• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Tahunan Loka Penelitian Sapi potong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Tahunan Loka Penelitian Sapi potong"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Tahunan

Loka Penelitian Sapi potong

Pengnggung Jawab :

Ir. Mariyono, M.Si.

Penyusun :

Drs. Lukman Affandhy

DR. Ir. Dicky Pamungkas, M.Sc.

Dr. Ir. Aryogi, MP.

Andi Mulyadi, SP.

Bambang Sudarmadi

Febtavri Nurul A.Q. S.Sos

Bambang Suryanto

Drh. Dian Ratnawati

Ir Didik Eko Wahyono.

Tata Letak & Desain Sampul

Tri Agus Sulistya, S.Pt.

BDAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Visi ... 1

1.2. Misi ... 1

1.3. Motto Pelayanan ... 2

1.4. Tujuan dan Sasaran ... 2

1.5. Pencapaian Tujuan dan Sasaran... 2

II. HASIL KEGIATAN UTAMA ... 3

2.1. Hasil kegiatan Penelitian Unggulan 2012 ... 3

2.1.1. Efektivitas kandang Kelompok Model Litbangtan Untuk Penggemukn Sapi Potong ... 3

2.1.2. Pakan berserat tinggi Uutuk penggemukan sapi potong ... 5

2.1.3. Sinkronisasi estrus menggunakan hormon prostaglandin dan ov-synch (kombinasi prostaglandin dan gnrh) pada sapi madura ... 8

2.1.4. Pakan berserat tinggi untuk pembibitan sapi potong ... 10

2.2. HASIL KEGIATAN PENELITIAN 2012 ... 12

2.2.1. Terbentuknya bibit sapi PO terpilih hasil seleksi ... 13

2.2.2. Tersedianya teknologi pakan pembibitan sesuai status fisiologis dan penggemukan sapi potong. ... 14

2.2.2.1. Teknologi pakan pembibitan ... 15

2.2.2.2. Teknologi pakan penggemukan ... 17

2.2.3. Tersedianya teknologi konservasi SDG sapi potong ... 18

2.2.4. Penyebaran dan Evaluasi Turunan Pejantan unggul Sapi PO. ... 20

2.2.5. Tersedianya teknologi untuk peningkatan efisensi reproduksi sapi potong ... 21

2.2.6. Tersedianya teknologi perbaikan sistem perbibitan dan penggemukan sapi potong di wilayah kegiatan konsorsium sapi potong ... 25

2.2.7. Diseminasi inovasi teknologi hasil litbang peternakan ... 26

2.2.8. Pendampingan PSDS ... 32

2.2.9. Kerjasama penelitian ... 44

III. KELEMBAGAAN4 ... 46

3.1. Organisasi ... 46

3.2. Sumber Daya Manusia ... 83

3.3. Sarana dan Prasarana ... 86

3.4. Anggaran ... 87

IV. PERENCANAAN DAN EVALUASI ... 91

4.1. Perencanaan ... 91

(3)

4.3. Pemeliharaan Sertifikasi ISO 9001:2008 ... 93

4.4. Pemeliharaan Sertifikasi ISO 17025 ... 95

4.5. Sistem Pengendalian Intern ... 97

V. EKSPOSE PELAYANAN PUBLIK ... 99

5.1. Indeks Pelayanan Nilai Budaya Kerja (IPNBK) ... 99

5.2. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) ... 102

5.3. Penghargaan... 105

VI. DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pertambahan Bobot Badan Harian (kg) tiap periode

penimbangan... 4 Tabel 2. Rata-rata konsumsi nutrisi

(kg/ekor/hari)... 4 Tabel 3. Hasil analisis komposisi kimia bahan pakan

(%BK)... 7 Tabel 4. Laju kehilangan bahan kering empat macam bahan pakan

(%)... 7 Tabel 5. Respons ternak terhadap pemberian

pakan... 7 Tabel 6. Intensitas kejadian birahi pada sapi

Madura... 9 Tabel 7. Angka kebuntingan sapi Madura pada masing-masing

perlakuan... 9 Tabel 8. Performans Induk dan Pedet masing-masing

Perlakuan... 11 Tabel 9. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai Sasaran

5... 13 Tabel 10. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai Sasaran

2... 14 Tabel 11. ADG induk, pedet (kg/ekor/hari) dan lama periode APP

(hari)... 17 Tabel 12. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai Sasaran

3... 20 Tabel 13. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai Sasaran

4... 21 Tabel 14. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai Sasaran

5... 21 Tabel 15. Data penyebaran dan performans pejantan sebar sapi PO tahun

2012... 23 Tabel 16. Data perkembangan pejantan sapi PO pada stakeholder

sampai tahun 2012... 23 Tabel 17. Jumlah sapi betina yang dikawini pejantan sapi PO tahun

2012... 24 Tabel 18. Bobot badan dan ukuran tubuh turunan pejantan sapi PO di Kab.

Kebumen dan Kudus... 25 Tabel 19. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai

Sasaran... 26 Tabel 20. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai

Sasaran... 27 Tabel 21. Daftar kunjungan tamu ke Lolitsapi

2012... 28 Tabel 22. Daftar karya tulis hasil penelitian di Lolitsapi

2012... 29 Tabel 23. Hasil pemeriksaan libido dan kualitas semen pejantan PO di Kab.

(5)

Kebumen, 2012... 35

Tabel 24. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai Penelitian... 44

Tabel 25. Personalia Urusan Tata Usaha tahun 2012... 48

Tabel 26. Jumlah Surat Masuk dan Surat Keluar Tahun 2012... 49

Tabel 27. PNS Loka Penelitian Sapi potong yang Meninggal 2012... 50

Tabel 28. Janda PNS yang mendapat SK Pensiun Janda 2012... 51

Tabel 29. PNS yang mendapat kenaikan Pangkat Tahun 2012... 51

Tabel 30. PNS yang mendapat Kenaikan Gaji Berkala Tahun 2012... 52

Tabel 31. CPNS yang diangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil 1 April 2012... 54

Tabel 32. Pegawai Negeri Sipil Yang Mengikuti Pelatihan / Diklat Tahun 2012... 54

Tabel 33. PNS yang menyelesaikan Tugas Belajar... 55

Tabel 34. Jumlah PNS Loka Penelitian Sapi Potong yang cuti 2012... 55

Tabel 35. Personalia Pelayanan Teknis 2012... 56

Tabel 36. Personalia Kandang Percobaan Tahun 2012... 60

Tabel 37. Populasi Ternak... 61

Tabel 38. Bahan habis pakai yang digunakan dikandang percobaan 2012... 61

Tabel 39. Obat yang digunakan yang digunakan 2012... 64

Tabel 40. Bahan Pakan kegiatan penelitian 2012... 64

Tabel 41. Personalia Kebun Percobaan... 65

Tabel 42. Jenis Tanaman Koleksi Rumptt 2012... 68

Tabel 43. Jenis Tanaman Koleksi Tanaman Ligium 2012... 69

Tabel 44. Personalia Laboratorium Loka Penelitian Sapi Potong Tahun 2012... 71

Tabel 45. Jenis dan Jumlah analisa pelayanan kegiatan penelitian... 73

Tabel 46. Jenis dan Jumlah analisa pelayanan kegiatan di luar penelitian... 74

Tabel 47. Data siswa/mahasiswa yang melakukan magang di Laboratorium... 75

Tabel 48. Personalia Petugas Jasa Penelitian Loka Penelitian Sapi Potong 2012... 76

Tabel 49. Pengunjung Perpustakaan Loka Penelitian Sapi Potong Tahun 2012... 76

Tabel 50. Pencetakan Leaflet Tahun 2012... 77

Tabel 51. Instansi Pengirim Buku Dan Majalah Tahun 2012... 78

Tabel 52. Penyebaran Bahan Cetakan Loka Penelitian Sapi Potong, Tahun 2012... 81

Tabel 53. Layanan Pengunjung Tamu Tahun 2012... 81

Tabel 54. Peserta PKL dan Magang Kerja di Lolit Sapi Potong TA 2012... 81

Tabel 55. Daftar Perjanjian Kerjasama Tahun 2012... 82

Tabel 56. Publikasi Peneliti tahun 2012... 82

Tabel 57. Keadaan tenaga fungsional peneliti menurut pendidikan dan pangkat/golongan dan jabatan... 84

Tabel 58. Pegawai Loka Penelitian Sapi Potong menurut status kepegawaian, pendidikan dan kelompok umur per 31 Desember 2012... 84

Tabel 59. Status kepegawaian, golongan dan kelompok umur per 31 Desember 2012... 85

Tabel 60. Keadaan tenaga fungsional teknisi litkayasa menurut pendidikan dan pangkat/golongan per 31 Desember 2012... 86

(6)

Tabel 62. Perbandingan Realisasi PNBP TA 2012 dan 2011... 88

Tabel 63. Perbandingan Realisasi PNBP TA 2012 dan 2011... 88

Tabel 64. Perbandingan Realisasi Belanja TA 2012 dan 2011... 89

Tabel 65. Realisasi Belanja Pegawai TA.2012 dan TA.2011... 89

Tabel 66. Perbandingan Belanja Barang TA 2012 dan 2011... 90

Tabel 67. Perbandingan Belanja Modal TA 2012 dan 2011... 90

Tabel 68. Akuntabilitas Keuangan Loka Penelitian Sapi Potong (Rp.)... 93

Tabel 69. Hasil pengukuran IPNBK Loka Penelitian Sapi Potong 2012... 101

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kandang kelompok ... 5

Gambar 2. Kandang individu... 5

Gambar 3. Penggemukan sapi potong dengan pakan serat tinggi... 8

Gambar 4. Sinkronisasi estrus pada sapi Madura... 10

Gambar 5. Induk bunting yang mendapatkan pakan serat tinggi... 12

Gambar 6. Jerami padi sebagai sumber serat... 12

Gambar 7. Wamentan saat mengunjungi stan Badan Litbang Pertanian... 32

Gambar 8. Sapi laktasi atau bunting tua tidak diberikan peningkatan pakan... 36

Gambar 9. Model kandang kelompok yang dilengkapi “bank pakan” ... 36

Gambar 10. Lay Out Instalasi Perbibitan Rakyatdi Kabupaten Barru... 39

Gambar 11. Penanaman TPT bersama peternak di lahan peternak di Kab. Pulang Pisau... 41

Gambar 12. Struktur Organisasi... 47

Gambar 13. Pennisetum purpureum cv. mott... 67

Gambar 14. Sesbania glandivora (Turi)... 67

Gambar 15. Indigovera sp... 67

Gambar 16 Diagram hasil pengolahan data Indeks Penerapan Nilai Budaya Kerja 2012 ... 101

(8)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Nama peagawai fungsional umum

(9)

KATA PENGANTAR

Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai tugas pokok melaksanakan penelitian sapi potong dengan menyelenggarakan fungsi :a). Pelaksanaan penelitian, eksplorasi, evaluasi. Pelestarian serta pemanfaatan plasma nutfah sapi potong; 2). Pelaksanaan penelitian pemuliaan, reproduksi dan nutrisi sapi potong; 3) pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis sapi potong; 4). Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian sapi potong; 5). Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian sapi potong; 6). Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Laporan tahunan ini merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, fungsi dan mandat yang diberikan kepada Loka Penelitian Sapi Potong tahun 2012. Dalam laporan ini disajikan hasil-hasil penelitian yang terdiri atas: 1). Terbentuknya bibit sapi PO terpilih hasil seleksi; 2).Tersedianya teknologi pakan pembibitan sesuai status fisiologis dan penggemukan sapi potong; 3). Tersedianya teknologi konservasi SDG sapi potong; 4). Tersedianya teknologi untuk peningkatan efisiensi reproduksi sapi potong; 5). Tersedianya bibit sumber dan tersebarnya bibit unggul sapi PO melalui kegiatan UPBU dengan target populasi 140 ekor dan tersebarnya pejantan unggul sapi PO bebas penyakit reproduksi; 6). Tersedianya teknologi perbaikan sistem perbibitan dan penggemukan sapi potong di wilayah kegiatan konsorsium sapi potong; 7). Terselenggaranya laporan diseminasi inovasi teknologi hasil litbang peternakan; 8). Pelayanan pendampingan teknologi; 9). Kerjasama penelitian bidang sapi potong.

(10)

Laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dan acuan dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi dalam upaya perbaikan pelaksanaan penelitian sapi potong dimasa yang akan datang.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian, para investor, mitra kerjasama dan khususnya bagi Loka penelitian Sapi Potong. Kritik dan saran diharapkan dan disampaikan langsung ke Loka Penelitian Sapi Potong dan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan ini disampaikan terima kasih.

Grati, 4 Maret 2013

Kepala Loka Penelitian Sapi Poton

(11)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Loka Penelitian Sapi Potong (Lolit Sapi Potong) merupakan salah satu unit pelaksana teknis eselon IV yang berada dibawah Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 68/Permentan/OT.140/10/2011 menggantikan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 72/Kpts/OT.210/1/2002. Organisasi dan Tata Kerja Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai 1 (satu) Urusan Tata Usaha; 2 (dua) Petugas (Pelayanan Teknis dan Jasa Penelitian) dan Kelompok Jabatan Fungsional yang dibantu oleh 3 (tiga) Kebun Percobaan (Kandang Percobaan; Kebun Percobaan dan Laboratorium). Tugas Loka Penelitian Sapi potong adalah melaksanakan penelitian sapi potong dengan fungsi :a). Pelaksanaan penelitian, eksplorasi, evaluasi. Pelestarian serta pemanfaatan plasma nutfah sapi potong; 2). Pelaksanaan penelitian pemuliaan, reproduksi dan nutrisi sapi potong; 3) pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis sapi potong; 4). Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian sapi potong; 5). Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian sapi potong; 6). Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Program penelitian dan pengembangan sapi potong disusun dengan mengacu pada visi dan misi Lolit Sapi Potong dan dari segi IPTEK pembangunan peternakan

yang mampu menghasilkan teknologi tepat guna yang dibutuhkan stakeholder

maupun masyarakat pengguna serta mampu mengatasi kendala permasalahan dan tantangan yang selama ini dihadapi dalam pemenuhan daging sapi. Susunan program tersebut dijabarkan dalam suatu perencanaan yang strategis dalam bentuk buku Renstra selama lima tahun (2010-2014) yang akan dijadikan agenda utama Lolit Sapi Potong untuk mengantisipasi masalah dan kendala yang diperkirakan akan timbul atau menjadi isue nasional pada lima tahun mendatang.

Kegiatan penelitian sapi potong yang dilakukan oleh Loka Penelitian Sapi Potong dalam lima tahun ke depan terdiri atas lima butir sebagai berikut:

1. Melaksanakan eksplorasi dan memanfaatkan sumber daya genetik sapi potong serta sumber daya lain yang terkait dengan sapi potong secara optimal; 2). Menghasilkan inovasi teknologi tepat guna dalam sistem produksi sapi potong yang mampu meningkatkan produktivitas dan nilai tambah yang diperlukan oleh pengguna; 3). Menghasilkan rekomendasi model pengembangan agribisnis sapi potong berbasis

(12)

agroekosistem; 4). Mengembangkan jaringan kerjasama kemitraan dengan pemerintah daerah, dunia usaha, peternak maupun pelaku agribisnis; 5). Meningkatkan profesionalisme dan budaya kerja sumberdaya manusia serta kualitas dan kuantitas sarana/prasarana.

Loka Penelitian Sapi Potong didukung oleh 79 orang PNS dan ....orang non PNS, dan dalam perjalanannya 2 orang PNS meninggal dunia sehingga diakhir 2012 hanya didukung oleh 77 orang PNS. Dalam p eningkatan SDM dilakukan pelatihan/Diklat yang dilaksanakan di dalam dan luar negeri, antara lain: Pelatihan Bahasa Inggris Kelas IBT Preparation; Pelatihan Bioteknologi Di ATT Thailand; Diklat

Fungsional Peneliti; Pelatihan Bendahara Pengeluaran; Workshop

PeningkatanKapasitas Teknisi Litkayasa dan Visit Indonesian Scientist to Thailand. Realisasi belanja TA 2012 Rp12.177.653.119,00 mengalami kenaikan sebesar Rp.1.953.533.583. (16%) dibandingkan TA 2011 disebabkan antara lain oleh naiknya belanja pegawai berupa remunerasi, adanya pembangunan gedung kantor dan kenaikan atas belanja barang berupa belanja pemeliharaan.

(13)

I. PENDAHULUAN

Loka Penelitian Sapi Potong sebagai unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 68/Permentan/OT.140/10/2011 tanggal 12 Oktober 2011 tugas pokok Loka Penelitian Sapi Potong adalah melaksanakan penelitian sapi potong dengan fungsi :a). Pelaksanaan penelitian, eksplorasi, evaluasi. Pelestarian serta pemanfaatan plasma nutfah sapi potong; 2). Pelaksanaan penelitian pemuliaan, reproduksi dan nutrisi sapi potong; 3) Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis sapi potong; 4). Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian sapi potong; 5). Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian sapi potong; 6). Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

1.1. Visi :

Menjadi Lembaga Penelitian Sapi Potong Nasional Bertaraf Internasional,

Melalui Pelestarian dan Pemanfaatan Sumberdaya Plasma Nutfah Sapi Potong.

1.2. Misi :

1) Melakukan penelitian pemuliaan, reproduksi, pakan dan budidaya ternak sapi potong;

2) Menghasilkan produksi biologi berupa bibit, teknologi reproduksi dan pakan sapi potong;

3) Memberikan informasi teknologi dan mengembangkan kerjasama penelitian sapi potong.

1.3. Motto Pelayanan :

(14)

1.4. Tujuan dan sasaran

Kegiatan penelitian dan pengembangan sapi potong adalah ”meningkatkan

kualitas dan kuantitas sapi potong melalui program pemuliabiakan, pakan, reproduksi dan manajemen”.

1.5. Pencapaian Tujuan dan Sasaran

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tahun 2012 dilaksanakan beberapa kegiatan penelitian dalam Program Penciptaan Teknologi dan Varitas Unggul Berdaya Saing, yang berjudul :

1. Terbentuknya bibit sapi PO terpilih hasil seleksi;

2. Tersedianya teknologi pakan pembibitan sesuai status fisiologis dan penggemukan sapi potong;

3. Tersedianya teknologi konservasi SDG sapi potong;

4. Tersedianya teknologi untuk peningkatan efisiensi reproduksi sapi potong

5. Tersedianya bibit sumber dan tersebarnya bibit unggul sapi PO melalui kegiatan UPBU dengan target populasi 140 ekor dan tersebarnya pejantan unggul sapi PO bebas penyakit reproduksi;

6. Tersedianya teknologi perbaikan sistem perbibitan dan penggemukan sapi potong di wilayah kegiatan konsorsium sapi potong;

7. Terselenggaranya laporan diseminasi inovasi teknologi hasil litbang peternakan; 8. Pelayanan pendampingan teknologi;

(15)

2. HASIL KEGIATAN UTAMA

2.1. Hasil kegiatan Penelitian Unggulan 2012

2.1.1. Efektivitas kandang Kelompok Model Litbangtan Untuk Penggemukan Sapi Potong

Latar belakang

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi pemeliharaan sapi potong, telah dikembangkan “perkandangan sistem kelompok model Litbangtan” yang dilengkapi dengan bank pakan. Peternak yang mempunyai skala pemilikan >2 ekor dapat menerapkan teknologi ini. Perkandangan sistem kelompok merupakan salah satu teknologi alternatif untuk menghemat tenaga kerja, air dan mempermudah proses pembuatan kompos; selain itu untuk meningkatkan status kesehatan dan keberhasilan reproduksi. Kandang kelompok merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat, berfungsi sebagai tempat perkawinan dan pembesaran anak sampai dengan disapih, atau digunakan sebagai kandang pembesaran maupun

penggemukan. Kebutuhan luasan kandang minimal 3,0 m2 untuk setiap satu ekor

ternak dewasa. Kandang kelompok model litbangtan telah banyak diaplikasikan oleh stakeholder di beberapa provinsi antara lain Prov. NTT, Sulsel, Kaltim, Kalteng, Jatim, Jateng, Jabar, Kep. Babel, Jambi, Riau, dan Sumut.

Metodologi

Salah satu hasil uji efektifitas aplikasi kandang kelompok model litbangtan telah dilakukan di Kandang Belajar Sapi Rakyat (KBSR) Bojonegoro pada bulan April s.d Juni 2012 menggunakan 20 ekor sapi jantan silangan dengan bobot badan awal sekitar 400 kg. Perlakuan berupa perbedaan sistem perkandangan, yaitu 10 ekor sapi jantan penggemukan silangan SIMPO (Simmental-PO) dan LIMPO (Limousin-PO) ditempatkan pada kandang individu dan 10 ekor sapi ditempatkan dalam kandang

kelompok. Pakan terdiri atas hijauan dan konsentrat. Konsentrat diberikan ad-libitum

terdiri atas campuran dedak padi, gamblong, bungkil sawit, bungkil kopra, tumpi jagung, garam, kapur dan urea dengan kandungan Protein Kasar > 10%, Serat

Kasar <20 % dan Total Digestible Nutrien > 58%. Hijauan berupa 7 kg rumput gajah

(16)

Hasil aplikasi

Tabel 1. Pertambahan Bobot Badan Harian (kg) tiap periode penimbangan

Perlakuan P1-P2 P2-P3 P3-P4 P4-P5 P5-P6

Individu 0,21 a 1,15 a 1,34 a 1,32 a 0,77 a

Kelompok 0,81 a 0,32 b 1,37 a 1,39 a 0,87 a

Keterangan: P adalah periode penimbangan dengan selang waktu dua minggu

Tabel 2. Rata-rata konsumsi nutrisi (kg/ekor/hari) Perlakuan

Konsumsi

BK PK TDN

Individu Kelompok Individu Kelompok Individu Kelompok

Minggu 1 9,63 10,78 1,80 1,98 9,17 10,05 Minggu 2 11,64 12,14 2,07 2,13 10,49 10,76 Minggu 3 11,47 13,32 2,05 2,35 10,36 11,87 Minggu 4 12,64 14,71 2,16 2,53 10,86 12,75 Minggu 5 13,72 14,48 2,24 2,50 11,15 12,61 Minggu 6 12,28 14,24 2,15 2,47 10,88 12,46 Minggu 7 12,81 14,38 2,24 2,49 11,33 12,54 Minggu 8 12,11 15,11 2,15 2,59 10,90 13,01 Minggu 9 11,75 17,46 2,12 2,90 10,78 14,52

Data dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa konsumsi pakan hijauan dan konsentrat pada kandang kelompok cenderung lebih tinggi dibandingkan pada kandang individu.

Penggunaan kandang kelompok untuk usaha penggemukan menghasilkan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) yang tidak berbeda nyata dengan PBBH Kandang Individu. Penggunaan Kandang kelompok lebih menghemat biaya tenaga kerja perawatan sapi dan penggunaan sumber daya lain seperti air untuk pembersihan kandang dan ternak.

(17)

Foto Kegiatan

Gambar 1. Kandang kelompok Gambar 2. Kandang individu

2.1.2. PAKAN BERSERAT TINGGI UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG Latar belakang

Terbatasnya ketersediaan pakan sepanjang tahun baik kuantitas maupun kualitas dapat diatasi dengan kecermatan memilih bahan pakan alternatif, antara lain dengan memanfaatkan sisa hasil tanaman pertanian, perkebunan dan sisa hasil agroindustri. Potensi sisa hasil tanaman pertanian ini seyogyanya dapat diformulasikan sedemikian rupa sehingga mampu sebagai sumber bahan pakan yang tersedia secara kontinyu di suatu kawasan. Peluang pemanfaatan bahan pakan berserat tinggi asal limbah pertanian untuk ternak ruminansia adalah sangat tinggi, namun memerlukan strategi khusus untuk menyusun ransum terkait dengan efektivitas dan efisiensinya.

Penelitian bertujuan: (1) Menentukan formulasi ransum yang paling optimal berdasarkan uji kecernaan dan kinerja produksi sapi PO jantan, (2) Memperoleh teknologi pemanfaatan bahan pakan berserat tinggi asal limbah pertanian pada usaha penggemukan untuk target pencapaian PBBH 0,7 kg/ekor/hari.

Metodologi

Tahap 1, dilakukan analisis proksimat dan analisis serat terhadap bahan pakan sumber serat dan pakan penguat asal limbah pertanian. Bahan pakan sumber serat berupa: tongkol jagung, tumpi jagung, kulit kopi, dan jerami padi sebagai komponen sumber serat (KSS). Sedangkan dedak padi, bungkil inti sawit, bungkil kelapa digunakan sebagai komponen pakan penguat (KPP).Masing-masing bahan pakan diambil sample individu dan campurannya untuk dianalisis.

(18)

Tahap 2, dilakukan uji kecernaan in sacco menggunakan kantong nilon pada sapi berfistula. Evaluasi degradasi bahan pakan terhadap bahan pakan sama pada Tahap 1.

Tahap 3 (terapan ke ternak), dilakukan aplikasi pemberian pakan menggunakan 20 ekor sapi PO jantan (umur 1,5 – 2,5 tahun). Ternak ditempatkan ke dalam kandang individu dan dikelompokkan menjadi empat macam perlakuan pemberian pakan, yakni berdasarkan proporsi pakan serta dan penguat. Parameter yang diukur: konsumsi, konversi dan kecernaan pakan, dan bobot badan.

Hasil Uji

Tahap 1, diperoleh hasil analisis proksimat komponen sumber serat (KSS) dan komponen pakan penguat (KPP); data selengkapnya tercantum dalam Tabel 3. Kandungan serat kasar tertinggi terdapat pada tongkol jagung, sedangkan terendah terdapat pada tumpi jagung.

Tahap 2, hasil kecernaan in sacco menunjukkan bahwa semua bahan pakan

untuk percobaan adalah dalam kriteria terdegradasi lambat. Inkubasi 48 jam, laju kehilangan BK pada pakan D (50,5%) tercepat, diikuti pakan A (44,2%), pakan C (40,4%), dan pakan B (38,1%). Hal ini berarti bahwa pakan D menunjukkan kecernaan paling tinggi.

Tahap 3,perlakuan pemberian pakan D (campuran 30% KSS dan 70% KPP, kandungan PK 10,4% ) menunjukkan respon PBBH ternak tertinggi (0,75 kg/hr), diikuti pakan C (0,64 kg/hr), pakan A (0,62 kg/hr) dan pakan B (0,41 kg/hr). Demikian halnya konversi pakan pada pakan D menunjukkan angka terendah (8,6) yang mengindikasikan efisiensi penggunaan pakan paling tinggi.

(19)

Tabel 3. Hasil analisis komposisi kimia bahan pakan (%BK)

Bahan pakan BK BO PK LK SK NDF ADF Lignin

Jerami padi 43,7 78,3 5,3 1,9 36,9 69,5 39,6 9,6

Tongkol jagung 91,8 95,8 2,8 0,6 39,3 - - -

Tumpi Jagung 90,7 96,5 7,8 2,2 19,9 59,6 25,8 - Kulit kopi 87,9 91,7 11,5 1,5 34,9 79,2 76,2 0,9 Bungkil inti sawit 91,9 91,9 17,4 7,7 24,4 79,2 53,4 1,5 Bungkil Kopra 84,6 94,3 23,8 2,5 14,8 72,2 49,6 2,5

Dedak padi 90,1 82,3 8,4 1 28,9 53,9 39,5 9,9

Komponen Sumber Serat 90 89,8 6,4 2,6 27,9 68,3 61,8 0,4 Komponen Pakan Penguat 90,9 87,3 10,38 5,3 20,9 58,8 51,7 1,9

Pakan A 90,4 88,5 8,7 3,6 33,9 66,1 42,1 1,7

Pakan B 90,4 88,6 8,9 2,7 30,8 65,3 41,4 0,9

Pakan C 90,2 88,7 9,8 3,4 30,2 62,9 41,7 0,8

Pakan D 90,6 87,9 10,4 3,3 26,3 61,0 43,2 0,7

Keterangan: BK: bahan kering, BO: bahan organik, PK: protein kasar, LK: lemak

kasar, SK: serat kasar, NDF : neutral detergent fiber, ADF: acid detergent fiber

Tabel 4. Laju kehilangan bahan kering empat macam bahan pakan (%)

Bahan Pakan Waktu Inkubasi (jam)

0 3 6 9 12 24 36 48 72 96

A 20,33 28,61 29,37 29,00 28,9 34,39 38,76 44,20 47,80 50,26 B 21,05 28,11 29,2 29,09 29,49 31,10 35,92 38,13 39,38 46,54 C 21,42 28,74 30,31 31,48 31,46 34,91 38,38 40,44 44,13 49,34 D 29,53 37,24 38,22 36,09 36,57 43,57 50,47 50,91 56,00 61,06 Tabel 5. Respons ternak terhadap pemberian pakan

Bahan pakan Inisial BB

(kg) BB akhir (kg) (KgBK/hr) Konsumsi (kg/hr) PBBH Konversi Pakan

A 304,2 357,4 6,1 0,62 9,8

B 292,2 327,6 5,2 0,41 12,8

C 272,2 327,4 6,0 0,64 9,3

D 284,4 329,6 6,4 0,75 8,6

PBBH : pertambahan bobot badan harian; BB : bobot badan; BK : Bahan kering Komposisi pakan dengan serat kasar 26,3% dan protein kasar 10,4% dalam ransum mampu menghasilkan performans terbaik terhadap pertambahan bobot badan sapi PO jantan (0,75 kg/hari) dan angka konversi pakan (8,6).

(20)

Foto Kegiatan

Gambar 3. Penggemukan sapi potong dengan pakan serat tinggi

2.1.3. SINKRONISASI ESTRUS MENGGUNAKAN HORMON PROSTAGLANDIN DAN OV-SYNCH (KOMBINASI PROSTAGLANDIN DAN GNRH) PADA SAPI MADURA

Latar Belakang

Sinkronisasi birahi merupakan cara untuk menyeragamkan program perkawinan dalam periode tertentu dan dapat diramalkan pada sekelompok hewan ternak. Tujuan sinkronisasi birahi adalah memanipulasi proses reproduksi sehingga ternak terinduksi untuk birahi/ovulasi dan dapat diinseminasi serentak dengan hasil fertilitas yang normal. Penggunaan teknik sinkronisasi birahi akan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan reproduksi kelompok ternak.

Metodologi

Aplikasi di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur meliputi 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Waru, Pasean dan Kecamatan Batumarmar terhadap 182 ekor sapi Madura terdiri atas 77 ekor induk dan 105 ekor dara memiliki skor kondisi tubuh (SKT) 5-7 dengan tiga perlakuan; yaitu : 1) Perlakuan A, terdiri atas 62 ekor menggunakan hormon prostaglandin (PGF) dosis 2 ml yang diinjeksikan pada hari ke-1 dan ke-11, kemudian pada hari ke-14 atau ke-15 dikawin suntik (Inseminasi Buatan/IB); 2). Perlakuan B terdiri atas 60 ekor perlakuan sama dengan kelompok A, tetapi dosis hormon 3 ml; 3). Perlakuan C terdiri atas 60 ekor

(21)

menggunakan metode Ov-synch yaitu hari ke-1 dan ke-10 diinjeksi GnRH (dosis 2,5 ml), hari ke-8 diinjeksi Prostaglandin (dosis 2 ml) dan hari ke-11 di-IB.

Hasil Aplikasi

Intensitas birahi pada sapi Madura sebagian besar (48,35%) menunjukkan

birahi tenang (silent heat), kemudian diikuti oleh birahi dengan tanda yang jelas

(46,15%). Sapi yang tidak menampakkan adanya birahi setelah diinduksi dengan hormon sinkronisasi (PGF dan atau GnRH) memiliki persentase rendah (5,49%).

Aplikasi hormon sinkronisasi birahi menggunakan PGF dan atau GnRH menghasilkan kinerja reproduksi yang baik. Kejadian birahi pada sapi Madura disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Intensitas kejadian birahi pada sapi Madura Perlakuan Tanda Birahi Jumlah (ekor)

Status fisiologis (ekor)

Dara Kering Induk Laktasi A Jelas 27 13 10 4 Tenang 31 20 5 6 Tidak birahi 4 3 1 - B Jelas 26 15 6 5 Tenang 31 17 7 7 Tidak birahi 3 3 - - C Jelas 31 17 8 6 Tenang 26 16 6 4 Tidak birahi 3 2 - 1

Angka kebuntingan yaitu banyaknya sapi yang bunting pada inseminasi pertama tertinggi adalah pada Perlakuan C yaitu 73,33%; diikuti Perlakuan A dan B masing-masing 70,97% dan 61,67% (Tabel 7).

Tabel 7. Angka kebuntingan sapi Madura pada masing-masing perlakuan Perlakuan

Jumlah Kebuntingan (ekor)

Induk Dara

Bunting Tidak bunting Bunting Tidak bunting

A 18 8 26 10

B 18 8 19 15

C 18 7 26 9

Sinkronisasi estrus menggunakan PGF dan kombinasinya dengan GnRH dapat meningkatkan kinerja reproduksi sapi Madura. Biaya hormon Perlakuan A = Rp. 162.800,00; pada Perlakuan B dan C masing-masing adalah Rp. 244.200,00 dan Rp. 343.900,00.

(22)

Foto Kegiatan

Gambar 4. Sinkronisasi estrus pada sapi Madura

2.1.4. PAKAN BERSERAT TINGGI UNTUK PEMBIBITAN SAPI POTONG

Latar Belakang

Hijauan masih dianggap sebagai pakan utama sapi potong disamping pakan penguat; padahal nutrien yang dibutuhkan ternak ruminansia adalah serat kasar yang dapat berasal dari berbagai sumber bahan organik. Contoh bahan organik yang cukup ekstrim antara lain kayu dan kertas. Seiring dengan ketersediaan tanaman pakan ternak (TPT) yang semakin sulit dan harga pakan penguat yang semakin mahal, pakan asal limbah pertanian asal tanaman pangan, perkebunan maupun agroindustrinya merupakan alternatif pilihan.

Sebagian besar pakan asal limbah mempunyai kadar serat tinggi, oleh sebab itu rasionya di dalam ransum harus seoptimal mungkin untuk optimalisasi biologis ternak dan efisiensi biaya pakan. Meskipun ruminansia mampu mengubah bahan berserat kasar tinggi melalui mekanisme fermentasi menjadi produk (tenaga kerja, susu, daging maupun anak), namun keseimbangan nutrien ransum harus diperhatikan.

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan teknologi pemanfaatan bahan pakan berserat tinggi asal limbah pertanian pada usaha pembibitan. Target pertambahan

bobot badan harian (PBBH) pedet prasapih >0,4 kg dan anoestrus post partus (APP)

induk ≤90 hari sebanyak ≥70% dalam populasi.

Materi dan Metode

Materi yang digunakan untuk penelitian ini adalah 20 ekor sapi Peranakan

(23)

kasar (SK) berbeda yaitu, 10%; 15%; 20% dan 25%. Kandungan PK 12% dan TDN 60%. Konsentrat tersusun atas tumpi jagung, kulit kopi, dan mineral mix sebanyak 1%. Pakan diberikan sebanyak 3,5% BB (dasar BK) selama 40 minggu.

Hasil Uji

Hasil uji menunjukkan bahwa penurunan bobot badan induk pasca beranak semakin tinggi pada perlakuan pakan yang mempunyai kandungan serat kasar yang lebih tinggi. Pertambahan bobot badan pedet pada perlakuan A, B, C, dan D telah memenuhi target PBBH ≥0,40 kg. Birahi pertama setelah beranak terjadi pada hari ke-79 s.d. 135. Hasil analisis ekonomi ransum menunjukkan rasio penerimaan dan biaya sebesar 0,87-1,10. Hasil uji pakan berserat tinggi untuk pembibitan sapi potong disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Performans Induk dan Pedet masing-masing Perlakuan

Uraian Perlakuan

A B C D

Penurunan bobot badan Induk

pasca beranak (kg) 0,10 0,21 0,31 0.46

Birahi pertama pasca beranak (hari) 69 79 90 94

Persentase induk birahi pertama

pasca beranak ≤90 hr (%) 100 80 80 50

PBBH Pedet (kg) 0,56 0.48 0.56 0.56

R/C 1,10 1,05 1,07 0,87

Keterangan: R/C = rasio penerimaan dan biaya

Secara ekonomis pakan dengan kandungan serat kasar (SK) 10, 15, dan 20 % dapat diaplikasikan pada sapi induk bunting karena mampu menghasilkan pedet dengan PBBH pra-sapih, masing-masing adalah 0,56 kg, 0,48 kg dan 0,56 kg. Birahi pertama pasca beranak dibawah 90 hari sebanyak 5 ekor (100% populasi) pada pemberian pakan dengan kandungan SK 10%, 4 ekor (80 % populasi) pada kandungan SK 15% dan 4 ekor (80% populasi) pada pemberian pakan dengan kandungan SK 20%.

(24)

2.2. HASIL KEGIATAN PENELITIAN 2012

Dalam tahun anggaran 2012, Loka Penelitian Sapi Potong telah menetapkan delapan (8) sasaran yang akan dicapai. Realisasi sampai akhir tahun 2012 menunjukkan bahwa secara umum telah dapat dicapai dengan hasil baik. Walaupun demikian, ada beberapa indikator kinerja yang mengalami kurang dalam pencapaiannya terkait sehingga diperlukan perencanaan kegiatan strategis dan lainnya yang benar; termasuk metodologi penelitiannya sesuai dengan kaidah ilmiah sehingga akan dihasilkan laporan akhir. Adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Induk bunting yang

(25)

2.2.1. Terbentuknya bibit sapi PO terpilih hasil seleksi

Untuk terbentuknya bibit sapi PO terpilih, diukur dengan 3 indikator kinerja, yaitu Jumlah populasi dasar, jumlah sapi pejantan terplih di kelompok dasar, dan Jumlah kelompok pembibit sapi potong yang memperoleh introduksi teknologi. Pencapaian target dari indikator kinerja tersebut digambarkan seperti dalam Tabel 9. Indikator kinerja yang telah ditargetkan pada tahun 2012 secara umum melabihi dari yang ditargetkan dengan rata-rata capaian 105,04 %.

Tabel 9. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai Sasaran 5. Sasaran strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Terbentuknya bibit

sapi PO terpilih hasil seleksi

Jumlah populasi dasar di kelompok dasar, ekor

400 446 115,11

Jumlah pejantan terpilih dengan tinggi badan 135 cm pada umur 2 tahun, ekor

5 5 100,00

Jumlah kelompok

pembibit sapi potong yang memperoleh introduksi teknologi , kelompok

1 1 100,00

Rata-rata 1

05,04

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa terdapat capaian indikator yang persentasenya telah mencapai 105,04 % yaitu berasal dari 1) Jumlah populasi dasar di kelompok dasar sebesar 446 ekor (115,11), 2) Jumlah sapi pejantan di kelompok dasar sebesar 5 ekor (100 %) dan 3) Jumlah kelompok pembibit sapi potong yang memperoleh introduksi teknologi sebanyak 1 kelompok ternak (100 %). Jumlah populasi dasar sapi potong termasuk jumlah sapi pejantan berasal dari

kegiatan “Peningkatan Mutu Genetik Sapi PO Untuk Memperbaiki Produktivitas” di kelompok dasar. Populasi tersebut berasal dari jumlah tambahan kelahiran sapi yang hidup pada tahun 2012 sebanyak 446 ekor; dengan rincian populasi sapi adalah sapi dewasa umur > 18 bulan sejumlah 100 ekor jantan dan 193 ekor betina, sapi muda umur 12-18 bulan sejumlah 21 ekor jantan dan 33ekor betina dan sapi umur 7-12 bulan 23 ekor jantan dan 12 ekor betina serta sapi umur <

(26)

7 bulan berjumlah 23 ekor jantan dan 41 ekor betina atau jumlah seluruhnya adalah 167 ekor jantan dan 279 ekor betina.

Untuk jumlah kelompok pembibit sapi potong yang memperoleh introduksi teknologi sebanyak 1 kelompok ternak yang targetnya 1 kelompok sudah terpenuhi 100 % dari kegiatan “Peningkatan Performans Reproduksi Melalui Penggunaan Pejantan Unggul Sapi PO dan Hormon Reproduksi di Tingkat Peternak Kota Probolinggo”; meliputi pembinaan di Kelompok Tani Ternak Bangu Jaya Kecamatan Sumber Taman Kota Probolinggo.

2.2.2. Tersedianya teknologi pakan pembibitan sesuai status fisiologis dan penggemukan sapi potong.

Tersedianya teknologi pakan pembibitan sesuai status fisiologis dan penggemukan sapi potong , diukur dengan 2 indikator kinerja, yaitu Jumlah teknologi pakan pembibitan dan penggemukan sapi potong. Pencapaian target dari indikator kinerja tersebut digambarkan seperti dalam Tabel 10. Indikator kinerja yang telah ditargetkan pada tahun 2012 secara umum tercapai cukup baik dengan rata-rata capaian 100,00 %.

Tabel 10. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai Sasaran 2 Sasaran strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Tersedianya

teknologi pakan pembibitan sesuai status fisiologis dan penggemukan sapi potong Jumlah teknologi pakan pembibitan, teknologi 1 1 100,00 Jumlah teknologi pakan penggemukan, teknologi 1 1 100,00 Rata-rata 100,00

Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa terdapat capaian indikator yang persentasenya telah mencapaii 100% yaitu satu teknologi pakan sapi potong perbibitan dan satu teknologi pakan sapi potong penggemukan (100,00%); yang berasal dari kegiatan “Pemanfaatan Bahan Pakan Berserat Tinggi Asal Limbah Pertanian pada Usaha Pembibitan Sapi Potong” dan kegiatan” Pemanfaatan Bahan

(27)

Pakan Berserat Tinggi Asal Limbah Pertanian Pada Usaha Penggemukan Sapi Potong”.

2.2.2.1. Teknologi pakan pembibitan

Lokasi penelitian meliputi di Jawa Barat, Jawa Timur dan DIY dengan agroekosistem lahan kering; adalah penelitian lanjutan dengan tujuan jangka pendek/tahunan untuk mendapatkan teknologi Pemanfaatan Bahan Pakan Berserat Tinggi Asal Limbah Pertanian pada Usaha Pembibitan untuk mencapai target PBBH

pedet prasapih >0,4 kg dan APP induk <90 hari. Kegiatan terdiri atas kegiatan in-vivo

di kandang percobaan dan kegiatan lapang di kandang peternak.

Pada kegiatan di kandang percobaan, digunakan materi berupa sapi betina bunting dengan perkiraan umur kebuntingan delapan bulan sebanyak 20 ekor. Dibedakan menjadi empat macam perlakuan pakan dengan kandungan serat kasar (SK) yang berbeda (10%; 15%; 20% dan 25%) dan kandungan PK sekitar 10% dan TDN 60%. Pakan yang diujikan tersusun dari hijauan berupa jerami padi dan pakan penguat/konsentrat berbasis limbah pertanian berserat tinggi antara lain jerami padi, tongkol/tumpi jagung, kulit kopi dan kulit kacang; untuk melengkapi kandungan nutrien ransum, ditambahakan mineral mix sebanyak 1%. Pakan diberikan sebanyak 3,5% BB berdasarkan BK dilaksanakan selama 40 minggu, terdiri atas dua minggu masa adaptasi dan 38 minggu masa pengumpulan data. Parameter yang diamati meliputi kandungan nutrien pakan (proksimat, ADF, NDF dan lignin), konsumsi

nutrien, kecernaan in vivo, konversi pakan, glukosa dan urea darah, Average Daily

Gain (ADG) induk dan pedet, lama periode Anoestrus Post Partus (APP) induk dan

nilai ekonomis ransum. Analisis data teknis menggunakan covarian pola searah

sedangkan nilai ekonomis ransum diukur menggunakan R/C ratio.

Kegiatan di kandang peternak merupakan pengujian aplikatif tentang strategi pakan untuk induk pada usaha sapi potong rakyat di daerah sentra pembibitan, menggunakan bahan pakan potensial setempat. Digunakan 20 ekor sapi bunting dengan pemberian pakan yang dibedakan menjadi empat kelompok perlakuan pakan yang berbeda yakni A= 80% hijauan basal + 20% legum, B= 80% hijauan basal + 10% legum + 10% suplemen; C. 80% hijauan basal + 20% suplemen dan perlakuan

D. 80% hijauan basal+ 20% suplemen plus. Suplemen berupa white pollard

sedangkan suplemen plus terdiri atas suplemen dan mineral mix. Penelitian dilakukan selama ≥ 16 minggu, diawali dengan masa adaptasi selama dua minggu. Analisis data menggunakan covarian pola searah. Pengamatan parameter meliputi kandungan

(28)

nutrien pakan, konsumsi pakan (spot sampling), ADG (induk dan anak) serta nilai APP induk.

Hasil analisis data utama dari kegiatan in vivo dikandang percobaan

menunjukkan bahwa nilai ADG pedet disemua perlakuan telah memenuhi target yang diharapkan, sebesar 0,40 kg/ekor/hari; yakni berkisar antara 0,48 sampai 0,56 kg/ekor/hari. ADG induk PP dan nilai APP tidak dipengaruhi oleh kandungan serat pakan. ADG induk PP antara -0,10 s/d -0,46 kg/ekor/hari dan lama periode APP 69-94 hari. Konsumsi BK, PK, SK dan TDN berbeda nyata (P>0,05) diantara perlakuan. Konsumsi BK berkisar antara 9,06-10,64 kg/hari; konsumsi PK antara 0,91-1,15 kg/hari konsumsi SK 2,20-3,06 kg/hari. dan konsumsi TDN antara 5,05-6,05 kg/hari., namun perbedaan konsumsi pakan ini tidak berpengaruh terhadap tampilan produksi induk maupun pedetnya. Hasil pengujian lapang menggunakan sapi milik peternak yang dilakukan di Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan-Kabupaten Sleman

menunjukkan bahwa suplementasi berupa gamal , wheat pollard maupun

kombinasinya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi pakan. Konsumsi BK berkisar antara 7,71-9,10 kg/hari; 0,85-1 kg/kg/hari; PK 0,85-1,00 kg/hari dan SK 2,98-3,5 kg/hari dan TDN 3,95-4,66 kg/hari. Demikian pula halnya dengan ADG pedet maupun lama terjadinya birahi kembali setelah beranak (APP). ADG pedet umur ≤3 bulan adalah 0,51-0,83 kg/ekor/hari dengan nilai APP antara

33,33-52,00 hari. Namun hasil analisis data ADG induk post partus (PP) menunjukkan

perbedaan yang nyata diantara perlakuan (P≤0,05) . ADG terendah dicapai oleh perlakuan C (sebesar -0,28 kg/ekor/hari) berturut-turut perlakuan D (-0,43 kg/ekor/hari), B (-0,53 kg/ekor/hari dan perlakuan A (-0,76 kg/ekor/hari). Disimpulkan bahwa pemberian ransum dengan kandungan SK sampai 25%, PK 10% dan TDN 60% pada sapi induk mampu menghasilkan ADG pedet pra sapih lebih tinggi dari target 0,40 kg/ekor/hari, sedangkan terhadap lama periode APP pemberian ransum dengan kandungan SK sampai 20% mampu menghasilkan APP ≤90 hari. Pada kegiatan lapang, penggunaan suplemen berupa gamal mampu bersaing dengan

penggunaan wheat pollard maupun kombinasinya dalam menghasilkan ADG pedet,

namun paenggunaan wheat pollard lebih mampu menekan penurunan BB induk

(29)

Tabel 11. ADG induk, pedet (kg/ekor/hari) dan lama periode APP (hari)

Uraian Perlakuan

A B C D

1 Invivo kandang percobaan

ADG induk PP(kg) -0,10 -0,21 -0,31 -0,46

ADG pedet(kg) 0,56 0,48 0,56 0,56

Lama periode APP(hari) 69,00 78,75 90,00 94,50 2. Invivo lapang

Jumlah sapi APP < 90 hari (%) 80 75 75 50 ADG induk PP(kg) -0,76a -0,63ab -0,28b -0,43ab

ADG pedet(kg) 0,75 0,53 0,83 0,51

Lama periode APP (hari) 41 52 33 43

Jumlah sapi APP < 90 hari (%) 100 100 100 100

Keterangan : Notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P≤0,05)

2.2.2.2. Teknologi pakan penggemukan

Penelitian ini bertujuan: (1) Menentukan formulasi ransum yang paling optimal berdasarkan uji kecernaan dan kinerja produksi sapi PO jantan, (2) Memperoleh teknologi pemanfaatan bahan pakan berserat tinggi asal limbah pertanian pada usaha penggemukan untuk target pencapaian PBBH 0,7 kg/ekor/hari, dan (3) Menentukan pemanfaatan bahan pakan sumber serat dan pertambahan bobot badan sapi pada usaha penggemukan skala rakyat. Kegiatan 1, Dilakukan analisis proksimat dan analisis serat terhadap bahan pakan sumber serat dan pakan penguat asal limbah pertanian. Masing-masing bahan pakan diambil sample individu dan campurannya

untuk dianalisis. Kegiatan 2, dilakukan uji in sacco menggunakan kantong nilon pada

sapi berfistula. Evaluasi degradasi bahan pakan selanjutnya dilakukan secara in sacco

terhadap bahan pakan yang sama pada Sub Kegiatan. Kegiatan 3 dilakukan percobaan pemberian pakan menggunakan 20 ekor sapi PO jantan. Ternak ditempatkan ke dalam kandang individu dan dikelompokkan menjadi empat macam perlakuan, yakni berdasarkan proporsi pakan serta dan penguat. Parameter yang diukur: konsumsi, konversi dan kecernaan pakan, bobot badan, ekosistem rumen (pH, NH3, dan VFA), dan nilai ekonomis pakan. Data yang diperoleh dianalisis variansi pola RAL. Kegiatan 4 Dilakukan monitoring usaha penggemukan sapi lokal jantan dalam usaha peternakan rakyat. Materi yang digunakan adalah sapi Madura dan sapi Bali.

(30)

Pengamatan dilaksanakan pada musim kemarau. Parameter yang diukur: pertambahan bobot badan (dilakukan pada awal dan akhir penelitian), lingkar dada, dan skor kondisi tubuh, dan komposisi pakan yang diberikan.

Hasil Kegiatan Kegiatan 1 diperoleh hasil analisis proksimat komponen sumber serat (KSS) dan komponen pakan penguat (KPP). Hasil analisis proksimat campuran antara KSS yang berasal dari jerami padi (25%) + tongkol jagung (25%) + tumpi jagung (25%) + kulit kopi (25%) ini menghasilkan BK 90,03%, PK 6,4%, SK 25,14%, TDN 53,61%, dan NDF 68,28%. Sedangkan campuran KSP menghasilkan BK 90,89%, PK 10,38%, SK 19,03%, TDN 61,46%, dan NDF 58,77%. Hasil analisis BK, PK, SK, TDN, dan NDF komponen sumber serat berupa: jerami padi (43,7%; 5,3%; 34,8%; 47,6%; dan 69,5%), kulit kopi (87,9%; 11,5%; 35,0%; 52,1%; dan 79,3%), tumpi jagung (90,7%; 7,8%; 19,3%; 59,2%, dan 59,6%), dan tongkol jagung (91,8%; 2,8%; 39,3%). Hasil analisis KPP berupa bungkil kopra (84,6% BK, 23,8% PK, 14,9% SK, 72,9% TDN, dan 72,2% NDF), dan bungkil inti sawit (91,9% BK, 17,4% PK,

24,4% SK, 65,5% TDN, dan 79,2% NDF. Hasil kecernaan in sacco kegiatan 2

menunjukkan bahwa bahan pakan untuk percobaan pakan adalah dalam kriteria terdegradasi lambat. Inkubasi 48 jam, laju kehilangan BK pada pakan D (50,5%) tercepat, diikuti pakan A (44,2%), pakan C (40,4%), dan pakan B (38,1%). Hasil kegiatan 3 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan D (campuran 30% KSS dan 70% KPP, kandungan PK 10,4% ) menunjukkan respon PBBH ternak tertinggi (0,75 kg/hr), diikuti pakan C (0,64 kg/hr), pakan A (0,62 kg/hr) dan pakan B (0,41 kg/hr). Hasil kegiatan 4 Pengamatan di lapang, menunjukkan bahwa sapi Bali mempunyai PBBH 0,4 kg/hr. Pakan sumber serat yang sekaligus sumber protein mendominasi pemberian adalah daun lamtoro, diikuti daun gamelina, dan rumput lapang. Di kab Sumenep menunjukkan bahwa PBBH sapi Madura 0,3 kg/hr. Bahan pakan sumber serat yang mendominasi adalah rumput lapang dan jerami padi.

2.2.3. Tersedianya teknologi konservasi SDG sapi potong

Teknologi konservasi SDG sapi potong, diukur dengan 1 indikator kinerja, yaitu jumlah empat galur SDG sapi potong lokal, yaitu SDG Sapi Jabres, Sapi PO, Sapi madura dan Sapi Bali.Parameter yang diukur adalah: bobot badan, ukuran linier tubuh (panjang badan, tinggi gumba, dan lingkar dada) dan mengacu pada indeks morfologis ternak, dan skor kondisi tubuh (skala 1-5).

(31)

Data karakterisasi spesifik berupa: warna tubuh dominan, pola warna, gelambir tanduk (warna, bentuk, ukuran), telinga (panjang, lebar), warna kepala, profil muka, moncong, gelambir, punuk, bentuk kuku, ekor, dan tanda khas lain baik pada jantan maupun betina. Hasil observasi pada sapi Bali, pada ternak jantan (n= 15 ekor) menunjukkan rataan BB, SKT, PB, dan TG 327,9 kg; 3,1; 121,2 cm dan 122,1 cm. Sedangkan ternak betina (n= 101 ekor) mempunyai rataan BB, SKT, PB, dan TG 262,3 kg; 3,3; 113,8 cm, dan 113,8 cm. Hasil pengukuran rump (tinggi, panjang, lebar) dan dada (lingkar, lebar, dan dalam) pada ternak jantan masing-masing adalah (121,2 cm, 39,2 cm, dan11,4 cm) dan (171,7 cm, 35,2 cm, dan 65,8 cm); sedangkan pada ternak betina masing-masing adalah (114,9 cm, 37,2 cm, dan 12,4 cm) dan (157,8cm, 31,6 cm, dan 61,7 cm). Hasil observasi sapi Madura jantan (n= 3 ekor), menunjukkan rataan BB, SKT, PB, dan TG 302 kg;4,0, dan 136,3cm. Sedangkan ternak betina (n= 103 ekor) mempunyai rataan BB, SKT, PB, dan TG 237,8 kg;3,6; 130,5cm; dan 116,0 cm. Hasil pengukuran rump (tinggi, panjang, lebar) dan dada (lingkar, lebar, dan dalam) pada ternak jantan masing-masing adalah (127,3 cm, 35,0cm, dan 12,3cm) dan (155,3 cm,37,1 cm, dan 59,4cm); sedangkan pada ternak betina masing-masing adalah (118,6 cm,34,7 cm, dan 11,7cm) dan (144,9 cm, 30,8 cm, dan55,9cm).Hasil observasi sapi Jabres jantan (n= 3 ekor), menunjukkan rataan BB, SKT, PB, dan TG masing-masing235,0 kg; 2,8; 118,0 cm; dan 118,7cm. Sedangkan ternak betina (n=102 ekor) mempunyai rataan BB, SKT, PB, dan TG masing-masing 260,4 kg; 2,5; 117,9cm;dan 116,0 cm. Hasil pengukuran rump (tinggi, panjang, lebar) dan dada (lingkar, lebar, dan dalam) pada ternak jantan masing-masing adalah (118,7 cm, 39,2 cm, dan9,8cm) dan (141,2 cm, 31,8 cm, dan 55,3cm); sedangkan pada ternak betina masing-masing adalah (119,2cm, 38,9cm, dan 11,0cm) dan (147,0cm, 32,0 cm, dan 57,3cm). Hasil observasi sapi PO jantan (n= 4 ekor), rataan BB, SKT, PB, dan TG masing-masing 395,3kg;2,9; 140,6cm; dan 127,1 cm. Sedangkan ternak betina (n= 100 ekor) mempunyai rataan BB, SKT, PB, dan TG masing-masing 325,0 kg;2,6; 134,0 cm; dan127,1cm. Hasil pengukuran rump (tinggi, panjang, lebar) dan dada (lingkar, lebar, dan dalam) pada ternak jantan masing-masing adalah (139,4cm, 47,2 cm, dan 11,2cm) dan (167,7 cm, 37,2 cm, dan 65,3cm); sedangkan pada ternak betina masing-masing adalah (133,8 cm,45,4 cm, dan 13,4 cm) dan (156,1cm,34,4 cm, dan60,4cm).

Berdasarkan sampling populasi, dapat diperoleh populasi efektif masing-masing rumpun, yakni sapi Bali 52,2; sapi Madura dan sapi Jabres sama yakni 11,7;

(32)

sedangkan sapi PO 15,4. Sapi Bali betinamempunyai warna kulit dominan coklat terang, pantat putih (100%), tanduk hitam mengarah ke belakang (80%), dan bentuk muka/moncong papak (86%). Sapi Madura betina mempunyai warna kulit dominan coklat, tanduk hitam mengarah ke samping (50%), ke atas (40%); bentuk muka/moncong papak (90%). Berdasarkan sebaran warna kulit Sapi Jabres bervariasi mulai dari coklat muda , coklat tua, merah bata, putih, kehitaman-hitaman sampai hitam, namun warna dominan adalah coklat. Bentuk tubuh ramping dan padat mengarah pada bentuk kotak. Bentuk tanduk sebagian besar (52%) mengarah ke atas dan belok ke samping. Kulit Sapi PO betinadidominasi warna putih dan umumnya bergelambir kecil-sedang. Bentuk tanduk bervariasi, yakni bentuk kecil (3%) , mengarah ke samping atas (59%), atas (25%), dan lainnya (17%).

Tabel 12. Target dan capaian indikator kinerja SDG

Sasaran strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Tersedianya teknologi

konservasi SDG sapi potong

Jumlah galur SDG sapi potong lokal, galur

4 3 75,00

Rata-rata 100,00

2.2.4. Tersedianya teknologi untuk peningkatan efisensi reproduksi sapi potong.

Peningkatan efisiensi reproduksi sapi potong, diukur dengan 1 indikator kinerja, yaitu Jumlah teknologi hormonal yang efisien untuk meningkatkan efisiensi reproduksi sapi potong. Pencapaian target dari indikator kinerja tersebut digambarkan seperti dalam Tabel 13. Indikator kinerja Sasaran 4 yang telah ditargetkan pada tahun 2012 secara umum tercapai dengan rata-rata capaian 100,00 %.

(33)

Tabel 13. Target dan capaian indikator kinerja efisiensi reproduksi.

Sasaran strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Tersedianya teknologi

untuk peningkatan efisensi reproduksi sapi potong

Jumlah teknologi hormonal yang efisien untuk

meningkatkan efisiensi reproduksi sapi potong , teknologi

2 2 100,00

Rata-rata 100,00

Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa terdapat capaian indikator yang persentasenya telah mencapai 100% yaitu berasal dari kegiatan Pengaruh GnRH terhadap Perkembangan Folikel Sapi PO dan teknologi sebayak 1 teknologi dan Sinkronisasi Ovulasi Menggunakan Kombinasi Hormon PGF dan GnRH pada Sapi Potong sebanyak 1 teknologi.

2.2.5. Tersedianya bibit sumber dan tersebarnya pejantan sebar sapi PO unggul

Bibit sumber dan tersebarnya pejantan sebar sapi PO Unggul, diukur dengan 2 indikator kinerja, yaitu 1) Jumlah populasi bibit sumber dan 2) Jumlah penyebaran pejantan unggul sapi PO bebas penyakit reproduksi. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja tersebut digambarkan seperti dalam Tabel 14. Indikator kinerja yang telah ditargetkan pada tahun 2012 secara umum tercapai cukup baik dengan rata-rata capaian 120,35%.

Tabel 14. Target dan capaian indikator kinerja.

Sasaran strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Tersedianya bibit

sumber dan

tersebarnya pejantan sebar sapi PO unggul

Jumlah populasi bibit sumber, ekor

140 141 100,71

Jumlah pejantan sebar sapi PO unggul bebas penyakit reproduksi,

ekor

5 7 140,00

(34)

Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa terdapat capaian indikator yang persentasenya telah melebihi 100% yaitu Jumlah populasi bibit sumber yang semula rencana 140 ekor menjadi 141 ekor (100,71 %) yang berasal dari kelahiran ternak dan hasil seleksi kegiatan penelitian pemuliaan kegiatan “Peningkatan Mutu Genetik Sapi PO untuk Memperbaiki Produktivitas” dengan menghasilkan jumlah pejantan sapi PO terlpilih 5 ekor. Demikian pula jumlah penyebaran pejantan unggul sapi PO bebas penyakit reproduksi telah melebihi target dari rencana target 5 ekor menjadi 7 ekor (140,00%); dikarenakan adanya permintaan pejantan dari kegiatan Penyebaran dan evaluasi Turunan Pejantan Unggul Sapi PO,

Kegiatan dilakukan dengan tujuan untuk menyebarkan pejantan sapi PO sebagai sumber semen dan pejantan pemacek, dan Melakukan evaluasi produksi

dan pengelolaan pejantan unggul sapi PO pada stakeholder. Kegiatan ini dilakukan

dengan cara survey di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan

Kalimantan Timur. Koordinasi dan sosialisasi dilakukan dengan stakeholder yaitu Unit

Pelaksana Teknis(UPT) perbibitan sapi potong, Balai Inseminasi Buatan (BIB) atau

BIB Daerah, kelompok peternak pembibitan sapi potong atau village breeding center

(VBC) untuk mendapatkan informasi kebutuhan dan peluang pemanfaatan pejantan sapi PO hasil seleksi Lolitsapi, baik sebagai sumber semen beku atau pejantan pemacek. Observasi dilakukan untuk mengetahui performans pedet/turunan pejantan sapi PO.

Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan rata-rata dan standar deviasi. Parameter yang diukur meliputi : performans dan penyebaran pejantan (bobot badan

dan ukuran tubuh dan lingkar scrotum); Jumlah betina yang dikawini dan performans

hasil turunan pejantan meliputi : ukuran badan dan atau bobot badan pedet pra sapih.

Hasil penelitian menunjukan bahwa data penyebaran pejantan sapi PO tahun 2012 sebanyak 7 ekor dengan rincian yaitu UPTD Budidaya ternak Kab Pasuruan (2 ekor), Kelompok peternak Kab Pelalawan (1 ekor), UPTD BIB Medan (3 ekor) dan BIB Lembang Bandung sebanyak 1 ekor (Tabel 15). Data performans pejantan sebar

yaitu mempunyai umur berdasarkan gigi 11 s/d I3, tinggi badan berkisar antara 137 –

(35)

Tabel 15. Data penyebaran dan performans pejantan sebar sapi PO tahun 2012 No Kabupaten/ Provinsi No sapi Umur (PI) BB (kg) TB (cm) TP (cm PB (cm) LD (cm) Lingkar Scrotum (cm) 1. Pasuruan-Jatim 2010/29 I-3 564.5 150 155 157 193 33

2. Pasuruan Jatim 2010/26 I-3 486 145 150 148 178 34

3. Pelalawan-Riau 10/14 I-1 387 137 142 150 169

4. Medan-Sumut 10/2 I2 448 140 144 142 181 28

5. Medan-Sumut 10.1.1 I2 487 148 150 155 186 34

6. Medan-Sumut 10/18 I2 526 140 145 140 184 30

7. Bandung-Jabar 10.3.3 I2 441 134.5 138 173 165 31

Ket. I: Incisor, BB: Bobot badan, TB :Tinggi badan, TP :Tinggi pinggul, PB : Panjang badan, LD : Lingkar dada

Data perkembangan jumlah pejantan yang telah disebarkan sejak tahun 2009 sampai Desember 2012 yaitu dari sebanyak 25 ekor, sisa pejantan yang masih termanfaatkan sampai bulan Desember 2012 sebanyak 17 ekor (Tabel 16).

Tabel 16. Data perkembangan pejantan sapi PO pada stakeholder sampai tahun 2012 Tahun Sebar Stakeholder Kabupaten/ Provinsi Jumlah pejantan (ekor) Ket Awal Des 2012

2009 Kelompok peternak Kebumen-Jateng 7 2

2010 Kelompok peternak Kebumen Jateng 1 1

Blitar – Jatim 1 1

Kudus – Jateng 1 1

Klaten-Jateng 2 1

2011 UPTD Pembibitan & IB Panajam Kaltim 2 2 UPTD-Pembibitan& HMT Sukabumi-Jabar 2 2

UPTD- Pembibitan Tuban –Jatim 2 0

2012 UPTD-Budidaya ternak Pasuruan Jawa Timur 2 2 Kelompok Peternak Pelalawan – Raiau 1 1

BIB Lembang Bandung-Jabar 1 1

UPTD BIB Medan Medan-Sumut 3 3

(36)

Data pemanfaatan pejantan sapi PO yang digunakan sebagai pemacek untuk tahun 2012 dari sebanyak 9 ekor pejantan (7 lokasi) telah mengawini sebanyak 192 ekor sapi betina (Tabel 17).

Tabel 17. Jumlah sapi betina yang dikawini pejantan sapi PO tahun 2012

No Kabupaten/Riau Alamat Kelompok

Jumlah pejantan

(ekor)

Jumlah sapi betina dikawini Periode

(bulan) (ekor) Ket 1 Kab Kebumen

Jawa Tengah

Sidoayem Kec Ambal

1 Jan- Apr 2012 14 Kandang Individu 2 Kab. Kudus

Jawa Tengah

Maju mulyo Kec Undaan

1 Jan -Jun 2012 15 Kadang kelompok 3 Kab. Klaten

Jawa Tengah

Sidomukti Ke. Tulung

1 Jan- Nop 2012 68 Kadang individu 4 Kab Blitar

Jawa Timur

Mekarsari Kec Kanigoro

1 Jan- Okt 2012 17 Kandang individu 5 Kab Pasuruan Jawa Timur UPTD Budidaya t. Kec Purwosari 2 Juni- Sept 2012 41 Kandang kelompok 6 Kab Sukabumi Jawa Barat UPTD – PTHMT & Kelompok tani 2 Jan-Nop 2012 12 Kandang kelompok 7 Kab Pelalawan Provinsi Riau Kelompok tani Makmur 1 Jan-Des 2012 25 Padang gembala Jumlah : 9 Tahun 2012 192

Performans bobot pedet turunan pedet pejantan unggul sapi PO pra sapih sampai umur 11 bulan yaitu rata-rata bobot lahir sebesar 22,0 ± 1,4 kg, bobot umur 1 bulan sebesar 49,2 ± 7,2 kg, umur 2 bulan sebesar 61,5 ± 0,7 kg, umur 3 bulan sebesar 100.2 ± 21,2 kg, umur 6 dan 7 bulan masing-masing adalah 119.3 ± 6,5 kg dan 128.8 ± 5.3 kg (Tabel 18).

(37)

Tabel 18. Bobot badan dan ukuran tubuh turunan pejantan sapi PO di Kab

Kebumen dan Kudus

Umur (bl) Jml (ekor) Bobot badan (kg) Tinggi badan (cm) Panjang badan (cm) Lingkar dada (cm) Tinggi pinggul (cm) 1 7 49.2 ± 7.2 84.1 ± 3.8 70.6 ±4.3 74.6 ± 13.3 90.8 ± 4.5 2 2 61.5 ± 0.7 86.5 ± 0.7 84.3 ±8.8 79.0 ± 9.9 92.0 ± 7.1 3 3 102.3 ± 21.2 100.7 ± 7.6 91.3 ± 4.5 104.3 ± 9.3 105.0 ± 8.7 6 4 119.3 ± 6.5 100.8 ± 4.0 100.3 ±12.8 111.5 ± 8.7 - 7 2 128.8 ± 5.3 102.8 ± 2.5 95.5 ± 7.8 115.0 ± 7.1 109.8 ± 1.1 9 3 165.7 ± 26.3 108.0 ± 1.0 106.7 ± 2.5 123.0 ± 1.0 115.7 ± 2.1 11 2 179.0 ± 19.8 107.5 ± 3.5 108.0 ± 1.4 128.0 ± 5.7 116.5 ± 6.4

Disimpulkan bahwa efektivitas pemanfaatan pejantan pemacek sangat ditentukan oleh lokasi penyebaran, populasi dan motivasi peternak serta pola pemeliharaan pejantan. Performans pedet turunan pejantan sapi PO hasil seleksi Lolitsapi di tingkat peternak mempunyai bobot badan dan tinggi badan saat sapih (7 bulan) cukup baik yaitu sebesar 128,8 ± 5,3 kg dan 102,8 ± 2,5 cm.

2.2.6. Tersedianya teknologi perbaikan sistem perbibitan dan penggemukan sapi potong di wilayah kegiatan konsorsium sapi potong

Teknologi perbaikan sistem perbibitan dan penggemukan sapi potong, diukur dengan 1 indikator kinerja, yaitu berupa teknologi perbaikan sistem budidaya perbibitan dan penggemukan sapi potong (1 teknologi). Pencapaian target dari indikator kinerja tersebut digambarkan seperti dalam Tabel 19. Indikator kinerja Sasaran 6 yang telah ditargetkan pada tahun 2012 secara umum tercapai dengan capaian 100,00 %.

(38)

Tabel 19. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai Sasaran. Sasaran strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Tersedianya teknologi

perbaikan sistem perbibitan dan penggemukan sapi potong di wilayah kegiatan konsorsium sapi potong

Jumlah teknologi budidaya sapi potong (pembibitan dan penggemukan), teknologi

1 1 100,00

Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa terdapat capaian indikator yang persentasenya telah mencapai 100% berasal dari beberapa sub kegiatan konsorsium di beberapa wilayah di Indonesia. Pada Provinsi Bali telah didapatkan teknologi penggemukan dan pembibitan sapi bali menggunakan pakan limbah pertanian dan limbah industri pertanian. Kegiatan konsorsium di Bojonegoro yang bekerjasama dengan perusahaan Swiss Contact dengan menggunakan organisasi Kandang Belajar Sapi Rakyat(KBSR) telah menghasilkan teknologi penggemukan kandang kelompok dengan PBBH sapi penggemukan kandang kelompok tidak berbeda nyata dengan PBBH kandang individu. Teknologi yang dihasilkan Kegiatan Konsorsium di Bojonegoro adalah teknologi ransum untuk menaikkan SKT dari 4 sampai 6 sapi induk dan efektivitas penggunaan kandang kelompok untuk individu.

Kegiatan konsorsium di Berau Kaltim yang bekerjasama dengan Divisi Comdev Pt Berau Coal di Kampung Birang telah berjalan dan menghasilkan teknologi budidaya rumput unggul di area lingkar tambang. Kegiatan Konsorsium di NTT yang bekerjasama dengan BPTP NTT telah dihasilkan teknologi pakan untuk pembibitan.

2.2.7. Diseminasi inovasi teknologi hasil litbang peternakan

Diseminasi teknologi diukur dengan 4 indikator kinerja, yaitu keikutsertaan dalam kegiatan ekspose, pelayanan informasi pada pengguna, jumlah karya tulis ilmiah, pendampingan teknologi mendukung PSDSK 2014. Pencapaian target dari indikator kinerja yang telah ditargetkan pada tahun 2012 secara umum melebihi dari yang ditargetkan dengan rata-rata capaian 102,46 %; namun jumlah layanan tamu tidak mencapai target karena sebagian tamu tidak tercatat (Tabel 20).

(39)

Tabel 20. Target dan capaian indikator kinerja dalam mencapai Sasaran. Sasaran

strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Terselenggaranya laporan diseminasi inovasi teknologi hasil litbang peternakan Jumlah ekpose/pameran teknologi sapi potong, kegiatan

4 5 125,00

Jumlah karya tulis ilmiah, judul

20 21 105,00

Jumlah layanan tamu, orang 2000 1.766 88,25 Jumlah Rekomendasi

teknologi sapi potong, rekomendasi teknologi

6 6 100,00

Rata-rata 1

04,56

Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa terdapat capaian indikator yang persentasenya telah melebihi target dari kegiatan diseminasi teknologi sapi potong yaitu kegiatan mengikuti ekspose dari target 4 kali menjadi 5 kali (125,00%), yaitu

kegiatan mengikuti ekspose atau pameran dari berbagai even, yaitu Pameran Hari

Susu Nusantara di Jogja Expo Center (JEC) Provinsi DIY pada tanggal 1-3 Juni 2012,

(b) Pameran PAKPP XIII pada tanggal 12-16 Juni 2012 di Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Jln. Wonorejo Kecamatan Sumber gempol Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur; c) Pameran Gelar Promosi Agribisnis (GPA) V di Stasiun Terminal Agribisnis Soropadan Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Jawa Tengah pada tanggal 28 Juni-2 Juli 2012; d) Pameran Peternakan

dan Produk Pakan Ternak Indo Livestock di Gedung Jakarta Convention Center (JCC)

pada tanggal 4 Juli 2012; dan Pameran dan ekspose HPS XXXII dilaksanakan di Palangkaraya Prov. Kalimantan Tengah dari tanggal 18-21 Oktober 2012.

Sebagai satu-satunya lembaga penelitian sapi potong milik pemerintah, Lolitsapi sering menerima kedatangan atau kunjungan tamu yang berasal dari berbagai institusi dan latar belakang. Tamu yang berkunjung untuk berbagai kepentingan baik untuk melakukan studi banding maupun magang, dimana pada umumnya berasal dari kalangan peternak dan pelajar/mahasiswa. Disamping itu, terdapat juga tamu yang berasal dari dinas/instansi terkait maupun anggota DPRD dari berbagai daerah di Indonesia dengan tujuan untuk melakukan diskusi atau

(40)

sharing informasi dengan Kepala Lolitsapi beserta staf (peneliti + teknisi) berkaitan dengan kebijakan pembangunan sapi potong di daerahnya masing-masing. Daftar dan jumlah tamu yang berkunjung ke Lolitsapi dari bulan Januari-Desember 2012 disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Daftar kunjungan tamu ke Lolitsapi 2012

Bulan

Jumlah Pengunjung (orang)

Mahasiswa/pelajar Dinas/ perusahaan Peternak/ umum Jumlah Januari 22 69 1 92 Februari 10 119 11 140 Maret 34 65 6 105 April 2 97 2 101 Mei - 105 44 149 Juni 84 58 1 143 Juli 32 127 214 373 Agustus 5 23 30 58 September 6 38 6 50 Oktober 10 21 101 132 Nopember 141 106 56 302 Desember 16 57 48 121 Jumlah 346 828 472 1.766 Proporsi (%) 21,02 50,30 28,68 100

Jumlah kunjungan tamu ke Lolitsapi baik untuk melakukan magang maupun studi banding sampai dengan akhir bulan Desembar 2012 tercatat sebanyak 1.766 orang. Dari jumlah tamu tersebut di atas, sebagian besar berasal dari kalangan dinas/instansi/perusahaan yang mencapai 50,30% (828 orang) kemudian diikuti oleh kalangan peternak/masyarakat umum dan mahasiswa/akademisi masing-masing sebanyak 28,68% (472 orang) dan 21,02% (346 orang). Tingginya jumlah kunjungan tamu dari kalangan dinas/instansi/perusahaan ke Lolitsapi menunjukkan bahwa

segmen tersebut merupakan stakeholders utama dalam memanfaatkan inovasi

(41)

Publikasi Ilmiah

Publikasi merupakan karya tulis ilmiah yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan sudah diterbitkan atau dipublikasikan oleh lembaga penerbit. Publikasi atau karya tulis ilmiah dapat berupa tulisan ilmiah maupun ilmiah populer. Daftar publikasi ilmiah yang telah dihasilkan oleh peneliti dan/atau teknisi dari bulan Januari s/d Desember 2012 disajikan dalam Tabel 22.

Tabel 22. Daftar karya tulis hasil penelitian di Lolitsapi 2012 No.

Judul Publikasi Ilmiah Penulis Penerbit

1. Inovasi Teknologi Budidaya Sapi Potong Spesifik Lokasi Mendukung Program Swasembada Daging dan Kerbau di Provinsi Kalimantan Tengah

Lukman Affandhy, D. Pamungkas, D.M. Dikman dan Mariyono

Prosiding Temu Teknologi Spesifik Lokasi BPTP Kalteng, Palangkaraya, 6-7 Juni 2012

2. Kajian Reproduksi dan Kesehatan Ternak Sapi Potong di Provinsi Kalimantan Tengah

Dian Ratnawati, Lukman Affandhy dan Salvina

Prosiding Temu Teknologi Spesifik Lokasi BPTP Kalteng, Palangkaraya, 6-7 Juni 2012

3. Karakteristik dan Pemetaan Wilayah Sapi Beranak Kembar di Provinsi Sumatera Selatan

Jauhari Efendy dan Budi Raharjo

Prosiding Seminar Nasional di Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Tanggal 12-14 September 2012 4. Prospek Pengembangan Sapi Potong

di Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan

Jauhari Efendy dan Budi Raharjo

Prosiding Seminar Nasional di Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Tanggal 12-14 September 2012 5. Potensi Beranak Kembar pada Sapi

Peranakan Ongole untuk Mendukung Percepatan Program Swasembada Daging Sapi

Aryogi, E. Baliarti, Sumadi, dan Kustono

Prosiding Seminar Nasional Fak. Pertanian Univ. Bengkulu, 12 September 2012

6. Improvement of Reproductive Performance of Brahman Cross by Hormonal Treatment At Small Farmer in East Java

Dicky M. Dikman and Mariyono

International Conference on Livestock Production and Veterinery Technology, Oct 1-4th

Gambar

Tabel 1. Pertambahan Bobot Badan Harian (kg) tiap periode penimbangan
Tabel 3. Hasil analisis komposisi kimia bahan pakan (%BK)
Foto Kegiatan
Tabel 6. Intensitas kejadian birahi pada sapi Madura  Perlakuan  Tanda Birahi  Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keluarga sejarah 3 (KS III)yaitu keluarga – keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologi dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat

Jaringan santri Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang ini sendiri menjadi salah satu bagian yang menarik untuk diperhatikan dalam politik elektoral Pilgub Jateng

Oleh karena, sebagian pasif bahasa Jepang biasanya menunjukkan sesuatu hal yang dirugikan (被害受身) ataupun kita merasa terganggu akibat dari perbuatan tersebut (迷惑気持ち),

Penegasan yang sama diatur dalam Pasal 20 UUHT, Perlindungan hukum terhadap pihak bank selaku kreditur dalam eksekusi obyek hak tanggungan, yaitu dalam hal debitur cidera janji,

Dalam proses pelayanan informasi publik di Loka Penelitian Sapi Potong (Lolitsapi) dan untuk optimalisasi pelayanan kepada masyarakat maka integrasi petugas guna

Penggunaan basis gel dan konsentrasi ekstrak bunga rosella yang berbeda mempengaruhi sifat fisik gel dan efektivitasnya dalam penghambatan Staphylococcus epidermidis, dimana gel

Langkah-Iangkah usahatani jahe adalah pengolahan lahan, persiapan bib it, pemeliharaan tanaman (pemupukan, pemberian zat pengatur tumbuh, penyiangan, pembubunan, pemberian

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi dialer mobil yang ada di kota Pontianak untuk mengembangkan aplikasi web layanan pemberitahuan jasa service mobil berbasis