• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapat Pakar

Dalam dokumen TIM MEDIASI. Disusun Oleh : (Halaman 84-87)

DATA, FAKTA DAN INFORMASI LAPANGAN

II. 3. HASIL PERTEMUAN DENGAN STAKEHOLDER

8. Pendapat Pakar

Pengantar

Sejak tahun 2008 masyarakat Pulau Padang khususnya di 3 desa yaitu Desa Lukit, Bagan Melibur dan Mengkirau menolak beroperasinya HTI PT. RAPP di daerahnya. Namun, semenjak aktivitas pembangunan HTI di mulai tuntutan masyarakat ke 3 desa tersebut semakin meningkat, bahkan sampai melakukan demo jahit mulut, membangun tenda dan bermalam di depan Pintu Gerbang Gedung DPR RI di Jakarta. Tuntutan utama masyarakat di ke 3 desa tersebut adalah pencabutan izin HTI PT. RAPP Blok Pulau Padang yang dikeluarkan Menteri Kehutanan berdasarkan SK NO. 327/Menhut-II/2009.

Dalam merespon tuntutan masyarakat Pulau Padang tersebut, Menteri Kehutanan RI membentuk Tim Mediasi penyelesaian tuntutan masyarakat setempat terhadap ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman (IUPHHK-HT) di Pulau Padang dengan SK Nomor: SK. 736/Menhut-II/2011. Salah satu tugas tim mediasi adalah mengumpulkan masukan dari para pakar berbagai bidang terkait tuntutan masyarakat setempat (Pulau Padang).

Berdasarkan hasil studi lapangan tim dan analisis terhadap informasi yang diperoleh ditemukan isu yang menjadi dasar tuntutan penolakan HTI PT RAPP adalah terkait lingkungan dan perizinan. Isu lingkungan tersebut berupa tanah gambut yang tidak cocok untuk HTI dan tenggelamnya Pulau Padang. Isu perizinan terkait dengan proses memperoleh izin termasuk Amdal. Isu lain terkait dengan pemanfaatan hutan Pulau Padang yang tidak sesuai dengan UU No 27 Tahun 2007, karena dianggap sebagai pulau kecil.

Dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih valid terhadap isu-isu tersebut, maka Tim mediasi mengundang pakar yang kompeten dari beberapa Perguruan tinggi.

Tujuan

Pertemuan dengan pakar ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan masukan dan informasi yang lebih valid terkait dengan isu lingkungan dan perizinan yang menjadi dasar tuntutan masyarakat Pulau Padang.

Page 75 of 93 Metode

1. Pakar yang diundang dan peserta pertemuan

Pakar yang diundang adalah pakar yang memiliki kompetensi sesuai dengan isu lingkungan dan perizinan yang menjadi dasar tuntutan masyarakat Pulau Padang. Pakar yang diundang dan kompetensinya disajikan pada Tabel berikut ini:

No Nama Pakar Kompetensi

1. Dr. Basuki Sumawinata Ahli tanah gambut IPB

2. Prof. Dr. Budi Indra Setiawan Ahli Fisika Tanah IPB

3. Dr. Oka Karyanto Ahli kehutanan UGM

4. Dr. Teguh Yuwono Ahli kehutanan UGM

5. Prof. Dr. Muhajir Utomo Ahli tanah UNILA

6. Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf Ahli Hukum Administrasi Negara

Pertemuan ini akan dihadiri oleh seluruh tim mediasi termasuk tim pengarah penyelesaian tuntutan masyarakat Pulau Padang.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pertemuan dengan pakar akan dilaksanakan pada Hari Rabu, pukul 09.00 di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

Pelaksanaan Pertemuan

Pertemuan dengan pakar akan diatur sebagai berikut:

a. Pakar yang diundang menyerahkan bahan presentasi berupa soft copy dan print outnya

b. Pakar yang diundang menyampaikan presentasi tentang isu lingkungan dan perizinan yang menjadi dasar tuntutan masyarakat Pulau Padang

c. Tim mediasi melakukan pendalaman terhadap materi presentasi yang disampaikan pakar dengan mengajukan pertanyaan.

Hasil Masukan Pakar

1. Oka Karyanto, S.Hut. MSc.

Berdasarkan paparannya dan diskusi terkait isu lingkungan berupa ketidak cocokan Pulau Padang untuk HTI dan Tenggelamnya Pulau Padang bila HTI PT. RAPP beroperasi di Pulau Padang dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pulau Padang tidak cocok untuk HTI karena ada gambutnya. Argumentasi yang dikemukakan: 1) gambut di Pulau Padang memiliki kedalaman > 3m, 2) Didasarkan pada

Page 76 of 93

data primer hasil pengukuran CO2 yang menyimpulkan bahwa: a). Pemanfaatan kawasan gambut untuk hutan alam dan sagu (tanpa drainase) lebih lestari karena tingkat emisi (konsekuensinya tingkat subsidensi) lebih kecil, b). Emisi CO2 pada gambut dalam untuk budidaya karet rakyat berumur muda lebih kecil dibanding karet berumur tua, 3).Tingkat subsidensi di Pulau Padang didsarkan pada data sekunder hasil penelitian .

b. Beroperasinya HTI PT. RAPP di Pulau Padang dapat menyebabkan tenggelamnya Pulau Padang. Hasil pendalaman Tim Mediasi diketahui bahwa opini tersebut merupakan hipotesis. Selain itu argumentasi yang dikemukakan adalah sebagai berikut: 1). Hipotesis didasarkan pada asumsi subsidensi 4 cm/tahun dan kenaikan muka air laut 4 mm/tahun, sehingga dihiptesis dalam kurun waktu 60-70 tahun Pulau Padang tenggelam. 2). terdapat bukti di lapangan bahwa saat ini telah terjadi subsidensi, 3). Didasarkan pada hasil penelitian Hooijer, et al (2011).3). Didasarkan pada hasil penelitian dari peneliti asing yang menyatakan bahwa Selama 8 tahun setelah didrainase, telah terjadi 1,5 m subsiden dan akan berlangsung kurang lebih linear; hal ini serupa dengan yg dialami di tempat lain (Malaysia bahkan USA).

c. Pendapat lain Pakar Oka adalah sebagai berikut:

1). Belum ada kajian mengenai kelestarian produktifitas pada lahan gambut dalam 2). Belum ada kajian dampak lingkungan drainase lahan gambut dalam

3). Belum ada kajian kelestarian produktifitas tapak pada areal HTI pada lahan gambut dalam, paling tidak yang telah diakui secara internasional

4). Interpolasi dari 70 titik-titik hasil pengeboran (April, 2011) menunjukkan bahwa sebagian besar pulau Padang merupakan gambut dalam (Data primer).

5). Pulau Padang bertopografi rata, ketinggian maksimum 15 m dpl (dari permukaan laut), hampir semua pemukiman berada pada ketinggian kurang dari 6 m dpl (Hasil analisis peta DEM dan Topografi berdasarkan SRTM 30 m). Selain itu disimpulkan kawasan pemukiman dan kebun berada pada ketinggian 1-6 m dpl sehingga rentan terhadap kenaikan muka air laut.

6). Terjadi penurunan kualitas tutupan hutan scr gradual namun tidak terjadi deforestasi secara drastis kecuali ketika (1) pembukaan koridor jalan tambang dan (2) land-clearing HTI

7). Deforestasi di Pulau Padang versi PT. RAPP berbeda dengan versi Pakar Oka. Selain itu beliau juga menyimpulkan tidak terdapat deforestasi yang menyolok antara 2002-2010, bahkan banyak deforested area yang recover. Degradasi terjadi pada kawasan gubah gambut.

Page 77 of 93

8). Dengan ketinggian dpl rendah, sebagian besar pemukiman dan kebun karet di bagian pinggir akan tenggelam akibat kombinasi peat subsidens dan kenaikan muka air laut 9). Pakar Oka mengemukakan adanya fenomena intrusi air laut. Selanjutnya dinyatakan

Fenomena intrusi air laut ini salah satunya dapat dikarenakan penurunan muka air tanah akibat kanalisasi lahan gambut. Fenomena ini telah menarik perhatian penggiat lingkungan dari Pekanbaru terutama mengenai masa depan pulau Padang. Diperkirakan dengan kondisi yg ada sekarang, kawasan hunian dan kebun di pulau Padang akan tenggelam 60 th kemudian

10). Telah terjadi abrasi lapisan gambut sepanjang pantai timur pulau Padang.

2. Prof. Dr. Budi Indra Setiawan

Berdasarkan paparan yang telah disampaikannya dan pendalaman Tim Mediasi dapat dinyatakan bahwa pendapat Prof. Budi sebagai berikut:

a. Data primer hasil penelitian pada lahan gambut yang ditanamai HTI Akasia Crassicarfa di Sumatera Selatan menunjukkan:terjadi penaikan dan penurunan permukaan tanah tergantung pergerakan permukaan air tanah (water level).

b. Data primer hasil penelitian pada lahan gambut yang ditanamai HTI Akasia Crassicarfa di Sumatera Selatan menunjukkan: terjadi penambahan biomassa ke lahan sebesar 60%, sedangkan biomassa yang diangkut ke luar lahan sebesar 40%. Artinya, HTI Akasia Crassicarfa di lahan gambut bisa mengurangi penurunan tanah bahkan menaikan permukaan tanah (Data disajikan pada Lampiran..).

c. Tidak ada satu pun negara di dunia kecuali di Indonesia yang melarang penggunaan lahan gambut untuk kebun, HTI dan lain-lain.

d. HTI yang ditujukan untuk pulp dan kertas memiliki arti strategis yang positif bagi kemajuan bangsa Indonesia, baik dari segi ekonomi, pendidikan dan budaya masyarakat.

e. Teknologi pengelolaan gambut yang lestari masih dalam proses penelitian, karena untuk menyatakan pengelolaan itu lestari butuh penelitian jangka panjang. Walaupun demikian, tidak berarti masyarakat dilarang memanfaatkan lahan gambut.

Dalam dokumen TIM MEDIASI. Disusun Oleh : (Halaman 84-87)

Dokumen terkait