• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. PENDAMPING PIA

1. Spiritualitas Pendamping PIA a. Pengertian spiritualitas

Kata Spiritualitas berkaitan dengan kata spirit atau roh, yang artinya daya kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan seseorang untuk mempertahankan, memperkembangkan dan mewujudkan kehidupan. Spiritualitas tidak hanya bersifat rohani saja, namun spiritualitas adalah kesadaran atau sikap hidup seseorang untuk dapat bertahan untuk mewujudnyatakankan tujuan dan harapannya.

b. Spiritualitas Rasuli

Spiritualitas rasuli berarti bahwa seorang pendamping dalam melaksanakan kegiatan PIA bukan karena dorongan manusia saja namun karena dorongan kerasulan, yaitu kesadaran sebagai seorang yang beriman kristiani secara dewasa yang dipanggil dan diutus dalam rangka memperluas Kerajaan Allah. Maka dari itu, sebagai seorang beriman kristiani yang dipanggil dan diutus oleh Kristus diharapkan memiliki:

1)Iman yang dewasa

Seorang yang beriman kristiani yang dewasa akan Kristus ialah seseorang yang mempunyai keyakinan yang mendalam akan karya cinta kasih Allah yang

telah menyelamatkan umat manusia melalui hidup dan karya Yesus Kristus. Dengan hal tersebut maka seorang pendamping PIA hendaknya sadar untuk meresapi hidup berimannya secara penuh dengan meneladani hidup dan karya Yesus Kristus yang diungkapkan kepada anak-anak.

2)Berorientasi kepada Yesus Kristus sang Guru

Melalui sakramen permandian, seorang pribadi yang beriman akan Kristus dipanggil dan diutus dalam rangka memperluas kabar penyelamatan Allah kepada manusia. Untuk mempermudah dalam kegiatan PIA, maka seorang pendamping hendaknya berorientasi kepada Yesus Kristus, supaya tindakkannya tidak menyimpang dari ajaran Kristus melainkan sesuai dengan ajaran Kristus. Maka orientasi tersebut dapat dirinci dalam 3 hal:

a) Memusatkan dan mendasarkan kegiatan pendampingannya kepada Yesus Sang Guru.

b) Berkepribadian sesuai dengan ajaran Yesus Kristus.

c) Memiliki sikap seperti yang telah diajarkan oleh Yesus Kristus. 3)Bersemangat Rasul

Yesus memberikan tugas dan mengutus kepada para rasul, hal ini nampak dalam Kitab Suci yaitu dalam Injil Mat 28:19-20, dalam Injil tersebut para pendamping PIA perlu menghayatinya, karena melalui Injil tersebut Yesus memberikan perintah kepada dirinya untuk mewartakan kabar gembira kepada seluruh umat manusia. Pendamping harus memperhatikan perintah perutusan tersebut dan menghayatinya sungguh-sungguh sebagai kabar gembira yang membawa arti baru bagi hidup pendamping PIA.

2. Kualifikasi Pendamping PIA

Berikut ini adalah kualifikasi yang perlu dimiliki oleh seorang pendamping PIA:

a. Jalan menuju Kristus

Melalui kesaksian imannya, para pendamping PIA dapat mewartakan kabar gembira akan Yesus Kristus, maka pendamping harus selalu memperdalam iman dalam hidupnya melalui Yesus Kristus dan mengacu dari hidup serta karya dalam pribadi Yesus Kristus Sang Guru. Pokok-pokok dalam pewartaannya yaitu Yesus Kristus yang telah menyelamatkan manusia. Dalam definisi inilah seorang pendamping diajak untuk mendalami dan menghayati hidup berimannya sesuai dengan Yesus Kristus, sehingga peserta PIA dapat diperkenalkan dan dibimbing akan Yesus Kristus.

b. Mampu menciptakan hubungan yang mesra antara dirinya dengan anak-anak Sebagai orang beriman, seorang pendamping mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan. Hubungan ini juga akan tercermin di dalam kehidupan sehari-hari dan dalam relasi dengan orang lain. Ia akan melihat sesama sebagai saudara, sebagai rekan dan sebagai pribadi. Demikian pula sikapnya terhadap anak-anak, seorang pendamping diharapkan mampu menyelami dan memahami situasi dan kebutuhan anak-anak.

c. Dapat menampakkan dan membagikan kegembiraan

Gembira merupakan ciri khas dari kegiatan PIA. Modal awal dalam mencipakan situasi yang menggembirakan tidak berada di luar jangkauan pribadi pendamping PIA namun suasana kegembiraan itu ada di dalam pribadi pendamping tersebut. Ciri gembira dalam kegiatan PIA didasari oleh sikap

gembira yang tertuang dalam kata-kata dan tindakan. Kegiatan yang menggembirakan akan menumbuhkan minat anak untuk selalu hadir dalam setiap pertemuan dalam kegiatan PIA.

d. Mencintai anak

Seorang pendamping PIA harus mencintai anak-anak, sebagaimana Yesus mencintai umatNya. Pendamping perlu berusaha untuk memahami secara mendalam tentang kebutuhan-kebutuhan anak sesuai situasi dan keadaan mereka. Meka dengan hal itu akan muncul rasa cinta yang mendalam, baik dari anak maupun diri pendamping sendiri.

e. Sabar

Kesabaran merupakan bagian penting dari hukum cinta kasih yang tidak dapat terpisahkan, maka dari itu seorang pendamping PIA dituntut untuk sabar, karena ia berhadapan dengan pribadi anak-anak yang sedang tumbuh. Dengan adanya kesabaran, maka segala usaha yang dijalankan akan berjalan sesuai degan ajaran Kristus.

f. Tegas

Dalam kegiatan PIA diperlukan ketegasan, karena tanpa ketegasan pendamping akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam kegiatan pendampingannya. Walaupun dalam kegiatan PIA terdapat ciri bebas, namun pendamping membimbing peserta PIA dengan tegas, sehingga anak dilatih untuk bersikap sabar. Maka dengan hal ini, anak dapat mendalami arti kebebasan dengan penuh tanggung jawab, sehingga anak dapat selalu berkreativitas, karena ketegasan itu berawal dari rasa cintanya kepada anak-anak.

Keberhasilan berawal dari sikap disiplin, maka dalam kegiatan PIA seorang pendamping berperan sebagai seorang pendidik, diharapkan seorang pendamping memiliki sikap kedisiplinan yang tinggi, karena akan memperkokoh dan menunjang kewibawaannya dalam mendampingi anak-anak.

h. Memiliki fantasi dan kreasi

Seorang pendamping PIA juga dituntut untuk kreatif. Kreatif menciptakan bermacam-macam kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi anak-anak PIA, dengan sikap kreatif yang dimiliki oleh pendamping, maka akan dapat melancarkan suasana pendampingan yang menarik bagi para peserta PIA. Ia harus berani berkreasi dan menciptakan kegiatan baru, sehingga metode yang digunakan dapat bervariatif.

i. Bersedia selalu belajar

Untuk dapat melaksanakan pendampingan, sebaik mungkin diperlukan pemahaman yang cukup terhadap anak-anak. Pendamping PIA perlu memahami watak anak, kebutuhan anak-anak, cita-citanya dan lain sebagainya. Maka pendamping perlu selalu belajar menangani hal tersebut. Selain hal tersebut, pendamping juga perlu meningkatkan keterampilan-keterampilan dan pengetahuan sehubungan dengan PIA, artinya pendamping selalu mencari jalan yang terbaik demi mendekatkan diri mereka kepada Yesus Kristus (Lembaga Pengembangan Kateketik PUSKAT, 1993:92-98).

Dokumen terkait