• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE DINAMIKA KELOMPOK BERPELUANG EFEKTIF BAGI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "METODE DINAMIKA KELOMPOK BERPELUANG EFEKTIF BAGI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendi"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Yohanes Pratamto Henri NIM: 051124032

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang saya sayangi, kedua orangtuaku tercinta Yohanes Margina dan Theresia Tukindaryati. Kedua kakakku

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

Judul skripsi ini adalah “METODE DINAMIKA KELOMPOK BERPELUANG EFEKTIF BAGI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA”. Alasan penulis memilih judul skripsi ini dilatarbelakangi oleh kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati yang berlangsung kurang efektif. Masalah tersebut dapat dilihat dari metode yang dipergunakan oleh para pendamping PIA yang kurang bervariasi sehingga menjadikan anak bosan dan kurang berminat dalam mengikuti kegiatan PIA. Anak-anak ini membutuhkan pendampingan dari orang yang lebih dewasa terutama orang tua mereka. Kesibukan orang tua menjadikan mereka mempercayakan pendidikan dan perkembangan iman anaknya pada PIA.

Menanggapi hal itu, penulis melihat bahwa anak-anak di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta sangat membutuhkan pendampingan iman yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, penulis melaksanakan penelitian tentang pelaksanaan Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta berkaitan dengan penggunaan metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara pada 2 pengurus wilayah dan 10 pendamping PIA. Wawancara dengan pengurus wilayah dilakukan untuk memperoleh data mengenai situasi umum Wilayah Donoharjo Utara Yogyakarta. Sedangkan wawancara dengan para pendamping PIA dilakukan untuk memperoleh data penelitian tentang pelaksanaan PIA di Wilayah Donoharjo Utara Yogyakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode dinamika kelompok berpeluang efektif dalam kegiatan PIA. Dinamika kelompok dapat menumbuhkan minat anak dalam mengikuti kegiatan PIA. Metode dinamika kelompok merupakan metode yang bermanfaat untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan PIA.

(9)

YOGYAKARTA”. The author chose the title of this thesis based on the activities of the Faith Child Assistance (FCA) in the North Donoharjo region in the Parish of Mlati, which was less effective. These problems could be seen from the methods used by the facilitators of the FCA that were less varied so, in turn, caused children bored and less interested in joining the FCA activities. These children need more attention from a more mature person, especially their parents. As they are busy parents entrust the education and the faith development of their children in the FCA.

In response, the author noticed that the children in the North Donoharjo region in the Parish of Mlati of Yogyakarta were in need of faith assistance in accordance with their needs. Thus, the authors conducted research on the implementation of the Faith Child Assistance in the North Donoharjo region in the Parish of Mlati of Yogyakarta in connection with the use of group dynamics method in FCA activities.

This research used a qualitative approach. Data was gathered by using the interview method on the 2 officials of the region and 10 FCA facilitators. Interviews with regional officials were carried out to obtain data on the general situation in Northern Donoharjo Territory of Yogyakarta. While the interview with facilitators was conducted to obtain data about the implementation of FCA in the North Donoharjo region in the Parish of Mlati.

The results of this research indicated that the group dynamics method has effective opportunity in FCA activities. Group dynamics can foster children's interests in the following FCA activities. Group dynamics method is a useful method to use in conducting FCA activities.

(10)

x

Puji dan syukur atas segala rahmat, berkat, karunia serta bimbinganNya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kekuatan Allah serta kesetiaanNya dalam mendampingi dan menuntun penulis sungguh dirasakan oleh penulis, sehingga penulis dapat selalu mendapatkan jalan setiap kali menemui kesulitan.

Skripsi ini berjudul “METODE DINAMIKA KELOMPOK BERPELUANG EFEKTIF BAGI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA”.

Melalui skripsi ini penulis bermaksud memberikan sumbangan pemikiran untuk kelompok Pendampingan Iman Anak (PIA) di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta, khususnya bagi para pendamping dalam melaksanakan pendampingan iman bagi anak-anak PIA dengan menggunakan metode dinamika kelompok.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan perhatian dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(11)

3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum. selaku dosen penguji III, yang telah merelakan pikiran, waktu dan tenaga dalam membimbing penulis sejak persiapan penulisan sampai terselesaikan skripsi ini.

4. Drs. H. J. Suhardiyanto, SJ. selaku Ketua Program Studi IPPAK-USD yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 5. Ketua Wilayah, umat, para pendamping PIA, dan anak-anak PIA di Wilayah

Donoharjo Utara Paroki Mlati yang telah memberikan bantuan untuk memperoleh data yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Keluarga besar IPPAK – USD yang telah membekali penulis dengan pengetahuan, pengalaman serta fasilitas demi memperlancar studi dan penyelesaian skripsi.

7. Teman-teman IPPAK angkatan 2005 yang selalu memberi dukungan, semangat, dan perhatian kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Keluargaku yang telah mendukung secara spiritual, moril, maupun dalam bentuk apa saja sampai terselesaikannya skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah berperan dalam proses studi khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.

(12)

xii Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta.

Yogyakarta, 09 September 2009 Penulis,

(13)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN.. ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN PERMASALAHAN... 9

C. TUJUAN PENULISAN... 10

D. MANFAAT PENULISAN ... 10

E. METODE PENULISAN ... 11

(14)

xiv

KELOMPOK ... 13

A. SEJARAH, PESERTA, DASAR, TUJUAN, CIRI KHAS PIA .... 13

1. Sejarah PIA ... 13

2. Peserta PIA... 14

3. Dasar PIA ... 16

a. Dasar Kitab Suci ... 16

b. Dasar dari Dokumen Resmi Gereja ... 17

4. Tujuan PIA ... 19

5. Ciri khas PIA... 20

B. PENDAMPING PIA ... 22

1. Spiritualitas Pendamping PIA ... 22

2. Kualifikasi Pendamping PIA... 24

C. MACAM-MACAM METODE DALAM PIA ... 26

1. Metode Ekspresi ... 27

2. Metode Populer... 27

3. Metode Dinamika Kelompok... 28

4. Metode Eksploratif dan Simulatif... 28

5. Metode Naratif ... 28

6. Memainkan Suatu Kisah ... 29

7. Metode Bernyanyi... 29

8. Metode Tanya jawab... 30

(15)

1. Pengertian Dinamika Kelompok ... 32

a. Kelompok... 32

b. Dinamika ... 33

c. Dinamika Kelompok... 33

2. Tujuan Dinamika Kelompok... 34

3. Fungsi Dinamika Kelompok ... 34

4. Metode Dinamika Kelompok dalam PIA... 35

a. Makna Dinamika Kelompok dalam PIA. ... 35

b. Tujuan Dinamika Kelompok dalam PIA. ... 35

c. Fungsi Dinamika Kelompok dalam PIA... 36

d. Batasan Usia Anak dalam Dinamika Kelompok. ... 36

5. Macam-macam Metode Dinamika Kelompok dalam PIA... 37

a. Metode Permainan ... 37

b. Metode Diskusi... 38

c. Memainkan Suatu Kisah ... 38

d. Outbound... 39

BAB III GAMBARAN UMUM PIA DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA ... 41

(16)

xvi

2. Situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara ... 43

3. PIA dalam pelaksanaannya di wilayah ... 43

B. PENELITIAN TENTANG PELAKSANAAN PIA DI WILAYAH DONOHARJO UTARA YOGYAKARTA ... 44

1. Persiapan penelitian ... 44

2. Metodologi Penelitian ... 48

3. Hasil Penelitian ... 50

4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

5. Rangkuman Hasil Penelitian ... 64

C. KESIMPULAN... 67

BAB IV USULAN PROGRAM KADERISASI BAGI PARA PENDAMPING PIA DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA ... 68

A. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PROGRAM ... 68

B. ALASAN PEMILIHAN TEMA ... 70

C. URAIAN TEMA DAN TUJUAN ... 73

D. PENJABARAN PROGRAM... 76

E. PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ... 80

F. CONTOH SATUAN PERSIAPAN KADERISASI PIA TENTANG PENGGUNAAN METODE DINAMIKA KELOMPOK BAGI PARA PENDAMPING PIA ... 81

(17)

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian... (2)

Lampiran 3: Daftar Responden ... (3)

Lampiran 4: Pedoman Pertanyaan Wawancara... (4)

Lampiran 5: Hasil Wawancara Penulis dengan Pengurus Wilayah Donoharjo Urara, Paroki Mlati, Yogyakarta... (5)

(18)

xviii A. SINGKATAN KITAB SUCI

Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia ditambah dengan Kitab-Kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia (Konferensi Wali Gereja Indonesia, 1992).

B. SINGKATAN DOKUMEN GEREJA

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

GE : Gravissimum Educationis, Dokumen Gereja dari Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.

C. SINGKATAN LAIN

BIAK :Bina Iman Anak Katolik BIA :Bina Iman Anak

BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional h : halaman

(19)

Luk : Lukas Mat : Matius

Mudika : Muda Mudi Katolik No : Nomor

Pasutri :Pasangan suami istri PIA :Pendampingan Iman Anak PIR : Pendampingan Iman Remaja Pr : Projo

PSE : Pengembangan Sosial Ekonomi PUSKAT : Pusat Kateketik

R : Responden Rm : Romo

RT : Rumah Tangga SJ : Serikat Yesus St : Santo

(20)

PENDAHULUAN

Bab pertama skripsi ini menguraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

A. LATAR BELAKANG

(21)

Stasi Mlati ditingkatkan menjadi Paroki pada tanggal 16 Agustus 1960. Adapun para Romo yang bertugas di Paroki Mlati antara lain: Rm. Antonius Wignyamartoyo, Pr yang merupakan pastor pertama (1960-1969), Rm. Rommens, SJ (1969-1972), Rm. T. Wignyasupadmo, SJ (1974-1981), Rm. FX. Murdisusanto, Pr (1981-1987), Rm. FA. Suntoro, Pr (1987-1998), Rm. Kartasudarma, Pr (1998-1999), Rm. P. Riana Prapdi (1999-2001), dan Rm. Ag. Sukandar, Pr (2000-2002), Rm. St. Istoto Raharjo, Pr (2001-2005) dan Rm. Ig. Nandy Winarta, Pr, Rm. Ag. Sudarisman, Pr (2005-sekarang) (2006:31).

(22)

Paroki Mlati terbagi menjadi 16 wilayah yang terdiri dari 68 lingkungan, yaitu: Santo Paulus Donoharjo Selatan, Santo Yakobus Tambakrejo, Santo Yohanes Berkisan, Santo Venatius Dukuh, Santo Ignatius Tridadi, Santo Markus Mlati Utara, Santo Markus Mlati Selatan, Santo Thomas Duwet, Santo Alfonsus De Liguori Karangmloko, Santo Antonius Plasa Panca, Aloysius Kronggahan, Agustinus Getas, Santo Petrus Warak, Santo Yosef Cebongan, Santo Paulus Bolawen dan Santo Petrus Donoharjo Utara (2006:57-125).

Wilayah Donoharjo Utara termasuk bagian dari paroki Mlati Yogyakarta, di mana wilayah tersebut berada paling utara di antara wilayah-wilayah yang lainnya. Di Wilayah Donoharjo Utara terdapat empat lingkungan yaitu lingkungan Ngepas (St. Robertus), Gondanglutung (St. Paulus), Brengosan (St. Yusuf) dan Kayunan (St. Stefanus). Kegiatan umat di Wilayah Donoharjo Utara meliputi: Paguyuban Adi Sepuh (lansia), Pasutri Keluarga Katolik Muda, Paguyuban Pangruktiloyo, Yusuf Arimatea, Mudika, dan PIA (2006:75-76). Selain itu ada juga seksi-seksi yang terlibat dalam kepengurusan di Wilayah Donoharjo Utara, antara lain seksi liturgi, sosial ekonomi, prodiakon, lektor, tabungan cinta kasih, ibu wilayah, pewartaan, pembangunan, koor, karawitan dan RT. Kapel. Berdasarkan kegiatan-kegiatan di atas, di Wilayah Donoharjo Utara juga terdapat kegiatan yang mengacu dari paroki, antara lain: mudika, PIA, liturgi, sosial ekonomi, tabungan cinta kasih, dan pewartaan.

(23)

dimilikinya kapel, maka kegiatan pembinaan iman Umat sangat efektif. Kegiatan tersebut meliputi: Misa Kudus sebulan dua kali yaitu minggu II dan IV, rekoleksi, pertemuan mudika, pendampingan PIA, misa Arwah, pertemuan prodiakon paroki (2006:76).

Anak-anak PIA di Wilayah Donoharjo Utara berjumlah 20 anak dan rata-rata mereka adalah siswa Sekolah Dasar yaitu kelas 1 sampai dengan kelas 6. Anak-anak tersebut biasanya berkumpul dalam kegiatan PIA yang diadakan sebulan dua kali yaitu setiap minggu I dan III dari pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.30 di Kapel St Petrus. Karena letak Kapel cukup jauh dari rumah umat, maka anak-anak biasanya pergi mengikuti PIA menggunakan sepeda, ada pula yang diantar menggunakan kendaraan oleh orang tuanya. Selain mengikuti kegiatan PIA, anak-anak juga disibukkan dengan kegiatan yang lain seperti koor, karena PIA di Wilayah Donoharjo Utara juga sering mendapat tugas koor baik di Gereja Paroki maupun di Kapel wilayah. Di samping tugas koor misa biasa, anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara juga terlibat dalam tugas koor misa Paskah dan Natal anak di Paroki, dan mereka juga ikut terlibat dalam perarakan persembahan yang telah dipilih oleh pendampingnya dari masing-masing wilayah di Paroki Mlati. Selain kegiatan di atas ada juga Safari Novena Rosario, camping dan outbound PIA, serta lomba BKSN.

(24)

ke bawah, mereka tetap memberikan perhatian kepada perkembangan iman anak-anak mereka. Hal ini terlihat dari keterlibatan orang tua dalam bentuk bantuan mempersiapkan konsumsi secara bergilir antara masing-masing orang tua anak, sehingga dapat meringankan para pendamping dalam mengurus masalah konsumsi PIA.

Maka orangtualah yang bertanggung jawab akan pendidikan terhadap anak-anaknya. Ditegaskan dalam Konsili Vatikan II, khususnya di dalam Deklarasi tentang pendidikan Kristiani, bahwa orangtua memiliki kewajiban untuk medidik anak-anaknya, karena orangtualah yang harus diakui menjadi pendidik pertama dan utama dalam memperkembangkan putera-puteri mereka. Tugas dalam mendidik anak merupakan tanggung jawab keluarga, namun dalam usaha medidik anak juga memerlukan bantuan masyarakat. Oleh sebab itu, selain orang tua masyarakat pun mempunyai kewajiban untuk menolongnya (GE, art. 3).

Dalam hal ini orang tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang begitu besar dalam mendidik, memotivasi dan membimbing iman anak-anaknya agar anak-anak memiliki sikap dan wawasan iman Kristiani serta bangga atasnya, serta mampu pula mengungkapkan dan mewujudkan imannya sesuai usia mereka. Kesibukan orang tua, membuat sebagian besar orang tua tidak banyak memiliki waktu untuk memberikan pendidikan iman kepada anak mereka, sehingga orang tua membutuhkan bantuan masyarakat Gereja yaitu para pendamping PIA.

(25)

tradisi Gereja. Kitab Suci dikaitkan dengan pengalaman hidup jemaat. Jemaat mengkomunikasikan pengalaman hidupnya dengan Sabda Allah agar pengalaman tersebut dapat dimaknai atas nama-Nya. Melalui pemaknaan itu, jemaat diharapkan dapat menghadirkan Allah di tengah-tengah hidup mereka dan mendewasakan iman mereka.

Membaca uraian di atas, maka tujuan Pendampingan Iman Anak dapat dirumuskan sebagai berikut: PIA ingin membantu orang tua kristiani dalam usaha menyiapkan lingkungan atau iklim untuk pembimbingan anak-anak yang sedang berkembang menuju ke masa remaja, di dalam iman dan di dalam kepribadian mereka.

Jumlah pendamping PIA di Wilayah Donoharjo Utara mengalami perubahan. Pada tahun 2005-2007 ada 5 orang, mereka juga disibukkan dengan aktifitas perkuliahan. Namun makin lama jumlah pendamping diperiode itu berkurang karena mereka sudah disibukkan dengan pekerjaan dan kegiatan kuliah, sehingga hanya tinggal 1 orang pendamping saja. Saat itu penulis belum memiliki peran dan tanggung jawab sebagai pendamping PIA, namun hanya membantu dan mengamati pelaksanaan PIA walaupun tidak rutin.

(26)

mempengaruhi minat anak dalam mengikuti PIA. Hal ini nampak dalam kegiatan PIA yang jumlah pesertanya sedikit. Melihat keadaan ini, penulis merasa prihatin menyimak permasalahan yang dialami PIA di Wilayah Donoharjo Utara, karena metode yang dipakai kurang bervariasi sehingga anak kurang termotivasi untuk mengikuti PIA. Kurangnya keterlibatan anak-anak dalam kegiatan PIA tersebut akan mempengaruhi hidup berimannya, sehingga cenderung akan menghambat perkembangan imannya.

Pada bulan Mei tahun 2009 dilaksanakan regenerasi pengurus wilayah, dan di situ penulis ditunjuk untuk menjadi koordinator pendamping PIA di Wilayah Donoharjo Utara, lalu para pengurus wilayah tersebut dilantik pada tanggal 5 Agustus 2009. Saat ini jumlah pendamping PIA ada 5 orang termasuk penulis, namun tidak semua pendamping aktif dalam mendampingi anak karena alasan pekerjaan, kuliah dan kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga hanya 2 pendamping saja yang aktif. Para pendamping PIA yang aktif ini merupakan mahasiswa yang masih kuliah, mereka sangat mencintai anak-anak, bergembira, sabar, bersemangat, tegas, dan terbuka untuk belajar. Selain mendampingi PIA di wilayah, mereka juga terlibat dalam kegiatan di Paroki antara lain: pertemuan rutin pendampingan PIA, menyelenggarakan camping PIA, menyelenggarakan acara temu gembira PIA, dan week end pendamping PIA.

(27)

dan memainkan suatu kisah, metode tersebut termasuk dalam metode dinamika kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa metode dinamika kelompok merupakan metode yang berpeluang efektif untuk PIA. Kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara saat ini sudah mengalami peningkatan dalam hal keaktifan kegiatan PIA, dibandingkan dengan tahun yang lalu, karena tahun 2009 ini ada regenerasi pendamping baru yang memiliki semangat yang baru.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk memberikan masukan berupa usulan program kaderisasi Pendampingan Iman Anak tentang penggunaan metode dinamika kelompok bagi para pendamping dalam kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta. Bertitik tolak dari hal tersebut, metode yang akan diungkap dalam penulisan ini adalah metode dinamika kelompok.

Dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama (Santosa, 1999:9).

(28)

pengalaman belajar dan tidak menutup kemungkinan untuk tumbuhnya minat dalam diri anak untuk mengenal Kitab Suci sehingga mampu memperkembangkan imannya. Artinya, metode dinamika kelompok merupakan salah satu metode yang berpeluang efektif untuk digunakan dalam kegiatan PIA. Namun metode dinamika kelompok belum digunakan secara optimal oleh para pendamping dalam kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara, mereka hanya menggunakan metode dinamika kelompok sebagai salah satu variasi metode tanpa menyadari secara mendalam bahwa metode dinamika kelompok memiliki kontribusi untuk mengembangkan minat dan diri anak-anak dalam kegiatan PIA secara efektif.

Berkaitan dengan uraian di atas yaitu dengan melihat keprihatinan dalam Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharo Utara Paroki Mlati, maka skripsi ini penulis beri judul “METODE DINAMIKA KELOMPOK BERPELUANG EFEKTIF BAGI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA”.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian di atas, masalah penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan metode dinamika kelompok dalam PIA?

2. Bagaimana gambaran umum tentang pelaksanaan PIA di Wilayah Donoharjo Utara?

(29)

C. TUJUAN PENULISAN

Skripsi ini ditulis dengan tujuan:

1. Menyampaikan penjelasan mengenai metode dinamika kelompok dalam PIA. 2. Mengetahui pelaksanaan Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo

Utara.

3. Memberikan sumbangan gagasan tentang metode dinamika kelompok untuk mengembangkan minat anak-anak dalam mengikuti kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara.

D. MANFAAT PENULISAN 1. Bagi Gereja

a. Dengan metode dinamika kelompok ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berguna bagi Gereja, khususnya dalam hal Pendampingan Iman Anak.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi karya pastoral Gereja, khususnya dalam meningkatkan efektivitas bagi para calon pendamping PIA.

2. Bagi para pendamping PIA

a. Menambah pengetahuan mengenai metode dinamika kelompok dalam PIA. b. Membantu para pendamping PIA dalam usaha mendampingi PIA secara

efektif. 3. Bagi penulis

(30)

b. Memicu semangat penulis untuk lebih aktif terlibat dalam kegiatan menggereja, khususnya dalam mendampingi PIA.

E. METODE PENULISAN

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu berdasarkan studi dan analisa pustaka yang dilengkapi dengan observasi serta wawancara dengan pengurus wilayah dan para pendamping PIA sehubungan dengan pendampingan yang telah dilaksanakan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Skripsi yang berjudul “Metode Dinamika Kelompok Berpeluang Efektif bagi Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta” ini, akan diuraikan dalam lima bab sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: PENDAMPINGAN IMAN ANAK

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan dan menjelaskan mengenai sejarah, peserta, dasar, ciri khas, tujuan, pendamping PIA, macam-macam metode dalam PIA, dan metode dinamika kelompok. Metode dinamika kelompok sebagai metode yang berpeluang efektif untuk digunakan dalam mendampingi iman anak. BAB III: GAMBARAN UMUM PIA DI WILAYAH DONOHARJO UTARA

(31)

Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran umum Wilayah Donoharjo Utara, situasi anak-anak PIA, dan pendampingan yang telah dilaksanakan di Wilayah Donoharjo Utara. Bab III ini juga menjelaskan tentang pelaksanaan penelitian di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta yang meliputi: hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan rangkuman hasil penelitian.

BAB IV: USULAN PROGRAM KADERISASI BAGI PARA

PENDAMPING PIA DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA

Dalam bab ini dipaparkan tentang usulan program kaderisasi PIA tentang penggunaan metode dinamika kelompok bagi para pendamping dalam kegiatan PIA. Usulan program tersebut diharapkan membantu para pendamping PIA untuk menjalankan tugasnya dalam mendampingi PIA secara efektif.

BAB V: PENUTUP

(32)

PENDAMPINGAN IMAN ANAK DAN DINAMIKA KELOMPOK

Bab II ini berupa Kajian Pustaka yang akan penulis uraikan dalam empat bagian. Pertama tentang sejarah, peserta, dasar, tujuan, ciri khas PIA. Kedua, tentang pendamping PIA. Ketiga, mengenai macam-macam metode dalam PIA, dan yang terakhir tentang metode dinamika kelompok.

A. SEJARAH, PESERTA, DASAR, TUJUAN, CIRI KHAS PIA

Pembicaraan tentang sejarah PIA berikut ini disusun dari manuskrip bahan mata kuliah PIA oleh Suhardiyanto, 2006.

1. Sejarah PIA

PIA adalah singkatan dari Pendampingan Iman Anak yang sebelumnya biasa disebut Sekolah Minggu. Istilah Sekolah Minggu cukup kita kenal untuk masa sekarang ini. Berdasarkan asal katanya Sekolah Minggu berasal dari bahasa Inggris, yaitu Sunday School.Sunday berarti hari pertama dalam satu minggu, hari istirahat dan hari ibadat bagi orang Kristen. School merupakan suatu lembaga formal yang menangani masalah pendidikan. Dengan demikian Sunday School

adalah suatu kegiatan yang dihadiri oleh anak-anak yang berlangsung di Gereja dengan maksud untuk mengikuti pelajaran agama.

(33)

lembaga resmi seperti sekolah yang lain dan peserta tidak terbatas pada anak-anak yang sudah dibaptis, dengan kata lain yang belum dibaptis pun boleh mengikutinya. Bertolak dari pengalaman pelaksanaan Sekolah Minggu dalam Gereja Kristen Protestan, kemudian dalam Gereja Katolik berkembang pelayanan iman bagi anak- anak. Pelayanan iman yang kita kenal dengan Sekolah Minggu muncul dalam Gereja Katolik berasal dari penerjemahan sebuah buku penuntun Sekolah Minggu dari Gereja Kristen Protestan. Buku penuntun Sekolah Minggu tersebut diterbitkan pada tahun 1965. Perkembangan lebih lanjut setelah penerjemahan buku itu adalah diadakannya pertemuan rutin (periodik) sekelompok anak-anak di kota Malang yang berkumpul untuk bernyanyi, bermain dan berdoa bersama. Pertemuan rutin ini terjadi sejak tahun 1972.

Akhirnya untuk masa sekarang ini diberbagai daerah di Indonesia Sekolah Minggu telah menjadi salah satu kegiatan paroki. Sekolah Minggu dalam Gereja Katolik di Indonesia pada masa sekarang ini telah berkembang sebagai suatu kegiatan yang penting dalam kehidupan paroki. Hal ini secara nyata dapat kita lihat dan kita ketahui dengan adanya Sekolah Minggu hampir di setiap paroki di Indonesia khususnya di Keuskupan Agung Semarang meskipun dengan nama atau istilah yang berbeda-beda. Istilah lain untuk Sekolah Minggu misalnya Bina Iman Anak, Minggu Gembira, Taman Tunas Iman, PIA, dan sebagainya.

2. Peserta PIA

(34)

kenyataannya kondisi keluarga terkadang menjadikan orang tua sibuk dan kurang peduli akan perkembangan iman anak-anaknya. Melihat kondisi tersebut maka sangat baik bila anak-anak dilibatkan dalam kegiatan PIA.

Secara psikologis anak mempunyai ciri perkembangan kejiwaan yang khusus. Pertumbuhan kejiwaan anak usia 4-13 tahun memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ciri pertama, pertumbuhan fisik dan motoriknya maju pesat, hal ini berperan penting bagi perkembangan yang dibutuhkan oleh anak-anak sebagai mekhluk individu dan makhluk sosial. Ciri kedua, kehidupan sosialnya diperkaya, selain memiliki kemampuan dalam hal bekerjasama anak-anak juga memiliki kemampuan dalam hal bersaing di antara hidup dengan teman sebaya. Ciri ketiga, semakin menyadari diri, selain memiliki keinginan dan perasaan tertentu anak juga semakin memiliki minat tertentu. Ciri keempat, kemampuan berpikir anak-anak masih berada dalam tingkat persepsional. Ciri kelima, dalam bergaul, bekerjasama, dan berkegiatan bersama anak-anak tidak membedakan jenis tetapi yang menjadikan dasar adalah perhatian dan pengalaman yang sama. Ciri keenam, anak-anak memiliki kesanggupan untuk mengalami hubungan sebab akibat. Ciri ketujuh, ketergantungan pada orang dewasa semakin berkurang dan kurang memerlukan perlindungan orang dewasa. Seorang pendamping perlu mendalami ciri-ciri dalam pertumbuhan kejiwaan anak-anak, sehingga seorang pendamping dalam melaksanakan pendampingan dapat menjadi peka untuk melihat perubahan tingkah laku yang terjadi dalam peserta PIA (Sene, 1985: 48-49).

(35)

Usia 3-5 tahun : hubungan yang dialami sebagai hubungan seorang individu yang tergantung pada orang lain. Hubungan yang dialami ialah hubungan seseorang sebagai anggota keluarga.

Usia 6-8 tahun : hubungan yang dialami sebagai hubungan yang semakin luas, di mana hubungan yang hanya ada di keluarga meluas ke sekolah dan kelompok-kelompok di luar keluarga.

Usia 9-11 tahun : pengalaman menjadi anggota dalam kelompok sebaya. Pengalaman tersebut membuat anak mengalami perasaan bahwa seseorang perlu medukung dan didukung oleh orang-orang di luar keluarganya.

Usia 12-14 tahun : pengalaman tumbuh dalam hubungan-hubungan antar pribadi yang lebih mendalam terutama hubungan dengan kawan dan hingga hubungan antara laki-laki dan perempuan (Goretti, 1999:73).

Jadi peserta PIA adalah anak-anak yang pada umumnya sedang belajar di Taman Kanak-Kanak sampai SMP kelas 2. Kegiatan PIA ini diutamakan bagi yang sudah dipermandikan, namun tidak menutup kemungkinan bagi yang belum dipermandikan.

3. Dasar PIA

(36)

Kitab Suci yang mengemukakan pentingnya pendidikan iman bagi anak-anak antara lain Injil Luk 18:15-17. Dalam teks tersebut terungkap sikap Yesus terhadap anak-anak. Yesus bersabda: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaKu dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah". Yesus penuh perhatian terhadap anak-anak. Dan perhatian terhadap anak-anak seperti yang dilakukan oleh Yesus inilah yang menjadi dasar bagi pelaksanaan PIA sebagai suatu kegiatan yang memang dikhususkan bagi anak-anak untuk membina iman mereka. Teks lainnya dari Kitab Suci sehubungan dengan pendidikan iman ialah dalam Injil Mat 28:19-20 yang berbunyi: “ Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintakan kepadamu”. Perkataan Yesus kepada murid-muridNya ini berarti bahwa Yesus sangat mempercayakan kepada para muridNya untuk mewartakan kabar suka cita kepada semua orang sesuai dengan ajaran Yesus yang selalu menyertai sampai akhir zaman. Dengan hal tersebut, maka mewartakan kabar gembira tidak hanya ditujukan kepada kelompok tertentu, melainkan ditujukan kepada semua orang baik orangtua, dewasa, maupun kepada anak-anak. Hal tersebut menjelaskan bahwa anak-anak mendapat tempat dalam pewartaan iman akan Yesus Kristus.

b. Dasar dari Dokumen Resmi Gereja

Ajaran Gereja tentang Pendidikan Kristiani dinyatakan dalam Dokumen-Dokumen Gereja sebagai berikut:

(37)

hendaknya mencurahkan tenaganya supaya anak-anak menerima pendidikan serta pengajaran yang pantas.

2) Orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik pertama dan utama. Sebab merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang kebutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. (GE, art. 3)

3) Anak-anak sudah saatnya memasuki kalangan sosial yang lebih luas seperti sekolah dan Gereja, tetapi juga saatnya terlibat dalam kegiatan katekese yang bertujuan memasukkan anak secara organis ke dalam kehidupan Gereja. Katekese mencakup persiapan langsung untuk merayakan Sakramen-Sakramen, menyingkap makna Sakramen-Sakramen tetapi juga sekaligus menerima dari pengalaman Sakramen-Sakramen suatu dimensi yang hidup sehingga tidak bersifat doktriner belaka. Katekese memberikan kepada anak-anak kegembiraan menjadi saksi Kristus dalam hidup sehari-hari (CT, art. 37). 4) Selain dari Kitab Suci, Dokumen Gereja "Gravissimum Educationis" (art. 3),

(38)

4. Tujuan PIA

Melalui kegiatan PIA, Gereja bermaksud untuk membantu para orang tua kristiani dalam mendampingi anak-anak mereka yang sedang berkembang. Pendampingan PIA merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja untuk memperdalam iman dan membantu anak untuk semakin masuk dan terlibat dalam hidup menggereja.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam PIA, antara lain:

a. Menciptakan suasana yang mendukung bagi anak-anak yang sedang tumbuh menuju ke masa remaja.

b. Menciptakan berkembangnya iman di dalam pribadi anak-anak.

c. Memperluas pemahaman agama kristiani ke arah penghayatan iman yang sesuai dengan keadaan pribadi anak, dengan berpegang kepada pribadi Yesus. d. Menciptakan penghayatan iman anak melalui komunikasi iman dengan sesama

melalui teman-temannya dan peristiwa yang dialami. e. Mengembangkan pemahaman anak mengenai ibadat.

f. Mendukung anak dalam persiapan penerimaan komuni pertama.

g. Menanamkan sikap saling kerjasama, saling menolong, menghargai antara sesama.

h. Mengembangkan bakat dan kreatifitas anak. i. Menciptakan harga diri yang sehat.

j. Memupuk sikap peduli terhadap orang lain.

(39)

m.Mengembangkan sikap rajin membaca dan memperdalam Kitab Suci (Goretti, 1999:18).

5. Ciri khas PIA

Bila kelompok PIA sungguh ingin konsekuen menjadi wadah bagi pertumbuhan dan penyadaran iman yang telah dimiliki anak, maka ciri suasana kelompok perlu diperhatikan. Dalam kegiatan PIA terdapat enam ciri suasana yang harus diperhatikan oleh pendamping (Goretti, 1999:19-20):

a. Gembira

Suasana gembira perlu tercipta dalam kegiatan PIA, karena situasi gembira dekat dengan pribadi anak-anak. Dengan demikian kegiatan PIA perlu menghadirkan situasi yang menyenangkan, menggembirakan, menarik, sehingga anak-anak merasa betah dan selalu ingin berkumpul lagi. Pendamping perlu berusaha supaya tidak muncul suasana yang membosankan.

b. Bebas

Kebebasan menjadi hal yang pokok dalam rangka memperdalam iman. Pendamping PIA ingin membantu anak-anak peserta PIA agar menyadari iman yang mereka miliki, sehingga memungkinkan berkembangnya iman dalam diri anak. Dengan demikian suasana yang membebaskan penting untuk dimiliki oleh kelompok PIA. Maka dengan hal ini memungkinkan tumbuhnya iman yang sedang berkembang dalam diri anak-anak.

c. Bermain

(40)

pertemuan di dalam kegiatan PIA perlu melibatkan unsur bermain. Dengan bermain dapat menumbuhkan kreativitas, juga meningkatkan sosialisasi, dan wawasan menjadi luas. Sehingga dapat mengembangkan keterlibatan anak dalam menciptakan suasana yang baik bagi sesama.

d. Mendalam

Pendamping perlu memilih kegiatan atau permainan yang akan dipakai dalam kegiatan PIA. Kegiatan atau permainan tersebut perlu dilihat secara mendalam. Setelah suatu kegiatan permainan selesai dilaksanakan, pendamping mengajak anak-anak untuk melihat kembali perasaan yang muncul selama bermain. Sehingga dalam kegiatan PIA tidak hanya sekedar bermain saja, namun melalui kegiatan tersebut anak-anak PIA juga dapat mengambil hikmah yang berguna dalam hidupnya.

e. Beriman

Ciri ini juga termasuk salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam kelompok PIA. Ciri ini dapat muncul perlahan-lahan melalui proses perkenalan dan perkembangan kehidupan kristiani anak-anak. Kehidupan kristiani berarti kehidupan yang berpola pada Yesus Kristus. Dengan memperkenalkan pribadi Yesus Kristus, maka anak diharapkan semakin berkembang dalam hidupnya seperti yang dicita-citakan oleh Yesus. Beriman berarti semakin mengikuti Kristus secara penuh. Begitu pula dengan anak-anak PIA, mereka diharapkan mencintai Kristus secara penuh.

f. Menjemaat

(41)

dengan baik, belajar saling memahami, belajar bekerjasama, belajar saling memaafkan dan seterusnya terlaksana dalam kelompok PIA. Dengan latihan-latihan dan pengalaman tersebut, melatih anak-anak untuk hidup bersama di dalam jemaat.

B. PENDAMPING PIA

1. Spiritualitas Pendamping PIA a. Pengertian spiritualitas

Kata Spiritualitas berkaitan dengan kata spirit atau roh, yang artinya daya kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan seseorang untuk mempertahankan, memperkembangkan dan mewujudkan kehidupan. Spiritualitas tidak hanya bersifat rohani saja, namun spiritualitas adalah kesadaran atau sikap hidup seseorang untuk dapat bertahan untuk mewujudnyatakankan tujuan dan harapannya.

b. Spiritualitas Rasuli

Spiritualitas rasuli berarti bahwa seorang pendamping dalam melaksanakan kegiatan PIA bukan karena dorongan manusia saja namun karena dorongan kerasulan, yaitu kesadaran sebagai seorang yang beriman kristiani secara dewasa yang dipanggil dan diutus dalam rangka memperluas Kerajaan Allah. Maka dari itu, sebagai seorang beriman kristiani yang dipanggil dan diutus oleh Kristus diharapkan memiliki:

1)Iman yang dewasa

(42)

telah menyelamatkan umat manusia melalui hidup dan karya Yesus Kristus. Dengan hal tersebut maka seorang pendamping PIA hendaknya sadar untuk meresapi hidup berimannya secara penuh dengan meneladani hidup dan karya Yesus Kristus yang diungkapkan kepada anak-anak.

2)Berorientasi kepada Yesus Kristus sang Guru

Melalui sakramen permandian, seorang pribadi yang beriman akan Kristus dipanggil dan diutus dalam rangka memperluas kabar penyelamatan Allah kepada manusia. Untuk mempermudah dalam kegiatan PIA, maka seorang pendamping hendaknya berorientasi kepada Yesus Kristus, supaya tindakkannya tidak menyimpang dari ajaran Kristus melainkan sesuai dengan ajaran Kristus. Maka orientasi tersebut dapat dirinci dalam 3 hal:

a) Memusatkan dan mendasarkan kegiatan pendampingannya kepada Yesus Sang Guru.

b) Berkepribadian sesuai dengan ajaran Yesus Kristus.

c) Memiliki sikap seperti yang telah diajarkan oleh Yesus Kristus. 3)Bersemangat Rasul

(43)

2. Kualifikasi Pendamping PIA

Berikut ini adalah kualifikasi yang perlu dimiliki oleh seorang pendamping PIA:

a. Jalan menuju Kristus

Melalui kesaksian imannya, para pendamping PIA dapat mewartakan kabar gembira akan Yesus Kristus, maka pendamping harus selalu memperdalam iman dalam hidupnya melalui Yesus Kristus dan mengacu dari hidup serta karya dalam pribadi Yesus Kristus Sang Guru. Pokok-pokok dalam pewartaannya yaitu Yesus Kristus yang telah menyelamatkan manusia. Dalam definisi inilah seorang pendamping diajak untuk mendalami dan menghayati hidup berimannya sesuai dengan Yesus Kristus, sehingga peserta PIA dapat diperkenalkan dan dibimbing akan Yesus Kristus.

b. Mampu menciptakan hubungan yang mesra antara dirinya dengan anak-anak Sebagai orang beriman, seorang pendamping mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan. Hubungan ini juga akan tercermin di dalam kehidupan sehari-hari dan dalam relasi dengan orang lain. Ia akan melihat sesama sebagai saudara, sebagai rekan dan sebagai pribadi. Demikian pula sikapnya terhadap anak-anak, seorang pendamping diharapkan mampu menyelami dan memahami situasi dan kebutuhan anak-anak.

c. Dapat menampakkan dan membagikan kegembiraan

(44)

gembira yang tertuang dalam kata-kata dan tindakan. Kegiatan yang menggembirakan akan menumbuhkan minat anak untuk selalu hadir dalam setiap pertemuan dalam kegiatan PIA.

d. Mencintai anak

Seorang pendamping PIA harus mencintai anak-anak, sebagaimana Yesus mencintai umatNya. Pendamping perlu berusaha untuk memahami secara mendalam tentang kebutuhan-kebutuhan anak sesuai situasi dan keadaan mereka. Meka dengan hal itu akan muncul rasa cinta yang mendalam, baik dari anak maupun diri pendamping sendiri.

e. Sabar

Kesabaran merupakan bagian penting dari hukum cinta kasih yang tidak dapat terpisahkan, maka dari itu seorang pendamping PIA dituntut untuk sabar, karena ia berhadapan dengan pribadi anak-anak yang sedang tumbuh. Dengan adanya kesabaran, maka segala usaha yang dijalankan akan berjalan sesuai degan ajaran Kristus.

f. Tegas

Dalam kegiatan PIA diperlukan ketegasan, karena tanpa ketegasan pendamping akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam kegiatan pendampingannya. Walaupun dalam kegiatan PIA terdapat ciri bebas, namun pendamping membimbing peserta PIA dengan tegas, sehingga anak dilatih untuk bersikap sabar. Maka dengan hal ini, anak dapat mendalami arti kebebasan dengan penuh tanggung jawab, sehingga anak dapat selalu berkreativitas, karena ketegasan itu berawal dari rasa cintanya kepada anak-anak.

(45)

Keberhasilan berawal dari sikap disiplin, maka dalam kegiatan PIA seorang pendamping berperan sebagai seorang pendidik, diharapkan seorang pendamping memiliki sikap kedisiplinan yang tinggi, karena akan memperkokoh dan menunjang kewibawaannya dalam mendampingi anak-anak.

h. Memiliki fantasi dan kreasi

Seorang pendamping PIA juga dituntut untuk kreatif. Kreatif menciptakan bermacam-macam kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi anak-anak PIA, dengan sikap kreatif yang dimiliki oleh pendamping, maka akan dapat melancarkan suasana pendampingan yang menarik bagi para peserta PIA. Ia harus berani berkreasi dan menciptakan kegiatan baru, sehingga metode yang digunakan dapat bervariatif.

i. Bersedia selalu belajar

Untuk dapat melaksanakan pendampingan, sebaik mungkin diperlukan pemahaman yang cukup terhadap anak-anak. Pendamping PIA perlu memahami watak anak, kebutuhan anak-anak, cita-citanya dan lain sebagainya. Maka pendamping perlu selalu belajar menangani hal tersebut. Selain hal tersebut, pendamping juga perlu meningkatkan keterampilan-keterampilan dan pengetahuan sehubungan dengan PIA, artinya pendamping selalu mencari jalan yang terbaik demi mendekatkan diri mereka kepada Yesus Kristus (Lembaga Pengembangan Kateketik PUSKAT, 1993:92-98).

C. MACAM-MACAM METODE DALAM PIA

(46)

Pusat Bahasa, 2001). Macam-macam metode dalam PIA ini meliputi antara lain metode ekspresi, populer, dinamika kelompok, eksploratif dan simulatif, naratif, memainkan suatu kisah, bernyanyi, tanya jawab, permainan, karyawisata, dan metode diskusi yang diambil dari Komisi Kateketik KAS, 2008: 45-46 dan Lembaga Pengembangan Kateketik PUSKAT, 1993: 110-111.

1. Metode Ekspresi

Metode ini dipakai untuk mengajak anak-anak mengekspresikan idenya yang telah diterima dalam pertemuan kegiatan PIA baik secara individu maupun kelompok. Ekspresinya meliputi irama, gambar, gerak dan lagu, dan puisi. Ekspresi gerak antara lain: anak-anak diminta mengekspresikan idenya dengan gerak mencipta bentuk, misalnya dengan menari. Ekspresi irama meliputi: anak diajak untuk mengekspresikan idenya dengan menghasilkan bunyi-bunyian, mengubah bernyanyi dengan diiringi musik. Ekspresi gambar antara lain: pendamping mengajak anak untuk melukis sesuai dengan ide yang dimilikinya, mewarnai gambar, melengkapi gambar yang belum sempurna, dan sebagainya. Ekspresi puisi meliputi: pendamping mengajak anak-anak untuk menciptakan sebuah karya puisi dan membacakan puisinya di depan teman-temannya dalam kegiaan PIA.

2. Metode Populer

(47)

televisi yaitu cerdas cermat, talk show, permainan yang dikemas seperti kuis, juga film, tebak gambar, dan missing liyric (tebak lirik dalam lagu).

3. Metode Dinamika Kelompok

Metode ini digunakan dalam kegiatan PIA untuk mengajak peserta PIA mendalami lebih jauh sehubungan dengan materi dan juga proses pendampingan dalam bentuk dramatisasi, outbound, diskusi, permainan yang menghibur, menyenangkan, dan mendidik anak-anak. Sehingga dengan metode dinamika kelompok ini, peserta PIA dapat mengambil nilai-nilai yang berguna dalam hidup mereka, seperti nilai kerjasama, saling menolong, menumbuhkan rasa solideritas, peka terhadap sesama, dan belajar bersosialisasi dengan teman-temannya.

4. Metode Eksploratif dan Simulatif

Metode eksploratif adalah metode yang dipakai untuk mengajak anak-anak dalam rangka mendalami materi dan proses kegiatan PIA dengan cara eksploratif yakni dengan melihat, mengamati, mengunjungi dan mendeskripsikan alat peraga. Kemudian metode simulatif adalah metode yang digunakan dalam proses kegiatan PIA untuk memahami materi dengan cara melakukan praktik secara langsung (simulai).

5. Metode naratif

(48)

menarik, dan cerita Kitab Suci. Secara psikologis anak-anak senang mendengarkan cerita, apalagi cerita yang disampaikan menarik bagi anak-anak, akan tetapi metode bercerita dapat dirasa tidak menarik karena cerita yang dibawakan sangat monoton. Maka dari itu, seorang pendamping perlu membawakan cerita secara menarik dan penuh penghayatan, ia juga perlu memahami alur cerita serta tingkah laku pelaku yang diceritakannya.

6. Memainkan suatu kisah

Metode ini dipakai untuk mengajak anak-anak mendalami materi serta proses pendampingan melalui pertunjukan suatu kisah. Peserta dapat membawakannya dengan dramatisasi. Masing-masing peserta diberi peran yang akan dimainkan dalam satu cerita. Anak-anak akan merasa senang sebab dapat mengekspresikan diri mereka dan mereka dapat mengerti perasaan orang lain.

Melalui metode ini anak-anak diharapkan dapat meresapi dan mendalami materi yang diberikan oleh pendamping, sehingga materi yang diberikan dapat diingat oleh peserta. Selain hal tersebut, melalui metode ini anak juga dilatih untuk bekerja sama dengan orang lain, saling mendengarkan, berinisiatif serta berkreasi.

7. Metode bernyanyi

(49)

nyanyian tersebut tidak hanya terkesan menyenangkan saja namun juga sebagai sarana yang dapat membantu peserta PIA dalam mendalami materi yang agak susah.

8. Metode tanya jawab

Suasana komunikatif antara pendamping dan anak-anak PIA dapat terjadi melalui tanya jawab, karena melalui metode tanya-jawab pendamping dan peserta PIA dapat berinteraksi. Melalui metode tanya-jawab, pendamping dapat menanyakan apakah anak-anak telah memahami tentang materi yang sudah diajarkan. Metode ini bukan untuk mengetes atau menguji materi yang telah diberikan pada minggu yang lalu, namun melalui tanya jawab pendamping perlu mengetahui kemampuan peserta PIA. Maka dengan tanya jawab, pendamping dapat menggali pengalaman peserta secara lebih mendalam. Selain itu, dengan metode tanya-jawab dapat membantu mengarahkan peserta kepada tema yang sedang dibahas.

9. Metode permainan

(50)

mendalam. Dalam kegiatan PIA, metode ini penting untuk digunakan dalam rangka mengembangkan sikap percaya kepada orang lain dan membangkitkan semangat serta menumbuhkan minat anak-anak PIA dalam mengikuti kegiatan PIA.

10. Karyawisata

Dengan karyawisata, pendamping menyajikan materi yang berkaitan dengan alam dan mengagumi kebesaran Tuhan melalui alam sekitar. Anak-anak juga dapat lebih melihat langsung keindahan dan kebesaran ciptaan Tuhan. Melalui karyawisata anak-anak diajak untuk mensyukuri akan karya ciptaan Tuhan yang begitu luar biasa yang harus dirawat dan dijaga.

11. Metode diskusi

(51)

D. METODE DINAMIKA KELOMPOK 1. Pengertian Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok a. Kelompok

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, sehingga manusia membutuhkan orang lain untuk hidup bersama dalam satu kelompok. Dengan adanya keadaan tersebut, maka kelompok adalah

Kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi satu sama lainnya secara teratur dan intensif, mereka sadar bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang memiliki sistem norma dan sanksi, struktur tugas dan peranan masing-masing anggota dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan (Syamsu, Yusril, dan Suwarto, 1991: 52).

Dari definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa kelompok merupakan kumpulan yang memiliki anggota lebih dari satu individu yang di dalamnya terdapat aturan-aturan yang mengikat. Selain hal tersebut, dalam suatu kelompok juga terdapat suatu interaksi antara individu secara teratur. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2001) interaksi adalah hubungan antara orang yang satu dan yang lain dengan menggunakan bahasa. Dengan demikian, setiap individu dapat berkomunikasi dengan individu lainnya untuk mencapai tujuan bersama.

(52)

Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai suatu tujuan.

b. Dinamika

Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi dinamika berarti adanya hubungan dan saling ketergantungan antara anggota kelompok maupun dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah (Santosa, 1999: 9).

c. Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok berarti dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok memiliki hubungan psikologi yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Menurut Syamsu, Yusril, dan Suwarto (1991), dinamika kelompok adalah suatu studi yang menganalisis berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

(53)

2. Tujuan Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai.

b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain.

c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok. d. Menimbulkan adanya itikad yang baik di antara sesama anggota kelompok.

3. Fungsi Dinamika Kelompok

a. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat).

b. Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok dapat saling membantu antara anggota satu dengan anggota yang lain).

(54)

d. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat (Purwandari, 2009).

4. Metode Dinamika Kelompok dalam PIA

Berikut ini akan dijelaskan mengenai metode dinamika kelompok dalam PIA, yang meliputi:

a. Makna Dinamika Kelompok dalam PIA

Dinamika Kelompok adalah komunikasi yang terjadi di dalam suatu kelompok di mana kelompok tersebut terdiri dari dua anak atau lebih yang memiliki hubungan psikologis secara jelas. Artinya, antara anak satu dengan yang lainnya saling mengenal, dan dalam kelompok tersebut terdapat suatu hubungan timbal balik antara masing-masing anak. Dengan kata lain, anak-anak dalam suatu kelompok dapat saling mengkomunikasikan pendapatnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dengan gembira, bebas, dan mendalam.

b. Tujuan Dinamika Kelompok dalam PIA

1)Memperdalam pemahaman iman anak akan Yesus Kristus melalui komunikasi iman dengan teman-temannya dan peristiwa yang dijumpai dalam keseharian mereka.

2)Menimbulkan rasa saling kerjasama dan saling menolong antar teman-temannya.

(55)

4)Meningkatkan kemandirian, termasuk mengikis ketergantungan pada orang tuanya baik berhadapan pada suatu permasalahan yang harus dipecahkan, mencari dan mendekati teman-temannya untuk berinteraksi aktif.

5)Menciptakan kegembiraan anak-anak dalam kegiatan PIA. c. Fungsi Dinamika Kelompok dalam PIA

1)Meningkatkan keterlibatkan dalam menciptakan suasana yang baik dengan teman-temannya.

2)Melalui dinamika kelompok anak dapat belajar kreatif dan efektif untuk memecahkan masalah serta mengembangkan ide dan gagasannya.

3)Meningkatkan bakat dan ketrampilan anak, karena dalam dinamika kelompok anak diajak untuk belajar berani tampil di depan teman-temannya.

4)Mampu memecahkan masalah secara efektif, karena melalui dinamika kelompok segala pekerjaan dapat dikerjakan secara bersama-sama.

d. Batasan Usia Anak dalam Dinamika Kelompok

(56)

mulai dapat belajar bersama, bermain bersama, hingga bekerjasama dengan teman-temannya (Goretti, 1999:73).

5. Macam-macam Metode Dinamika Kelompok dalam PIA a. Metode Permainan

(57)

b. Metode Diskusi

Diskusi menurut Kamdhi (1995) adalah suatu proses berpikir bersama untuk memahami suatu masalah, menemukan sebab-akibatnya, serta mencari jalan keluar. Di lain pihak, berpikir bersama mengandaikan komunikasi dalam kelompok, hubungan timbal-balik, kemufakatan, dan kebersamaan.

Dari definisi di atas, maka dapat diuraikan bahwa diskusi dalam kegiatan PIA merupakan salah satu kegiatan untuk menumbuhkan keberanian anak-anak dalam mengungkapkan pendapatnya. Melalui diskusi, maka anak-anak PIA dapat termotivasi untuk dapat berkomunikasi secara lisan, memberikan kesempatan kepada teman-temannya untuk menggunakan pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki, mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang rasa terhadap keragaman pendapat orang lain, serta dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

Dengan menggunakan metode diskusi, peserta diajak untuk menggali secara lebih mendalam sehubungan dengan materi yang sedang dibahas melalui diskusi dengan teman-temannya (Lembaga Pengembangan Kateketik PUSKAT, 1993: 111).

c. Memainkan Suatu Kisah

(58)

kelompok, yang paling penting adalah perkembangan pribadi anak-anak yang berpartisipasi dan bukan penyajian pertunjukan yang sempurna kepada para penonton ( Gray Ethne, 1975: 36). Metode ini digunakan untuk mengajak peserta PIA dalam rangka mendalami materi pertemuan serta proses pendampingan melalui dramatisasi. Anak-anak akan merasa senang sebab mereka dapat mengekspresikan dirinya di depan teman-temanya. Malalui metode dramatisasi ini, anak dilatih untuk memahami perasaan orang lain, berkreasi, bertanggung jawab, mendengarkan pendapat orang lain, bekerja sama dengan orang lain, berinisiatif, serta belajar mengambil keputusan dalam kelompok.

d. Outbound

(59)

dapat belajar menggali dan mengembangkan potensi, dan rasa ingin tahu serta meningkatkan rasa percaya dirinya. Kegiatan outbound membentuk pola pikir yang kreatif, meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual dalam berinteraksi serta membentuk unsur-unsur ketangkasan, kebersamaan, keberanian dalam memecahkan masalah. Kegiatan ini akan menambah pengalaman hidup seseorang menuju sebuah pendewasaan diri.

(60)

GAMBARAN UMUM PIA DI WILAYAH DONOHARJO UTARA PAROKI MLATI YOGYAKARTA

Dalam bab III ini penulis akan membahas tentang gambaran umum Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta. Gambaran tentang pelaksanaan kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara akan dapat dipahami secara lebih jelas jika penulis terlebih dahulu mendalami tentang situasi umum Wilayah Donoharjo Utara Yogyakarta dilihat dari letak geografis dan gambaran situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara. Kemudian penulis akan memaparkan tentang PIA dalam pelaksanaannya di wilayah dan hasil penelitian di lapangan beserta pembahasannya. Akhirnya penulis merangkum permasalahan pokok sehubungan dengan kegiatan Pendampingan Iman Anak tersebut.

A. SITUASI UMUM WILAYAH DONOHARJO UTARA YOGYAKARTA Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta pada tanggal 9 Juli 2009 , maka dalam bagian ini penulis akan memaparkan mengenai letak Wilayah Donoharjo Utara, gambaran situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara dan Pendampingan Iman Anak dalam pelaksanaannya di wilayah.

1. Gambaran Wilayah Donoharjo Utara

(61)

Mlati, Yogyakarta dan berada di Kelurahan Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas-batas Wilayah Donoharjo Utara yakni:

a. Batas Timur : berbatasan dengan Paroki Banteng b. Batas Barat : berbatasan dengan Paroki Somoitan c. Batas Utara : berbatasan dengan Paroki Pakem

d. Batas Selatan : berbatasan dengan wilayah Donoharjo Selatan

Di Wilayah Donoharjo Utara terdapat empat lingkungan yaitu lingkungan Ngepas (St. Robertus), Gondanglutung (St. Paulus), Brengosan (St. Yusuf) dan Kayunan (St. Stefanus).

Kegiatan-kegiatan menggereja yang dilakukan oleh umat Wilayah Donoharjo Utara antara lain: kegiatan sosial yang meliputi: Arimatea, Tabungan Cinta Kasih, Sosial Ekonomi, PSE, PIA (Pendampingan Iman Anak), MUDIKA (Muda Mudi Katolik), PIR (Pendampingan Iman Remaja), Pasutri Keluarga Katolik Muda, Paguyuban Pangruktiloyo, ibu-ibu WK, Misa di Kapel 1 bulan 2 kali yaitu setiap minggu ke II dan IV, Misa Wilayah, dan pertemuan Lingkugan.

Wilayah Donoharjo Utara terdiri dari umat yang berekonomi atas, menengah, dan bawah. Mereka pada umumnya berekonomi menengah ke bawah. Pekerjaan umat di Wilayah Donoharjo Utara bervariasi, ada yang menjadi pengusaha, mendirikan pertokoan, kepala sekolah, pegawai negeri, guru, pegawai swasta, membuka warung, sopir, penjahit, tukang kayu, petani, buruh pabrik, dan pedagang kecil.

(62)

Sakramen Baptis baik baptisan bayi maupun dewasa dan pertambahan umat yang datang dan menetap dari luar kota. Sedangkan umat berkurang karena kematian dan kepindahan umat Katolik Wilayah Donoharjo Utara ke daerah lain, seperti bekerja di luar kota. Menurut data terakhir dari buku Perjalanan Gereja Katolik Santo Aloysius Gonzaga Mlati yang disusun oleh Tim Penulis Sejarah Gereja Mlati tahun 2006, jumlah umat Katolik Wilayah Donoharjo Utara adalah 93 Kepala Keluarga dan 298 jiwa, dengan rincian sebagai berikut: Lingkungan Ngepas (St. Robertus) terdiri dari 24 KK 87 jiwa; Lingkungan Kayunan (St. Sefanus) terdiri dari 32 KK 90 jiwa; Lingkungan Gondanglutung (St. Paulus) terdiri dari 20 KK 64 jiwa dan Lingkungan Brengosan (St. Yusuf) terdiri dari 17 KK 298 jiwa [Lampiran 5 h. (6)].

2. Situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara

Secara umum situasi anak-anak PIA Wilayah Donoharjo Utara memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari yang berkecukupan menengah atas (kaya) maupun ekonomi menengah ke bawah (miskin). Rata-rata mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar, namun ada pula yang masih duduk di Taman Kanak-Kanak. Sebagian besar mereka berasal dari suku Jawa, namun ada pula yang berasal dari keturunan Palembang [Lampiran 5 h. (5)].

3. PIA dalam pelaksanaannya di wilayah

(63)

pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.30 di Kapel St Petrus. Kegiatan PIA tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan iman anak-anak agar mereka dapat mengerti dan memahami ajaran-ajaran kristiani dalam hidupnya baik dalam sikap maupun perbuatan [Lampiran 5 h. (6)].

B. PENELITIAN TENTANG PELAKSANAAN PIA DI WILAYAH

DONOHARJO UTARA YOGYAKARTA

Gambaran umum Wilayah Donoharjo Utara akan dilengkapi dengan penelitian tentang pelaksanaan kegiatan Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta. Bagian ini akan membicarakan mengenai persiapan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan tentang pelaksanaan kegiatan Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara. 1. Persiapan penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang aktual tentang pelaksanakan Pendampingan Iman Anak di Wilayah Donoharjo Utara Yogyakarta.

a. Latar Belakang

(64)

keluarga, namun dalam medidik anak-anak juga memerlukan bantuan masyarakat. Maka dari itu, selain orang tua masyarakat pun mempunyai kewajiban untuk menolongnya (GE, art. 3).

Dalam hal ini orang tua memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mendidik anak-anaknya supaya anak-anak mereka mempunyai sikap dan wawasan akan iman Kristiani, serta dapat mewujudkan nyatakan imannya dalam hidup sehari-hari. Akan tetapi sering kali orang tua memiliki berbagai macam kesibukan, hal itu membuat sebagian besar orang tua tidak banyak memiliki waktu untuk memberikan pendidikan iman kepada anak mereka, sehingga orang tua membutuhkan bantuan masyarakat Gereja yaitu para pendamping PIA.

Namun pada akhir-akhir ini banyak terjadi kemunduran dalam kegiatan PIA yang disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: metode yang digunakan dalam kegiatan PIA kurang menarik bagi anak-anak serta kesibukan para pendamping PIA. Kurangnya minat anak-anak untuk hadir dalam kegiatan PIA itu mulai kelihatan di Wilayah Donoharjo Utara. Oleh sebab itu penulis melaksanakan penelitian untuk memperoleh data yang nyata tentang pelaksanaan kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara, sehingga dengan itu penulis dapat memberikan usulan program kaderisasi bagi para pendamping PIA dalam rangka memperkembangkan PIA di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta. b. Variabel Penelitian

(65)

ini berdasarkan fungsinya sering disebut sebagai variabel pengaruh karena berfungsi untuk mempengaruhi variabel lain. Variabel terikat yaitu karakteristik yang berubah atau mengganti variabel bebas, variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karenanya juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel terpengaruhi (Narbuko dan Achmadi, 2007: 119). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode dinamika kelompok dan yang menjadi variabel terikat adalah Pendampingan Iman Anak. Kedua variabel dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut:

1) Metode Dinamika Kelompok

Metode dinamika kelompok merupakan salah satu cara yang dapat dipakai dalam suatu kegiatan, di mana tindakan yang diambil oleh setiap individu dalam kegiatan tersebut apabila disatukan akan menghasilkan suatu kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Sehingga individu mendapatkan pengalaman belajar dan tidak menutup kemungkinan untuk berkembang.

2) Pendampingan Iman Anak

(66)

pertama dalam pendidikan iman anak. Tugas mendidik anak adalah wewenang orang tua, tetapi diakui pula bahwa tugas ini membutuhkan bantuan masyarakat dan jemaat beriman. Maka di samping orang tua, orang lain pun dapat menolongnya.

a) Kisi-kisi wawancara dengan pengurus wilayah mengenai gambaran umum Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta

No Daftar Pertanyaan No. Soal

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Letak geografis Wilayah Donoharjo Utara Kegiatan menggereja yang dilakukan oleh umat Gambaran situasi anak-anak

Kegiatan PIA dalam pelaksanaannya di Wilayah Donoharjo Utara

Kondisi ekonomi umat

Jumlah dan perkembangan umat

Penilaian responden terhadap kegiatan PIA di Wilayah Donoharjo Utara

Harapan responden untuk PIA ke depan

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8

b) Kisi-kisi wawancara bagi para pendamping PIA

No Variabel Aspek yang Diuji No. Soal 1 Metode

Dinamika Kelompok

• Metode dalam PIA

• Metode dinamika

• B6, B7,

B8, B9

(67)

kelompok dalam PIA B14, B15, B16 2 Pendampingan

Iman Anak

• Persiapan dalam PIA

• Pelaksanaan PIA

• Keterlibatan anak dalam

PIA

• Kesulitan dalam

pelaksanaan PIA

• Usaha untuk mengatasi

masalah yang ada

• B1, B2,

B4

• B3, B5,

B12

• B10, B11

• B17

• B18

2. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka penulis mencoba melakukan penelitian sederhana. Beberapa hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain:

a. Pendekatan Penelitian

(68)

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya: perilaku, motivasi, presepsi, tindakan (Moleong, 2006:6).

b. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian berada di Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2009 sampai dengan tanggal 16 Juli 2009.

c. Responden Penelitian

Responden penelitian ini terdiri dari 2 pengurus wilayah dan 10 pendamping PIA Wilayah Donoharjo Utara Paroki Mlati Yogyakarta. Keseluruhan responden berjumlah 12 orang, responden selengkapnya dapat dilihat di dalam lampiran [Lampiran 3 h. (3)].

d. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ini instrumen utama ialah peneliti, yang dilakukan dengan pendekatan wawancara dan observasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah wawancara. Wawancara dengan pengurus wilayah dilakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum Wilayah Donoharjo Utara Yogyakarta. Sedangkan wawancara dengan para pendamping PIA dilakukan untuk memperoleh data penelitian tentang pelaksanaan PIA di Wilayah Donoharjo Utara Yogyakarta.

(69)

pewawancara, responden dapat mengutarakan perasaannya atau pandangannya secara bebas (Narbuko dan Achmadi, 2007:88). Kelebihan lainnya dari wawancara ialah sifatnya luwes, metode wawancara cocok dipakai untuk alat verifikasi data yang diperoleh dengan jalan observasi, tanpa mengenal batas umur dan pendidikan responden selama dapat memberikan jawaban (Narbuko dan Achmadi, 2007:97).

e. Keabsahan Data

Keabsahan data yang diperoleh dari wawancara diusahakan dengan cara validitas. Reliabilitas data dilakukan dengan memberikan laporan tertulis mengenai wawancara yang telah dilaksanakan untuk dibaca dan bila ada yang kurang dapat diperbaiki oleh responden.

f. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang telah masuk, kemudian data-data tersebut dikelompokkan sesuai dengan permasalahan. Teknik yang terakhir ialah dengan cara penarikan kesimpulan.

3. Hasil penelitian

(70)

peneliti melalui wawancara. Data yang penulis dapatkan akan diuraikan sesuai dengan daftar pertanyaan seperti tertulis di bawah ini.

a. Menurut pengalaman anda, apa tujuan PIA itu?

Mengenalkan dan mendidik ajaran Tuhan Yesus secara dini sesuai dengan iman kristiani : R1, R3, R5, R9, R10 (50%)

Memperkembangkan iman dan sosialisasi dengan teman-teman : R2, R6, R7 (30%)

Agar mendalam dalam hal iman : R4 (10%) Agar anak dapat kerjasama : R8 (10%) b. Menurut anda apa saja ciri khas PIA itu?

Gembira : R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10 (100%) Ada unsur rohani : R2, R5 (20%)

Menggereja : R4 (10%) Bermain : R5 (10%) Berkumpul : R6 (10%)

c. Bagaimana pelaksanaan kegiatan PIA yang ada di Wilayah? Apakah berjalan rutin, terprogam atau kegiatan apa adanya?

Rutin : R1, R3, R4 (30%) Tidak terprogram : R2 (10%)

Apa adanya : R5, R6, R7, R8, R9, R10 (60%)

d. Apakah sebelum mendampingi PIA anda terlebih dahulu membuat persiapan tertulis?

(71)

e. Sarana apa saja yang anda gunakan dalam kegiatan PIA? Papan tulis : R1, R2, R3 (30%)

Kitab suci : R1, R3, R4, R5, R6 (50%) Alat tulis : R1, R9, R10 (30%)

Gitar : R2, R4 (20%) Koran : R5 (10%)

Buku cerita : R7, R8, R9, R10 (40%) Kertas lipat : R7 (10%)

Pensil warna : R8 (10%)

Buku gambar : R8, R9, R10 (30%)

f. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam kegiatan PIA? Dramatisasi : R1 (10%)

Permainan : R1, R4, R9 (30%)

Bercerita : R1, R2, R5, R6, R7, R8, R9, R10 (80%) Tanya jawab : R2 (10%)

Deklamasi : R3 (10%) Bernyanyi : R4 (10%)

g. Metode apa saja yang sering anda gunakan dalam PIA? Dramatisasi : R1 (10%)

Tanya jawab : R2 (10%) Metode deklamasi : R3 (10%)

Bernyanyi : R4, R7, R8 (30%) Membuat doa : R5 (10%)

(72)

Permainan : R10 (10%)

h. Apakah metode tersebut memiliki tujuan dan bermanfaat bagi anak-anak PIA? Ya, memiliki tujuan dan manfaat : R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9 (90%) Kadang-kadang tidak memiliki tujuan dan manfaat: R10 (10%)

i. Apakah metode tersebut efektif digunakan dalam PIA? Efektif : R1, R3, R4, R5, R6, R8, R9 (70%) Tidak efektif : R2, R7, R10 (30%)

j. Bagaimana keterlibatan anak-anak atas kegiatan PIA yang dilaksanakan di Wilayah, apakah mereka sangat tertarik, biasa-biasa saja, atau mereka masa bodoh?

Tertarik : R1, R3, R7 (30%) Biasa-biasa saja : R2, R6, R8, R9 (40%) Masa Bodoh : R4, R5, R10 (30%)

k. Bagaimanakah perasaan anak-anak ketika mengikuti proses kegiatan PIA? Apakah senang, biasa-biasa saja atau tidak senang?

Senang : R1, R2, R3, R7 (40%) Biasa-biasa saja : R6 (10%)

Tidak senang : R4, R5, R8, R9, R10 (50%) l. Kegiatan seperti apa yang anak-anak sukai dalam PIA?

Dinamika kelompok: R1, R5, R7 (30%)

Permainan : R2, R3, R6, R9, R10 (50%) Outbound : R4 (10%)

(73)

m.Apakah anda pernah menggunakan metode dinamika kelompok dalam kegiatan PIA? Jika pernah, metode dinamika kelompok seperti apa yang pernah anda gunakan?

Pernah, metode dramatisasi: R1, R6 (20%) Pernah, metode diskusi : R2, R8 (20%)

Pernah, metode permainan : R3, R4, R5, R7, R9, R10 (60%)

n. Apakah metode dinamika kelompok bermanfaat dalam kegiatan PIA? Jika ada, seperti apa manfaat itu?

Metode tersebut bermanfaat, lebih asik dan anak-anak lebih memperhatikan : R1, R2 (20%)

Metode tersebut bermanfaat, karena melatih anak untuk kerja sama: R3, R4, R9 (30%)

Metode tersebut bermanfaat, karena anak-anak menjadi kompak, percaya diri, kerja sama, merasa tidak sendiri dan senang : R5, R7, R10 (30%)

Metode tersebut bermanfaat, karena anak dapat menjadi kreatif : R6 (10%) Metode tersebut bermanfaat, karena anak menjadi berkembang, dapat tukar pikiran, bekerja sama R8 (10%)

o. Menurut anda, apakah metode dinamika kelompok dapat menumbuhkan minat anak dalam mengikuti PIA?

Ya, dapat menumbuhkan minat anak dalam mengikuti kegiatan PIA: R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10 (100%)

(74)

Ya, metode dinamika kelompok dapat efektif digunakan dalam kegiatan PIA: R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10 (100%)

q. Permasalahan atau keprihatinan apa yang dialami berkaitan dengan

Gambar

Grafik 1: Keefektifan metode yang sering dipakai dan metode dinamika

Referensi

Dokumen terkait

Bagi para pelatih dalam proses latihan agar mencoba latihan ladder drill. sebagia varian latihan untuk meningkatkan kemampuan kelincahan

Maka hasil output dari pengolahan data sebagai

Hla tersebut terungkap dalam diskusi yang bertajik Indonesia kamu atau Indonesia kita yang diadakan di gereja HKBP yogyakarta /belum lama ini /// hadir dalam kesempatan

Penelitian ini bertujuan Untuk menganalisis komparasi produksi usaha tani padi sawah yang menggunakan benih padi bersertifikat dengan benih padi non bersertifikat, dan untuk

[r]

penyertaan modal ke dalam modal saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pindad yang statusnya sebagai Perusahaan Perseroan (Persero) ditetapkan berdasarkan Peraturan

akurasi tendangan long pass adalah metode yang lebih baik dan dapat. digunakan oleh para pelatih sepakbola sebagai salah satu materi

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,