• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendampingan PSDS

Dalam dokumen Laporan Tahunan Loka Penelitian Sapi potong (Halaman 44-56)

II. HASIL KEGIATAN UTAMA

2.2. HASIL KEGIATAN PENELITIAN 2012

2.2.8. Pendampingan PSDS

Untuk kegiatan pendampingan teknologi budidaya sapi potong mendukung PSDSK 2014 di enam lokasi telah memenuhi target yang dicapai (100,00 %), yaitu merupakan kegiatan dalam rangka penyebarluasan teknologi aplikatif hasil penelitian sapi potong dapat dilakukan melalui kegiatan pendampingan. Kegiatan pendampingan teknologi sapi potong pada wilayah kerja BPTP dan atau stakeholders di Provinsi Sulsel, Jatim, Jateng, Diy, Kalteng dan Kep. Babel(6 lokasi dan rekomendasi teknologi) serta wilayah lain sesuai kebutuhan. Hasil pelaksanaan kegiatan pendampingan teknologi budidaya sapi potong di wilayah PSDSK di beberapa provinsi Indonesia sebagai berikut: 1)Pendampingan di wilayah Jawa

Timur; pendampingan dilakukan di Kab. Pamekasan, Pulau Madura dan Kab.

Bondowoso. Beberapa saran dan rekomendasi teknologi inovasi sapi potong di wilayah kerja BPTP jatim (kab. Pamekasan dan Bondowoso Prov. Jatim ) mendukung PSDSK 2014 sebagai berikut : Kab. Pamekasan, yaitu 1)Dibutuhkan introduksi pejantan sapi Madura pilihan bagi kelompok tani ternak di daerah tersebut sehingga peternak tidak mengalami kesulitan ketika akan mengawinkan sapi induknya;2) Dibutuhkan teknologi pemeliharaan prasapih sebagai bekal pengetahuan bagi peternak setempat;3) Mendukung BPTP Jatim melakukan identifikasi sapi-sapi induk yang ada di Desa Tagangser Daya dibantu beberapa anggota kelompok tani-ternak; dimana nantinya sapi-sapi tersebut akan dijadikan sebagai materi sapi induk pilihan (SIP) pada kegiatan pembentukan VBC; 4) Membantu mengusahakan pejantan sapi Madura dari Lolitsapi sesuai dengan permintaan atau kebutuhan kelompok peternak dalam rangka mendukung PSDSK 2014. Kab. Bondowoso, yaitu 1) Mendukung

BPTP Jatim melakukan identifikasi sapi-sapi induk yang ada di kelompok peternak Dewi Srijaya, dusun Sumurtanto, desa Ramban Wetan, kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur bersama petugas dinas dibantu beberapa anggota kelompok tani-ternak; dimana nantinya sapi-sapi tersebut akan dijadikan sebagai sapi induk pilihan (SIP) pada kegiatan pembentukan SIP di Kab. Bondowoso;2) Dibutuhkan teknologi pemeliharaan prasapih mulai umur satu bulan sebagai bekal pengetahuan bagi peternak setempat, direncanakan teknologi tersebut akan disusun dalam bentuk teknologi creep feeding pada padet pra sapih. Pakan diberikan berupa dedak padi halus dicampur mineral/premix mulai umur pedet satu bulan hingga di sapih pada umur 3-4 bulan dengan jumlah pemberian sebesar 0,5 sd 1,0 % BK berdasarkan bobot badan ternak atau sekitar 2-3 ons/ekor/pedet. Untuk menantisipasi kekurangan mineral pada induk diberikan pakan tambahan mineral berupa vitmain ADEK ;3) Disarankan untuk sapi induk silangan Simemntal atau

Limousin dan PO untuk mempertahankan skor kondisi tubuh dengan teknologi surge

feeding pada induk pasca beranak atau teknologi plushing pada 2 bulan sebelum dan setelah beranak dengan tambahan suplemen pakan; 4) Teknologi kesehatan berupa pengobatan cacing pada saat pedet berumur satu bulan atau pedet pra sapih dan setiap 4-6 bulan pada padet pasca sapih; dan 5) Penanaman tatanaman pakan ternak dengan rumput unggul (Rumput gajah Var. Mot0 dan leguminosa (Gamal dan Indigofera) sebagai tamabahan pakan pengganti konsentrat atau dedak padi untuk sapi induk dan pedet pasca sapih. 2) Pendampingan di wilayah DIY; Beberapa teknologi yang dianjurkan diaplikasikan oleh kelompok peternak di wilayah DIY mendukung PSDSK 2014 sebagai berikut: 1) Teknologi memperpendek jarak beranak , melalui :a. Mengawinkan sapi pada umur yang tepat (sekitar 2 tahun) dan saat yang tepat (saat terlhat tanda-tanda birahi, b. Mengawinkan sapi (IB maupun alam) dengan cara yang benar. Pada pelaksanaan IB harus diperhatikan kualitas semen

(perlu pemeriksaan rutin) dan rotasi penggunaannya agar tidak terjadi inbreeding,

sedangkan bila dilakukan secara alami harus dipilih pejantan yang unggul dan sehat, bebas penyakit, dan c. Pemerikaan kebuntingan (PKB) maksimal 3 bulan setelah sapi kawin. Pemeriksaan kebuntingan tepat waktu akan menghindarkan peternak dari kerugian akibat terlambatnya sapi bunting. Bila hasil PKB negatif, dapat segera dicari penyebabnya antara lain kekurangan nutrien, penyakit atau gangguan reproduksi dll sehingga dapat segera dicari alternatif pemecahannya; 2) Teknologi pemenuhan

(penerapan konsep LEISA) agar biaya pakan terjangkau oleh peternak, b. Penerapan sistem stock pakan. Bahan pakan terutama asal limbah pertanian yang melimpah pada saat musim panen dapat diawetkan dan disimpan sebagai pakan cadangan pada waktu sulit pakan. Sehingga pada waktu sulit pakan, sapi tidak akan kekurangan nutrient, c. Pemberian pakan sesuai dengan status fisiologis sapi (berbeda antara sapi dara, bunting, menyusui dst), dapat dinilai dengan melihat SKT nya, dan d. Pemberian pakan tambahan pada waktu yang tepat yakni 2 bulan

sebelum dan 2 bulan setelah melahirkan, yang dikenal dengan istilah surge

feeding/flushing; 3)Teknologi meningkatkan jumlah kelahiran, melalui :a. Pengaturan perkawinan agar pedet tidak lahir pada saat sulit pakan., memperkecil angka kematian pedet, dan b. Pencegahan pemotongan sapi betina produktif.

3)Pendampingan di wilayah BPTP Jawa Tengah; Saran dan rekomendasi teknologi yang disarankan di wilayah kab. Kebomen Prov. Jateng sebagai berikut : 1) Perlu menetapkan eksistensi dan produktivitas sapi-sapi lokal potensial

(misalnya Sapi PO Kebumen) dapat lebih ditingkatkan peranannya khususnya dalam memenuhi mempertahankan plasma nutfah sapi lolal Inodonesia; 2) Diperlukan identifikasi ciri-ciri sapi PO Kebumen dangan mengundang para peternak yang banyak mengetahui sapi PO Kebumen dari beberapa desa, serta tokoh masyarakat guna mendapatkan kesepakatan ciri-ciri sapi PO Kebumen yang lebih valid beserta sejarah/ asal usul sapi PO Kebumen; 3) Perlu melakukan evaluasi semen dan fenotipe pejantan sapi PO di kebumen untuk memperoleh bibit sapi PO Kebumen pilihan (Tabel 17); 4) Disarankan untuk pejantan sebelum dan setelah digunakan sebagai pemacek diberikan pakan hijauan segar dan jamu tradisional serta pelatihan dengan cara dikeluarkan dari kandang secara rutin; 5) Perlu perbaikan rekording dan pakan sapi PO kebumen induk atau pejantan; dan 6) Perlu pembuatan demo unit percontohan cara pembibitan sapi PO kebumen untuk meningkatan produktivitas dan pendapatan peternak mendukung PSDSK 2014.

Salah satu rekomnedasi bibit sapi PO Kebumen termasuk pejantan PO Kebumen dengan membantu Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Kebumen untuk memeriksa kualitas semen dan libido pejantan yang digunakan sebagai pejantan alami di beberapa kelompok dengan hasil seperti pada Tabel 23.

Tabel 23. Hasil pemeriksaan libido dan kualitas semen pejantan PO di Kab. Kebumen , 2012 Nama (alamat Peternak) Umur Libido (detik) Volume semen (ml) Gerakan masa Konsentrasi sperma (sel/cc) PH Warna semen Konsist. semen ket Tohirin (Kec.

Tanggulangin) I2 10 - ---- - - - - Tak bisa tampung Marimin (Kec.

Tanggulangin) I4 180 2 + 33010x6

7,5 Putih

encer encer Kurang Saikin (Kec.

Tanggulangin) I0 180 4 +++ 116010x6

7 Putih

susu encer layak Salam 1 (Kec.

Tanggulangin) I4 600 - ---- - - - - Tak bisa tampung Salam 2 (Kec.

Tanggulangin) I1 600 - ---- - - - - Tak bisa tampung Grati (Kec.

Tanggulangin) I3 70 6 +++ 170010x6

7 Putih

susu kental layak Caman

(Surumadu) I4 47 4 + 70010x6

7 Bening encer sedang Rohmat

(Surumadu) I4 - - ---- - - - - Tak bisa tampung Darikin

(Surumadu)

I3 30 2 ++ 150010x6

7 Crem Encer layak

Dalimin 1 (Surumadu) I4 30 3 +++ 170010x6 7,5 Putih susu kental layak Dalimin 2 (Surumadu) I3 - 0,5 ---- - - - - Tak bisa tampung Martijo 1(Kec Brencong) I2 - - ----

- - - - Tak bisa tampung Martijo 2(Kec

Brencong)

I3 4 3 +++ 160010x6

7 Crem kental Layak

Sarto (Kec Brencong)

I4 14 3l +++ 160010x6

7 Crem kental layak

Kisaran I0 sd I4 4-600 0,5-6 + sd +++ 330 10x6 sd 170010x6 7-7,5 Bening- crem Encer-kental 86 % layak

Dari hasil evaluasi kualitas semen dan libido > 75 % masih layak digunakan sebagai pejantan alami di kelompok peternak sapi PO di kebumen dengan menunjukkan gerakam masa > 3 dan konsentrasi sperma > 1000 juta/ml semen serta libido berkisar antara 4 sd 600 detik (Tabel 17), sedangkan 25 % masih kurang layak dengan konsistensi semen encer dan konsentrasi sperma < 1000 juta/cc semen. Dari 14 ekor yang ditampung 42,9 % tidak bisa ditampung dikarenakan kurang biasa ditampung dan bukan karena libido, sehingga disarankan untuk pejantan sebelum dan setelah digunakan sebagai pemacek diberikan pakan hijauan segar dan jamu tradisional serta pelatihan dengan cara dikeluarkan dari kandang secara rutin. 4)Pendampingan di wilayah BPTP Kep. Babel; Pendampingan teknologi dilakukan dalam rangka identifikasi gangguan reproduksi Sapi Bali pada Program Pengembangan Ternak Sapi Potong; kerjasama antara BPTP Kep. Babel dan PEMDA Kab. Bangka Tengah dalam upaya mendukung PSDSK 2014. Tujuan utama kegiatan pendampingan adalah untuk membantu mengidentifikasi permasalahan reproduksi sapi Bali induk yang belum bunting; meskipun sudah cukup dewasa kelamin dan memberikan saran tindak lanjut. Beberapa permasalahan yang diperoleh sebagai berikut: a) Sapi induk sebagian besar (70-80 %) masih dipelihara secara individu diikat dengan tali. Beberapa peternak sudah melepas sapinya dalam satu kandang (20-30%);. Kejadian kebuntingan pada sapi yang dipelihara secara individu relatif rendah dan sapi yang dipelihara secara dilepas dengan dikumpulkan pejantan

terpilih (model Litbangtan), sebagaimana yang disarankan oleh peneliti Lolitsapi pada akhir bulan Desember 2011 menghasilkan kebuntingan yang lebih baik (80 % bunting). Sapi induk yang dikandang secara individu tingkat kebuntingan rendah bahkan ada yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi dan belum pernah dikawinkan; dikarenakan: a) Pengamatan birahi kurang mendapat perhatian; bahkan pada kelompok Desa Dul dilakukan perkawinan sapi induk secara bersama-sama meskipun dalam kondisi tidak birahi. Peternak masih kurang mengetahui tanda-tanda sapi birahi, dan b) Adanya sapi betina yang menunjukkan gejala birahi tenang (silent heat) karena sapi skor tubuhnya rendah (skor 4-5 pada skala 1-9) dan bulu sapinya berdiri (tidak klemis/mengkilat)

Gambar 8. Sapi laktasi atau bunting tua tidak diberikan peningkatan pakan.

Solusinya yang disarankan kepada peternak sebagai berikut: 1) Teknologi Kandang kelompok “Model Badan Litbang Pertanian (Litbangtan)”. Pengenalan kandang kelompok “Model Litbangtan” telah diintroduksikan sejak tahun 2010 dengan memodifikasi bentuk kandang diberi pagar dan sapi dilepas serta dilengkapi “bank pakan” seperti pada Gambar 3.

Gambar 9. Model kandang kelompok yang dilengkapi “bank pakan”

Model tersebut telah diterapkan oleh kelompok ternak di Pasir Garam. Kandang kelompok “Model Litbangtan” adalah kandang umbaran terbatas berisi sejumlah ternak sapi yang dilengkapi dengan “bank pakan” sekaligus berfungsi sebagai tempat

kawin. Seekor pejantan dapat mengawini 20 s.d. 30 ekor betina untuk setiap periode perkawinan (3 bulan). Dengan demikian satu pejantan dapat mengawini 80 s.d. 120 ekor betina dalam satu tahun. Kebutuhan luasan kandang adalah >3 m2 per ekor ternak. 2) Teknologi pembibitan dan penggemukan sapi potong. Untuk memperoleh keuntungan usaha, disarankan untuk segera menerapkan perkandangan sistem kelompok “model Litbangtan”, yaitu dalam beberapa ekor sapi betina (dua atau lebih) disediakan satu pejantan yang sekaligus dapat digunakan sebagai sapi penggemukan. Hal tersebut seperti disarankan sejak adanya proyek pengembangan ternak terpadu di Kab. Bangka Tengah Prov Kepulauan Bangka Belitung. Salah satu pedoman untuk memilih bakalan penggemukan adalah : umur sapi 1,5 sd 2 tahun (bergigi seri tetap 1 sd 2 pasang), skor kondisi tubuh sedang > 5 (skala 1-9), bobot badan sapi Bali > 180 kg, dan lama penggemukan antara 5-6 bulan.3) Teknologi pakan sapi. Pada masa laktasi awal, kebutuhan energi sangat diperlukan selain untuk produksi susu, juga diperlukan untuk mengembalikan fungsi normal reproduksi. Jika konsumsi energi rendah atau tidak sesuai dengan kebutuhan maka akan terjadi keseimbangan energi negatif. Keseimbangan energi yang negatif akan berpengaruh pada turunnya berat badan sapi induk, sapi menjadi kurus, produksi susu turun, estrusnya tidak jelas/silent heat (Prihatno, 2004). Apabila jumlah dan kaulitas pakan cukup, yang ditandai oleh skor kondisi tibuh sapi dalam kategori sedang s.d. baik, maka anak/pedet dapat disapih pada umur 7 bulan dan diharapkan induk sudah bunting 5 bulan. Apabila kondisi induk terlihat kurus, penyapihan pedet dapat dilakukan pada umur 5 bulan. Penyapihan pedet kurang dari lima bulan, maka dapat berakibat negatif terhadap pertumbuhan pedet setelah penyapihan. 4). Teknologi Reproduksi: Usaha ternak sapi potong rakyat masih mengalami beberapa permasalahan, diantaranya adalah menurunnya produktivitas dan populasi ternak. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor manajemen dan perkawinan yang kurang tepat sehingga akan berdampak pada terlambatnya umur beranak pertama, rendahnya angka konsepsi (S/C >2) serta panjangnya jarak beranak (>15 bulan). Oleh karena itu diperlukan teknologi alternatif untuk mengatasi permasalahan reproduksi tersebut, diantaranya perbaikan performans induk yang diikuti dengan manajemen pemelihraan pedet serta penyediaan pakan yang cukup sehingga akan meningkatkan efisiensi reproduksi dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas pada sapi potong. Teknologi perbaikan reproduksi sapi potong yang diperlukan meliputi : pengenalan organ reproduksi, pengenalan tanda birahi untuk

kawin individu, dan pola perkawinan yang tepat sesuai kondisi wilayah. . Dari beberapa peninjauan lapang di beberapa wilayah Prov. Babel alternatif pemecahan masalah telah di-inisiasi dari sudut pandang reproduksi, antara lain: 1) Diperlukan observasi lebih lanjut untuk mengevaluasi kualitas spermatozoa (motilitas dan konsentrasi) yang berasal dari berbagai pejantan yang digunakan sebagai pemacek, 2) Pengetahuan tentang deteksi estrus spesifik perlu ditingkatkan karena secara teknis ditengarai adanya estrus yang tidak menghasilkan sel-sel telur (pada awal-tengah-akhir estrus) sehingga memerlukan ketrampilan khusus dalam ketepatan pemeriksaan rektal, Organ reproduksi betina perlu diobservasi lebih lanjut (untuk diideteksi adanya), 3) gangguan atau penyakit reproduksi). Apabila tidak ada tanda-tanda kebuntingan sampai 3-4 kali kawin tidak menunjukkan tanda-tanda kebuntingan, maka disarankan sapi betina untuk dijual atau dikeluarkanBeberapa saran dan rekomendasi teknoloi inovasi sapi potong mendukung PSDSK di beberapa wilayah Prov. Babel serta alternatif pemecahan masalah telah di-inisiasi dari sudut pandang reproduksi, antara lain: 1) Diperlukan observasi lebih lanjut untuk mengevaluasi kualitas spermatozoa (motilitas dan konsentrasi) yang berasal dari berbagai pejantan yang digunakan sebagai pemacek; 2) Pengetahuan tentang deteksi estrus spesifik perlu ditingkatkan karena secara teknis ditengarai adanya estrus yang tidak menghasilkan sel-sel telur (pada awal-tengah-akhir estrus) sehingga memerlukan ketrampilan khusus dalam ketepatan pemeriksaan rektal; 3) Organ reproduksi betina perlu diobservasi lebih lanjut (untuk diideteksi adanya gangguan atau penyakit reproduksi). Apabila tidak ada tanda-tanda kebuntingan sampai 3-4 kali kawin tidak menunjukkan tanda kebuntingan, maka disarankan sapi betina untuk dijual atau dikeluarkan; 4) Teknologi pengawetan hijauan dapat dilakukan melalui beberapa cara

a.l. pengeringan (hay) dan sillase. Untuk peternak di Kab. Bangka, yang tergolong

baru, jumlah ternak sedikit, dan luangan waktu peternak sangat terbatas, maka

teknologi pengawetan pakan yang disarankan adalah dengan cara pengeringan (hay)

menggunakan sinar matahari. Setelah kering, hijauan ditumpuk dalam “bank pakan” atau disimpan dalam gudang pakan; 5) Teknologi pembibitan dan penggemukan sapi potong disarankan untuk memperoleh keuntungan usaha yang optimal, disarankan untuk segera menerapkan perkandangan sistem kelompok “model Litbangtan”, yaitu dalam beberapa ekor sapi betina (dua atau lebih) disediakan satu pejantan yang sekaligus dapat digunakan sebagai sapi penggemukan. Hal tersebut seperti disarankan sejak adanya proyek pengembangan ternak terpadu di Kab. Bangka

Tengah Prov Kepulauan Bangka Belitung. 5) Pendampingan di wilayah BPTP

Sulsel; Pendampingan di wilayah BPTP Sulsel, yaitu melakukan

pendampingan Kegiatan PSDSK di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi dan BPTP Sulawesi Selatan untuk pengembangan Kebun Percobaan Gowa ex Sub Balitnak Gowa dalam rangka mendukung PSDSK 2012.

Berdasarkan kunjungan ke lokasi rencana pembangunan Instalasi Perbibitan Rakyat, maka lahan tersebut dapat digunakan sebagai lokasi pembangunan Instalasi Perbibitan Rakyat dengan penyesuaian kondisi yang ada untuk pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan untuk Instalasi Perbibitan Rakyat. Penyesuaian tersebut antara lain: 1) lahan yang miring dan landai diratakan untuk pembangunan kandang; 2) Pembangunan akses jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat sampai di lokasi: dan; 3) Pembangunan pagar disekeliling lahan untuk mengamankan aset yang ada.Berikut ini merupakan gambar lokasi rencana pembangunan Instalasi Perbibitan Sapi Bali di Dusun Langkap, Desa Pau-Pau Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Berikut ini gambar lay out Instalasi Perbibitan Rakyat (Gambar 4).

Gambar 10. Lay Out Instalasi Perbibitan Rakyat di Kabupaten Barru Saran dan rekomendasi teknologi inovasi sapi potong mendukung PSDSK 2014 di Sulsel sebagai berikut: 1) Untuk model pembibitan sapi di

Instalasi Perbibitan Rakyat di Dusun Langkap, Desa Pau-Pau Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru disaranakan dalam rancang bangun untuk menggunakan teknologi pembibitan sapi potong model litbangtan, yaitu berupa Sapi pejantan dan betina (induk dan calon induk) ditempatkan dalam kandang kelompok kawin dengan cara dilepas sehingga terjadi perkawinan secara alami. Rasio jantan dan betina 1 : 20-30

kebuntingan (PKB) dilakukan 4 (empat) bulan setelah sapi dikumpulkan dengan pejantan. Sapi-sapi yang bunting dapat dipindahkan ke kandang bunting atau tetap berada di kandang kelompok kawin jika tidak tersedia kandang kelompok bunting sampai usia kebuntingan 8-9 bulan. Menjelang kelahiran sapi dipindahkan ke kandang beranak sampai dengan umur laktasi 40 hari. Selanjunya induk dengan pedetnya dipindahkan ke kandang kelompok kawin untuk melakukan proses reproduksi berikutnya. Penyapihan pedet dilakukan pada umur 7 bulan dengan harapan induk sudah bunting kembali minimal 3-5 bulan. Metode tersebut diharapkan dapat memperpendek jarak beranak menjadi < 14 bulan; 2) Untuk pada pengembalaan disarankan untuk menanam rumput tahan injak, berupa rumput Bracharia humidicola karena memiliki akan yang panjang dan mudah tumbuh di tanah kering, gambut dan perbukitan sebagai tambahan pakan sapi; 3) Untuk melengkapi model pembibitan sapi potong diperlukan juga kandang beranak/laktasi, kandang lepas sapih, kandang isolasi, dan rumah pengolahan kompos atau limbah ternak lainnya. 6)Pendampingan di wilayah BPTP Kalteng;

Melakukan kegiatan pendampingan di propinsi Kalimantan Tengah dengan tujuan untuk identifikasi permasalahan yang membutuhkan suatu bentuk dukungan teknologi dan koordinasi dengan dinas terkait (wilayah lokasi yang terpilih). Pertama dilakukan kunjungan ke Dinas Pertanian Kota Palangkaraya untuk mengetahui lokasi kelompok ternak yang menerima bantuan sosial. Informasi dari bapak Alex Uria Atmaja diketahui bahwa terdapat 3 lokasi yang mungkin dapat menjadi sasaran kegiatan pendampingan ini, yaitu di kelurahan kalampangan, kecamatan sebangau. Kunjungan kedua dilakukan di kelompok ternak Sepakat Bersama dengan ketua kelompok ternak bapak Tukirin. Jumlah ternak mencapai 40 ekor sapi PO (4 ekor jantan dan 36 ekor betina). Managemen perkawinan dengan kawin alam (tersedia kandang jepit). Terdapat 11 ekor induk baru saja kawin 1 x dengan pejantan alam dan tidak menunjukkan gejala estrus lagi. Profil pakan hampir sama dengan kelompok ternak sebelumnya, namun terdapat penambahan mineral pakan 250 gram/ekor/minggu. Kunjungan ketiga dilakukan di kelompok ternak Karya Jaya II dengan ketua kelompok ternak bapak Adi Sasono. Jumlah ternak 43 ekor terdiri dari 30 induk sapi, 9 ekor dara dan 4 ekor jantan. Ketersediaan pakan ternak saat musim kemarau karena lokasi pencarian rumput terlalu jauh sehingga membutuhkan waktu lebih banyak untuk merumput (tidak efisien). Teknologi pengawetan pakan sudah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan silase namun ternak tidak menyukainya

(palatabilitas rendah). Managemen perkawinan yang dilakukan dengan kawin alam, dengan nilai service per conception (S/C) sangat bervariasi (1-6 kali untuk menjadi bunting). Tindak lanjut berikutnya adalah Penggerakan penanaman TPT berprotein tinggi (stek atau benih) di lokasi demplot percontohan, Persiapan teknologi yang akan diterapkan (silase) dan pendukungnya dan Koordinasi lanjutan dengan pihak terkait.Melanjutkan kegiatan pendampingan di wilayah Provinsi kalteng dengan melakukan koordinasi dengan Ka BPTP Kalteng, terkait dengan hasil kunjungan Bupati Pulang Pisau dan kegiatan PSDSK 2014 yang sedang berlangsung di beberapa wilayah Kabupaten di Kalteng. Saran yang dapat diberikan adalah pemanfaatan pejantan alam yang ada sebagai detektor birahi yang paling tepat. Peternak cukup melepas pejantan setiap pagi (kurang lebih 30 menit) untuk dapat mendeteksi birahi pada induk. Apabila pejantan mendekati satu induk tertentu besar kemungkinan induk tersebut sedang birahi. Hal ini dapat menjadi alarm peternak untuk mengawinkan ternaknya baik dengan IB maupun kawin alam. Suatu bentuk dukungan lolit sapi potong untuk kegiatan ini adalah suplai stek atau benih TPT untuk dapat dikembangkan di lokasi pendampingan. Terdapat 750 stek rumput gajah super yang ditanam langsung di area seluas 0,5 hektar (Purwodadi, Kabupaten Pulang Pisau). Sedangkan benih yang akan dikembangkan adalah benih rumput indigofera sp. Harapan dari kegiatan ini adalah menjadi salah satu bentuk show window TPT untuk ternak sapi saat Hari Pangan Sedunia (HPS) diperingati di Propinsi Kalimantan Tengah pada bulan oktober mendatang.

Gambar 11. Penanaman TPT bersama peternak di lahan peternak di Kab. Pulang

Pisau

Saran dan rekomendasi teknologi inovasi sapi potong mendukung PSDSK 2014 di Kalteng sebagai berikut: 1) Saran yang dapat diberikan adalah

pemanfaatan pejantan alam yang ada sebagai detektor birahi yang paling tepat. Peternak cukup melepas pejantan setiap pagi (kurang lebih 30 menit) untuk dapat

mendeteksi birahi pada induk. Apabila pejantan mendekati satu induk tertentu besar kemungkinan induk tersebut sedang birahi. Hal ini dapat menjadi alarm peternak untuk mengawinkan ternaknya baik dengan IB maupun kawin alam; 2) Saran yang dapat diberikan untuk kelompok ternak ini adalah konstruksi bank pakan yang lebih tepat, yaitu: bagian bawah bank pakan diberikan tambahan kayu untuk menjaga jerami tidak jatuh ke tanah dan perlunya ruang/space yang lebih luas di bagian samping bank pakan sehingga memungkinkan kepala sapi dapat masuk untuk mengambil jerami yang tersedia. Peternak mulai dapat merasakan keuntungan manajemen kandang model Grati dan akan dilakukan temu lapang sebagai sarana promosi teknologi yang aplikatif dan efisien; 3) Saran dan rencana tindak lanjut adalahPembuatan juknis teknologi budidaya sapi potong spesifik lokasi dan penyediaan air minum untuk ternak secara ad libitum; pemanfaatan pejantan alam sebagai detector dan atau pemacek sapi birahi serta pembangunan konstruksi bank jerami yang tepat.

Beberapa rapat koordinasi yang berkaitannnya dengan dukungan PSDSK anatara lain: 1)

1) Rapat koordinasi dengan Puslitbangnak tanggal 6-7 Februari 2012;

Pembahasan RDHP lingkup Puslitbang Peternakan dan Lolitsapi dengan diharapkan

bahwa untuk lokasi pendampingan dikurangi dan difokuskan berupa kegiatan super

inpose/ demo unit/sekolah lapang disertai rekomindasi teknologi sesuai dengan kebutuhan pengguna, 2)Rapat koordinasi tanggal 4 sd 7 Maret 2012 di

Dalam dokumen Laporan Tahunan Loka Penelitian Sapi potong (Halaman 44-56)

Dokumen terkait