepala (carapace). Kelopak kepala ke arah depan membentuk tonjolan runcing yang bergerigi yang disebut cucuk kepala (rostrum). Seluruh tubuhnya terdiri dari ruas – ruas (segment), yang terbungkus oleh kerangka luar

(eksoskleton). Kerangka luar ini terbuat dari bahan semacam tanduk (chitin), yang diperkeras oleh bahan kapur (kalsium karbonat) (Mudjiman, 1983).

1.4 Gambar otak dan anatomi ikan

Menurut Rachman (2003), otak ikan pada waktu embrio terdiri dari 3 bagian yaitu

procencephalon di bagian muka, mesencephalon di bagian tengah, dan rhombencephalon di bagian belakang. Pada perkembangan selanjutnya, procencephalon terbagi menjadi 2 bagian yaitu telencephalon dan diencephalon, mesencephalon tetap tidak mengalami perubahan, sedangkan rhombencephalon terdiri dari 2 bagian yaitu meiecephalon dan myelencephalon. Telencephalon adalah pembau. Diencephalon merupakan komponen otak yang cukup penting terletak di bagian belakang telencephalon, mesencephalon dikatakan juga otak tengah, pada ikan merupakan bagian otak yang besar daripada bagian otak yang lain.

Otak ikan pada waktu embrio terdiri dari 3 bagian yaitu procencephalon di bagian muka, mesencephalon di bagian tengah dan rhombencephalon di belakang. Pada perkembangan selanjutnya procencephalon terbagi menjadi 2 bagian yaitu telencephalon dan diencephalon, mesencephalon tetap,tidak berubah, sedangkan rhombencephalon terbagi menjadi 2 bagian pula yaitu metencephalon dan meyelencephalon (Effendie,1972).

1.5 Gambar otak dan anatomi udang

Menurut Arfiati (2004), otak antrophoda terdiri dari 3 bagian besar yaitu anterior

mata melalui protocerebrun mengandung 3 pusat optic (neurofiles) berintegrasi dengan fotoreseptor dan gerakan serta berpengaruh pada tingkah laku (behaviour). Deutocerebrum mengirim imfuls saraf ke antena pertama pada crustacean sedang pada cellecerata

(kalajengking, laba-laba, dan kutu) tidak mengandung deutocerebrum. Bagian ketiga dari otak adalah tricocerebum yang menningkatkan fungsi saraf bibir bawah, saraf pencernaan, serta berpengaruh juga pada antena kedua dari crustacean.

Menurut GuruNgeblog (2008), sistem saraf antropoda berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada sepanjang sisi ventral tubuhnya. Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada perbesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia. Ganglia berfungsi sebagai pusat repleks dan pengendalian berbagai bagian. Ganglia bagian anterior lebih besar berfungsi sebagai otak.

1.6 Fungsi masing-masing sirip ikan

Menurut Yuwono dan Purnama (2001), pada saat berenang sirip mempunyai peranan yang penting, sirip memberikan kendali terhadap pergerakan dengan mengarahkan dorongan, hantaran ke samping dan bahkan berperan sebagai rem. Ikan harus mengendalikan gerakan baling-baling ke depan, gerakan menggeleng dan gerakan menggulung. Hal ini dilakukan dengan bantuan sirip sebagai berikut :

· Sirip ekor memberikan dorongan dan mengontrol arah ikan

· Sirip pectoral mengontrol gerakan baling-baling ke depan dan menggeleng, juga berperan sebagai rem yang menyebabkan penarikan

· Sirip pelvik mengontrol gerakan baling-baling ke depan · Sirip dorsal dan anal mengontrol gerakan menggulung

Menurut Aquaculture (2009), sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip tersebut berada pada tubuh ikan yaitu

1. Pinna dorsalis (dorsal fin) adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan Katina berenang bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak memutar.

2. Pinna pectoralis (pectoral vin), adalah sirip yang terletak di porterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengeram).

3. Pinna ventralis (ventral fin) adalah sirip yang berada pada bagian perut ikan dan berfungsi dalam mampu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu juga berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.

4. Pinna analis (anal fin) adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di bagian posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.

5. Pinna caudalis (caudal pin) adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh ikan dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang dan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.

6. Adifora adalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan, letak sirip ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit didepan pinna caudalis.

1.7 Fungsi Otak Pada Udang dan Gambar

Menurut Emulngeblog (2008), system syaraf anthopoda berupa system saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang yang berada disepanjang sisi ventral tubuhnya. Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada perbesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia. Ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.

Menurut Anfiali (2001) dalam Dasri (2004), otak anthropoda terdiri dari 3 bagian besar yaitu anterior protocerebrum, bagian tengah dento cerebrum dan bagian posterior tritocerebrum. Syaraf pada mata melalui protocerebrum mengandung tiga pusat optic (neuropiles)

berintegrasi dengan fotoreceptor dan gerakan serta berpengaruh pada tingkah laku (behavior). Deutrocerebrum mengirim syaraf ke antenna pertama pada crustacean sedang pada

chellcerata (kalajengking laba-laba dan kutu) tidak mengandung deutocerebrum, bagian ketiga dari otak adalah tritocerebrum yang meningkatkan fungsi syaraf bibir bawah, syaraf pencernaan (stomato gastric nerve) serta berpengaruh juga pada antenna kedua dari crustacea. 1.8 Fungsi Linea Lateralis, Mata dan Otak pada ikan

Menurut sakti (2008), linea lateralis adalah garis yang dibentuk oleh pori-pori sehingga linea lateralis ini terdapat baik pada ikan yang bersisik maupun tidak bersisik. Linea lateralis ini berfungsi untuk mendeteksi keadaan lingkungan, terutama kualitas air dan juga peranan dalam proses osmoregulasi.

Menurut Effendie (1972), umumnya mempunyai penglihatan memuka yang jelas dari pada penglihatan kesamping. Penglihatan yang kemuka digunakan untuk melihat hal-hal yang detail seperti untuk menerkam mangsa, menghindarkan diri dari musuhnya. Sedangkan penglihatan yang kesamping hanya digunakan untuk melihat pergerakannya saja, karena penglihatannya yang kesamping itu tidak menghasilkan bayangan yang jelas melainkan hanya yang remang-remang saja. Struktur mata ikan hamper sama saja dengan mata yang terdapat pada vertebrata lain, tetapi mata ikan itu bervariasi dari ikan itu buta yaitu tidak mempunyai mata. Sampai ikan itu dapat melihat di udara.

Menurut Rachman (2003), telencephalor adalah otak bagian depan sebagai pusat untuk hal-hal yang berhubungan dengan pembau. Syaraf utama yang keluar dari daerah ini adalah syaraf nomer satu yaitu offactonis yang berhubungan fovea naralis sebagai penerima rangsang. Ikan-ikan yang mengutamakan menggunakan udang untuk mencari makanannya, otak bagian depannya menjadi lebih berkembang. Dinding dorsal telen cephalon tetap tipis, disebut pallium, bagian atas dari telengcephalon. terdapat organ yang berhubungan dengan fungsi pigmentasi pada ikan. Pada beberapa ikan yang sengaja dirusak telencephalonnya memperlihatkan beberapa gejala yang tidak beres. Pergerakan, keseimbangan dan

penglihatannya tidak terganggu, tetapi aktivitas lainnya termasuk tingkah lakunya sedikit terganggu.

Informasi mekanosensori yang dapat di jangkau oleh otak melalui saraf linea lateral rostral dan caudal pada masing-masing bagian. Input dari saraf ini terutama digunakan untuk lokalisasi navigasi. Pendidikan tingkah laku dan menghindari predator (Moorman, 2001). 1.9 Fungsi Organ Pada Udang

Susunan syaraf crustacean adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antenna (alat peraba), statolyst (alat keseimbangan) dan mata majemuk (face) yang bertangkai (Pustekkom, 2005).

Pelucutan antenula dapat terjadi secara terus menerus, tetapi gerakannya tidak utmis dan tidak sinkron antara pelucutan antenna kiri dan yang kanan. Pelucutan antenna ini membantu sirkulasi air disekitar rambut-rambut aestetac sehingga memudahkan proses penerimaan rangsang dari kemoatraktan. Fungsi pemutaran antenula adalah untuk menegangkan rambu-rambu astelac ke dalam arus air, sehingga memudahkan deteksi perubahan air disekeliling rambut-rambut tersebut selama pergerakan. Pembersihan antenula berfungsi untuk

menghilangkan atau memindahkan bahan-bahan terperangkap atau terselip di antara rambut-rambut aestetal pada antenula. Fungsi gerakan penarikan antenula adalah untuk mekanisme perlindungan melawan rangsang-rangsang kimiawi yang berbahaya (Yuwono dan Purnama, 2001)57.

Informasi mekanosensori yang dapat dijangkau oleh otak melalui saraf linea lateral rostral dan caudal pada masing-masing bagian. Input dari saraf ini terutama digunakan untuk lokalisasi navigasi, pendidikan tingkah laku dan menghindari predator (Moorman, 2001). Menurut Mudjiman (1983), bagian kepala – dada sebenarnya tersidiri dari bagian kepala dan

bagian dada yang menyatu. Bagian kepala terdiri dari Gruas. Pada ruas pertama terdapat sepasang mata majemuk yang bertangkai dan bisa digerakkan. Pada ruas kedua terdapat mungut ke-1 (antennal) yang ujungnya bercabang menjadi endopodit dan eksopodit yang berupa sungut pendek dan berfungsi, sebagai alat peraba dan keseimbangan. Ruas ketiga terdapat sungut ke-2 (antena II) yang berupa cambuk panjang. Pada ruas keempat, kelima dan keenam berturut-turut terdapat rahang (mandibula), maxilla I dan maxilla II. Ketiga macam anggota badan tersebut berfungsi sebagai alat untuk makan. Bagian dada terdiri dari 8 ruas. Pada ruas ketujuh, delapan dan Sembilan, berturut-turut terdapat maxilliped I, maxilliped II dan maxilliped III, fungsinya sebagai alat peraba, perasa dan pemegang makanan. Pada 5 ruas berikutnya terdapat 5 sepasang kaki jalan dengan ujungnya mengalami perubahan bentuk sehingga berupa capit. Capit ini berfungsi untuk mengambil makanan, terutama makanan yang berupa potongan-potongan besar. Kaki bercapit yang nomor dua menyolok sangat panjang dan besar. Bagian ekot atau perut (abdomen) terdiri dari 6 ruas. Pada ruas pertama sampai ruas kelima diperut terdapat kaki renang (pleopoda). Pada ruas keenam, pleopoda mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Diantara uropoda terdapat tonjolan runcing ke belakang yang disebut ujung ekor (telson). Pada udang betina, pleopoda berguna untuk melekatkan telur selama dieram. Untuk mempermudah pelekatan telur itu, pleopodanya berbulu-bulu.

1.10 Sistem Syaraf Dan Fungsi Pada Ikan

Menurut Yuwono dan Purnama (2001), jika rangsang mengenai system syaraf akan diubah menjadi gelombang elektrokimia yang ditransmisikan sepanjang system syaraf. Dalam berbagai hewan air, misalnya pada cumi-cumi system syaraf tersusun dari sel-sel syaraf yang disebut neuron. Fungsi syaraf telah banyak diteliti dengan menggunakan neuron dari hewan ini, karena ukuran yang cukup besar. Berdasarkan fungsinya neuron dapat dikelompoka menjadi :

1. Neuron afferent atau neuron sensory yang berasal dari urea reseptor

2. Neuron efferent atau neuron motor yaitu yang menuju baik berupa jaringan otot mauppun kelenjar

3. Neuron internucial atau inter neuron yaitu yang menghubungkan antara neuron afferent dan neuron efferent

Menurut Guyer and Charles (1964), pada vertebrata, system syaraf pusat merupakan sebuah struktur tubuh yang terdiri dari otak dan spinal cord disususn oleh elemen epitel khusus yang disebut sel ependymal dan meliputi cairan cerebrospinal dan meliputi cairan cerebrospinal. Menurut Iqbal (2007), system syaraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk yan berfariasi. Sistem ini meliputi system syaraf pusat dan system syaraf tepi. Dalam kegiatannya, syaraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi engenal rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dalam tubuh. Efekor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. System syaraf terdiri dari jutaan sel syaraf (neuron). Fungsi sel syaraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan atau tanggapan.

1.11 Sistem Syaraf dan Fungsi Pada Udang

Susunan syaraf crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indra yaitu antenna (alat peraba). Statocyst (alat keseimbangan) dan mata majemuk (facet) yang bertangkai (Pustekkom, 2005).

Menurut GuruNgeblog (2008), system syaraf arthopoda berupa system syaraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada disepanjang sisi ventral tubuhnya. Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran syaraf tangga tali yang disebut ganglia. Ganglia berfungsi

sebagai pusat reflex dan pengendalian berbagai kegiatan. Ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.

1.12 Mekanisme Proses Masuknya Rangsangan 1.12.1 Pendengaran

Menurut Villee, dkk (1988), fonoreseptor atau pendengaran adalah hal yang mengenal deteksi gelombang tekanan yang timbul, Karena gangguan mekanis yang terjadi pada jarak tertentu. Ikan mempunyai divertikulum yang homolog, tetapi kecil yang disebutlagena. Gelombang suara yang sampai pada kan yang terdapat dalam air, dan jaringan dari ikan sebagian besar adalah air. Dengan demikian gelombang suara dengan mudah masuk dalam telinga dalam. Masalah ikan aalah menghindari supaya jangan “transparan” terhadap suara. Banyak ikan menangkap dan menghambat lewatnya gelombang suara dengan otolit yang besar dalam sakulus, yang lain menggunakan gelembung renang sebagai reseptor awal atau hidofon.

Menurut Lagler et,al (1977), organ equibibrium dan pendengaran dibagi dalam bagian superior dan bagian inferior. Bagian superior terdiri dari saluran setengah lingkaran dan ampullanya dan kantong seperti veside,utriculus. Bagian inferior, struktuk penerima suara terdiri lenih dari dua vesikel, suecullus dan lagela. Ampulla merupakan bagian jaringan reseptor, krital staticae dengan sel sensori yang mirip pada linea lateralis dan tunas perasa.

1.12.2 Peraba

Menurut Rahman (2003), nervus trigeminus ( N. V) mempunyai fungs yang yang berhubungan dengan sensitifitas terhadap panas tekanan kulit, sensoris somatic dan pergerakan. Terdiri dari dua unsure pokok :

1. Nervus opthal micus profundus / nasiciliaris 2. Nervus maxiilo Imandibularis

Persatuan 2 nervus ini membentuk nervus lymphoalis untuk selaput lender lidah dan dasar mulut.

Reseptor peraba yang paling sederhana adalah rambaut peraba yang yang avetebrata. Rambut peraba seekor insekta merupakan suatu reseptor fisik (yaitu hanya member respon jika

rambut pindah posisi, maka terjadi potensial aksi, tetapi semua aktifitas tertentu jika gerakan terhenti meskipun rambut tetep berada diposisi baru (Villee dkk, 1984).

1.12.3 Penglihatan

Menurut Effendie (1972), cahaya yang masuk ke dalam mata setelah melalui cornea, lensa dan cairan bola mata. Bayangan benda yang terjadi di retina akan dipetakan didalam testum opticus yang terdapat di dalam lobus opticus. Cahaya yang masuk kedalam mata setelah melalui cairan akan menyentuh syaraf optic, sel-sel ganglion. Sel-sel bipolar, cone dan rode serta lapisan sel retina yang berpigmen. Cone dan rode mempunyai pigmen yang dapat menyerap cahaya. Pigmen yang terdapat didalam rod ikan laut dinamakan rhodopsin,

sedangkan pada ikan air tawar pigmen tersebut namanya perphyropsin. Rod yang mempunyai pigmen yang sangat sensitive terhadap cahaya yang remang – remang, sedangkan cone digunakan apabila dalam keadaan cukup cahaya.

Menurut Isnaeni (2006), mekanisme penerimaan rangsangan oleh reseptor cahaya secara garis besar dilukiskan sebagai berikut :

Stimulus struktur tambahan sel sensoris transmisi Cahaya Mata Retina saraf optic korteks visual

Tampak bahwa reseptor cahaya yang sesungguhnya terdapat pada retina. Reseptor berupa sel batang dan kerucut pada retna tersebut berhubungan dengan saraf optic yang ujungnya

bersinaps dengan pusat penglihatan yang berada di korteks otak.agar dapat berfungsi optimal, sel reseptor di retina memerlukan strujtur pendukung berupa mata.

1.12.4 Penciuman

Menurut Rachman (2003), nervus olfactorius (NI) mempunyai fungsi berhubungan dengan bau-bauan. Terdiri dari axon-axon sel indra pembau yang berkumpul menjadi berkas dengan naa fil olfactorius, berkas ini menghubungkan sel-sel pembau dengan bulbus olfactory. Berkas-berkas ini tidak bermyelin.

Menurut Effendi (1972), telencephalon adalah otak bagian depan dengan sebagai pusat yang berhubungan dengan dengan pembau. Syaraf utama yang keluar dari daerah ini adalah syaraf nol berhubungan dengan hidung penerima rangsangan. Ikan-ikan yang mengutamakan menggunakan hidung untuk mencari makanannya. Otak bagian depan menjadi lebih berkembang.

1.12.5 Pengecap

Menurut Villee, dkk (1988), pada vetebrata tingkat rendah, indra pengecap terdapat pada sejumlah bagian mulut dan faring dan bahkan di beberapa jaringan kulit kepala. Setiap sel pengecap, yang merupakan sel epitel dan suatu reseptor, pada permukaannya mempunyai mikrovilus yang segaian menjulur ke kedalam suatu pori kecil yang berhubungan dengan cairan yang membasahi permukaan lidah. Hubungan – hubungan ddengan sel syaraf adalah kmplek, karena setiap sel pengecap dilayani oleh lebih dari satu neuron. Beberapa neuron dapat berhubungan dengan suatu sel dan yang lain dengan sejumlah sel. Beberpa sel pengecap peka terhadap dua atau lebih kelompok rasa. Dengan demikian pengenalan dan pengolahan informasi dalam tunas pengecap dilindah sangat rumit. Pemberian rasa pada pengecap mungkin tergantug pada suatu sendi yang terdiri atas pola serabut silang, yaitu setiap reseptor member respon pada lebih dari satu zat kimia, tetapi tidak ada dua reseptor yang benar-benar sama, sehingga jumlah pola pesan yang dikirim ke otak untuk tiap cairan beda.

Kemoreseptor yang bersifat umum yang terdapat pada semua hewan adalah reseptor pengecap, terutama untuk mengecap rasa pahit menunjukan fungsi protektif karena pada pahit dianggap sebagai pengingat akan adanya ancaman senyawa foksis potensial (Isnaeni, 2006).

4.2 Analisa Hasil

4.2.1 Keseimbangan Tubuh Ikan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, menunjukkan hasil bahwa pada kelompok 3 dalam perlakuan sebagai control. Setelah disentuh linea lateralis Ikan Nila (Oreochromis niloticus) terkejut, menghindari sentuhan, sirip dorsal naik. Setelah disentuh dorsal, dorsal iakan nila turun. Saat disentuh kepalanya, ikan nila terkejut, membelok menghindari sentuhan. Saat disentuh ekornya, ikan nila menghindari sentuhan, sirip dorsal mengkerut. Kemudian saat diberi perlakuan dengan ditusuk matanya menujukkan responnya lambat, sirip-siripnya bergerak cepat. Lalu saat semua sirip dipotong, gerakan ikan nila tidak seimbang atau oleng, ikan melemah,gerakannya naik turun atau lebih lambat.

Berdasarkan pengamatan semua kelompok, saat disentuh linea lateralisnya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) terkejut dan menghindari sentuhan. Saat disentuh sirip dorsalnya, ikan nila menghinda. Kemudian saat disentuh kepalanya, ikan nila menjauhi rangsangan. Lalu saat disentuh sirip caudalnya, ikan nila menghindari sentuhan. Kemudian saat diberi

perlakuan dengan dipotong semua siripnya, hasil pengamatan semua kelompok menunjukkan bahwa gerakan ikan nila menjadi tidak seimbang atau oleng, ikan melemah dan tidak

merespon lagi saat dibei rangsangan.

Menurut Yuwono dan Purnama (2001), pada saat berenang sirip mempunyai peranan yang penting. Sirip memberikan kendali terhadap pergerakan dengan mengarahkan dorongan, hantaran ke samping dan bahkan berperan sebagai rem. Ikan harus mengendalikan gerakan baling-baling ke depan, gerakan mengoleng dan gerakan menggulung. Jadi saat semua

siripnya dipotong, Ikan Nila (Oreochromis niloticus) menjadi tidak seimbang atau oleng, ikan melemah dan tidak merespon lagi saat diberi rangsangan karena sirip yang memberikan kendali terhadap pergerakan ikan sudah tidak berfungsi lagi.

Menurut Yuwono dan Purnomo (2001):

· Sirip ekor memberikan dorongan dan mengontrol arah ikan

· Sirip pectoral mengontrol gerakan baling-baling ke depan dan mengoleng, jaga berperan sebagai rem yang menyebabkan penarikan

Dalam dokumen Fisiologi Hewan Air (Halaman 28-36)

Dokumen terkait