• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan yang berkecukupan merupakan sesuatu yang pasti diinginkan oleh semua orang, maksud berkecukupan disini adalah sesuatu yang tidak berlebihan namun cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Namun ternyata masih banyak masyarakat yang sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan pokoknya.

Individu maupun keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok artinya memiliki kondisi ketidakmampuan secara ekonomi, dimana tandanya individu maupun keluarga tersebut memiliki pendapatan yang rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Keadaan di atas tersebut menjelaskan bahwa seseorang mengalami masalah kemiskinan.

Menurut (Suharto 2014, 131) masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang sangat rumit dan sangat sulit untuk dihilangkan dari permasalahan sosial. Masalah kemiskinan telah hadir sejak lama dan masih ada di tengah-tengah masyarakat saat ini. Hal ini juga dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahun, sehingga tingkat kesejahteraan rakyatnya masih jauh dibawah tingkat kesejahteraan negara-negara maju.

2 Grafik 1. 1

Perkembangan Kemiskinan di Indonesia Maret 2011-Maret 2020

Sumber : Data Badan Pusat Statistik (BPS) Pada Grafik 1.1 menjelaskan mengenai perkembangan kemiskinan yang terjadi di Indonesia dalam periode Maret 2011-Maret 2020. Persentasi penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 9,78 persen, meningkat 0,56 persen poin terhadap September 2019 dan meningkat 0,37 persen poin terhadap Maret 2019. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang terhadap September 2019 dan meningkat 1,28 juta orang terhadap Maret 2019. Garis kemiskinana pada Maret 2020 tercatat sebesar Rp 454.652-/kapita/bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 335.793 (73,86 persen) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesae Rp 118.859 (26,14 persen). Pada Maret 2020 secara rata-rata jumlah rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,66 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per-rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp

3

2.118.678/rumah tangga miskin/bulan. (Badan Pusat Statistik, 2020)

Kemiskinan juga menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisikmateril guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.

Hal yang paling utama dalam kesejahteraan sosial adalah, kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantage groups), khususnya keluarga yang tidak mampu. Di mana dalam kesejahteraan sosial ini, dilakukan berbagai cara dan pelayanan agar keluarga-keluarga tidak mampu ini dapat meningkatkan kualitas hidupnya menuju pada keluarga sejahtera lahir dan batin yaitu dengan dapat terpenuhi semua kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

Menurut Suharto (2008) di dalam buku kemiskinan dan perlindungan sosial di Indonesia (Suharto 2009, 3) perlindungan sosial merupakan elemen penting dalam strategi kebijakan sosial untuk menurunkan tingkat kemiskinan serta memperkecil kesenjangan multidimensial. Dalam arti luas, perlindungan sosial mencakup seluruh tindakan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat,

4

guna melindungi dan memenuhi kebutuhan dasar terutama kelompok miskin dan rentan dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan resiko.

Dalam menjalani kehidupan ini manusia saling membutuhkan bantuan kepada yang lainnya. Hal tolong menolong dengan sesama manusia telah diperintahkan, sebagaimana dijelaskan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya :

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah : 2)

Sepotong dari surat Al-Maidah ayat 2 (dua) di atas menjelaskan bahwa sikap saling tolong menolong terhadap sesama manusia sangat dibenarkan dalam Islam. Ayat tersebut menegaskan bahwa tolong menolong dalam Islam adalah menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan. Terlebih lagi, manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Tolong-menolong adalah kunci terciptanya sukses bermasyarakat dan bersosial.

Dalam upaya pemecahan masalah kesejahteraan sosial sebenarnya bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah, akan tetapi masyarakat juga penting untuk ikut berpartisipasi. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial, diperlukan peran masyarakat yang seluas luasnya, baik

5

perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial, maupun lembaga kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan.

Keterlibatan masyarakat dalam penanganan masalah sosial dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan wujud memperkuat peran masyarakat sipil (Civil Society) pada pencapaian cita-cita bangsa untuk mencapai taraf kesejahteraan sosial yang diinginkan (laras, Hartono 2017, 3). Pemerintah telah menetapkan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang dirumuskan berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2019, bahwa Pekerja Sosial Masyarakat yang selanjutnya disingkat dengan PSM adalah warga masyarakat yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) sebagai wujud kekuatan dalam menggerakkan kepedulian sosial dimasyarakat memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam meminimalisir meluasnya permasalahan sosial ditingkat desa atau kelurahan, mengingat Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) tumbuh dari dan oleh masyarakat setempat, yang paling memahami kondisi masyarakat. (Akbar, 2017).

6

Kecamatan Ciledug telah menugaskan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) disetiap kelurahan untuk membantu dalam menangani masalah kesejahteraan sosial. Namun tidak hanya itu saja, Kecamatan Ciledug menugaskan untuk melibatkan seluruh Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di masing-masing kelurahannya untuk membantu penyaluran bantuan sosial non tunai bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Seperti di kelurahan Sudimara Jaya telah menugaskan 10 Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam membantu menyalurkan bantuan sosial non tunai bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) (Sukeni, 2020).

Pemerintah Indonesia sudah banyak melaksanakan berbagai program bantuan sosial untuk mengurangi serta memperbaiki kualitas hidup masyarakat kurang mampu yang diberikan secara langsung baik kepada individu, keluarga, ataupun kelompok dari masyarakat yang kurang mampu melalui lembaga pelaksana atau kementerian. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) sesuai dengan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2015 bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan pembangunan manusia dan kebudayaan. Urusan ini salah satunya menjangkau program kesejahteraan rakyat, melalui pemberian bantuan sosial pada masyarakat. Bantuan ini diberikan untuk memenuhi dan menjamin kebutuhan dasar serta meningkatkan taraf hidup penerima bantuan sosial.

7

Bantuan sosial non tunai sebagaimana dalam peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 2017 merupakan bantuan sosial yang diberikan dalam rangka program penanggulangan kemiskininan yang meliputi perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, dan pelayanan dasar. Penyaluran bantuan sosial secara non tunai dilaksanakan oleh pemberi bantuan sosial melalui bank penyalur kerekening atas nama penerima bantuan sosial.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dalam buku Program Bantuan Pemerintah untuk Individu, Keluarga, dan Kelompok Tidak Mampu Menuju Bantuan Sosial Terintegrasi menyatakan bahwa ada 8 bidang program bantuan pemerintah untuk individu, keluarga, dan kelompok kurang mampu, yaitu program dibidang pangan, Pendidikan, kesehatan, energi, ekonomi dan sosial, perumahan, pertanian, dan yang terakhir pada bidang kelautan atau perikanan. Bantuan sosial non tunai yang diberikan oleh pemerintah pada program dibidang pangan adalah Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). (TNP2K 2018, 26). Menurut (PMK, Kemenko 2019) BPNT merupakan program bantuan sosial pangan yang disalurkan dalam bentuk nontunai (uang elektronik) dari pemerintah kepada KPM (Keluarga Penerima Manfaat) setiap bulannya, dan yang digunakan KPM hanya untuk membeli bahan pangan di e-Waroeng.

Kelurahan Sudimara Jaya memiliki 52 rukun tetangga dan 12 rukun warga. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pra penelitian, kelurahan Sudimara Jaya merupakah kelurahan

8

yang paling padat penduduknya dari kelurahan lain di Kecamatan Ciledug. Tercatat ada sekitar 326 penerima manfaat bantuan sosial pemerintah di kelurahan Sudimara Jaya yang artinya kelurahan Sudimara Jaya masih mempunyai masyarakat dengan kondisi ekonomi yang rendah. Hal ini juga diungkapkan oleh lurah Sudimara Jaya bahwa kebanyakan penduduk atau masyarakat di kelurahan Sudimara Jaya memiliki mata pencaharian sebagai ojek pangkalan, ojek online, buruh (kerja serabutan dan ART), supir angkutan umum, dan pedagang kecil. (Sukeni, 2020)

Salah satu hal yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian di kelurahan Sudimara Jaya adalah karena data kelurahan menunjukkan jumlah penerima manfaat bantuan sosial sebanyak 326 yang artinya masih ada masyarakat yang belum sejahtera. Salah satunya adalah penerima manfaat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dimana yang menerima bantuan sosial ini adalah keluarga dengan kondisi ekonomi terendah di daerah pelaksanaan. Dari data yang diperoleh oleh peneliti, jumlah penerima manfaat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di kelurahan Sudimara Jaya sebanyak 78 KPM. (Sukeni, 2020)

Selain Pekerja Sosial Masyarakat, adapun pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yaitu Lurah kelurahan Sudimara Jaya, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), KASI kemasyarakatan, mitra agen BNI, dan tentu saja Keluarga Penerima Manfaat (KPM) itu sendiri.

9

Pekerja sosial masyarakat (PSM) merupakan masyarakat yang secara sukarela melaksanakan tugas dan membantu pemerintah untuk menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat penerima manfaat. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) sendiri memiliki peran dan fungsi dalam menjalankan tugas-tugasnya yang sudah diatur oleh Kementerian sosial Republik Indonesia yang telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 tahun 2019.

Adapun yang menjadi ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah karena peran dan fungsi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di kelurahan Sudimara Jaya tidak hanya membantu masyarakat dalam menangani masalah kesejahteraan sosial saja, namun mereka juga mempunyai peran dan fungsi dalam membantu pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yaitu penyaluran bantuan sosial non tunai bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam bentuk judul skripsi yaitu “Peran dan Fungsi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai Bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kelurahan Sudimara Jaya”.

10 B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini bertujuan agar penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak melampui yang lebih luas. Adapun pembatasan masalah yang penulis lakukan adalah pada peran dan fungsi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam penyaluran bantuan sosial non tunai bagi Keluarga Penerima Manfaat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di kelurahan Sudimara Jaya Kecamatan Ciledug.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran dan fungsi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam menjalankan tugasnya sebagaimana diharapkan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia dalam penyaluran bantuan sosial non tunai bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kelurahan Sudimara Jaya?”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana peran dan fungsi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam menjalankan tugas yang diharapkan oleh Kementerian Sosial dalam penyaluran

11

bantuan sosial non tunai bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kelurahan Sudimara Jaya.

2. Manfaat Penelitian a. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahkan kepustakaan bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi pembaca, masyarakat, dan khususnya bagi mahasiswa/i Kesejahteraan Sosial dalam mengetahui peran dan fungsi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM).

c. Manfaat Teoritis

Memberikan masukkan dan informasi yang diperlukan sebagai bahan Pustaka untuk pengembangan selanjutnya dan dapat menambah wawasan keilmuan, khususnya pada program studi kesejahteraan sosial.

12 E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik pembahasan peneliti yang hampir sama dari segi judul yang akan peneliti buat. Maka dalam penelitian ini peneliti akan mempertegas perbedaan dari setiap masing-masing judul serta masalah yang akan dibahas, antara lain : 1. Akbar Noprihono, Universitas Islam Negeri Yogyakarta,

jurusan kesejahteraan sosial, tahun 2017 dengan judul skripsi :“Peran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam Penanganan Masalah Sosial Lanjut Usia Terlantar (LUT) Di Desa Nogotirto Gamping”

Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang fenomena lanjut usia yang terlantar yang jumlahnya mengalami kondisi naik turun sehingga meresahkan kalangan masyarakat, terutama pemerintah. Salah satu pihak yang mempunyai perhatian dan empati yang tinggi terhadap lansia yang terlantar adalah para Pekerja Sosial Masyarakat (PSM). Tidak hanya itu membahas peran PSM saja penelitian ini juga membahas tinjauan tentang peran pekerja sosial dan bagaimana profesi pekerjaan sosial dalam melakukan tahap penyelesaian masalah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana peran PSM di Nogotirti dalam melakukan penanganan terhadap lansia terlantar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran PSM dalam

13

menangani lansia terlantar di desa Nogotirto, Gamping Sleman adalah peran PSM meliputi peran sebagi penggagas, penggerak, pendamping, mitra pemerintah dan pemantau program. Selain itu penelitian ini juga membahas mengenai faktor-faktor pendukung dan faktor penghambat peran pekerja sosial masyarakat (PSM) dalam penanganan masalah sosial lansia terlantar.

Persamaan dari penelitian yang saya lakukan terletak pada salah satu pembahasan tema yang diambil yaitu mengenai peran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM).

Perbedaan dari penelitian saya dengan penelitian terdahulu ini adalah terletak pada salah satu pembahasan. Pada penelitian terdahulu ini hanya mengangkat soal peran saja. Sedangkan peneltian saya membahas juga mengenai fungsi PSM. Selain itu perbedaan lainnya terletak pada pada objek yang diteliti, yaitu penelitian saya mengenai penyaluran bantuan sosial non tunai kepada keluarga penerima manfaat BPNT.

2. Kenni Juliantara, UIN Jakarta, jurusan kesejahteraan social, tahun 2014, dengan judul skripsi :“Peran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam Menanggulangi Pekerja Seks Komersil (PSK) Di Tangerang Selatan”

Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang pekerja seks komersial dimana pekerjaan tersebut merupakan salah satu dari perkembangan permasalahan sosial dalam masyarakat yang begitu kompleks sehingga

14

diperlukan penanganan secara sungguh-sungguh. Maka dari itu Departemen Sosial Republik Indonesia telah melatih masyarakat sebagai motivator, stabilisator, dan pendamping sosial dalam masyarakat yang disebut dengan nama Pekerja Sosial Masyarakat (PSM). Dari sini lah para PSM berperan menjadi salah satu motivator, stabilitator, dan pendamping sosial terhadap masalah fenomena pekerja seks komersial ini.

Persamaan dari penelitian yang saya lakukan masih sama dengan yang sebelumnya, yaitu terletak pada pembahasan tema yang diambil yaitu mengenai peran seorang Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

Perbedaan dari penelitian terdahulu ini terletak pada teori yang digunakan. Dikarenakan pembahasan penelitian ini lebih kepada peran PSM dalam melakukan pemberdayaan kepada para PSK di Tangerang Selatan. Sedangkan peneliti lebih membahas kepada peranan PSM dalam membantu pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.

3. Fazra Raissa Wulandari, UIN Jakarta, jurusan kesejahteraan sosial, tahun 2011, dengan judul skripsi : “Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang”

15

Isi dari penelitian terdahulu ini adalah mengenai peranan pekerja sosial masyarakat KUBE dalam melaksanakan pemberdayaan keluarga miskin. Pada dasarnya keluarga miskin memiliki kemampuan yang ada pada diri mereka sebagai modal dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pemerintah melaksanakan program untuk menanggulangi masalah keluarga miskin melalui program KUBE. Dari hasil penelitian ini peran pendampingan sangat diperlukan agar KUBE dapat berjalan dan berkembang dengan ditampilkannya pendamping seorang pekerja sosial dibidang kemasyarakatan.

Persamaan dari penelitian yang saya lakukan yaitu mengenai objek yang teliti, yaitu mengenai program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan terkhusus bagi keluarga yang mengalami ekonomi rendah. Jika penelitian terdahulu ini membahas mengenai program KUBE, saya membahas mengenai program bantuan sosial non tunai bagi keluarga penerima manfaat dari BPNT.

Perbedaan dari penelitian yang saya lakukan terletak pada peran Pekerja Sosial Masyarakat dalam melakukan pemberdayaan keluarga miskin melalui program KUBE.

16 F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses peran dan fungsi Pekerja Sosial Masyarakat dalam penyaluran bantuan sosial non tunai bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di kelurahan Sudimara Jaya. Untuk mendapatkan tujuan penelitian, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdad dan Taylor yang dikutip oleh (Moleong 2012, 3) metodologi kualitatif sebagai prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan ini dinilai cocok dalam menganalisis tentang peran dan fungsi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), hal itu dikarenakan dengan pendekatan ini peneliti dapat mengetahui lebih mendalam mengenai peran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM).

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut (Moleong 2012, 11) merupakan penelitian yang bertujuan memberikan uraian atau gambaran mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan variable

17

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) berdasarkan indikator-indikator dari variabel yang diteliti tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antar variable yang diteliti guna untuk eksplorasi atau klasifikasi dengan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan variable yang diteliti.

Dengan demikian, penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian penelitian tersebut. Data tersebut akan berasal dari naskah wawancara, catatan lapSangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. 3. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Pada subjek penelitian yang akan dilakukan adalah orang yang terlibat dalam penyaluran bantuan sosial non tunai bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di kelurahan Sudimara Jaya, yaitu dimana fokus penelitiannya terhadap Pekerja Sosial Masyarakat dan beberapa orang lainnya yang terlibat dalam penyaluran bantuan sosial non tunai tersebut.

Selain itu peneliti melakukan pendekatan dengan beberapa Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Hal ini untuk mengetahui apakah peran dan fungsi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam membantu melaksanakan penyaluran bantuan sosial non tunai telah sesuai dengan apa yang

18

dibutuhkan bagi penerima manfaat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

b. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah pelaksanaan penyaluran bantuan sosial non tunai bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan Langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan bentuk komunikasi langsung yang menggunakan dengan instrument-instrument pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Menurut (Bungin 2011, 118) bahwa observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indramata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya sepertitelinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melaluihasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya.

19

Objek observasi dalam penelitian ini adalah kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), pendampingan PSM kepada para keluarga penerima manfaat dalam melakukan pelaksanaan penyaluran program bantuan pangan non tunai (BPNT), bentuk koordinasi tugas Pekerja Sosial Masyrakat (PSM) dengan kelurahan,Tenaga Kesejahteraan Sosial di Kecamatan (TKSK) Ciledug, masyarakat atau RW/RT setempat. Dalam kegiatan observasi peneliti menuangkannya dalam bentuk tulisan cacatan lapangan, yang catatan tersebut nantinya dijadikan sebagai rujukan dan data dalam proses analisis data.

b. Wawancara

Menurut EsterBerg dalam buku metode penelitian kualitatif dan R&D (Sugiyono 2011, 66) wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari pedoman wawancara yang bersifat terbuka yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti, namun pertanyaan tersebut dapat berkembang seiring dengan jawaban yang diberikan oleh informan.

Proses dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan dengan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), beberapa penerima manfaat

20

BPNT, dan petugas di kelurahan Sudimara Jaya, agar dapat memperoleh semua kelengkapan data dan informasi peran dan fungsi yang dilaksanakan oleh Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam penyaluran bantuan sosial non tunai bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Sudimara Jaya.

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pemilihan informan menggunakan purposive sampling, artinya menemukan informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian.(Bungin 2007, 107) Berikut ini daftar informan yang akan penulis wawancarai yaitu :

Tabel 1. 1 Tabel Informan

No. Informan Informasi yang dicari Jumlah

1. Koordinator Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

Memperoleh informasi

program bantuan sosial non tunai yaitu Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan memperoleh peran dan fungsi Pekerja Sosial

Masyarakat (PSM) di kelurahan dalam penyaluran BPNT 1 2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Memperoleh informasi

program bantuan sosial non tunai yaitu Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan memperoleh peran dan fungsi Pekerja Sosial

Masyarakat (PSM) di

21 kelurahan dalam penyaluran BPNT 3. Tenaga

Dokumen terkait