• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL JURISPRUDENSIAL BERBASIS WISATA LAPANGAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BATANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL JURISPRUDENSIAL BERBASIS WISATA LAPANGAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BATANG"

Copied!
451
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASIS WISATA LAPANGAN

PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BATANG

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nama : Heni Kurniawati NIM : 2101409026

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

SARI

Kurniawati, Heni. 2013. “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Batang.” Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1: Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. Pembimbing II: Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci: keterampilan menulis laporan, model jurisprudensial, wisata lapangan

Keterampilan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang dalam menulis laporan masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata sebelum pemberian tindakan, yaitu 59,18. Nilai rata-rata siswa yang masih di bawah KKM disebabkan kurangnya pengetahuan siswa dalam menulis laporan pengamatan. Selain itu, model yang digunakan guru selama pembelajaran adalah metode ceramah dari awal pelajaran hingga pelajaran berakhir. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk menggali kemampuannya dalam menulis. Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah (1) proses pembelajaran menulis laporan pengamatan selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; (2) keterampilan menulis laporan pengamatan setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; dan (3) perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis lapaoran melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pembelajaran menulis laporan pengamatan selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, keterampilan menulis laporan pengamatan siswa setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, dan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapanganpada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang.

(3)

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran menulis laporan pengamatan selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Peningkatan proses tersebut dibuktikan dengan pembelajaran menulis laporan pengamatan yang makin lancar pada siklus II dan suasana kelas makin kondusif. Peningkatan pada hasil penelitian terdapat pada keterampilan menulis laporan pengamatan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang. Keterampilan menulis laporan pengamatan meningkat sebesar 12,62 atau sebanyak 18,73%. Peningkatan ini terlihat dari nilai rata-rata kelas pada siklus I sebasar 67,38 menjadi 80,00 pada siklus II. Selain kedua hal tersebut, peningkatan terjadi pada perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan. Siswa makin aktif dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran lebih menarik sehingga perilaku negatif siswa pada siklus II lebih berkurang.

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Batang telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, Juli 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang pada

hari : Jumat tanggal : 26 Juli 2013

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Suseno, S.Pd., M.A. NIP 196008031989011001 NIP 197805142003121002

Penguji I,

Drs. Bambang Hartono, M.Hum. NIP 196510081993031002

Penguji II, Penguji III,

(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasar kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2013

(7)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

1. Hidup adalah perjuangan

2. Percaya dan yakin jika semua yang telah dan akan terjadi sudah ada yang mengatur, hanya perlu bersabar dan berusaha. Ikhlas adalah kuncinya

3. Akar pohon pendidikan itu pahit, tetapi buahnya manis (Aristoteles)

4. Anda akan mengalami penderitaan-penderitaan berat ketika mendekati tercapainya cita-cita (Panglima Sudirman)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini dipersembahkan untuk

1. kedua orang tuaku tercinta, Ibu Yayat dan Bapak Ahmad Daliono serta Mbah Putri yang kusayang, yang selalu memberiku semangat dalam menjalani kehidupan;

2. kedua kakakku, Farida Ariani dan Arif Budiman; 3. Hernadi yang selalu memberiku motivasi;

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Ilahi Robbi, Allah Swt. atas limpahan rahmat dan hidayahnya-Nya, skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Menggunakan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Batang” dapat penulis selesaikan dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tidak semata-mata karena usaha penulis saja, tetapi berkat dukungan dari berbagai pihak. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. sebagai pembimbing I dan Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II. Tidak lupa, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada

1. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. yang telah memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini;

2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang, Dr. Subyantoro, M.Hum. yang telah memberikan fasilitas administratif dan motivasi dalam penulisan skripsi ini;

3. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing dalam perkuliahan sebagai bekal ilmu;

(9)

5. rekan-rekan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2009 yang saya sayangi; dan

6. semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat, khusunya untuk penulis dan untuk pembaca pada umumnya, serta dapat memberi sumbangan pemikiran daam kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan.

Semarang, Juli 2013

(10)

DAFTAR ISI

SARI ... ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka 10

(11)

2.2.6 Aspek-Aspek yang Diukur dalam Keterampilan

Menulis Laporan ... 31

2.2.6.1 Judul ... 32

2.2.6.2 Isi Karangan ... 32

2.2.6.3 Kerangka Karangan ... 34

2.2.6.4 Keruntutan Pemaparan ... 35

2.2.6.5 Ejaan ... 35

2.2.10 Langkah Penyusunan Laporan ... 43

2.2.11 Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 47

2.2.12 Hakikat Model Jurisprudensial ... 47

2.2.13 Tahapan-Tahapan Model Jurisprudensial ... 49

2.2.14 Sintakmatik Model Jurisprudensial ... 52

2.2.15 Sistem Sosial ... 53

2.2.16 Sistem Pendukung ... 53

2.2.17 Dampak Instruksional dan Pengiring ... 54

2.2.18 Wisata Lapangan ... 54

2.2.19 Aktivitas Penindak lanjut Wisata Lapangan ... 57

2.2.20 Langkah-Langkah Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 58

2.2.21 Penerapan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan dalam Pembelajaran Menulis Laporan... 60

2.3 Kerangka Berpikir ... 64

(12)

BAB III METODE PENELITIAN

3.5.1 Variabel Keterampilan Menulis Laporan ... 83

(13)

3.8 Teknik Analisis Data ... 98 3.8.1 Teknik Kuantitatif ... 98 3.8.2 Teknik Kualitatif ... 99

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 101 4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 102 4.1.1.1 Proses Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan

Melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 102 4.1.1.2 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan

melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 113 4.1.1.2.1 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Karakteristik Judul ... 116 4.1.1.2.2 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Kesesuaian Isi Laporan ... 119 4.1.1.2.3 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Kerangka Laporan ... 122 4.1.1.2.4 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Keruntutan Pemaparan ... 125 4.1.1.2.5 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Ketepatan Ejaan ... 131 4.1.1.2.6 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Ketepatan Diksi ... 140 4.1.1.2.7 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Penggunaan Kalimat ... 146 4.1.1.2.8 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

(14)

4.1.1.3 Perubahan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model

Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 161

4.1.1.3.1 Hasil Observasi ... 161

4.1.2.1 Proses Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 201

4.1.2.2 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 214

4.1.2.2.1 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Karakteristik Judul ... 216

4.1.2.2.2 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kesesuaian Isi Laporan ... 218

4.1.2.2.3 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka Laporan ... 225

4.1.2.2.4 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Keruntutan Pemaparan ... 229

4.1.2.2.5 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Ejaan ... 237

4.1.2.2.6 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Diksi ... 240

(15)

4.1.2.2.8 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Kerapian Tulisan ... 249

4.1.2.3 Perubahan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 254

4.1.2.3.1 Hasil Observasi ... 254

4.1.2.3.2 Hasil Jurnal ... 269

4.1.2.3.2.1 Jurnal Siswa ... 269

4.1.2.3.2.2 Jurnal Guru ... 273

4.1.2.3.3 Hasil Wawancara ... 276

4.1.2.3.4 Dokumentasi Foto ... 280

4.1.2.4 Refleksi Siklus II ... 289

4.2 Pembahasan ... 291

4.2.1 Peningkatan Proses Pembelajaran Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 291

4.2.2 Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 294

4.2.3 Perubahan Perilaku Siswa setelah Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 302

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 316

5.2 Saran ... 318

DAFTAR PUSTAKA ... 320

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sintakmatik Penerapan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan dalam Pembelajara Menulis Laporan Pengamatan ... 60 Tabel 2 Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan ... 86 Tabel 3 Rubik Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan.. 87 Tabel 4 Kategori Penilaian ... 90 Tabel 5 Perolehan Nilai Tiap Aspek ... 90 Tabel 6 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model

Jurispridensial Berbasis Wisata Lapangan Siklus I ... 113 Tabel 7 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Karakteristik Judul... 116 Tabel 8 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Kesesuaian Isi Laporan ... 119 Tabel 9 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka

Laporan ... 122 Tabel 10 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Keruntutan Pemaparan ... 126 Tabel 11 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan

Ejaan ... 132 Tabel 12 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan

Diksi ... 140 Tabel 13 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Penggunaan Kalimat ... 146 Tabel 14 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian

Tulisan ... 157 Tabel 15 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Tiap Aspek pada

(17)

Tabel 16 Hasil Tes Siklus II Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan ... 214 Tabel 17 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Karakteristik Judul ... 217 Tabel 18 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Kesesuaian Isi Laporan dengan Judul dan Objek Pengamatan... 219 Tabel 19 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka

Laporan ... 225 Tabel 20 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Keruntutan Pemaparan ... 229 Tabel 21 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan

Ejaan ... 237 Tabel 22 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan

Diksi ... 240 Tabel 23 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek

Penggunaan Kalimat ... 244 Tabel 24 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian

Tulisan ... 249 Tabel 25 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Tiap Aspek pada

Siklus II ... 253 Tabel 26 Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan pengamatan

Siklus I dan Siklus II ... 295 Tabel 27 Peningkatan Hasil Tes Keterampilan Menulis Laporan

Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata

Lapangan pada Siklus I dan Siklus II ... 296 Tabel 28 Persentase Kenaikan Perilaku Positif Siswa pada Siklus I ke

(18)

DAFTAR BAGAN

(19)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Persentase Ketercapaian Tiap Aspek pada Siklus I ... 161

Diagram 2 Hasil Observasi Siklus I ... 162

Diagram 3 Persentase Ketercapaian Tiap Aspek pada Siklus II ... 253

Diagram 4 Hasil Observasi Perilaku Siswa ... 255

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 69

Gambar 2 Tahap Orientasi terhadap Kasus ... 105

Gambar 3

Aktivitas Siswa Mendiskusikan Data Hasil Pengamatan pada Tahap Identifikasi Isu atau Kasus ... 106

Gambar 4 Aktivitas Menulis Laporan pada Tahap Eksplorasi Contoh dan Pola Argumentasi ... 106

Gambar 5 Aktivitas Siswa pada Tahap Menjernihkan dan Menguji Posisi ... 107

Gambar 6 Aktivitas Uji Laporan Pengamatan pada Tahap Mengetes Asumsi Faktual ... 109

Gambar 7 Aktivitas Siswa saat Merespon Pembelajaran ... 162

Gambar 8 Aktivitas Siswa saat Melakukan Kegiatan Diskusi ... 164

Gambar 9 Respon Siswa terhadap Model yang Digunakan Guru ... 167

Gambar 10 Aktivitas Siswa saat Bertanya dan Mengeluarkan Pendapat 172 Gambar 11 Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas (Menulis Laporan Pengamatan ... 174

Gambar 12 Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Guru ... 189

Gambar 13 Aktivitas Siswa saat Bertanya Kepada Guru ... 190

Gambar 14 Aktivitas Siswa saat Melakukan Pengamatan ... 191

Gambar 15 Aktivitas Siswa saat Mewawancarai Narasumber ... 193

Gambar 16 Aktivitas Siswa saat Mendiskusikan Laporan Pengamatan 194

Gambar 17 Aktivitas Siswa saat Presentasi Laporan Pengamatan ... 195

Gambar 18 Aktivitas saat Pengujian Laporan pengamatan oleh Guru .. 196

Gambar 19 Aktivitas saat Penyerahan Penghargaan oleh Guru ... 197

Gambar 20 Tahap Orientasi terhadap Kasus ... 204

Gambar 21 Aktivitas Siswa Mendiskusikan Data Hasil Pengamatan pada Tahap Identifikasi Isu atau Kasus ... 206

(21)

Gambar 23 Tahap Menjernihkan dan Menguji Posisi ... 210 Gambar 24 Tahap Mengetes Asumsi Faktual yang Melatarbelakangi

Posisi yang Diluluskannya ... 211 Gambar 25 Aktivitas Siswa saat Merespon Penjelasan Guru ... 257 Gambar 26 Aktivitas Siswa saat Kegiatan Diskusi ... 260 Gambar 27 Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran yang

Digunakan Guru ... 263 Gambar 28 Aktivitas Siswa saat Bertanya dan Mengeluarkan Pendapat 266 Gambar 29 Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas (Menulis

Laporan Pengamatan ... 268 Gambar 30 Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Guru ... 281 Gambar 31 Aktivitas Siswa saat Bertanya kepada Guru ... 282 Gambar 32 Aktivitas Siswa saat Mengamati Contoh Laporan

Pengamatan ... 283 Gambar 33 Aktivitas Siswa saat Melakukan Pengamatan ... 283 Gambar 34 Aktivitas Siswa saat Mewawancarai Narasumber ... 284 Gambar 35 Aktivitas Siswa saat Mendiskusikan Laporan Pengamatan 285 Gambar 36 Aktivitas Siswa saat Mempresentasikan Laporan

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 323 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 336 Lampiran 3 Contoh Lembar Pengamatan ... 349 Lampiran 4 Contoh Kerangka Laporan ... 351 Lampiran 5 Contoh Laporan Pengamatan ... 352 Lampiran 6 Instrumen Tes Siklus I ... 353 Lampiran 7 Instrumen Tes Siklus II ... 354 Lampiran 8 Panduan Observasi ... 355 Lampiran 9 Jurnal Siswa ... 357 Lampiran 10 Jurnal Guru ... 358 Lampiran 11 Panduan Wawancara ... 359 Lampiran 12 Panduan Dokumentasi Foto Siklus I ... 360 Lampiran 13 Panduan Dokumentasi Foto Siklus II ... 361 Lampiran 14 Daftar Siswa ... 362 Lampiran 15 Daftar Nilai Siswa ... 363 Lampiran 16 Daftar Nilai Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan

Siklus I ... 365 Lampiran 17 Daftar Nilai Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan

(23)
(24)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan merupakan sebuah tulisan eksposisi dengan bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan. Laporan berisi fakta yang disampaikan oleh pelapor berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada pelapor secara langsung dengan objek tertentu.Di dalam menulis laporan perlu adanya keterampilan khusus, yaitu ketelitian dan kecermatan. Menulis laporan secara teliti dan cermat biasanya hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar telah terlatih dan telah terbiasa. Oleh karena itu, di dalam menulis laporan perlu berlatih dengan rajin agar lebih terampil. Siswa akan dapat menulis laporan dengan benar jika ia dapat menguasai masalah yang dibebankan kepadanya.

(25)

model yang digunakan oleh guru mempermudah siswa dalam pencapaian indikator.

Berdasarkan hasil observasi, keterampilan menulis laporan pengamatan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang kurang memuaskan, yaitu hanya mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 59,18. Nilai rata-rata tersebut berada dalam kategori kurang dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70,00. Presentase ketercapaian KKM sebelum dilakukan tindakan sebesar 22,5% dalam satu kelas. Artinya, persentase siswa yang telah mampu memenuhi KKM sebesar 70,00 sebanyak 9 siswa, dengan 1 siswa berada dalam kategori sangat baik dan 8 siswa berada dalam kategori baik. Rendahnya persentase ketercapaian KKM pada kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menulis laporan.

(26)

Ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa tidak diberikan kesempatan untuk aktif dengan alasan keadaan atau situasi tidak akan kondusif ketika siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuannya. Pada kenyataannya, kebebasan yang diberikan dapat menambah ide dan wawasan siswa.Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis laporan antara lain siswa belum dapat menulis laporan secara sistematis sesuai dengan urutan waktu, ruang atau tempat, dan topik, serta siswa belum dapat mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Agar siswa mampu mencapai standar ketuntasan, strategi khusus dalam mengajar sangat diperlukan. Strategi yang dimaksud adalah model yang dipakai dalam pembelajaran.

Salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis laporan adalah menggunakan model jurisprudensial dan wisata lapangan. Dengan model dan wisata lapangan, siswa diberikan kebebasan menuangkan ide atau gagasannya terhadap suatu peristiwa untuk dituangkan ke dalam sebuah tulisan yang bersumber dari apa yang mereka alami. Wisata lapangan merupakan salah satu cara yang dapat membantu siswa menerapkan pengalaman dan pembelajaran di kelas kepada dunia yang lebih besar dan lebih luas sehingga siswa mampu mengenal dunia luar.

(27)

terdapat tahapan di mana siswa harus berorientasi atau terlebih dahulu mengetahui masalah yang akan mereka hadapi ketika melakukan pengamatan objek secara langsung. Selain itu, model jurispruidensial dapat membuat siswa berpikir kritis tentang masalah yang sedang mereka hadapi pada objek yang diamati dan mengaitkan masalah tersebut dengan kondisi saat itu. Dengan menggunakan model ini, siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan pengalamannya dalam pembelajaran di kelas.

Siswa merupakan subjek utama dalam pembelajaran. Siswa dilatih untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya ke dalam bentuk tulisan. Pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan melibatkan siswa secara langsung dari awal hingga akhir pembelajaran, yakni sejak perencanaan (penentuan topik), proses observasi atau pengamatan, diskusi, pemaparan atau presentasi, dan evaluasi. Dengan demikian, siswa mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi atau kekurangan-kekurangan yang ada, serta membantu siswa terampil dalam menulis laporan.

(28)

Penelitian tindakan kelas dengan pemberian model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebagai alternatif pembelajaran dapat menarik, memotivasi, dan mengenalkan serta menunjukkan bagaimana menulis laporan sesuai dengan kriteria dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dengan model tersebut, diduga keterampilan menulis laporan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang dapat meningkat. Selain itu, penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat mengubah siswa agar lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis, khususnya menulis laporan.

1.2 Identifikasi Masalah

Salah satu kompetensi dasar yang terdapat pada kelas VIII SMP adalah menulis laporan. Menulis laporan memiliki peran penting dalam pencapaian mutu pendidikan sehingga siswa diharapkan mampu mencapai mutu pendidikan yang lebih baik. Dengan demikian, siswa diharapkan menguasai hal-hal yang berkaitan dengan menulis laporan.

(29)

dalam menulis laporan adalah proses pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai objek sehingga siswa merasa tidak suka atau bosan dalam pembelajaran. Pembelajaran pada kompetensi dasar menulis laporan, siswa hanya mendapatkan teori menulis laporan, tetapi tidak diberi kesempatan untuk menulis laporan secara benar.

Selain selain hal di atas, terdapat pula penyebab lain penghambat pembelajaran, yaitu (1) siswa belum dapat membuat pendahuluan untuk laporannya; (2) siswa belum dapat menggambarkan objek pengamatan secara jelas; (3) siswa belum dapat membedakan jenis-jenis karangan; (4) siswa merasa bosan dan jenuh dengan pelajaran Bahasa Indonesia, terutama menulis (5) siswa belum mengerti bagaimana caranya menuangkan ide atau gagasan untuk mendeskripsikan rangkaian pengamatan pada objek; dan (6) siswa kurang memperhatikan pelajaran.

(30)

Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan proses yang sistematis agar indikator yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Proses yang sitematis tersebut tertuang dalam langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun sebelum proses pembelajaran berlangsung. Hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan langkah-langkah pembelajaran adalah kegiatan yang bersifat kreatif, inovatif, terbuka, tidak membosankan, dan menumbuhkan tanggung jawab. Dalam proses pembelajaran dimungkinkan adanya komunikasi dua arah, yaitu antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

(31)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang diteliti sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pembelajaran menulis laporan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis laporan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang setelah mengikuti pembelajaran yang menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan?

3. Bagaimana perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasar latar belakang dan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sebagi berikut.

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang. 2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis laporan siswa kelas

(32)

3. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti. Manfaat bagi guru adalah mengembangkan dan meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan serta mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan terhadap isu-isu yang sedang dihadapi.

Manfaat bagi siswa adalah mengembangkan kreativitas dan kemandirian siswa, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu siswa dalam mengamati serta memberikan pengalaman dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dalam menulis laporan pengamatan.

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian tindakan kelas yang berhubungan dengan menulis laporan antara lain dilakukan oleh Ervin Novianto (2006), Rizka Kusuma Wardani (2008), Rudi Roose, Andre Mottart, Nele Dejonckheere, Carol Van Nijnatten, Maria De Bie (2009), Susan Kay Davidson, Cynthia Passmore, David Anderson (2009), John C O’Grady (2009), Dwi Santi (2009), Umi Kholifah (2010), Dyah Sofafia (2010) dan Stewart Marshall (2011).

(34)

44,74%. Peningkatan keterampilan menulis laporan siswa juga diikuti dengan perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa makin antusias dalam mengikuti pembelajaran karena siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis laporan dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Novianto dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah mengkaji tentang menulis laporan. Sementara itu, perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Novianto dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada pemberian tindakan. Novianto menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

(35)

dan tugas yang diberikan oleh guru berubah menjadi senang, aktif, dan serius terhadap materi atau pun tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, dengan menggunakan metode 5W+1H, siswa terlihat antusias dan menikmati proses pembelajaran sehingga kelas terlihat hidup dan tugas-tugas yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik.

Persamaan dalam penelitian ini adalah menulis laporan, sedangkan yang membedakan adalah tindakan yang digunakan dalam pengajaran. Wardani menggunakan metode 5W+1H, sedangkan penulismenggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

Roose, dkk. (2009) dalam artikel yang berjudul Participatory Social Work and Report Writing berhubungan dengan bagaimana paradigma partisipatif muncul ke permukaan dalam praktik penulisan laporan bagi anak-anak setelah mereka melihat dan bekerja. Hasilnya, pendekatan perspektif lebih mendukung dalam pembelajaran menulis laporan dibandingkan dengan pendekatan partisipatif.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Roose, dkk.dengan penulis terletak pada fokus penelitian, yaitu sama-sama mengkaji tentang menulis laporan. Perbedaan penelitian yang dilakukan Roose, dkk dengan peneliti terletak pada tindakan yang diberikan. Roose, dkk menggunakan metode pendekatan perspektif, sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

(36)

dengan penggunaan teknik pengamatan dan interaksi langsung. Dalam penelitian tersebut, terdapat perubahan siswa kearah yang lebih baik. Praktik pedagogis guru kelas dan agenda pembelajaran yang mereka pegang untuk siswa mereka, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran siswa dan persepsi dari pengalaman.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Davidson, dkk. dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada fokus penelitian, yaitu sama-sama mengkaji menulis laporan. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Davidson, dkk. dengan penulis terletak pada tindakan yang diberikan terhadap siswa. Davidson, dkk. menggunakan metode langsung, sedangkan penulis menggunkan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

(37)

tentang gangguan mental. Struktur laporan harus menetapkan tindakan yang diambil untuk menghasilkan laporan dan fakta sebagai bahan pemikiran.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Grady terletak pada fokus penelitian yaitu menulis laporan, sedangkan perbedaannya adalah Grady meneliti penulisan laporan untuk digunakan dalam dunia hukum tetapi penulis meneliti penulisan laporan yang digunakan di dalam dunia pendidikan. Selain itu, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Grady dan penulis terletak pada tindakan yang dilakukan. Grady menggunakan tindakan study kejiwaan yang dituangkan ke dalam bahasa, sedangkan penulis menggunakan tindakan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

(38)

senang dan menikmati pembelajaran. Mereka makin aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Santi dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menulis laporan. Sementara itu, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Santi dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada tindakan yang diberikan kepada siswa. Santi menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation, sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

(39)

mengubah perilaku siswa kelas VIII A SMP Negeri 17 Semarang kearah yang positif.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Khlaifah dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah kompetensi menulis laporan. Perbedaan terletak pada tindakan yang digunakan ketika menerapkan kompetensi menulis laporan. Khalifah menggunakan teknik pelatihan terbimbing dengan media foto berangkai. Sementara itu, penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Khalifah, Sofafia (2010) melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul penelitian “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Hasil Kegiatan melalui Metode Dispres pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Randudongkal”.Hasil penelitian tersebut menunjukkan peningkatan pada keterampilan menulis laporan dengan menggunakan metode dispres. Nilai rata-rata kelas pada prasiklus adalah 59,14, sedangkan pada siklus I sebesar 67,59, dan pada siklus II menjadi 81,56. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari prasiklus ke siklus II sebesar 37,8%. Secara rinci, siklus II menjadi 81,30.

(40)

Marshall (2011) dalam artikel penelitiannya yang berjudul A Genre-Based Approach to the Teaching of Report-Writing. Dalam penelitiannya, Marshall menggunakan pendekatan genre-based dalam mengajarkan penulisan laporan terhadap siswanya dan menunjukkan bagaimana sebuah genre digunakan untuk umpan balik pada laporan tertulis yang telah dibuat dan diimplementasikan. Marshall menjelaskan bahwa penulisan laporan sangat penting bagi siswa karena dalam penulisan laporan tidak hanya sebagai sarana untuk mengekspresikan dan menyajikan informasi secara efektif, tetapi juga untuk memfasilitasi perkembangan pemikiran ilmiah. Hasilnya, dengan menggunakan pendekatan tersebut siswa dapat menyajikan dan memberikan informasi secara tepat yang dituangkan ke dalam laporannya.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Marshall dan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada fokus penelitian, yaitu menulis laporan, sedangkan perbedaannya terletak pada tindakan yang diberikan. Marshall menggunakan pendekatan genre-based, sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

2.2 Landasan Teoretis

(41)

2.2.1 Hakikat Menulis

Hakikat menulis diuraikan menjadi beberapa bagian, yaitu pengertian, tujuan, dan manfaat. Dalam subbab ini diuraikan tentang teori-teori tersebut.

2.2.2 Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipakai untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif (Tarigan 1993:3). Menyempurnakan pendapatnya terdahulu, Tarigan mengatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Sependapat dengan Tarigan, Lado (dalam Suriamiharja 1997:1) mengartikan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya.

(42)

penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang memunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut.

Sementara itu, Akhadiah (1998:3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari menemukan gagasan sampai menghasilkan tulisan. Kata menulis memunyai dua arti. Pertama, menulis berarti mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Kedua, kata menulis memunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis (Wiyanto 2004:1).

Hakim (2005:15) berpendapat bahwa menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan.Menulis menurut Nurudin (2007:4) adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Tulisan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang akibat kegiatan proses kreatif penulisannya.

Menulis (writing) adalah bagian dari kegiatan yang sering kita lakukan setiap hari. Selain itu, menulis adalah bagian dari kegiatan komunikasi yang dilakukan menggunakan bahasa tulisan (writing), selain mendengar (listening), membaca (reading), dan berbicara (speaking). Jadi, menulis adalah kegiatan berkomunikasi dalam bahasa tulisan. Pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, gagasan, pemikiran, ajakan, dan sebagainya (Estiati 2008:33).

(43)

mudah untuk didapatkan; (2) mendiskusikan apa yang menarik dari yang dilihat, atau menemukan informasi atau data dari buku; (3) menulis draf/membuat kerangka tulisan; (4) menyampaikan kepada orang lain yang dipercaya mampu membimbing dan mengarahkan; (5) menulis ulang dan memeriksa tanda baca pada tahap akhir, bukan pada awal atau saat membuat drafkarena dapat mengganggu kelancaran mengekspresikan gagasan, dan (6) mempublikasikan tulisan, merancang desain penampilan (Suwarno 2011:106)

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkanmenulis merupakan suatu penuangan ide atau gagasan, perasaan, pikiran ke dalam sebuah tulisan untuk menyampaikan informasi yang ingin disampaikan dalam bentuk tertulis.

2.2.3 Tujuan Menulis

Setiap jenis tulisan memiliki berbagai tujuan yang berbeda. Dengan keberbedaan tersebut maka penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori sebagai berikut: memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api (Tarigan 1993:23).

(44)

menolong para pembaca mamahami, menghargai perasaan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu, (3) persuasive purpose (tujuan persuasif) adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, (4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) adalah tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca, (5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri), yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca, (6) creative purpose (tujuan kreatif). Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian, dan (7) problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah). Dalam tulisan seperti ini, sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

(45)

Untuk dapat menguasai keterampilan menulis, ada tiga hal yang dilakukan, yaitu adanya niat, bukan niat biasa melainkan niat yang kuat, banyak belajar dan berlatih, dan terakhir tidak ragu-ragu dan malu untuk membaca tulisan yang sudah ada (Wiyanto 2004:8).

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan menulis bertujuan untuk menungkan ide, gagasan dan pengetahuan ke dalam bentuk tulisan agar dapat dibaca oleh orang lain serta dapat memecahkan masalah yang tengah dihadapi oleh penulis.

2.2.4 Manfaat Menulis

Bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Bahasa tulis dapat menembus waktu dan ruang, tetapi bahasa lisan begitu diucapkan segera hilang tidak berbekas. Bahasa tulis dapat disimpan lama dalam sampai waktu yang tidak terbatas, karena itulah kita dapat memperoleh informasi dari masa lalu atau dari tempat yang jauh melalui bahasa tulis, tetapi tidak melalui bahasa lisan (Chaer 1994:82).

Banyak keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Akhadiah, dkk. (2003:1-2) ada delapan kegunaan menulis sebagai berikut.

(46)

topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan pengalamannya;

2) penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya; 3) penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi

sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan; 4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis

serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar;

5) penulis akan dapat meninjau serta manilai gagasannya sendiri secara lebih objektif;

6) dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret;

7) dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain, dan;

8) dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

(47)

penyusunan laporan merupakan penciptaan dokumen yang dapat dijadikan bahan studi, bahan perbandingan, bahan diskusi kemasyarakatan, dan sebagainya; (3) penyampaian laporan merupakan pertanggungjawaban kepada atasan atau organisasi, baik yang telah dilakukan, uang yang telah dibelanjakan, maupun tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh pimpinan organisasi atau badan usaha.

JK. Rowling (dalam Nurudin 2007:20) memetik manfaat dari menulis sebagai berikut.

1) sarana untuk mengungkapkan diri (a tool for self expression), yaitu dengan menulis dapat mengungkapkan perasaan hati;

2) sarana untuk pemahaman (a tool for understanding). Jika seseorang membaca buku, ibarat melekatkan pengetahuan dalam pikiran tetapi seseorang yang membaca disertai menulis ia sedang mengikat kuat ilmu pengetahuan dalam otaknya;

3) membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan diri ((a tool to help developing personal satisfaction, pride, a feeling of self worth). Dengan memiliki kemampuan menulis, akan menimbulkan perasaan bangga terhadap diri sendiri karena tidak banyak orang yang memiliki kemampuan menulis;

(48)

inderawinya, tidak hanya peka terhadap persoalan sosial, tetapi juga sikap peduli dengan orang lain yang menderita;

5) keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah (a tool for active involvement, not passive acceptance) seorang penulis adalah seorang pencipta. Dengan kata lain, penulis adalah manusia kreatif. Jika ada sesuatu yang menuntut tidak baik, penulis akan terpanggil untuk mengomentari lewat tulisan-tulisannya; dan

6) mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan tentang penggunaan bahasa (a tool for developing an understanding of and ability to use the language) seseorang menulis tidak asal tulis. Penulis harus memiliki alat, yaitu bahasa. Seseorang yang ingin menulis harus menguasai bahasa yang dijadikan alat untuk menulis. Dengan demikian, menulis tanpa memiliki bahasa yang memadai adalah omong kosong.

Selain manfaat yang telah dipaparkan di atas, manfaat lain yang bisa diperoleh dari aktivitas menulis, yaitu (1) menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan; (2) mendorong untuk mencari referensi; (3) terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan logis; (4) mengurangi tingkat ketegangan; (5) mendapatkan kepuasan batin karena bermanfaat bagi orang lain (Komaidi 2007:12).

(49)

penelitian tersebut dituangkan ke dalam suatu laporan yang baik dan sistematis (Kosasih 2010:106).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat kegiatan menulis adalah dapat mengungkapkan perasaan, pengalaman diri, dan gagasan terhadap sebuah tulisan dan dapat mengenali diri sendiri.

2.2.5 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan

Secara harfiah, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan, sedangkan kata keterampilan memiliki pengertian kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Kata menulis berarti melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Secara harfiah, laporan berarti segala sesuatu yang dilaporkan, sedangkan pengamatan berarti perbuatan mengamati dengan sungguh-sungguh. Jadi, keterampilan menulis laporan pengamatan merupakan kecakapan dalam melahirkan pikiran atau perasaan ke dalam tulisan setelah mengamati dengan sungguh-sungguh pada objek tertentu.

(50)

seorang individu, atau situasi. Pada waktu memberikan penjelasan atau pengarahan mengenai suatu hal, tindakan tertentu, atau membetasi pengertian sebuah istilah sehingga biasanya digunakan eksposisi (Keraf 1995:8).

Bentuk wacana ini menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai topik-topik yang rumit seperti struktur negara atau pemerintahan, struktur sebuah jam tangan, atau teori mengenai timbulnya suatu penyakit. Eksposisi digunakan untuk menjelaskan proses terjadinya sesuatu, beroperasinya sebuah mesin atau peralatan, dan sebagainya. Penulis eksposisi tidak berusaha mempengaruhi atau menggerakkan pembaca dan tidak berusaha memberi kesan, kecuali menyampaikan pernyataan yang lengkap dan dapat dipercaya mengenai suatu objek.

Secara singkat, eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuan utamanya adalah memberitahukan atau memberi informasi mengenai suatu objek tertentu. Dengan informasi tadi, pengetahuan pembaca bertambah luas. Sebuah eksposisi diwarnai oleh sifat topik yang digarap dan teknik penyajian yang digunakan. Keterampilan penulis dalam memadukan kedua unsur itu dengan jalinan bahasa yang baik dan lancar akan menandai kualitas eksposisi. Walaupun demikian, sebuah tulisan yang paling umum digarap, eksposisi tetap mengandung tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tbuh eksposisi, dan kesimpulan.

(51)

organisasi atau kerangka karangan terlebih dahulu. Berdasarkan organisasi tadi, penulis kemudian menyajikan uraiannya mengenai tiap-tiap bagian secara terpernci sehingga konsep atau gagasan yang ingin disampaikan kepaa pembaca tampak jelas. Eksposisi dapat menggunakan bermacam-macam metode penyajian, di antaranya dengan mengadakan analisis mengenai topik garapan (analisis umum, analisis bagian, analisis fungsi, analisis proses, dan analisis kausal), menyodorkan sebuah klasifikasi, memberi batasan tentang objek, mengadakan perbandingan, menyajikan ilustrasi mengenai pokok bahasan sehingga gagasan atau informasi yang disampaikan jelas bagi pembaca.

Dalam ruang lingkup metode-metode yang disajikan, penulis mengajukan fakta-fakta untuk mengonkretkan informasi yang disampaikan itu. Kaitan antara fakta dengan fakta harus dijalin agar kelihatan logis dan masuk akal. Pendapat dan gagasan-gagasan yang disampaikan biasanya dijalin dalam alinea-alinea yang padu dna kompak.

(52)

Dalam menulis laporan pengamatan diperlukan pengembangan gagasan. Pengembangan gagasan inilah yang dapat menuangkan ide secara utuh dan padu untuk disampaikan secara tertulis. Gagasan yang disampaikan secara tertulis sebaiknya menggunakan bahasa yang baik dan benar agar terjalin hubungan yang baik antara penuis dan pembaca.

Ide adalah sesuatu yang melintas dalam pikiran kita yang sifatnya masih sangat umum. Bisa dalam bentuk sebuah pengalaman, kata, kalimat, gambar, simbol, warna, isyarat, tanda, bisa saja nama orang, binatang, hewan, dan tumbuhan. Dari hal-hal seperti itu muncullah sebuah gagasan. Secara sederhana, gagasan adalah cikal bakal suatu kegiatan atau pekerjaan yang akan dilakukan. Dalam bahasa psikologi, gagasan adalah suatu hal yang memotivasi kita untuk melakukan sesuatu pernyataan, sikap, atau tindakan tertentu (Sumadiria 2004:26).

Menuangkan ide adalah memberi bentuk kepada segala sesuatu yang kita pikirkan dan segala sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata yang tersusun dengan sebaik-baiknya sehingga ide tersebut dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh pembaca (Widyamartaya 1990:31).

(53)

Penuangan dan pemaduan ide dalam kegiatan membutuhkan suatu kemampuan seperti yang penulis sampaikan di atas. Kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan menyusun kerangka laporan berdasar data yang telah diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan tersebut menjadi beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kerangka laporan harus mampu mengungkapkan sebuah pikiran. Akan tetapi, kerangka laporan saja belum dapat mewujudkan suatu tulisan yang jadi atau utuh. Oleh karena itu, tiap kerangka laporan diuraikan menadi sebuah kalimat kemudian kalimat-kalimat tersebut dirangkaikan dengan kalimat lain yang meluas, menguraikan, dan menjelaskan ide yang terdapat pada sebuah kerangka laporan ehingga tercipta satu pikiran yang lengkap. Bentuk seperti itulah yang disebut dengan paragraf.

Suatu paragraf belum dapat dikatakan sebagai bentuk tulisan (karangan) karena paragraf hanyalah bagian dari sebuah karangan. Oleh karena itu, dalam menciptakan sebuah tulisan hendaknya mampu menciptakan paragraf lain dan merangkaikannya secara harmonis sehingga menjadi suatu komponen yang saling menunjang dan membentuk sebuah karangan yang diinginkan. Namun demikian, kemampuan menyusun sebuah kerangka laporan berdasar data yang telah diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan tersebut ke dalam paragraf yang utuh bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Kemampuan tersebut memerlukan suatu pengetahuan yang memadai dan latihan yang cukup.

(54)

kerangka laporan tersebut menjadi paragraf yang utuh. Oleh karena itu, agar kesulitan dapat diatasi perlu disajikan suatu cara yang mampu menuntun dan mengarahkan siswa. Salah satu cara yang dimaksuda adalah dengan adanya wisata lapangan.

Dengan berwisata lapangan, siswa akan dengan mudah mendapatkan ide dan gagasan untuk selanjutnya dituangkan dalam sebuah tulisan. Wisata lapangan membantu siswa mendapatkan ide karena dihadapkan pada sebuah objek yang dirasa menarik untuk diamati. Pengalama yang diperolehnya selama berwisata lapangan merupakan pengalaman nyata dan dihadapi pada saat itu sehingga siswa mudah mengungkapkan gagasannya ke dalam sebuah karangan, yaitu laporan pengamatan.

Dengan demikian, siswa dapat dengan mudah atau terampil dalam membuat salah satu karangan eksposisi, yaitu laporan pengamatan karena siswa terlibat secara langsung saat mengamati objek pengamatan. Keterampilan dalam menulis laporan tentunya tidak secara langsung dapat diperoleh, tetapi secara bertahap dan pembiasaan.

(55)

2.2.6.1Judul

Judul merupakan nama, titel, atau semacam label untuk suatu karangan. Dalam karangan fiktif, kerap kali judul karangan tidak menunjukkan topik, sedangkan dalam karangan formal atau karangan ilmiah judul harus tepat menunjukkan topiknya. Penentuan judul harus dipikirkan sungguh-sungguh dengan mengingat beberapa persyaratan. Persyaratan judul yang baik di antaranya; 1) harus sesuai dengan topik atau isi karangan beserta jangkauannya; 2) judul dinyatakan dalam bentuk frase benda dan bukan kalimat; 3) judul karangan singkat; dan 4) judul jelas dan tidak dinyatakan dalam kata kiasan atau tidak mengandung kata yang menimbulkan arti ganda (Akhadiah, dkk. 2003:10).

2.2.6.2Isi Karangan

Karangan mungkin menyajikan fakta berupa benda, kejadian, gejala, atau ciri sesuatu, pendapat atau sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya ilmiah membahas fakta meskipun untuk pembahasan itu diperlukan teori atau pendapat. Hal-hal yang berhubungan dengan fakta, yaitu generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, hubungan sebab akibat, dan analogi (Akhadiah 2003).

(56)

pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik, yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai penjelas lebih lanjut. Generalisasi mungkin mengemukakan fakta atau pendapat. Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi pendapat atau penilaian. Fakta mudah diuji, dan dibuktikan kebenarannya, sedangkan pendapat atau penilaian sulit dibuktikan dan diuji kebenarannya.

Klasifikasi adalah pengelompokan fakta-fakta yang berdasar atas patokan atau kriteria tertentu. Patokan tersebut haruslah merupakan ciri esensial yang ada atau tidak ada pada fakta-fakta yang akan diklasifikasikan. Dalam pengembangan karangan, klasifikasi dapat merupakan topik karangan atau paragraf, dapat pula dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan urutan pembicaraan.

Selain generalisasi dan klasifikasi, dalam isi karangan terdapat pula perbandingan dan pertentangan. Perbandaingan dan pertentangan sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat hubungannya sehingga sering kali dibahas bersama-sama. Keduanya sering kali terdapat dalam satu karangan. Perbandingan adalah pernyataan mengenai persamaan dan kemiripan, sedangkan pertentangan adalah pernyataan tentang perbedaan dan ketidakmiripan.

(57)

Hal lain yang mungkin terdapat dalam isi karangan adalah analogi. Pada dasarnya analogi adalah perbandingan. Perbandingan mengenai sekurang-kurangnya dua hal yang dibandingkan. Dari kedua hal yang berlainan itu dicari persamaannya. Secara pintas, kesimpulan analogi menyerupai generalisasi karena yang dipergunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan adalah gejala-gejala khusus yang diamati. Akan tetapi, dalam generalisasi kesimpulan lebih bersifat umum, lebih luas daripada yang dinyatakan dalam premis-premis, sedangkan pada analogi kesimpulan bersifat khusus. Jadi, dalam proses analogi induktif dari fakta-fakta yang dibandingkan langsung ditarik kesimpulan khusus.

2.2.6.3Kerangka Karangan

Penyusunan kerangka karangan merupakan satu cara untuk menyusun suatu rangkaian yang jelas dan struktur yang teratur dari karangan yang akan ditulis. Sebuah kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang mengandung ketentuan-ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu. Kerangka karangan juga menjamin penulis menyusun gagasan secara logis dan teratur.

(58)

memperlihatkan bagian pokok karangan serta memberi perluasan bagian-bagian tersebut; dan 3) kerangka karangan memperlihatkan kepada penulis bahan-bahan atau materi yang diperlukan dalam pembahasan (Akhadiah, dkk. 2003:25).

2.2.6.4 Keruntutan Pemaparan

Suatu karangan harus merupakan satu kesatuan yang berarti bahwa karangan harus dikembangkan dalam urutan yang sistematis, jelas, dan tegas. Dalam hal ini, urutan dapat disusun berdasarkan waktu dan ruang. Urutan kronologis di dalam tulisan secara eksplisit dinyatakan dengan kata-kata atau ungkapan-ungkapan seperti: sekarang, sebelum, sementara, sejak itu, selanjutnya, mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, dan lain-lain. Pengembangan tulisan dengan urutan kronologis biasanya dipergunakan dalam memaparkan sejarah, proses, asal-usul, dan riwayat hidup. Urutan waktu digunakan untuk menyatakan tempat, atau hubungan dengan ruang. Dalam pemakaiannya, urutan ini sering digabungkan dengan urutan waktu (Akhadiah, dkk. 2003:44-45).

2.2.6.5 Ejaan

(59)

Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan, dalam bahasa lisan faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar. Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat di dalam bahasa tulis. Ketiadaan itu menyulitkan komunikasi dan memberikan peluang untuk kesalahpahaman. Ejaan berperan sampai batas-batas tertentu, menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan (Akhadiah 2003:179). Ejaan mencakup pemakaian huruf, pemakaia huruf kapital dan huruf miring, singkatan dan akronim, dan pemakaian tanda baca (Waridah 2008).

2.2.6.6Pilihan Kata atau Diksi

(60)

kata bahasa itu. Yang dimaksud dengan perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.

2.2.6.7Kalimat Efektif

Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik harus memenuhi persyaratan gramatikal. Hal ini berarti kalimat itu harus disusun berdasar kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, aturan-aturan tentang ejaan yang disempurnakan, dan cara memilih kata dalam kalimat tersebut.

Kalimat yang benar dan jelas dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif harus memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti yang terdapat pada pikiran penulis dan pembicara. Hal ini berarti kalimat efektif disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca. Pada umumnya, dalam sebuah kalimat terdapat satu ide atau gagasan yang hendak disampaikan serta komentar atau penjelasan mengenai ide tersebut (Akhadiah 2003:116).

(61)

tepat. Dengan kalimat efektif, komunikasi penulis dan pembaca atau pembicara dan pendengar tidak akan menghadapi keraguan, salah komunikasi, salah informasi, atau salah pengertian.

2.2.6.8 Kerapian

Tulisan ilmiah menyajikan ringkasan atau hal-hal yang menarik dari suatu hasil kegiatan ilmiah. Tulisan ilmiah sering juga disebut sebagai makalah. Makalah dapat menjadi artikel bila termuat dari majalah ilmiah, sebagai bahan tulisan dari siaran radio atau televisi, bahan tertulis dalam sajian lisan pertemuan ilmiah.

Tulisan ilmiah memunyai ciri khusus, yaitu isi penyajian berada dalam kawasan ilmu, penulisan cermat, tepat, benar, rapi, menggunakan sistematika yang umum dan jelas, dan bersifat objektif (Aqib 2003:20).

Dengan demikian, komponen yang digunakan dalam penulisan di antaranya adalah judul, kerangka tulisan, keruntutan, kesesuaian isi, pilihan kata/diksi, kalimat efektif, ejaan, dan kerapian.

2.2.7 Hakikat Laporan

(62)

2.2.8 Pengertian Laporan

Keraf (2004:324) menyatakan bahwa laporan adalah suatu cara komunikasi penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dapat dikatakan pula bahwa laporan merupakan suatu macam dokumen yang menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil.

Selain pendapat yang disampaikan oleh Keraf, pengertian laporan disampaikan pula oleh Hasnun (2004:49). Hasnun menyatakan bahwa laporan berasal dari bahasa Latin reportare, membawa kembali dokumen tertulis yang disusun sebagai hasil dari prosedur untuk menjelaskan informasi. Pertelaan (daftar perincian tentang suatu hal) formal tentang fakta, catatan atau hasil dari sesuatu dengan cara sistematis. Laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan.

Pendapat lain mengenai laporan disampaikan oleh Widyamartaya (2005:7) yang menyatakan bahwa penulisan laporan adalah penyampaian informasi yang bersifat faktual tentang sesuatu dari satu pihak kepada pihak lain. Dengan kata lain, penulisan laporan menyangkut tiga hal, yaitu (1) apa yang dilaporkan, (2) siapa yang melaporkan, dan (3) kepada siapa laporan itu disampaikan.

(63)

2.2.9 Bentuk Laporan

Menurut Hamilton (1995:47) mengetahui tipe laporan yang ditulis dengan pengertian yang objektif. Ada tiga prinsip laporan, yaitu laporan data, laporan analitis, dan laporan rekomendasi. Laporan data maksudnya adalah memberitahukan informasi. Terdapat dua macam penggolongan laporan data secara umum. Pertama adalah informatif yang menadakan bahwa informasi mudah ditangkap maknanya. Kedua adalah laporan riset. Laporan ini melibatkan penggalian fakta. Laporan analitik merupakan tipe laporan yang tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga menafsirkan data sebaik mungkin. Laporan rekomendasi merupakan laporan yang difokuskan pada aksi. Sasaran dalam penulisan laporan ini adalah memberi nasihat seseorang untuk berbuat sesuatu.

Bentuk laporan menurut Keraf (2004:327), Keraf berpendapat bahwa laporan memiliki beberapa bentuk:

1) laporan berbentuk formulir isian, yaitu laporan yang bersifat rutin, dan seringkali berbentuk angka-angka. Walaupun laporan berbentuk angka-angka itu bukan merupakan tulisan, namun semua angka itu harus dilakukan dengan secermat-cermatnya;

(64)

laporan berbentuk surat dapat dipakai untuk menyampaikan segala macam topik;

3) laporan berbentuk memorandum, laporan yang berbentuk memorandum (saran, nota, catatan pendek) mirip dengan laporan berbentuk surat, namun biasanya lebih singkat. Laporan berbentuk memorandum sering digunakan untuk suatu laporan yang singkat dalam bagian-bagian suatu organisasi, atau antara atasan dan bawahan dalam suatu hubungan kerja;

4) laporan perkembangan dan laporan keadaan. Laporan perkembangan pada prinsipnya berbeda dari laporan keadaan. Laporan perkembangan adalah suatu macam laporan yang bertujuan untuk menyampaikan perkembangan, perubahan, atau tahap mana yang sudah dicapai dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Sebaliknya, laporan keadaan mengandung konotasi bahwa tujuan dari laporan itu adalah menggambarkan kondisi yang ada pada saat laporan itu dibuat. Laporan perkembangan lebih menekankan apa yang sudah terjadi dari permulaan sampai saat laporan itu dibuat, sedangkan laporan keadaan lebih menekankan kondisi yang ada sebagai akibat dari kejadian-kejadian yang telah dicapai sampai saat laporan itu dibuat;

5) laporan berkala atau laporan periodik. Laporan semacam ini dibuat dalam jangka waktu tertentu;

(65)

seringkali laporan ini hanya memuat percobaan-percobaan yang telah dilakukan;

7) laporan formal dan semiformal, laporan formal adalah laporan yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, misalnya harus ada halaman judul, biasanya ada surat penyerahan, selalu memiliki sebuah daftar isi, ada sebuah ikhtisar untuk mengawali laporan, ada pendahuluan, simpulan dan saran diberi judul tersendiri, isi laporan terdiri atas judul-judul dengan tingkat yang berbeda, nada yang digunakan adalah nada resmi, bila perlu laporan disertai pula tabel-tabel dan angka-angka, baik yang terjalin dalam teks laporan, ataupun lampiran, laporan formal biasanya didokumentasikan secara khusus. Bila ada satu atau dua persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka laporan itu dinamakan laporan semiformal. Sebaliknya jika semua persyaratan yang terdapat pada laporan formal tidak dipenuhi maka laporan tersebut dinamakan laporan nonformal. Seperti tulisan-tulisan lain, laporan harus disampaikan dengan bentuk dan struktur yang baik. Bentuk lebih banyak dipertalikan dengan cara pengetikan dan penyusunan, sedangkan struktur lebih dipertalikan dengan dengan organisasinya. Sistematika laporan formal adalah 1) halaman judul; 2) surat penyerahan; 3) daftar isi; 4) ikhtisar atau abstrak; 5) pendahuluan; 6) isi laporan; 7) kesimpulan; 8) saran; 9) apendiks atau lampiran; 10) bibliografi atau daftar pustaka.

(66)

menentukan topik karangan; 2) menentukan bahan atau materi penulisan; 3) menyusun kerangka kerangka karangan; dan 4) menyusun kata-kata menjadi kalimat efektif kemudian dikembangkan menjadi paragraf-paragraf (Akhadiah 2003).

Macam-macam laporan memang tak terbatas apalagi jika diinjau dari segi pokok persoalannya. Widyamartaya (2005:8) menggolongkan laporan berdasarkan tujuan, waktu, dan gaya tulis. Laporan merdasarkan tujuan terdiri atas laporan perencanaan, dan laporan pengontrolan; laporan menurut waktu dibedakan atas laporan berkala, dan laporan khusus; laporan menurut gaya tulis dibedakan menjadi dua, yaitu laporan resmi (informatif atau persuasif), dan laporan tak resmi (informatif atau persuasif).

Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai bentuk laporan. Laporan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu laporan resmi dan laporan tidak resmi. Laporan resmi disusun dengan memperhatikan sistematika tertentu, sedangkan laporan tidak resmi tidak menggunakan sistematika, tetapi disusun dengan langkah-langkah dalam menyusun karangan eksposisi.

2.2.10 Langkah Penyusunan Laporan

(67)

pertama adalah menentukan topik. Hal ini berarti menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Topik yang dibahas dapat diperoleh dari berbagai sumber. Pengalaman, pengalaman membaca, dan pengamatan terhadap lingkungan.

Langkah selanjutnya adalah menentukan bahan atau materi penulisan, macamnya, berapa luasnya, dan dari mana diperoleh. Yang dimaksud dengan bahan penulisan adalah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber. Dua sumber utama adalah pengalaman dan inferensi dari pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan pengetahuan yang diperoleh melalui pancaindera, sedangkan inferensi adalah kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengalaman. Bahan yang diperoleh dari pengalaman dapat didapatkan melalui dua sumber, yaitu observasi (pengamatan) langsung atau melalui bacaan.

Langkah selanjutnya ialah menyusun kerangka atau rancang bangun sebuah karangan. Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam sub-subtopik. Kerangka itu dapat berbentuk kerangka topik atau kerangka kalimat. Butir-butir kerangka topik terdiri atas topik-topik (bukan kalimat-kalimat), sedangkan butir kerangka kalimat berupa kalimat-kalimat. Pada taraf pengembangan karangan, kerangka kalimat lebih mengarahkan penulisan daripada kerangka topik.

(68)

mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini kita harus mengetahui kata-kata yang mendukung gagasan. Ini berarti kita harus mampu memilih kata-kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat.

Kata-kata dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan. Tulisan harus ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai dengan tanda baca yang digunakan secara tepat. Di samping itu, harus diketahui bagaimana menuliskan judul, subjudul, kutipan, catatan kali dan daftar pustaka, teknik penulisan, atau “layout” dan lain-lain. Jika seluruh tulisan telah selesai, tulisan tersebut perlu dibaca kembali untuk direvisi atau disunting. Yang dilakukan pada tahap revisi atau penyuntingan adalah revisi secara menyeluruh sebelum diketik atau ditulis sebagai akhir penulisan naskah. (Akhadiah 1988:3).

Sebelum menyusun laporan, siswa harus menyiapkan alat seperti kertas kerja atau buku. Menyusun sebuah laporan haruslah melakukan tahap-tahap sebagai berikut: tahap persiaan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap penyuntingan, dan tahap penyajian (Suyatno 2004:91).

(69)

Kerangka laporan pada hakikatnya adalah merencanakan paragraf-paragraf dari laporan yang akan dibuat. Kerangka laporan tersebut bermanfaat untuk menyusun laporan agar sesuai dengan tujuan penulisan untuk mencari data atau fakta. Pada akhirnya kerangka laporan tersebut dikembangkan menjadi paragraf utuh dengan bahasa yang komunikatif dan sesuai dengan pokok-pokok penulisan laporan secara sistematis.

Tahap pengumpulan data yang merupakan tahap semua data yang akan dilaporkan dikumpulkan untuk diolah dan disusun lebih lanjut. Pengelompokan itu didasarkan pada ciri kesamaan antara data yang satu dengan data yang lain.

Tahap penyuntingan merupakan tahap untuk memeriksa dan mengecek laporan yang telah tersusun rapi, yaitu untuk mengetahui apakah masih ada susunan yang belum tepat, bahasa yang belim benar, atau data yang belum lengkap. Tahap yang terakhir adalah tahap penyajian yang merupakan tahap laporan yang sudah diketik atu ditulis rapi, telah selesai dijilid, disajikan kemudian dilaporkan kepada pihak yang memberi kegiatan.

Proses penyusunan laporan akan menjadi lebih mudah jika dirangsang dengan pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai berbagai segi dari hal yang hendak dilaporkan. Pertanyaan-pertanyaaan itu bekisar seputar 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, How) atau biasa disebut 3A+3M (Apa, si-Apa, meng-Apa, di Mana, bila-Mana, bagai-Mana) (Widyamartaya 2005:12).

(70)

penjabaran kerangka laporan menjadi kalimat utuh kemudian dijabarkan menjadi paragraf-paragraf yang padu, serta langkah terakhir adalah penyuntingan laporan.

2.2.11 Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan

Hal-hal yang akan dibahas dalam model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ini adalah hakikat model Jurisprudensial, tahapan-tahapan model jurisprudensial, hakikat wisata lapangan, langkah-langkah model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, dan penerapan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam pembelajaran menulis laporan.

2.2.12 Hakikat Model Jurisprudensial

(71)

hukum dan politik yang ada di lingkungan negaranya, (b) memiliki seperangkat keterampilan untuk dapat digunakan dalam menjernihkan dan memecahkan masalah lain, dan (c) menguasai atau memilkki pengetahuan tentang masalah politik yang bersifat kontemporer yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan negaranya.

Model yang telah dikembangkan oleh Donald Oliver dan James P. Shaver (dalam Wena 2008:71) bertujuan mengajari siswa untuk menganlisis isu-isu yang sedang hangat di masyarakat. Sejalan dengan Joyce dan Weil, kemudian model tersebut dikembangkan oleh Donal Oliver dan James P. Shaver (dalam Hamzah 2011:30-31) mengungkapkan bahwa model pembelajaran Jurisprudensial didasarkan atas pemahamana masyarakat di mana setiap orang berbeda pandangan dan prioritas satu sama lain, dan nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama lain. Memecahkan masalah kompleks dan kontroversial di dalam konteks aturan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan bernegosiasi tentang keberbedaan tersebut.

(72)

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model jurisprudensial merupakan model yang didasarkan pada perbedaan pandangan dan prioritas terhadap masalah sekitar mengenai nilai-nilai sosial yang membutuhkan pemecahan terhadap masalah tersebut dan membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan mau bernegosiasi mengenai keberbedaan yang menjadi masalah di dalam masyarakat tersebut.

2.2.13 Tahapan-Tahapan Model Jurisprudensial

Model Jurisprudensial memiliki enam tahap (Joyce dan Weil dalam Winataputra 2001:41). Tahap pertama dalam model ini adalah orientasi terhadap kasus, yang di dalamnya terdapat dua kegiatan, yaitu (1) pengajar memperkenalkan bahan-bahan; dan (2) pengajar merevieu data yang tersedia.

Tahap kedua adalah mengidentifikasi isu atau kasus, yang memiliki empat kegiatan siswa, yaitu (1) menyintesiskan fakta-fakta ke dalam isu yang dihadapi; (2) memilih salah satu isu kebijaksanaan pemerintah untuk didiskusikan; (3) mengidentifikasi nilai-nilai dan konflik nilai dan; (4) mengenali fakta yang melatarbelakangi isi dan pertanyaaan yang didefinisikan.

Tahap ketiga yaitu menetapkan posisi. Pada tahap ini siswa menimbang-nimbang posisi atau kedudukannya, kemudian menyatakan kedudukannya dalam konflik nilai itu dan dalam hubungannya dengan konsekuensi dari kedudukan itu.

Gambar

grafik yang
Tabel 1  Sintakmatik Penerapan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan
Gambar 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (dalam Subyantoro 2009:27)
Tabel 3  Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siswa sudah memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dengan teman yang lain serta tidak terfokus pada geng atau kelompoknya, siswa mampu berkomunikasi dengan

Model Think Talk Write dan media gambar kejadian alam ini tepat digunakan dalam pembelajaran menulis puisi karena dapat membantu siswa dengan mudah menemukan

Angket yang digunakan dalam siklus I untuk melengkapi data penelitian, sehingga peneliti bisa menentukan penelitiannya berhasil atau tidak, perlu revisi atau tidak. Angket diisi

a) Masih terdapat beberapa orang siswa yang kurang aktif memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh peneliti selama proses pembelajaran menulis anekdot berlangsung.

mendengarkan cerita yang disampaikan guru bahkan dalam menumbuhkan AMBAK, karena guru tidak terlalu antusias dalam berbicara dan menampilkan semangat, serta

Berdasarkan hasil observasi di kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa terlihat bahwa keterampilan menulis teks ulasan siswa juga rendah.Terdapat beberapa siswa masih

Pada kelas eksperimen terjadi peningkatan skor aspek kaidah tata bahasa Arab karena dengan media kartu gambar reka cerita siswa lebih paham menentukan susuna kalimat

Uji Hipotesis Kriteria yang dipilih untuk menguji hipotesis  Tidak terdapat pengaruh penggunaan media gambar animasi terhadap keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII karena