• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan interkasinya dengan bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan teknologi. Peran matematika sangat penting bagi kehidupan manusia. Ilmu matematika sekarang ini masih banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di banyak bidang sosial maupun teknik. Mengingat peranan matematika yang semakin besar dalam tahun-tahun mendatang, tentunya banyak sarjana matematika yang sangat dibutuhkan yang sangat terampil, andal, kompeten, dan berwawasan luas, baik di dalam disiplin ilmunya sendiri maupun dalam disiplin ilmu lainnya yang saling menunjang. Maka peneliti akan menerapkan pembelajaran Matematika berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) khususnya kelas IVdi SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta.

Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, dalam pengukuran dan sebagainya. Dalam perdagangan sangat berkaitan erat dengan matematika karena dalam perdagangan pasti akan ada perhitungan, perhitungan tersebut bagian dari matematika. Secara tidak sadar ternyata semua orang menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan pembelajaran matematika di SD hanya diukur dari pencapaian nilai di atas rata-rata dan penguasaan materi. Tanpa disadari ternyata ada hal yang

lebih dasariah dari sekedar penguasaan materi, yaitu pembentukan karakter siswa yang dapat dicapai melalui kegiatan pembelajaran matematika.

Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Hal ini dapat menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Maka untuk mengatasi hal tersebut perlu membentuk karakter siswa melalui kegiatan pembelajaran matematika. Untuk membentuk karakter siswa dibutuhkan suatu ketrampilan untuk memahami dan menemukan suatu penyelesaian yang sedang siswa hadapi. Siswa perlu dilatih untuk memahami permasalahan yang sedang dihadapi dan dapat menemukan proses belajar yang baik guna meningkatkan pemahaman siswa. Dalam proses inilah siswa akan diajak untuk memperbaiki proses belajar dengan cara pengembangan karakter siswa dalam pembelajaran matematika. Proses belajar ini memuat konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi sehingga terjadi pembentukan karakter siswa melalui proses pembelajaran matematika.

Pembentukan karakter siswa melalui proses belajar dalam mata pelajaran matematika belum dapat terealisasikan dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan kurangnya kerjasama antar siswa pada waktu melakukan kerja kelompok, tidak jujur dalam mengerjakan ulangan, dan saling mengejek teman yang belum bias mengerjakan soal. Hal tersebut disebabkan karena guru hanya terpaku dengan pemerolehan nilai yang di atas KKM tanpa memperhatikan pembentukan karakter siswa yang perlu dicapai dalam proses pembelajaran matematika.

Untuk mengatasi hal tersebut guru perlu memikirkan tentang solusi yang tepat dan menarik. Pembelajaran matematika harus dekat dengan anak dan kehidupan nyata sehari-hari. Perlu kiranya seorang guru yang mengajar matematika melakukan upaya yang dapat membuat proses belajar mengajar bermakna dan menyenangkan. Salah satunya dengan cara pembelajaran matematika berbasis PPR. Pembelajaran ini mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat melakukan refleksi dan aksi serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Dengan penerapan berbasis PPR tersebut, siswa tidak harus dibawa ke dunia nyata, tetapi berhubungan dengan masalah situasi nyata yang ada dalam pikiran siswa. Jadi siswa diajak berfikir bagaimana menyelesaikan masalah yang mungkin atau sering dialami siswa dalam kesehariannya sehingga dapat merefleksikannya.

Hasil refleksi tersebut akan dipraktekkan dalam bentuk aksi yang kemudian akan mengubah perilaku siswa secara bertahap dalam proses belajar. Sehingga proses belajar siswa akan membentuk karakater siswa yang berkompeten. Dari uraian tersebut peneliti perlu meneliti proses belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran terkait dengan “KD” menjumlahkan dan mengurangkan berbagai jenis pecahan dan menggunakan model pembelajaran berbasis PPR. Pembelajaran ini dilaksanakan di SD Kanisius Wirobrajan kelas IV tahun pelajaran 2010/2011.

B. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan luasnya materi peneliti membatasi materi dan proses pembelajaran yang akan digunakan untuk penelitian. Pada materi kelas IV dari beberapa macam kompetensi dasar. Di sini peneliti mengambil satu kompetensi dasar yaitu 6.1 menjumlahkan dan mengurangkan berbagai jenis pecahan. Selain itu peneliti mengambil model pembelajaran berbasis (Paradigma Pedagogi Reflektif) PPR dengan dibatasi pada lima langkah pembelajaran dalam PPR yaitu: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

C. Perumusan Masalah

Dilandasi latar belakang masalah dan beberapa pembatasan, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses belajar dalam model pembelajaran PPR pada topik”menjumlahkan berbagai jenis pecahan” pada siswa kelas IV SD Kanisius Wirobrajan kelas IV Tahun Pelajaran 2010/2011?

2. Sejauh mana proses belajar tersebut sesuai dengan karakteristik model pembelajaran PPR?

D. Batasan Pengertian

Agar tidak mengalami penafsiran yang berbeda maka peneliti menulis batasan pengertian sebagai berikut:

1. Proses Belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

2. Model pembelajaran PPR adalah suatu model pembelajaran dengan tujuan mengintegrasikan model pembelajaran denagan adanya kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran yang meliputi lima langkah yaitu: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi.

3. Konteks adalah kesiapan murid untuk belajar, Konteks dapat berupa segala kemungkinan yang dapat membantu proses pembelajaran dan perkembangannya.

4. Pengalaman berarti kegiatan yang memuat pemahaman kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh secara serasi dan seimbang.

5. Refleksi adalah suatu kegiatan meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, reaksi , spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh.

6. Aksi adalah perilaku yang mencerminkan pertumbuhan batin berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan.

7. Evaluasi adalah tindakan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran baik siswa maupun guru.

8. Pecahan adalah bilangan yang dinyatakan dalam bentuk b a

, a dan b

E. Tujuan Penalitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

Sesuai dengan rumusannya, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendiskripsikan proses belajar siswa dalam pembelajaran pada topik”menjumlahkan berbagi jenis pecahan” menggunakan model pembelajaran PPR di SD Kanisius Wirobrajan kelas IV semester genap tahun ajaran 2010/2011.

2. Mendiskripsikan sejauh mana proses tersebut sesuai dengan karakteristik model pembelajaran PPR.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang salah satu model pembelajaran yang dipakai untuk meningkatkan proses belajar siswa dalam menjumlahkan berbagai jenis pecahan.

2. Bagi guru

Bagi rekan-rekan guru merupakan salah satu contoh model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi pokok lain, mata pelajaran lain, dan kelas lain.

3. Bagi sekolah

Laporan penelitian dapat menambah satu bacaan yang ada dalam perpustakaan program studi, yang dapat dimanfaatkan untuk teman-teman mahasiswa.

4. Bagi siswa

Siswa menjadi lebih mudah dalam mempelajari materi ini, sehingga kemampuan yang dimiliki siswa dalam menentukan kalimat utama meningkat.

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Proses Belajar

Sebelum peneliti menguraikan tentang pengertian proses belajar terlebih dahulu diuraikan tentang arti proses. Proses adalah runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu (Balai Pustaka, 2002). Proses adalah jalannya suatu peristiwa atau langkah dari awal sampai akhir (Badudu dan Muhammad Zain,1996). Dari batasan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa proses adalah suatu perubahan yang langsung dari awal hingga akhir secara terus menerus yang saling berkaitan atau berhubungan dalam suatu ikatan untuk mencapai suatu tujuan.

Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara lebih khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan. Memang kalau kita bertanya kepada seseorang tentang apakah belajar itu, akan memperoleh jawaban yang bermacam-macam. Dengan kenyataan tersebut terdapatlah banyak definisi belajar. Menurut ( Hilgard 1948,Kingsley and Gerry,1957:12) belajar adalah proses di dalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Jadi definisi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi pada diri siswa (Muhibin.2002:109).

Maka yang dimaksud dengan proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi pada diri siswa (Syah, Muhibin. Psikologi Belajar.2002:109). Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan

guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik dalam pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapakan dalam kurikulum, sehingga sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa.

Adapun tujuan proses belajar khususnya pelajaran matematika adalah:

1. Melatih cara berpikir dan menalar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan matematika.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, penemuan dengan mengembangkan pemikiran, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

B. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika menurut Suyitno (2004:2) merupakan suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya, yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut.

Dalam bahasa latin, kata matematika berasal dari kata manthanein atau

mathema yang artinya belajar atau hal yang dipelajari. Sedangkan dalam bahasa

dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten (Depdiknas, 2003). Matematika merupakan suatu kegiatan yang menekankan pada eksplorasi matematika, model berfikir yang matematik, dan pemberian tantangan atau masalah yang berkaitan dengan matematika siswa harus berfikir secara rasional dan sistematik.

Pecahan adalah bilangan yang dinyatakan dalam bentuk

b

a , a dan b adalah

bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol.

1. Proses Belajar Dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru menyatakan bahwa ada tiga tahapan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu: persiapan / perencanaan, pelaksanaan, dan tahap penilaian / evaluasi.

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid (Syaiful Djamarah,1994:79). Perencanaan pengajaran dalam proses pembelajaran merupakan suatu hal yang dapat membantu para pengelola pendidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya.

Pada tahap persiapan atau prencanaan ini seorang guru harus mempunyai persiapan sebelum proses pembelajaran berlangsung agar proses pembelajarn yang dilaksanakan tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien dan dapat diberikan sesuai dengan waktu yang tersedia.

Perencanaan proses belajar berwujud dalam bentuk satuan pelajaran yang berisi rumusan tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa, metode, dan alat bantu mengajar serta penilaian (Sriyono, 1992:13).

Agar proses belajar yang dilakukan antara guru dan murid dapat berjalan secara efektif dan efisien maka guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Tujuan pengajaran

2) Ruang lingkup dan urutan bahan yang diberikan. 3) Sarana dan fasilitas pendidikan yang dimiliki. 4) Jumlah peserta didik yang akan mengikuti pelajaran. 5) Waktu jam pelajaran yang tersedia.

6) Sumber bahan pengajaran yang biasa digunakan.(Djamarah,1994:80). b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan tahapan yang kedua dilaksanakan oleh guru dalam proses belajar. Dalam melaksanakan pengajaran hendaknya guru berpedoman pada persiapan yang dibuat dalam bentuk perencanaan pembelajaran. Pelaksanan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan siswa serta bahan pelajaran sebagai perantara. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran ini peranan guru merupakan pengendali. Di samping itu guru harus melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

c. Tahap Penilaian

Penilaian hasil belajar harus dilakukan oleh setiap guru sebagai bagian dari tugasnya. Secara umum penilaian hasil belajar merupakan evaluasi hasil belajar dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar siswa dalam program pendidikan yang telah dilaksanakan. Dengan demikian keberhasilan siswa dapat diketahui dengan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil yang telah dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Nana Sudjana,1997: 3).

Menurut Arno F. Wittig dalam bukunya Psikolgi Belajar (Muhibin.2002:109-110)dalam proses belajar siswa terdiri tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Perolehan/penerima informasi (acquisition)

Seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru.

2. Tahap mendapatkan informasi ( storage)

Pada tahap ini siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang diperoleh ketika menjalani proses penerimaan informasi.

3. Tahap mendapatkan kembali informasi (retrieval)

Dalam tahap ini, seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya pada saat menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Tahap retrieval merupakan upaya dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali hal yang tersimpan dalam

memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atas stimulus yang sedang dihadapi (Muhibin,2002:109-110).

B. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

PPR adalah singkatan dari Paradigma Pedagogi Reflektif. PPR merupakan nama lain dari PPI (Paradigma Pedagogi Ignatian). PPI mula-mula digunakan untuk memantapkan dan memperbaharui sistem pendidikan yang dikelola oleh Serikat Jesus tetap kemudian diubah menjadi PPR tanpa mengurangi ciri khas, inti, dan tujuan pendidikan yang menjadi asas dari PPI (TIM PPR 2010).

PPR adalah sebuah pola pikir yang berusaha menumbuh kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Dalam hal ini, pengalaman pribadi siswa menjadi dasar dalam pembelajaran. Berangkat dari pengalaman siswa, guru memberi rangsangan berupa pertanyaan kepada siswa agar siswa mampu merefleksikan pengalaman yang dimilikinya. Setelah merefleksikan, siswa difasilitasi dengan aksi siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai kemanusiaan yang ditemukan secara pribadi maupun kelompok/bersama (TIM PPR 2010).

Ciri-ciri PPR adalah menggunakan dinamika lima langkah untuk mencapai tujuan yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi, disamping itu PPR memuat pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang dirinci dalam Competence (akademik dan keterampilan), Conscience (hati nurani), Compassion (kepedulian sosial).

a. Dinamika Lima Langkah Pembelajaran Berbasis PPR: 1. Konteks

Secara sederhana konteks dapat diartikan sebagai kesiapan murid untuk belajar. Konteks dapat berupa segala kemungkinan yang dapat membantu proses pembelajaran dan perkembangannya. Dalam hal ini cura personalis menjadi sangat penting guna lebih mengenal siswa lebih dekat. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan kesadaran konteks belajar yaitu :

a) Kehidupan siswa, meliputi keluarga, kelompok teman sebaya, keadaan sosial, ekonomi, musik, media, dan kenyataan hidup yang lain.

b) Keadaan sosio-ekonomis dan politik yang menjadi lingkup kehidupan siswa.

c) Suasana sekolah, yang meliputi norma-norma, harapan, relasi antar warga sekolah yang menciptakan suasana kehidupan sekolah. Suasana sekolah yang positif untuk proses belajar ditandai dengan adanya: perhatian terhadap mutu akademik, saling mempercayai, saling menhghargai, saling membantu, kompetisi yang sehat, dorongan untuk menjadi lebih baik.

d) Pengertian, keyakinan,sikap, dan nilai yang dibawa seorang sisiwa. Guru berusaha membantusiswa menyadari hal-hal dalam diri mereka yang dibawa ke sekolah.

2. Pengalaman

Menurut Ignatius, pengalaman berarti kegiatan yang memuat pemahaman kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh secara serasi dan seimbang.

PPR berharap agar peserta didik sungguh-sungguh mengalami proses belajar, yang melibatkan aktivitas otak, hati, tubuh(indera), dan kehendak.

Pengalaman ada dua jenis, yaitu langsung dan tidak langsung. Pengalaman tidak langsung misalnya kegiatan di ruang kelas, membaca buku, melihat gambar, mencermati peta, menonton film, berdiskusi, dan sebagainya. Pengalaman langsung misalnya: kerja praktikum, mengerjakan tugas lapangan, berpartisipasi dalam sebuah kegiatan, melakukan kunjungan, mengadakan wawancara, dan sebagainya.

3. Refleksi

Pada dasarnya refleksi berarti meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, reaksi , spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh. Melalui refleksi kita berusaha menangkap makna yang lebih dalam dari suatu pengalaman. Refleksi yang benar selalu mengarahkan kita ke masa depan, yakni pembentukan sikap, pola pikir, dan perilaku baru untuk waktu-waktu selanjutnya.

Tujuan refleksi dalam PPR adalah membentuk hati yang peka dan peduli, internalisasi nilai-nilai, membangun hasrat, dan sikap. Dengan itu semua kita berharap peserta didik terdorong untuk memulai perilaku baru sesuai dengan kesadaran-kesadaran yang diperoleh selama proses belajar.

4. Aksi

Aksi dalam PPR berarti perilaku yang mencerminkan pertumbuhan batin berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan. Pembentukan aksi dimulai

dengan membuat pilihan dalam batin, dan selanjutnya adalah mewujudkan putusan batin tersebut dalam tindakan. Pada tahap ini anak mengalami perubahan sikap, terjadi pola pikir baru, dan meengenbangkan perilaku berdasarkan putusan batinnya itu.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran baik siswa maupun guru. Dalam PPR penilaian tidak hanya untuk mengetahui kemajuan akademiknya saja, tetapi memperhatikan pada pertumbuhan siswa secara menyeluruh sebagai makhluk pribadi maupun sosial. Untuk itu guru dituntut mempertimbangkan umur, bakat, kemampuan, dan tingkat perkembangan pribadi setiap siswa.

b. Pengembangan Nilai-nilai Kemanusiaan dalam PPR

Pengembangan nilai- nilai kemanusiaan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis PPR diharapkan dapat meningkatkan proses belajar siswa. Cara pengembangan karakter siswa dalam pembelajaran matematika dalam menyelesaikan soal penjumlahan berbagai jenis pecahan yaitu dengan kerjasama dalam kelompok. Melalui pendekatan ini siswa dapat berdiskusi di dalam kelompok dan mendapatkan kesempatan untuk menyumbangkan pikiran atau pendapatnya.

Nilai- nilai kemanusiaan yang dikembangkan meliputi 3c, yang terdiri dari

Competence ( akademik dan keterampilan). Kegiatan siswa yang termasuk

competence ini meliputi: menjumlahkan dua pecahan yang berpenyebut sama,

soal-soal pecahan yang berpenyebut sam dan tidak sama. Conscience (hati nurani) kegiatan siswa meliputi cara menghargai pentingnya kerja sama dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari. Compassion (kepedulian social) kegiatan siswa yaitu membantu teman dengan sukarela.

c. Manfaat Pembelajaran Berbasis PPR 1) Bagi Guru

a) Semakin memahami peserta didik,

b) Semakin bersedia mendampingi perkembagannya,

c) Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya,

d) Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral,

e) Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan,

f) Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai guru, pengajar, dan pendamping.

2) Bagi Siswa

Tujuan PPR bagi siswa, yaitu membantu peserta didik untuk menjadi: a) Manusia bagi sesama,

b) Manusia yang utuh,

c) Manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka untuk pengembangan religius,

d) Manusia yang sanggup mencintai dan dicintai,

e) Manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam pelayanannya pada orang lain (umat Allah),

f) Manusia yang berkompeten dan berhati nurani,

g) Membentuk pemimpin pelayanan, dengan meniru Yesus Kristus.

C. Keterkaitan Model Pembelajaran Berbasis PPR dalam Menyelesaikan Soal yang Berkaitan dengan Pecahan.

Model pembelajaran berbasis PPR merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk saling bekerjasama dengan teman yang lain dan pembentukan karakter siswa yang perlu dicapai dalam proses pembelajaran matematika. Model pembelajaran berbasis PPR ini memperkenalkan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat dalam pembelajaran yang aktif.

Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis PPR diharapkan dapat meningkatkan proses belajar siswa dengan cara pengembangan karakter siswa dalam pembelajaran matematika dalam menyelesaikan soal penjumlahan berbagai jenis pecahan. Melalui pendekatan ini siswa dapat berdiskusi di dalam kelompok dan mendapatkan kesempatan untuk menyumbangkan pikiran atau pendapatnya. Model pembelajaran berbasis PPR ini cocok digunakan dalam berbagai mata pelajaran sehingga jika dikaitkan dengan mata pelajaran matematika sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan berbasis PPR ini, siswa dapat mengembangan karakternya dalam pembelajaran matematika yaitu dapat maningkatkan nilai kerja sama.

19 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian, waktu dan tempat penelitian, subyek penelitian, obyek penelitian, prosedur penelitian metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, dan metode analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian digunakan untuk mendeskripsikan rangkaian kegiatan siswa dalam memfasilitasi pembelajaran matematika di SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Kelas IV B yang mengupayakan penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif, yang terjadi pada guru dalam keadaan yang sebenarnya. B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di SD Kanisius Wirobrajan yang berada di Jl. Hos Cokroaminoto no.8 Yogyakarta. Sekolah ini berada ditengah kota. Secara umum sekolah ini sudah mempunyai fasilitas dan media pembelajaran yang cukup baik. Hal terlihat dari laboratorium komputer dan laboratoium IPA yang dimiliki sekolah ini. Selain itu banyak terdapat media pembelajaran yang yang dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan karakter siswa melalui Proses Pembelajaran Matematika Berbasis PPR yang berkaitan dengan

Dokumen terkait