• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN BERBASIS WISATA LAPANGAN MELALUI MODEL INKUIRI JURISPRUDENSIAL PADA SISWA KELAS VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN BERBASIS WISATA LAPANGAN MELALUI MODEL INKUIRI JURISPRUDENSIAL PADA SISWA KELAS VIII"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN BERBASIS WISATA LAPANGAN MELALUI MODEL INKUIRI JURISPRUDENSIAL

PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH PANAIKANG KABUPATEN BANTAENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

RAHMAWATI 105331100916

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN BERBASIS WISATA LAPANGAN MELALUI MODEL INKUIRI JURISPRUDENSIAL

PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH PANAIKANG KABUPATEN BANTAENG

Rahmawati, Hambali dan Andi Adam

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univesias Muhammadiyah Makassar

e-mail : rahmawatirahma528@gmail.com Abstrak

Rahmawati. 2020.” Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Berbasis Wisata Lapangan Melalui Model Inkuiri Jurisprudensial pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang Kabupaten Bantaeng.” Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh Hambali dan Andi Adam.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Peneliti menggunakan model penelitian Inkuiri Jurisprudensial. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang. Penelitian ini melakukan pengumpulan data denagan metode tes dan metode dokumentasi. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis laporan berbasis wisata lapangan melalui model inkuiri jurisprudensial pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang tahun ajaran 2019/2020. Hasil penelitian menunjukkan menulis laporan menunjukkan bahwa pada siklus pertama yang tuntas secara individual dari 25 murid hanya 8 murid atau 16,92% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau berada pada kategori sangat rendah secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rat diperoleh sebesar 68,56%. Sedangkan pada siklus II dimana dari 25 murid terdapat 20 orang atau 19,61% telah memenuhi (KKM) dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 88% atau berada dalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan hasil belajar kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang Kabupaten Bantaeng melalui menulis laporan berbasis wisata lapangan melalui model inkuiri jurisprudensial.

Kata kunci: Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Berbasis Wisata

(7)

iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO

1. Hidup adalah perjuangan

2. Percaya dan yakin jika semua yang akan terjadi sudah ada yang mengatur, hanya perlu bersabar dan berusaha. Ikhlas adalah kuncinya

3. Akar pohon pendidikan itu pahit, tetapi buahnya manis (Aristoteles)

4. Anda akan mengalami penderitaan-penderitaan berat ketika mendekati tercapainya cita-cita (Panglima Sudirman)

5. Ketika telah melakukan yang terbaik yang kita bisa, maka kegagalan bukan sesuatu yang harus disesalkan, tapi jadikanlah pelajaran atau motivasi diri.

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini di persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ibu Sitti Nurliah dan Bapak Baddu Amin yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku , yang selalu memberiku semangat dalam menjalani kehidupan

2. Kedua saudaraku, Ramlawati dan Ahmad Syafii yang selalu memberiku semangat dalam menjalani kehidupan.

3. Sahabat-sahabatku Deril Alfian dan Fina Uyun Fadillah yang tak pernah lelah mendukung, memotivasi serta memberi nasehat.

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat disusun untuk memenuhi syarat dalam penyelesaikan studi ini yang berjudul “ Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Brerbasis Wisata Lapangan Melalui Model Inkuiri Jurisprudensial pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang Kabupaten Bantaeng”

Salah satu dari sekian banyak pertolongan-Nya yang penulis rasakan adalah uluran tangan, bantuan dari berbagi pihak. Karena itu adalah suatu kewajiban penulis untuk menghaturkan terima kasih kepada Drs. Hambali, M.Hum. Pembimbing I dan Andi Adam, S.P.d., M.Pd. Pembimbing II. Tidak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung, baik selama penulis menempuh pendidikan ataupun dalam proses penyelesaian.

Kedua orang tua yang tulus ikhlas membesarkan dan memberikan kasih sayangnya disertai doa demi kesuksesan penulis demi meraih cita-cita dan saudara-saudaraku yang selalu saya banggakan yang telah memberikan jasa dan cinta yang tak ternilai harganya. Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(9)

v

Unismuh Makassar. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing dalam perkuliahan sebagai bekal ilmu. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat, khususnya untuk penulis dan untuk pembaca pada umumnya, serta dapat memberi sumbangan pemikiran, kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan.

Penulis

(10)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABLE ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Menulis ... 5

D. Tujuan Menulis ... 6

BAB II Kajian Pustaka ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Penelitian Relevan ... 7

2. Hakikat Menulis ... 8

3. Hakikat Laporan ... 17

4. Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 22

(11)

vii

6. Wisata Lapangan ... 26

B. Kerangka Pikir ... 28

C. Hipotetis Tindakan... 30

BAB III Metode Penelitian ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Subjek Penelitian... 31

C. Desain Penelitian ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 117

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Berbasis Wisata Lapangan

Melalui Model Ingkuiri Jurisprudensial Siklus I ... 56

Tabel 2 Aspek Karakteristik Judul ... 59

Tabel 3 Aspek Kesesuaian Isi ... 62

Tabel 4 Aspek Kerangka Laporan... 65

Tabel 5 Aspek Ketepatan Ejaan ... 68

Tabel 6 Aspek Kerapian Tulisan ... 71

Tabel 7 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Tiap Aspek pada Siklus I .. 73

Tabel 8 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Berbasis Wisata Lapangan Melalui Model Ingkuiri Jurisprudensial Siklus II ... 90

Tabel 9 Aspek Karakteristik Judul ... 92

Tabel 10 Aspek Kesesuaian Isi ... 94

Tabel 11 Aspek Kerangka Laporan ... 99

Tabel 12 Aspek Ketepatan Ejaan ... 102

Tabel 13 Aspek Kerapian Tulisan ... 105

(13)

ix

Tabel 15 Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Berbasis Wisata Lapangan Melalui Model Inkuiri Jurisprudensial pada Siklus 1 dan Siklus II ... 120

Tabel 16 Peningkatan Hasil Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Berbasis Wisata Lapangan Melalui Model Inkuiri Jurisprudensial pada Siklus 1 dan Siklus II ... 121

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Tabel 1 Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Guru ... 50

Tabel 2 Aktivitas Membagi Kelompok ... 51

Tabel 3 Aktivitas Siswa saat Mendiskusikan Hasil Pengamatan ... 52

Tabel 4 Aktivitas Menulis Lapran pada tahap Eksplorasi Contoh dan Pola Argumentasi ... 55

Tabel 5 Aktivitas Siswa saat Melakukan Diskusi ... 75

Tabel 6 Aktivitas Siswa saat Melakukan pengamatan Taman Bermain ... 114

Tabel 7 Aktivitas Siswa saat Melakukan pengamatan Lapangan Bola Basket .... 114

Tabel 8 Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas (Menulis Laporan Pengamatan) ... 108

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 125

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 136

Lampiran 4 Instrumen Tes Siklus I ... 144

Lampiran 5 Instrumen Tes Siklus II... 145

Lampiran 7 Panduan Wawancara Siklus I ... 146

Lampiran 7 Panduan Wawancara Siklus II ... 147

Lampiran 8 Panduan Dokumentasi Foto Siklus I ... 148

Lampiran 9 Panduan Dokumentasi Foto Siklus II ... 149

Lampiran 10 Daftar Siswa ... 150

Lampiran 11 Daftar Nilai Siswa ... 151

Lampiran 12 Daftar Nilai Siklus I ... 153

Lampiran 12 Daftar Nilai Siklus II ... 155

Lampiran 16 Lembar Pengamatan ... 157

Lampiran 17 Deskripsi Wawancara Siklus I ... 163

Lampiran 18 Deskripsi Wawancara Siklus II ... 166

(16)

xii

Lampiran 21 Surat Selesai Penelitian ... 170

Lampiran 22 Berita Acara Ujian Proposal ... 171

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan merupakan sebuah tulisan eksposisi dengan bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan. Laporan berisi fakta yang disampaikan oleh pelapor berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskankepada pelapor secara langsung dengan objek tertentu. Di dalam menulis laporan perlu adanya keterampilan khusus, yaitu ketelitian dan kecermatan. Menulis laporan secara teliti dan cermat biasanya hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar telah terlatih dan telah terbiasa. Oleh karena itu, di dalam menulis laporan perlu berlatih dengan rajin agar lebih terampil. Siswa akan dapat menulis laporan dengan benar jika ia dapat menguasai masalah yang dibebankan kepadanya.

Kompetensi dasar dikembangkan menjadi sebuah indikator yang harus dicapai oleh siswa dalam menulis laporan. Indikator tersebut siswa mampu merangkai pokok-pokok laporan berdasarkan urutan waktu, ruang atau tempat, serta topik dan mampu mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Untuk mencapai indikator tersebut, selain siswa harus dapat berlatih dengan keras, guru juga berperan besar dalam membimbing penulisan laporan. Guru harus memiliki model khusus dalam pembelajaran menulis laporan agar siswa dapat dengan mudah menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan. Ketepatan

(18)

2

model yang digunakan oleh guru mempermudah siswa dalam pencapaian indikator.

Selain kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menulis laporan, rendahnya nilai tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang diberikan kurang mengaktifkan siswa. Selama ini, siswa tidak diberi kesempatan untuk menggali potensi yang ada pada dirinya. Saat pembelajaran menulis laporan, siswa tidak pernah mempraktikkan menulis laporan karena yang diberikan hanya berupa teori dan penjelasan. Siswa tidak memiliki pengalaman dalam menulis laporan. Oleh karena itu, siswa merasa bosan dengan pelajaran dan cenderung tidak memperhatikan pelajaran dan lebih asyik bergelut dengan dunaianya, seperti mengobrol, tidur, menulis hal-hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran, bercanda, dan keluar kelas dengan alasan pergi ke kamar kecil, dan lain-lain.

Ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa tidak diberikan kesempatan untuk aktif dengan alasan keadaan atau situasi tidak akan kondusif ketika siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuannya. Pada kenyataannya, kebebasan yang diberikan dapat menambah ide dan wawasan siswa. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis laporan antara lain siswa belum dapat menulis laporan secara sistematis sesuai dengan urutan waktu, ruang atau tempat, dan topik, serta siswa belum dapat mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Agar

(19)

3

siswa mampu mencapai standar ketuntasan, strategi khusus dalam mengajar sangat diperlukan.

Strategi yang dimaksud adalah model yang dipakai dalam pembelajaran. Salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis laporan adalah menggunakan model jurisprudensial dan wisata lapangan. Dengan model dan wisata lapangan, siswa diberikan kebebasan menuangkan ide atau gagasannya terhadap suatu peristiwa untuk dituangkan ke dalam sebuah tulisan yang bersumber dari apa yang mereka alami. Wisata lapangan merupakan salah satu cara yang dapat membantu siswa menerapkan pengalaman dan pembelajaran di kelas kepada dunia yang lebih besar dan lebih luas sehingga siswa mampu mengenal dunia luar. Dari berbagai hal di atas, alternatif yang digunakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis laporan adalah penerapan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

Model jurisprudensial memiliki perbedaan dengan model-model lain, yakni di dalam model jurisprudensial terdapat tahapan di mana siswa harus berorientasi atau terlebih dahulu mengetahui masalah yang akan mereka hadapi ketika melakukan pengamatan objek secara langsung. Selain itu, model jurispruidensial dapat membuat siswa berpikir kritis tentang masalah yang sedang mereka hadapi pada objek yang diamati dan mengaitkan masalah tersebut dengan kondisi saat itu. Dengan menggunakan model ini, siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan pengalamannya dalam pembelajaran di kelas.

(20)

4

Siswa merupakan subjek utama dalam pembelajaran. Siswa dilatih untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya ke dalam bentuk tulisan. Pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan melibatkan siswa secara langsung dari awal hingga akhir pembelajaran, yakni sejak perencanaan (penentuan topik), proses observasi atau pengamatan, diskusi, pemaparan atau presentasi, dan evaluasi. Dengan demikian, siswa mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi atau kekurangan-kekurangan yang ada, serta membantu siswa terampil dalam menulis laporan.

Penggunaan model ini dapat membantu siswa untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik. Di dalam penggunaan model jurisprudensial, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah siswa 5-6 siswa tiap kelompoknya. Dalam satu kelompok, masing-masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Setelah setiap siswa mendapatkan kelompok, siswa diajak mengamati objek pengamatan secara langsung kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas.

Penelitian tindakan kelas dengan pemberian model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebagai alternatif pembelajaran dapat menarik, memotivasi, dan mengenalkan serta menunjukkan bagaimana menulis laporan sesuai dengan kriteria dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Selain itu, penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat mengubah siswa agar lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis, khususnya menulis laporan.

(21)

5 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas permasalahan yang diteliti sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses pembelajaran menulis laporan berbasis wisata lapangan melalui model jurisprudensial pada siswa kelas VII MTs Muhammadiyah Panaikang?

2. Bagaimanakah hasil pembelajaran melalui laporan berbasis wisata lapangan melalui model jurisprudensial pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sebagi berikut.

1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran menulis laporan berbasis wisata lapangan melalui model jurisprudensial pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang.

2. Untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran keterampilan menulis laporan siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para pembaca pada umumnya dan oleh guru atau instansi pendidikan pada khususnya. Agar dapat menambah wawasan dalam bidang pengetahuan. Khususnya pengetahuan ketrampilan menulis. Terutama kemampuan keterampilan

(22)

6

menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang. Cara tersebut merupakan cara dalam meningkatkan kemampuan Menulis laporan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya dalam menerapkan pembelajaran yang efektif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru adalah mengembangkan dan meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan serta mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan terhadap isu-isu yang sedang dihadapi.

b. Bagi siswa adalah mengembangkan kreativitas dan kemandirian siswa, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu siswa dalam mengamati serta memberikan pengalaman dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dalam menulis laporan pengamatan.

c. Bagi sekolah adalah memberikan kontribusi positif bagi sekolah dalam mengembangkan model pembelajaran.

d. Bagi peneliti adalah menambah wawasan dalam menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

e. Bagi pembaca adalah penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai keterampilan menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

(23)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Penelitian Relevan

Penelitian tindakan kelas yang berhubungan dengan menulis laporan antara lain dilakukan oleh Ervin Novianto (2006), Rizka Kusuma Wardani (2008), Heni Kurniawati (2013), Novianto (2006) dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Kelas VIII SMP Nusantara 1 Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan” menunjukkan bahwa penelitian menulis laporan dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan mampu meningkatkan keterampilan menulis laporan.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Novianto dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah mengkaji tentang menulis laporan. Sementara itu, perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Novianto dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada pemberian tindakan. Novianto menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

Wardani (2008) dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Perjalanan dengan Menggunakan Metode 5W+1H dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIIID MTs Al-Asror Patemon Gunung Pati” menunjukkan bahwa metode 5W+1H dapat

(24)

8

meningkatkan keterampilan menulis laporan. Penelitian tersebut menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.

Persamaan dalam penelitian ini adalah menulis laporan, sedangkan yang membedakan adalah tindakan yang digunakan dalam pengajaran. Wardani menggunakan metode 5W+1H, sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

Heni Kurniawati (2013) dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan keterampilan menulis laporan unjungan Melalui model jurisprudensial pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Batang ” menunjukkan bahwa penelitian menulis laporan dengan menggunakan model jurisprudensial mampu meningkatkan keterampilan menulis laporan. Persamaan dalam penelitian ini adalah menulis laporan kunjungan melalui model jurisprudensial.

Beberapa konsep yang mejadi landasan teoretis dalam penelitian ini adalah mengenai hakikat menulis, menulis laporan, model jurisprudensial, wisata lapangan, dan pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

2. Hakikat Menulis

Hakikat menulis diuraikan menjadi beberapa bagian, yaitu pengertian, tujuan, dan manfaat.

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipakai untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif (Tarigan

(25)

9

9

1993:3). Menyempurnakan pendapatnya terdahulu, Tarigan mengatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Lado (dalam Suriamiharja 1997:1) mengartikan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya.

Suriamiharja (1997:1). Mengemukakan bahwa menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Menyempurnakan pendapatnya terdahulu, Suriamiharja, dkk. (1997:12) menyimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang memunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut.

Akhadiah (1998:3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari menemukan gagasan sampai menghasilkan tulisan. Kata menulis memunyai dua arti. Pertama, menulis berarti mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Kedua, kata menulis memunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis (Wiyanto 2004:1). Hakim (2005:15) berpendapat bahwa menulis pada

(26)

10

hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Menulis menurut Nurudin (2007:4) adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan.

Tulisan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang akibat kegiatan proses kreatif penulisannya. Menulis (writing) adalah bagian dari kegiatan yang sering kita lakukan setiap hari. Selain itu, menulis adalah bagian dari kegiatan komunikasi yang dilakukan menggunakan bahasa tulisan (writing), selain mendengar (listening), membaca (reading), dan berbicara (speaking) jadi menulis adalah kegiatan berkomunikasi dalam bahasa tulisan. Pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, gagasan, pemikiran, ajakan, dan sebagainya (Estiati 2008:33). Menulis secara sederhana dapat diawali dengan melakukan: (1) melihat langsung suatu peristiwa atau objek. Ide adalah kunci utama seseorang dapat melakukan pekerjaan menulis.

Ide akan muncul bila memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman. Maka dengan melihat objek secara langsung, ide akan mudah untuk didapatkan; (2) mendiskusikan apa yang menarik dari yang dilihat atau menemukan informasi atau data dari buku; (3) menulis draf/membuat kerangka tulisan; (4) menyampaikan kepada orang lain yang dipercaya mampu membimbing dan mengarahkan; (5) menulis ulang dan memeriksa tanda baca pada tahap akhir, bukan pada awal atau saat membuat drafkarena dapat mengganggu kelancaran mengekspresikan gagasan. dan (6) mempublikasikan tulisan, merancang desain penampilan (Suwarno 2011:106) Dari berbagai

(27)

11

11

pendapat di atas dapat disimpulkan menulis merupakan suatu penuangan ide atau gagasan, perasaan, pikiran ke dalam sebuah tulisan untuk menyampaikan informasi yang ingin disampaikan dalam bentuk tertulis.

b. Tujuan Menulis

Setiap jenis tulisan memiliki berbagai tujuan yang berbeda. Dengan keberbedaan tersebut maka penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori sebagai berikut: memberitahukan atau mengajar, mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api (Tarigan, 1993:23). Sehubungan dengan tujuan penulisan, Hugo Hartig (dalam Tarigan, 1993:24) merangkum tujuan penulisan sebagai berikut;

1) Tujuan penugasan, yaitu tujuan menulis karena ditugaskan, bukan karena kamauan sendiri.

2) Tujuan altrustik, yaitu tujuan menulis untuk menyenangkan pembaca, menghadirkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca mamahami, menghargai perasaan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3) Tujuan persuasif adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca

akan kebenaran gagasan yang diutarakan. c. Manfaat Menulis

Bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan bahasam primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Bahasa tulis dapat menembus waktu dan ruang, tetapi bahasa lisan begitu diucapkan segera hilang tidak berbekas. Bahasa tulis dapat disimpan lama dalam sampai waktu

(28)

12

yang tidak terbatas, karena itulah kita dapat memperoleh informasi dari masa lalu atau dari tempat yang jauh melalui bahasa tulis, tetapi tidak melalui bahasa lisan (Chaer, 1994:82). Banyak keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Akhadiah, dkk. (2003:1-2) ada delapan kegunaan menulis sebagai berikut.

1) Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan pengalamannya.

2) Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.

3) Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.

4) Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar.

5) Penulis akan dapat meninjau serta manilai gagasannya sendiri secara lebih objektif.

(29)

13

13

3. Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan

Secara harfiah, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan, kata keterampilan memiliki pengertian kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Kata menulis berarti melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Secara harfiah, laporan berarti segala sesuatu yang dilaporkan, pengamatan berarti perbuatan mengamati dengan sungguh-sungguh. Jadi, keterampilan menulis laporan pengamatan merupakan kecakapan dalam melahirkan pikiran atau perasaan ke dalam tulisan setelah mengamati dengan sungguh-sungguh pada objek tertentu.

Laporan pengamatan merupakan salah satu jenis karangan eksposisi. Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi, dan lain-lain kepada pembaca. Eksposisi juga menjadi alat untuk menjelaskan bagaimana pertalian suatu objek dengan objek lain, atau dapat digunakan oleh seorang penulis untuk menganalisis struktur suatu barang, menganalisis karakter seorang individu, atau situasi.

a) Aspek-Aspek yang Diukur dalam Keterampilan Menulis Laporan Komponen tulisan di antaranya judul, isi karangan, kerangka karangan, keruntutan pemaparan, ejaan, pilihan kata atau diksi, kalimat efektif (Akhadiah, dkk. 2003) dan kerapian (Aqib 2003:20).

(30)

14 1) Judul

Judul merupakan nama, titel, atau semacam label untuk suatu karangan. Dalam karangan fiktif, kerap kali judul karangan tidak menunjukkan topik, sedangkan dalam karangan formal atau karangan ilmiah judul harus tepat menunjukkan topiknya. Penentuan judul harus dipikirkan sungguh-sungguh dengan mengingat beberapa persyaratan. Persyaratan judul yang baik di antaranya;

1) Harus sesuai dengan topik atau isi karangan beserta jangkauannya. 2) Judul dinyatakan dalam bentuk frase benda dan bukan kalimat. 3) Judul karangan singkat; dan

4) Judul jelas dan tidak dinyatakan dalam kata kiasan atau tidak mengandung kata yang menimbulkan arti ganda (Akhadiah, dkk. 2003:10).

2) Isi Karangan

Karangan mungkin menyajikan fakta berupa benda, kejadian, gejala, atau ciri sesuatu, pendapat atau sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya ilmiah membahas fakta meskipun untuk pembahasan itu diperlukan teori atau pendapat. Hal-hal yang berhubungan dengan fakta, yaitu generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, hubungan sebab akibat, dan analogi (Akhadiah 2003).

Sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati kemudian ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati disebut dengan generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum

(31)

15

15

untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Oleh karena itu, suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian.

Klasifikasi adalah pengelompokan fakta-fakta yang berdasar atas patokan atau kriteria tertentu. Patokan tersebut haruslah merupakan ciri esensial yang ada atau tidak ada pada fakta-fakta yang akan diklasifikasikan. Dalam pengembangan karangan, klasifikasi dapat merupakan topik karangan atau paragraf, dapat pula dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan urutan pembicaraan. Selain generalisasi dan klasifikasi, dalam isi karangan terdapat pula perbandingan dan pertentangan.

3) Kerangka Karangan

Penyusunan kerangka karangan merupakan satu cara untuk menyusun suatu rangkaian yang jelas dan struktur yang teratur dari karangan yang akan ditulis. Sebuah kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang mengandung ketentuan-ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu. Kerangka karangan juga menjamin penulis menyusun gagasan secara logis dan teratur. Penyusunan kerangka karangan sangat dianjurkan karena akan menghindarkan penulis dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu terjadi. Kegunaan kerangka karangan di antaranya:

1) kerangka karangan dapat membantu penulis menyusun karangan secara teratur, tidak membahas satu gagasan dalam dua kali bahasan, serta dapat mencegah penulis ke luar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik atau judul.

(32)

16

2) kerangka karangan memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan serta memberi perluasan bagianbagian tersebut dan,

3) kerangka karangan memperlihatkan kepada penulis bahanbahan atau materi yang diperlukan dalam pembahasan (Akhadiah, dkk. 2003:25). 4) Ejaan

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan yang lazimnya mempunyai tiga aspek, yaitu fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, dan semantik yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca (Suriamiharja, dkk 1997:80).

Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan, dalam bahasa lisan faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar.

Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat di dalam bahasa tulis. Ejaan berperan sampai batas-batas tertentu, menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan (Akhadiah 2003:179). Ejaan mencakup pemakaian huruf, pemakaia huruf kapital dan huruf miring, singkatan dan akronim, dan pemakaian tanda baca (Waridah 2008).

(33)

17

17 5) Kerapian

Tulisan ilmiah menyajikan ringkasan atau hal-hal yang menarik dari suatu hasil kegiatan ilmiah. Tulisan ilmiah sering juga disebut sebagai makalah. Makalah dapat menjadi artikel bila termuat dari majalah ilmiah, sebagai bahan tulisan dari siaran radio atau televisi, bahan tertulis dalam sajian lisan pertemuan ilmiah.

Tulisan ilmiah memunyai ciri khusus, yaitu isi penyajian berada dalam kawasan ilmu, penulisan cermat, tepat, benar, rapi, menggunakan sistematika yang umum dan jelas, dan bersifat objektif (Aqib, 2003:20). Dengan demikian, komponen yang digunakan dalam penulisan di antaranya adalah judul, kerangka tulisan, keruntutan, kesesuaian isi, pilihan kata/diksi, kalimat efektif, ejaan, dan kerapian.

b) Hakikat Laporan

Hakikat menulis laporan diuraikan menjadi beberapa bagian, yaitu pengertian, bentuk, dan langkah penyusunan laporan.

1) Pengertian Laporan

Keraf (2004:324) menyatakan bahwa laporan adalah suatu cara komunikasi penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dapat dikatakan pula bahwa laporan merupakan suatu macam dokumen yang menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk faktafakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil.

(34)

18 2) Bentuk Laporan

Menurut Hamilton (1995:47) mengetahui tipe laporan yang ditulis dengan pengertian yang objektif. Ada tiga prinsip laporan, yaitu laporan data, laporan analitis, dan laporan rekomendasi. Laporan data maksudnya adalah memberitahukan informasi. Terdapat dua macam penggolongan laporan data secara umum.

Pertama adalah informatif yang menadakan bahwa informasi mudah ditangkap maknanya. Kedua adalah laporan riset. Laporan ini melibatkan penggalian fakta. Laporan analitik merupakan tipe laporan yang tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga menafsirkan data sebaik mungkin. Laporan rekomendasi merupakan laporan yang difokuskan pada aksi. Sasaran dalam penulisan laporan ini adalah memberi nasihat seseorang untuk berbuat sesuatu. Menurut (Keraf, 2004:327), bahwa laporan memiliki beberapa bentuk: 1) Laporan berbentuk formulir isian, yaitu laporan yang bersifat rutin, dan

seringkali berbentuk angka. Walaupun laporan berbentuk angka-angka itu bukan merupakan tulisan, namun semua angka-angka itu harus dilakukan dengan secermat-cermatnya.

2) Laporan berbentuk surat, yaitu laporan yang tidak jauh berbeda dengan surat biasa, kecuali ada suatu subjek yang ingin disampaikan agar dapat diketahui oleh penerima laporan. Bila penulis memutuskan untuk mempergunakan bentuk surat bagi laporannya, maka nada dan pendekatan yang bersifat pribadi memegang peran penting, seperti halnya dengan

(35)

19

19

surat lainnya, namun bentuknya jauh lebih panjang daripada surat-surat biasa.

3) Laporan berbentuk memorandum, laporan yang berbentuk memorandum (saran, nota, catatan pendek) mirip dengan laporan berbentuk surat, namun biasanya lebih singkat. Laporan berbentuk memorandum sering digunakan untuk suatu laporan yang singkat dalam bagian-bagian suatu organisasi, atau antara atasan dan bawahan dalam suatu hubungan kerja;

3) Langkah Penyusunan Laporan

Menulis laporan pengamatan merupakan salah satu bentuk penulisan eksposisi. Dalam menulis eksposisi langkah yang ditempuh, yaitu 1) menentukan topik karangan; 2) menentukan bahan atau materi penulisan; 3) menyusun kerangka kerangka karangan; dan 4) menyusun kata-kata menjadi kalimat efektif kemudian dikembangkan menjadi paragraf-paragraf (Akhadiah 2003).

Langkah pertama adalah menentukan topik. Hal ini berarti menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Topik yang dibahas dapat diperoleh dari berbagai sumber. Pengalaman, pengalaman membaca, dan pengamatan terhadap lingkungan. Langkah selanjutnya adalah menentukan bahan atau materi penulisan, macamnya, berapa luasnya, dan dari mana diperoleh. Yang dimaksud dengan bahan penulisan adalah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber.

(36)

20

Dua sumber utama adalah pengalaman dan inferensi dari pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan pengetahuan yang diperoleh melalui pancaindera, sedangkan inferensi adalah kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengalaman. Bahan yang diperoleh dari pengalaman dapat didapatkan melalui dua sumber, yaitu observasi (pengamatan) langsung atau melalui bacaan. Langkah selanjutnya ialah menyusun kerangka atau rancang bangun sebuah karangan. Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam subsub topik.

Kerangka itu dapat berbentuk kerangka topik atau kerangka kalimat. Butir-butir kerangka topik terdiri atas topik-topik (bukan kalimat-kalimat), sedangkan butir kerangka kalimat berupa kalimat-kalimat. Pada taraf pengembangan karangan, kerangka kalimat lebih mengarahkan penulisan daripada kerangka topik. Selanjutnya kerangka itu dapat disusun dengan berbagai cara. kerangka itu harus logis, sistematik, dan konsisten. Setiap butir pada kerangka itu harus dibahas.

Pembahasan itu merupakan isi karangan. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini kita harus mengetahui kata-kata yang mendukung gagasan. Ini berarti kita harus mampu memilih kata-kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat. Kata-kata dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif.

Kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhim persyaratan. Tulisan harus ditulis dengan ejaan yang berlaku

(37)

21

21

disertai dengan tanda baca yang digunakan secara tepat. Di samping itu, harus diketahui bagaimana menuliskan judul, subjudul, kutipan, catatan kali dan daftar pustaka, teknik penulisan, atau “layout” dan lain-lain.

Menyusun sebuah laporan haruslah melakukan tahap-tahap sebagai berikut: tahap persiaan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap penyuntingan, dan tahap penyajian (Suyatno, 2004:91). Tahap persiapan merupakan tahap yang berisi kegiatan penentuan pokok-pokok masalah, menentukan judul, dan membuat kerangka laporan. Peranan judul dalam pembuatan laporan sangat penting. Ada beberapa syarat agar judul laporan sesuai dengan isi laporan, yaitu judul harus singkat, relevan, dan provokatif (membuat pembaca ingin lebih jauh mengetahui isi laporan tersebut).

Kerangka laporan pada hakikatnya adalah merencanakan paragraf-paragraf dari laporan yang akan dibuat. Kerangka laporan tersebut bermanfaat untuk menyusun laporan agar sesuai dengan tujuan penulisan untuk mencari data atau fakta.

Tahap pengumpulan data yang merupakan tahap semua data yang akan dilaporkan dikumpulkan untuk diolah dan disusun lebih lanjut. Pengelompokan itu didasarkan pada ciri kesamaan antara data yang satu dengan data yang lain. Tahap penyuntingan merupakan tahap untuk memeriksa dan mengecek laporan yang telah tersusun rapi, yaitu untuk mengetahui apakah masih ada susunan yang belum tepat, bahasa yang belim benar, atau data yang belum lengkap. Tahap yang terakhir adalah tahap penyajian yang merupakan tahap laporan yang sudah diketik atu ditulis rapi,

(38)

22

telah selesai dijilid, disajikan kemudian dilaporkan kepada pihak yang memberi kegiatan.

Proses penyusunan laporan akan menjadi lebih mudah jika dirangsang dengan pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai berbagai segi dari hal yang hendak dilaporkan. Pertanyaan-pertanyaaan itu bekisar 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, How) atau biasa disebut 3A+3M (Apa, siapa, mengapa, dimana, bilamana, bagaimana) (Widyamartaya, 2005:12). Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan langkah penulisan laporan dimulai dari penentuan topik, materi atau bahan tulisan, kerangka laporan, penjabaran kerangka laporan menjadi kalimat utuh kemudian dijabarkan menjadi paragraf-paragraf yang padu, serta langkah terakhir adalah penyuntingan laporan.

c) Model Inkuiri Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan

5) Hal-hal yang akan dibahas dalam model Inkuiri Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ini adalah pengertian inkuiri jurisprudensial, hakikat model Jurisprudensial, aplikasi model penelitian jurisprudensial dalam pembelajaran, hakikat wisata lapangan, langkah-langkah model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, kelebihan dan kekurangan Model jurisprudensial dalam pembelajaran dalam pembelajaran menulis laporan. 1) Pengertian Model Inkuiri Jurisprudensial

Inkuiri Jurisprudensial (Jurisprudential inquiry) adalah strategi pembelajaran yang dipelopori dan dikembangkan oleh Donal Oliver dan James P.Shaver. Menurut Donal Oliver dan James P. Shaver (dalam Wena,

(39)

23

23

2009:71), strategi pembelajaran Inkuiri Jurisprudensial mengajari siswa untuk menganalisis dan berfikir secara sistematis dan kritis terhadap isu-isu yang sedang hangat di masyarakat.

Inkuiri Jurisprudensial mengajarkan siswa untuk berfikir kritis terhadap isu-isu sosial. Hitchcock (dalam Robert E. Slavin, 1994: 258) mengatakan bahwa Salah satu tujuan utama dari pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, untuk membuat keputusan yang rasional tentang apa yang harus percaya. Allyn and Bacon (2009:243) menjelaskan bahwa strategi-strategi pembelajaran inkuiri menggunakan proses-proses dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah-masalah berdasarkan pada pengujian logis atas fakta-fakta dan observasi-observasi untuk mengajarkan konten dan untuk membantu siswa berfikir secara analitis.

Pembelajaran inkuiri dimulai dengan memberi siswa masalah-masalah yang berhubungan dengan konten yang nantinya menjadi fokus untuk aktifitas-aktifitas penelitian kelas. Dalam menyelesaikan masalah siswa menghasilkan hipotesis atau solusi tentatif untuk masalah tersebut, mengumpulkan data yang relevan dengan hipotesis yang telah dibuat, dan mengevaluasi data tersebut untuk sampai kepada kesimpulan. Melalui pembelajaran inkuiri, siswa mempelajari konten yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus strategi-strategi untuk memecahkan masalah-masalah di masa yang akan datang.

(40)

24

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Inkuiri Jurisprudensial adalah strategi pembelajaran yang mengajari siswa untuk menganalisis dan berfikir secara sistematis dan kritis terhadap isu-isu yang sedang hangat di masyarakat serta mampu memecahkan masalah kompleks dan kontroversial di dalam konteks aturan sosial yang produktif.

2) Hakikat Model Jurisprudensial

Model pembelajaran jurisprudensial menurut Joyce dan Weil (dalam Winataputra, 2001:40) memiliki sejumlah karakteristik. Dasar pemikiran model ini adalah konsepsi tentang masyarakat yang memiliki pandangan dan prioritas yang berbeda mengenai nilai sosial yang secara hukum saling bertentangan satu dengan yang lain. contoh masalah sosial yang paling tepat, yang pada hakikatnya berkenaan dengan konsep keadilan, hak asasi manusia yang memang menjadi inti dari kehidupan demokrasi. Untuk dapat melakukan aktivitas tersebut diperlukan tiga kemampuan, yaitu:

1) Mengenal dengan baik nilai yang berlaku dalam system hukum dan politik yang ada di lingkungan negaranya.

2) Memiliki seperangkat keterampilan untuk dapat digunakan dalam menjernihkan dan memecahkan masalah lain.

3) Menguasai atau memilkki pengetahuan tentang masalah politik yang bersifat kontemporer yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan negaranya.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model jurisprudensial merupakan model yang didasarkan pada perbedaan pandangan

(41)

25

25

dan prioritas terhadap masalah sekitar mengenai nilai-nilai sosial yang membutuhkan pemecahan terhadap masalah tersebut dan membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan mau bernegosiasi mengenai keberbedaan yang menjadi masalah di dalam masyarakat tersebut.

3) Aplikasi Model Penelitian Jurisprudensial dalam Pembelajaran

Model Penelitian Jurisprudensial termasuk pada pembelajaran inovatif. Karena pembelajaran dengan menggunakan model ini berhubungan dengan sosial. Model ini menuntut guru agar kreatif dan inovatif terhadap isu yang berkembang dalam masyarakat dan mengaitkannya kedalam proses belajar. Seseorang guru harus menggali wawasan yang cukup dan mengambil posisi terlebih dahulu dengan argumentasi yang cukup. Pada saat dikelas dia akan mudah memberikan pertanyaan konfrontatif begitu posisi siswa telah ditetapkan.

Seorang guru seharusnya mempersiapkan pertanyaan konfrotatif sesuai dengan isu yang akan didialogkan dalam kelas sehingga dialog terjadi secara alami dan tidak terkesan kaku. Strategi belajar ini menuntut dialog interaktif antara guru dengan siswa untuk mengeksplorasi ranah publik yang kontroversial sehingga dimungkinkan terjadi dialog hangat yang bisa mengarah ke debat kusir. Disinilah peran guru dituntut untuk mengembangkan iklim intelektual dalam debat.

Untuk mengubah model pembelajaran dari ceramah yang tidak menuntut keaktifan siswa ke model Jurisprudensial yang menuntut siswa aktif,

(42)

26

akan menyulitkan guru pada awalnya karena tidak biasa dalam menyusun persiapan dan tindakan di kelas. Siswa juga sulit mengutarakan pendapat pada awalnya, dan akan menjadi kebiasaan berpendapat jika diterapkan setiap kali berkembang isu hangat didalam proses belajar. Terlihat jelas dalam prosesnya terdapat proses berfikir kritis, peka dan kreatif. Setiap siswa yang memberikan pendapat disertakan dengan jalan keluar menurut mereka masing-masing.

4) Wisata Lapangan

Segenap penjuru dunia dapat menjadi sumber pembelajaran jika pedoman yang berpengetahuan menunjukkan caranya. Wisata lapangan yang terorganisasi baik, dapat menjadi salah satu cara paling berharga saat membantu siswa menerapkan buku teks dan pembelajaran di kelas kepada dunia yang lebih besar. Terdapat berbagai keistimewaan untuk menjadikan wisata lapangan menjadi pengalaman belajar yang bermanfaat (Partin 2009:165).

1) Segenap wisata kelas memiliki tujuan yang berarti yang secara jelas dikomunikasikan kepada siswa. Juga sangat penting untuk mengomunikasikan maksud itu kepada para pemandu di luar situs dan orang tua maupun orang lain yang berfungsi sebagai pendamping.

2) Menjelaskan prosedur dan persyaratan sekolah sebelum merencanakan wisata lapangan.

3) Menjelaskan alat transportasi yang akan digunakan.

4) Jika para pendamping akan mendampingi siswa, terlabih dahulu harus ada komunikasi antara pendamping dengan siswa.

(43)

27

27

5) Memastikan agar kunjungan yang diusulkan itu tepat bagi para siswa. Dari beberapa ide tempat yang dapat diamati saat berwisata lapangan, dipilih satu tempat yang dapat dikunjungi siswa selama pelajaran, yaitu lingkungan sekolah. Beberapa tempat yang dapat diamati di lingkungan sekolah antara lain musala, taman sekolah, koperasi sekolah, perpustakaan sekolah, dan lapangan olah raga.

5) Langkah-Langkah Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Langkah-langkah pembelajaran menulis laporan dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebagai berikut;

1) Langkah ini siswa mendapat arahan dari guru sebelum melaksanakan wisata lapangan pada objek yang telah ditentukan. Setelah siswa mendapatkan arahan, siswa melaksanakan wisata lapangan kemudian mencatat hal-hal penting yang mereka temukan selama melakukan pengamatan.

2) Siswa mengemukaka temuannya kepada guru dengan disertai penyebab terjadinya masalah yang mereka temukan. Setelah itu, bersama dengan kelompoknya. Siswa mendiskusikan data-data yang telah didapatkannya dengan mencari penyelesaian dari masalah yang mereka temukan kemudian siswa menyusun kerangka laporan berdasar data-data yang telah ditemukan.

3) Siswa mulai menentukan kedudukannya di dalam masalah yang telah mereka temukan selama berwisata lapangan. Setelah siswa menetapkan kedudukannya, selanjutnya siswa berusaha mencari jalan ke luar untuk

(44)

28

menyelesaikan masalahnya dan usaha yang harus dilakukannya di dalam masalah yang mereka hadapi.

6) Kelebihan dan Kekurangan Model Jurisprudensial dalam Pembelajaran

a. Kelebihan model Penelitian Jurisprudensial

1. Memotivasi siswa untuk aktif menganalisis sebuah kasus sehingga tidak mudah menentukan sikap dan menyimpulkan tanpa dasar.

2. Memotivasi siswa untuk berdebat secara aktif dan memberi argumen logis dan rasional, sehingga meningkatkan kemampuan verbal siswa.

3. Mengembangkan keterbukaan dan menghargai perbedaan pendapat. 4. Mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa tentang sebuah kasus. 5. Banyak isu sosial yang berkembang dalam masyarakat sehingga model ini

mudah diterapkan untuk setiap kompetensi dasar. b. Kelemahan model Penelitian Jurisprudensial

1. Membutuhkan implementasi yang cukup lama karena perubahan metode pembelajaran sebelumnya yang tidak menuntut keaktifan siswa.

2. Sulit untuk mengarahkan argumentasi siswa pada awalnya karena tidak semua siswa mempunyai pengetahuan yang cukup.

B. Kerangka Pikir

Keterampilan menulis laporan dengan bahasa yang baik dan benar merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai siswa SMP kelas VIII. Siswa seringkali mendapatkan kesulitan saat pembelajaran menulis, khususnya menulis laporn. Kesulitan tersebut di antaranya adalah menyusun

(45)

29

29

kerangka laporan berdasar data-data yang diperoleh. Keterampilan menulis laporan siswa kelas VIII MTS Muhammadiyah Panaikang masih sangat rendah. Rendahnya nilai rata-rata siswa dalam menulis laporan disebabkan oleh metode yang digunakan oleh guru hanyalah metode ceramah sehingga siswa kebingungan dalam penulisan laporan.

Guru memberikan materi kepada siswa hanya dengan cara menjelaskan dari awal pelajaran hingga pelajaran selesai. Oleh karena itu, siswa merasa bosan dengan pelajaran dan cenderung tidak memerhatikan guru dan lebih asyik bergelut dengan dunianya, Penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam pembelajaran yang melibatkan keaktifan, kreativitas siswa melatih siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan bagi dirinya dan orang lain yang bersumber dari pengalaman yang dialami sendiri.

(46)

30

Bagan Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoretis, kerangka pikir, hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah jika digunakan model pembelajaran jurisprudensial berbasis wisata lapangan keterampilan menulis laporan siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Panaikang dapat meningkat.

Bahasa Indonesia

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Model Inkuiri Jurisprudensial Wisata Lapangan Menulis laporan Temuan Hasil Kurikulum

(47)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Suharsimi Arikunto,dkk. (1996:3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan, Kunandar (2012: 45) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti. B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah Panaikang, Kabupaten Bantaeng. Sekolah tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil survei melalui observasi dan tes menulis laporan berbasis wisata lapangan melalui model jurisprudensial yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas VIII, ditemukan adanya permasalahan dalam menulis laporan yaitu rendahnya keterampilan menulis laporan berbasis wisata lapangan.

(48)

32 2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTS Muhammadiyah Panaikang. Adapun jumlah siswa yang terlibat adalah 35 siswa dimana terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

C. Desain Penelitian

Penelitian tentang menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penelitian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Subyantoro 2009:10).

Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan tindakan kelas yang mencakup beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Proses tindakan siklus I dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, dilakukan persiapan pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan. Langkah awal yang dilakukan adalah:

1) Menyusun rencana pembelajaran yang merupakan program guru. Rencana pembelajaran berisi tentang skenario pembelajaran yang dilakukan ketika

(49)

33

33

penelitian. Tahap penyusunan ini, peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat instrumen pengamatan.

2) Selain menyusun rencana pembelajaran, guru menyiapkan materi yang diujikan melalui lembar tes menulis laporan hasil pengamatan disertai dengan criteria penilaiannya.

3) Guru menyiapkan lembar jurnal, lembar observasi, lembar wawancara, dan dokumentasi foto.

b. Tindakan

Tahap tindakan pada pelaksanaan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan atau 4x40 menit. Tahap tindakan ini terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Proses tindakan yang dilaksanakan pada pertemuan pertama siklus I dipaparkan sebagai berikut.

c. Observasi

Obesrvasi atau pengamatan dilakukan terhadap aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi pada siklus I dilihat berdasarkan peningkatan hasil tes dan perilaku siswa selama pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kelebihan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang diterapkan dalam menulis laporan.

(50)

34

1) Tes untuk mengetahui kemampuan menulis laporan siswa.

2) Observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Sikap yang diamati, yaitu sikap siswa yang positif maupun sikap siswa yang negative dalam mengikuti pelajaran, kesiapan siswa pada awal pembelajaran, keaktifan siswa selama pembelajaran.

Pada tahapan observasi, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis laporan.

2) Melakukan pengamatan aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis laporan.

3) Mengumpulkan data hasil belajar siswa setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

d. Refleksi

Tahap ini merupakan evaluasi terhadap proses tindakan dan hasil menulis pada siklus 1. Data-data yang terkumpul baik dari hasil tes, jurnal, observasi, atau pengamatan dan wawancara kemudian dianalisis. Analisis ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model yang digunakan dalam proses pembelajaran, serta tindakan-tindakan siswa selama proses pembelajaran. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul, guru dan peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.

1) Mengevaluasi proses dan hasil belajar pada siklus I.

2) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus I. 3) Membuat daftar permasalah yang terjadi pada siklus I.

(51)

35

35

Proses tindakan pada siklus II masih terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Tindakan yang dilakukan peneliti pada perencanaan siklus II adalah memperbaiki hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilihat dari hasil refleksi pada siklus I. Adapun kegiatan yang dilaksanakan:

1) Membuat perbaikan rencana pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebagai model pembelajaran. 2) menyiapkan lembar observasi, dan lembar wawancara untuk memperoleh

data nontes.

3) Guru menyiapkan lembar tes dan nontes untuk siklus II, dan;(4) berkoordinasi kembali dengan guru mata pelajaran.

b. Tindakan

Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan dari tindakan siklus I. Pada tahap ini, guru menjelaskan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada laporan yang telah ditulis pada siklus I. Selanjutnya siswa diberi bimbingan agar pelaksanaan kegiatan menulis laporan pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama seperti pelaksanaan pada siklus I, yakni dua kali pertemuan atau 4x40 menit. Pelaksanaan tindakan siklus II dipaparkan sebagi berikut.

c. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Guru kelas sebagai pengajar yang memandu proses

(52)

36

pembelajaran dari awal hingga akhir dan peneliti sebagai pengamat dan fasilitator bertugas mengamati perilaku siswa dan memfasilitasi perlengkapan yang dibutuhkan oleh guru dan siswa. Aspek-aspek yang dinilai adalah hasil tulisan dan perilaku siswa selama proses pembelajaran.

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kelebihan dan kekurangan model jurispridensial berbasis wisata lapangan yang diterapkan dalam menulis laporan. Data observasi diperoleh melalui beberapa cara yaitu:

1) Tes untuk mengetahui kemampuan menulis laporan siswa.

2) Observasi untuk mengetahui perilaku dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, perilaku yang diamati yaitu sikap siswa baik positif maupun negatif dalam mengikuti pembelajaran menulis laporan, Pada tahapan observasi, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis laporan setelah diadakan perbaikan dari siklus I. 2) Melakukan pengamatan aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran bahasa

Indonesia pada materi menulis laporan.

3) Mengumpulkan data hasil belajar siswa setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes.

(53)

37

37 D. Instrumen Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan dua instrumen, fungsi dan jenisnya. Kedua instrumen tersebut adalah instrumen tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan siswa tentang keterampilan menulis laporan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, sedangkan instrument nontes dapat berupa pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi foto yang digunakan untuk mengetahui perubahan siswa saat pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran dilakukan.

1. Instrumen tes

Guru dan peneliti mengadakan tes menulis laporan guna mengetahui kemampuan menulis laporan pengamtan setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Tes yang diberikan adalah tes tertulis, yaitu menulis laporan pengamatan sesuai dengan objek yang diamati. Tes dilakukan pada akhir pembelajaran pertemuan kedua. Jumlah nilai hasil tes diambil dari gabungan tiap-tiap aspek. Aspek penilaian pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan meliputi: 1) karakteristik judul; 2) kesesuaian isi laporan dengan objek pengamatan; 3) kerangka laporan; 4) keruntutan pemaparan; 5) ke tepatan ejaan.

(54)

38 2. Instrumen nontes

Instrument nontes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah panduan observasi, panduan wawancara dan dokumentasi foto. Berikut adalah paparan tentang panduan-panduan yang terdapat dalam instrumen nontes

a) Panduan Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk mengamati perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Adapun aspek-aspek yang diamati antara lain: (1) respon dan antusias siswa dalam pembelajaran; (2) partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok; (3) respon positif siswa terhadap pelajaran; (4) aktivitas siswa dalam bertanya; (5) keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas.

b) Panduan Wawancara

Wawancara dilaksanakan setelah diketahui nilai tes untuk menentukan siswa yang diwawancarai pada siklus I. Pedoman wawancara berfungsi sebagai sarana untuk mencari data tentang pembelajaran menulis laporan. Wawancara berisi pertanyaan yang ditunjukkan kepada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang dalam tes. Aspek-aspek yang digunakan dalam pedoman wawancara siklus I dan siklus II adalah:

1) Perasaan siswa saat berdiskusi menentukan topik yang akan dijadikan objek pengamatan.

(55)

39

39

3) Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasi wisata lapangan.

4) Manfaat bagi siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan melaui model jurisprudensial bebasis wisata lapangan.

5) Apakah setelah mengikut pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan siswa sudah dapat menulis laporan dengan tepat.

c) Dokumentasi Foto

Kegiatan siswa dalam pembelajaran didokumentasikan dalam bentuk foto. Foto-foto yang diambil mempermudah peneliti untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Dokumentasi foto dijadikan bukti dalam melakukan observasi. Dengan dokumentasi foto, peneliti memiliki rekaman aktivitas siswa dan perilaku siswa berupa: (1) aktivitas siswa saat menyimak penjelasan dari guru;(2) aktivitas siswa saat bertanya; (3) aktivitas siswa saat mengamati contoh; (4) aktivitas siswa saat melakukan pengamatan; (5) aktivitas siswa saat berdiskusi. Selain itu, dokumentasi foto juga dapat membantu peneliti untuk mengingat data kuantitatif yang mungkin terlewatkan dan tidak teramati saat penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan pengumpulan data yang berbentuk tes dan nontes. Teknik tes berfungsi sebagai sarana untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap pelajaran yang diberikan guru dan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis laporan melalui

(56)

40

model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, sedangkan teknik nontes digunakan untuk mengetahui aktivitas dan opini siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan. Untuk memperoleh data-data tersebut, digunakan observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Berikut adalah cara-cara yang ditempuh penulis untuk mendapatkan data dalam teknik pengumpulan data melalui tes maupun nontes.

1. Teknik Tes

Teknik tes yang digunakan oleh peneliti adalah tes yang diberikan saat akhir pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Tes akhir ini dilakukan dengan cara memberikan tugas kepada tiap siswa untuk menulis laporan hasil pengamatan yang telah mereka lakukan. Tes akhir diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis laporan dengan memperhatikan aspekaspek yang harus diperhatikan dalam menulis laporan. Kriteria penilaian tes dilakukan pada siklus I dan siklus II adalah sama.

Data tes dalam penelitian tindakan kelas ini diperolah dari laporan hasil pengamatan yang ditulis siswa pada setiap siklus dan dianalisis kemudian dari hasil analisis tersebur dapat diketahui kelemahan-kelemahan siswa dalam menulis laporan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan data dengan teknik tes, yaitu (1) menyiapkan soal tes yang berupa soal uraian; (2) siswa ditugasi mengamati lingkungan sekitar sekolah yang akan dijadikan objek pengamatan dan mencatat hal-hal penting yang terjadi selama melakukan pengamatan; (3) setelah memperoleh data dari hasil pengamatan, kemudian siswa ditugasi untuk menulis kerangka laporan

(57)

41

41

kemudian dikembangkan menjadi sebuah laporan; (4) guru menilai dan mengolah data.

2. Teknik Nontes

Teknik nontes digunakan untuk mengetahui keadaan kelas selama proses pembelajaran. Dalam melakukan teknik nontes ini, peneliti menggunakan teknik observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. a. Observasi

Observasi dilakukan pada saat pembelajaran dimulai hingga pembelajaran berakhir. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar semua kegiatan siswa yang merupakan sasaran observasi dapat diawasi. Tahap-tahap observasi, yaitu;

1) Menyiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir sasaran pengamatan tentang keaktifan siswa dalam belajar kelompok, keseriusan siswa dalam mengamati dan menganalisis laporan, keseriusan siswa dalam merumuskan masalah, keseriusan siwa dalam menggali informasi dari objek yang dilihat yang berada di lingkungan sekolah, keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas dari guru (menulis laporan), keaktifan dan keseriusan siswa dalam mempresentasikan pekerjaannya.

2) Melaksanakan observasi selama proses pembelajaran, yaitu mulai dari awal sampai akhir pembelajaran.

3) Mencatat hasil observasi. Untuk memudahkan dalam mengamati keadaan siswa dilakukan dengan memberi tanda cek list (√). Pada lembar panduan

Gambar

Tabel  15  Peningkatan  Keterampilan  Menulis  Laporan  Pengamatan  Berbasis      Wisata Lapangan Melalui Model Inkuiri Jurisprudensial pada Siklus 1  dan Siklus II .....................................................................................
Tabel 1   Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Guru  ..........................
Gambar 1 Siswa mendengarkan penjelasan guru
gambar 2 Guru membagi kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Rencana Kerja Perubahan TA 2019 (Renja Perubahan) Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Rembang Tahun 2019 perubahan, didasarkan RKPD (Rencana Kerja Pemerintah

Based on the analysis conducted, it can be concluded that: firstly , the protection of child- ren who are victims of human trafficking in per- sons in the perspective of human

Berkembangnya industri perkopian saat ini memberikan suatu potensi dan peluang khusus dalam dunia industri baik industri kecil maupun menengah.Berbagai kondisi yang ada

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa alat destilasi tenaga surya merupakan alternatif pengolahan air laut menjadi asir minum dengan rata-rata kuantitas air

Kegiatan Normalisasi Sungai Pekerjaan Normalisasi Afour Kragilan Ds Kragilan, Kadilanggon Kec Gantiwarno.

kadar air kondisi jenuh (saturasi). Pcrcobaan dimodelkan dengan kolom infiltrasi, dengan 4 elekroda pada tiap sis1 kiri dan kanan. Hasil pcrcobaan menunjukkan

Analisa data untuk mengetahui adanya pengaruh musik pretest dan posttest menggunakan analisa Non Parametrik dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test dan untuk mengetahui

Melalui layanan informasi ini diharapkan siswa dapat memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif baik untuk para siswa maupun orang