• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Latar Belakang

Laporan merupakan sebuah tulisan eksposisi dengan bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan. Laporan berisi fakta yang disampaikan oleh pelapor berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada pelapor secara langsung dengan objek tertentu.Di dalam menulis laporan perlu adanya keterampilan khusus, yaitu ketelitian dan kecermatan. Menulis laporan secara teliti dan cermat biasanya hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar telah terlatih dan telah terbiasa. Oleh karena itu, di dalam menulis laporan perlu berlatih dengan rajin agar lebih terampil. Siswa akan dapat menulis laporan dengan benar jika ia dapat menguasai masalah yang dibebankan kepadanya.

Kompetensi dasar dikembangkan menjadi sebuahindikator yang harus dicapai oleh siswa dalam menulis laporan. Indikator tersebut di antaranya adalah mampu merangkai pokok-pokok laporan berdasarkan urutan waktu, ruang atau tempat, serta topik dan mampu mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Untuk mencapai indikator tersebut, selain siswa harus dapat berlatih dengan keras, guru juga berperan besar dalam membimbing penulisan laporan. Guru harus memiliki model khusus dalam pembelajaran menulis laporan agar siswa dapat dengan mudah menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan. Ketepatan

model yang digunakan oleh guru mempermudah siswa dalam pencapaian indikator.

Berdasarkan hasil observasi, keterampilan menulis laporan pengamatan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang kurang memuaskan, yaitu hanya mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 59,18. Nilai rata-rata tersebut berada dalam kategori kurang dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70,00. Presentase ketercapaian KKM sebelum dilakukan tindakan sebesar 22,5% dalam satu kelas. Artinya, persentase siswa yang telah mampu memenuhi KKM sebesar 70,00 sebanyak 9 siswa, dengan 1 siswa berada dalam kategori sangat baik dan 8 siswa berada dalam kategori baik. Rendahnya persentase ketercapaian KKM pada kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menulis laporan.

Selain kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menulis laporan, rendahnya nilai tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang diberikan kurang mengaktifkan siswa. Selama ini, siswa tidak diberi kesempatan untuk menggali potensi yang ada pada dirinya. Saat pembelajaran menulis laporan, siswa tidak pernah mempraktikkan menulis laporan karena yang diberikan hanya berupa teori dan penjelasan. Siswa tidak memiliki pengalaman dalam menulis laporan. Oleh karena itu, siswa merasa bosan dengan pelajaran dan cenderung tidak memperhatikan pelajaran dan lebih asyik bergelut dengan dunaianya, seperti mengobrol, tidur, menulis hal-hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran, bercanda, dan keluar kelas dengan alasan pergi ke kamar kecil, dan lain-lain.

Ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa tidak diberikan kesempatan untuk aktif dengan alasan keadaan atau situasi tidak akan kondusif ketika siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuannya. Pada kenyataannya, kebebasan yang diberikan dapat menambah ide dan wawasan siswa.Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis laporan antara lain siswa belum dapat menulis laporan secara sistematis sesuai dengan urutan waktu, ruang atau tempat, dan topik, serta siswa belum dapat mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Agar siswa mampu mencapai standar ketuntasan, strategi khusus dalam mengajar sangat diperlukan. Strategi yang dimaksud adalah model yang dipakai dalam pembelajaran.

Salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis laporan adalah menggunakan model jurisprudensial dan wisata lapangan. Dengan model dan wisata lapangan, siswa diberikan kebebasan menuangkan ide atau gagasannya terhadap suatu peristiwa untuk dituangkan ke dalam sebuah tulisan yang bersumber dari apa yang mereka alami. Wisata lapangan merupakan salah satu cara yang dapat membantu siswa menerapkan pengalaman dan pembelajaran di kelas kepada dunia yang lebih besar dan lebih luas sehingga siswa mampu mengenal dunia luar.

Dari berbagai hal di atas, alternatif yang digunakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis laporan adalah penerapan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Model jurisprudensial memiliki perbedaan dengan model-model lain, yakni di dalam model jurisprudensial

terdapat tahapan di mana siswa harus berorientasi atau terlebih dahulu mengetahui masalah yang akan mereka hadapi ketika melakukan pengamatan objek secara langsung. Selain itu, model jurispruidensial dapat membuat siswa berpikir kritis tentang masalah yang sedang mereka hadapi pada objek yang diamati dan mengaitkan masalah tersebut dengan kondisi saat itu. Dengan menggunakan model ini, siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan pengalamannya dalam pembelajaran di kelas.

Siswa merupakan subjek utama dalam pembelajaran. Siswa dilatih untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya ke dalam bentuk tulisan. Pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan melibatkan siswa secara langsung dari awal hingga akhir pembelajaran, yakni sejak perencanaan (penentuan topik), proses observasi atau pengamatan, diskusi, pemaparan atau presentasi, dan evaluasi. Dengan demikian, siswa mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi atau kekurangan-kekurangan yang ada, serta membantu siswa terampil dalam menulis laporan.

Penggunaan model ini dapat membantu siswa untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik. Di dalam penggunaan model jurisprudensial, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah siswa 5-6 siswa tiap kelompoknya. Dalam satu kelompok, masing-masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Setelah setiap siswa mendapatkan kelompok, siswa diajak mengamati objek pengamatan secara langsung kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas.

Penelitian tindakan kelas dengan pemberian model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebagai alternatif pembelajaran dapat menarik, memotivasi, dan mengenalkan serta menunjukkan bagaimana menulis laporan sesuai dengan kriteria dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dengan model tersebut, diduga keterampilan menulis laporan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang dapat meningkat. Selain itu, penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat mengubah siswa agar lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis, khususnya menulis laporan.

1.2 Identifikasi Masalah

Salah satu kompetensi dasar yang terdapat pada kelas VIII SMP adalah menulis laporan. Menulis laporan memiliki peran penting dalam pencapaian mutu pendidikan sehingga siswa diharapkan mampu mencapai mutu pendidikan yang lebih baik. Dengan demikian, siswa diharapkan menguasai hal-hal yang berkaitan dengan menulis laporan.

Berdasarkan hasil observasi keterampilan siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang dalam menulis laporan masih kurang memuaskan meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengajarkan keterampilan menulis laporan. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang masih jauh dari harapan. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis laporan antara lain siswa belum dapat menulis laporan secara sistematis dan siswa belum dapat mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di antara penyebab rendahnya kemampuan siswa

dalam menulis laporan adalah proses pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai objek sehingga siswa merasa tidak suka atau bosan dalam pembelajaran. Pembelajaran pada kompetensi dasar menulis laporan, siswa hanya mendapatkan teori menulis laporan, tetapi tidak diberi kesempatan untuk menulis laporan secara benar.

Selain selain hal di atas, terdapat pula penyebab lain penghambat pembelajaran, yaitu (1) siswa belum dapat membuat pendahuluan untuk laporannya; (2) siswa belum dapat menggambarkan objek pengamatan secara jelas; (3) siswa belum dapat membedakan jenis-jenis karangan; (4) siswa merasa bosan dan jenuh dengan pelajaran Bahasa Indonesia, terutama menulis (5) siswa belum mengerti bagaimana caranya menuangkan ide atau gagasan untuk mendeskripsikan rangkaian pengamatan pada objek; dan (6) siswa kurang memperhatikan pelajaran.

Dipilihya model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam pembelajaran menulis laporan karena dengan model ini terlebih dahulu siswa berorientasi mengetahui masalah yang akan mereka hadapi ketika melakukan pengamatan objek secara langsung. Selain itu, model jurispruidensial dapat membuat siswa berpikir kritis tentang masalah yang sedang mereka hadapi pada objek yang diamati dan mengaitkan masalah tersebut dengan kondisi saat itu. Dengan penggunaan model ini siswa mampu mengembangkan ide dan daya kreasinya secara optimal. Di samping itu, pembelajaran akan berjalan aktif dan menarik, sehingga siswa antusias terhadap pembelajaran tersebut.

Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan proses yang sistematis agar indikator yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Proses yang sitematis tersebut tertuang dalam langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun sebelum proses pembelajaran berlangsung. Hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan langkah-langkah pembelajaran adalah kegiatan yang bersifat kreatif, inovatif, terbuka, tidak membosankan, dan menumbuhkan tanggung jawab. Dalam proses pembelajaran dimungkinkan adanya komunikasi dua arah, yaitu antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, banyak ditemukan masalah yang menghambat keterampilan menulis siswa, khususnya keterampilan menulis laporan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang, yaitu siswa belum dapat menyusun kerangka laporan berdasar data yang telah diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan bahasa yang baik dan benar. Karena adanya keterbatasan pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada upaya mengatasi kesulitan siswa dalam menyusun kerangka laporan berdasar data yang diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan bahasa yang baik dan benar. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti menggunakan model jurisprudensial agar siswa dapat meningkatkan keterampilan dalam menulis laporan dan siswa dapat lebih aktif di dalam kelas ketika pembelajaran.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang diteliti sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pembelajaran menulis laporan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis laporan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang setelah mengikuti pembelajaran yang menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan?

3. Bagaimana perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasar latar belakang dan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sebagi berikut.

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang. 2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis laporan siswa kelas

VIII B SMP Negeri 5 Batang setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

3. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti. Manfaat bagi guru adalah mengembangkan dan meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan serta mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan terhadap isu-isu yang sedang dihadapi.

Manfaat bagi siswa adalah mengembangkan kreativitas dan kemandirian siswa, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu siswa dalam mengamati serta memberikan pengalaman dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dalam menulis laporan pengamatan.

Manfaat bagi sekolah adalah memberikan kontribusi positif bagi sekolah dalam mengembangkan model pembelajaran, sedangkan manfaat bagi peneliti adalah menambah wawasan dalam menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

Dokumen terkait