ANALISIS DATA, FAKTA DAN INFORMASI LAPANGAN
IV.2. Rekomendasi Khusus
Berdasarkan analisis data dan temuan lapangan, maka Tim Mediasi merekomendasikan hal-hal sebagai berikut untuk menjadi pertimbangan bagi Kementerian Kehutanan untuk mengambil keputusan penyelesaian Kasus Pulau Padang ini.
Pilihan-pilihan rekomendasi berdasarkan hasil analisis :
1. Solusi Alternatif berupa Revisi Keputusan Menteri Kehutanan No 327/Menhut-II/2009 dengan mengeluarkan seluruh blok Pulau Padang dari area konsesi.
Kekuatan Kelemahan Langkah Yang Harus Diambil
Mengangkat citra dephut terkait penyelamatan gambut dan perubahan iklim
Akan di gugat di PTUN karena keputusan ini sangat lemah, antara lain tanpa surat peringatan atas suatu pelanggaran yang dilakukan PT. RAPP
Review independen perizinan dan Pelaksanaan Perizinan (Melibatkan Biro Hukum Kemenhut, Dirjen BUK, NGO)
Menyelesaikan perdebatan isu lingkungan
Mengeluarkan ganti rugi pada pemegang izin
Menegosiasikan ganti rugi kepada pemegang perizinan Menyelesaikan konflik sosial Hutan Pulau Padang menjadi Review kerentanan dampak
Page 89 of 93 Open Access dan cepat hancur
akibat tidak ada pihak yang diwajibkan menjaganya
lingkungan terhadap Pulau Padang yang dilakukan tim independen (Ahli, LSM, Masyarakat)
Menjawab masalah
ketergantungan masyarakat terhadap kebutuhan kayu
Tidak ada kepastian hukum dan usaha serta kepastian lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja
2. Solusi Alternatif berupa Revisi Keputusan Menteri Kehutanan No 327/Menhut-II/2009 dengan mengurangi luasan IUPHHK-HTI blok Pulau Padang.
Kekuatan Kelemahan Langkah Yang Harus
Diambil 1. Adanya bukti fisik
penguasaan lahan dan pemanfaatan hutan masyarakat ada
1. Berpeluang di gugat di PTUN jika luas yang dikurangi azas ekonomi
1. Review independen
perizinan dan
Pelaksanaan Perizinan (Melibatkan Bagian Hukum Dephut, Dirjen BUK, NGO)
2. Proses penyusunan tata ruang sedang berlangsung
2. Tidak menjawab isu lingkungan jika AMDAL tidak direvisi
3. Review kerentanan dampak lingkungan terhadap Pulau Padang yang dilakukan tim independen (Ahli, LSM, Masyarakat)
4. Melanjutkan mediasi dengan masyarakat
3. Tata batas areal IUPHHK sedang berlangsung
3. Tidak menjawab isu gambut dan perubahan iklim 4. Menjawab isu tumpang
tindih kelola masyarakat 5. Memperluas ruang kelola
masyarakat
4. Belum menjawab
kebutuhan kayu
masyarakat dimasa yang akan datang
Page 90 of 93
Jika Solusi A yang dipilih maka yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Review independen perizinan dan Pelaksanaan Perizinan (Melibatkan Biro Hukum Kemenhut, Dirjen BUK, NGO)
2. Review kerentanan dampak lingkungan terhadap Pulau Padang yang dilakukan tim independen (Ahli, LSM, Masyarakat)
3. Menyiapkan langkah antisipasi terhadap konsekuensi hukum antara lain gugatan perdata dan gugatan PTUN.
4. Menegosiasikan ganti rugi kepada pemegang perizinan
Untuk detail kegiatan sebagai berikut :
1. Kementerian Kehutanan membuat rencana pemanfaatan hutan Pulau Padang.
2. Mempercepat proses padu serasi RTRWP dengan TGHK terkait keberadaan desa-desa yang berada di Pulau Padang dengan menerbitkan SK Penetapan Sementara oleh Menteri Kehutanan terhadap areal yang tidak bermasalah.
3. Melakukan analisis tingkat ketergantungan masyarakat terhadap lahan dan hutan sebagai dasar penyelesaian konflik dan model pemberdayaan masyarakat di Pulau Padang.
Jika solusi B yang dipilih maka perlu dilakukan hal-hal sebegai berikut :
1. Review independen perizinan dan Pelaksanaan Perizinan (Melibatkan Bagian Hukum Dephut, Dirjen BUK, NGO)
2. Melanjutkan mediasi dengan masyarakat
Untuk detail kegiatan sebagai berikut :
1. Pemetaan Partisipatif ruang kelola masyarakat yang tumpang tindih dengan konsesi PT. RAPP. Pemetaan partisipatif yang melibatkan instansi terkait, perusahaan, LSM dan masyarakat diarahkan semaksimal mungkin mengeluarkan wilayah kelola masyarakat. 2. Mempercepat proses padu serasi RTRWP dengan TGHK terkait keberadaan desa-desa yang
berada di Pulau Padang dengan menerbitkan SK Penetapan Sementara oleh Menteri Kehutanan terhadap areal yang tidak bermasalah dan tidak tumpang tindih dengan.
3. Melakukan identifikasi dan pemetaan partisipatif wilayah kelola masyarakat di semua desa di pulau padang yang tumpang tindih dengan konsesi RAPP dan HPT.
4. Merasionalisasi ijin RAPP dengan mengeluarkan ruang kelola masyarakat yang berada dalam HPT dan dikelola dengan skema HTR atau hutan desa.
5. Penyelesaian lahan pemukiman dan lahan garapan, kebun dan masyarakat yang ada di HPK diselesaikan melalui revisi RTRWP dan penataan batas kawasan hutan.
Page 91 of 93
6. Melakukan analisis tingkat ketergantungan masyarakat terhadap lahan dan hutan sebagai dasar penyelesaian konflik dan model pemberdayaan masyarakat di Pulau Padang.
7. Revisi terhadap protokol penyelesaian konflik dengan menambahkan pihak independen untuk melakukan pemantauan.
8. Meninjau ulang proses negosiasi sagu hati yang sudah ada dan sedang berlangsung dengan menitikberatkan pada penerapan prinsip Keputusan Bebas Diinformasikan dan Didahulukan (Free, Prior, Informed and Consent).
9. Membentuk tim kecil (3 orang) yang bertugas untuk mentransformasi gagasan penyelesaian, mendorong rekonsiliasi dan mementoring proses negosiasi/mediasi. Tim juga ini harus memiliki kewenangan untuk menata ulang dan mengkonsilidasikan inisiatif penyelesaian yang sudah dilakukan oleh tim terpadu pemda kabupaten maupun tim land dispute perusahaan serta Tim 9 di setiap desa.
10. Kementerian Kehutanan membentuk tim yang Independen yang bertugas untuk :
Menelaah dan memverifikasi kontoversi proses perijinan dalam pendekatan legal audit untuk menjernihkan kesimpang siuran informasi dan kajian-kajian hukum yang beredar bebas.
Mengkaji resiko lingkungan terhadap rencana operasional PT. RAPP di Pulau Padang. Melakukan study mendalam oleh gabungan para pakar (ekosistem gambut, sosiologi,
antropologi, dan ekonomi pedesaan) untuk melihat secara objektif dampak pembukaan hutan alam skala luas terhadap penurunan gambut dan kehidupan social, ekonomi dan budaya masyarakat setempat serta melihat kerentannya sebagai pulau kecil.
11. Proses mediasi telah dilakukan oleh Tim Mediasi berupa proses pra mediasi yang memenuhi tugas tim poin 1, 2, 3, 4, dan 6 yaitu : 1) Melakukan desk analisys atas data dan informasi perijinan hutan tanaman dan tuntutan masyarakat setempat, 2) Mengumpulkan dan menelaah fakta, data dan informasi di lapangan, 3) Mengumpulkan masukan dari para pakar berbagai bidang terkait tuntutan masyarakat setempat, 4) Melakukan pertemuan dengan berbagai stakeholder terkait dengan tuntutan masyarakat dan 5) Melaporkan hasil kerja Tim kepada Menteri Kehutanan paling lambat pada minggu IV bulan Januari 2012. Khusus mengenai tugas poin lima yaitu ―Melaksanakan mediasi terhadap masyarakat setempat dengan RAPP‖ belum dapat dilaksanakan karena penolakan dari masyarakat yang tetap menginginkan Revisi Keputusan Menteri Kehutanan No 327/Menhut-II/2009 dengan mengeluarkan seluruh blok Pulau Padang dari area konsesi dengan alasan lingkungan, dimana mereka tetap meminta Kementerian Kehutanan langsung melakukan hal tersebut. Mereka beranggapan bahwa proses mediasi bukanlah proses yang tepat saat ini. Karena itu, Tim Mediasi merekomendasikan proses mediasi saat ini diakhiri sesuai dengan batas waktu tugas tim
Page 92 of 93
mediasi yang sudah tetapkan di surat keputusan SK.736/Menhut-II/2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang Pembentukan Tim Mediasi Penyelesaian Tuntutan Masyarakat Setempat Terhadap Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) di Pulau Padang Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Untuk selanjutnya, mediasi dapat dilakukan kembali ketika ada permintaan tertulis dari masyarakat yang menolak keberadaan IUPHHK-HTI tersebut.
Page 93 of 93
DOKUMENTASI PENGELOLAAN HUTAN OLEH MASYARAKAT
1. Kebun Karet Masyarakat
Lokasi N 0° 58’ 39.0” E 102° 20’ 53.6”
Tanaman Karet Masyarakat Desa Lukit yang berada pada areal PT.RAPP (pada batas areal)
Lokasi N 0° 58’ 39.0” E 102° 20’ 53.6”
Tanaman Karet Masyarakat Desa Lukit yang berada pada areal PT.RAPP (pada batas areal)
Lokasi N 0° 58’ 39.0” E 102° 20’ 53.6”
Tanaman Karet Masyarakat Desa Lukit yang berada pada areal PT.RAPP, diameter 20 cm, telah disadap getahnya (berada pada batas areal RAPP)
Lokasi N 0° 57’ 45.2” E 102° 21’ 54.3” Plang Kebun Karet Masyarakat Desa Lukit, berjarak + 490 m dari batas areal RAPP.
Lokasi N 0° 57’ 13.1” E 102° 23’ 25.8”
Kebun Karet Masyarakat Desa Lukit, berjarak + 280 m dari batas areal RAPP.
Lokasi N 0° 57’ 13.1” E 102° 23’ 25.8”
Kebun Karet Masyarakat Desa Lukit, berjarak + 280 m dari batas areal RAPP.
Lokasi N 1° 08’ 12.6” E 102° 24’ 37.0”
Kebun Karet Masyarakat Desa Mengkirau, berjarak + 560 m dari batas areal RAPP.
Lokasi N 1° 08’ 12.6” E 102° 24’ 37.0”
Kebun Karet Masyarakat Desa Mengkirau, berjarak + 560 m dari batas areal RAPP.
Lokasi N 1° 04’ 12” E 102° 24’ 14.8”
Kebun Karet Masyarakat Desa Bagan Melibur.
Lokasi N 1° 04’ 12” E 102° 24’ 14.8”
Kebun Karet Masyarakat Desa Bagan Melibur.
2. Kebun Sagu Masyarakat
Lokasi N 1° 02’ 31.4” E 102° 25’ 56.5”
Kebun sagu masyarakat dengan jarak 1,7 km areal batas areal RAPP
Lokasi N 0° 57’ 30.9” E 102° 21’ 01.6”
Potongan batang sagu Masyarakat Desa Lukit yang diangkut melalui sungai/parit/kanal
Lokasi N 1° 05’ 14.6” E 102° 23’ 23.8” Kebun sagu masyarakat Desa Bagan Melibur
Lokasi N 1° 05’ 14.6” E 102° 23’ 23.8” Kebun sagu masyarakat Desa Bagan Melibur
3. Tempat Tinggal Suku Akit
Lokasi N 1° 02’ 16.2” E 102° 26’ 25.8”
Rumah Suku Akit yang berada diluar areal RAPP (jarak 1,3 km dari batas areal)
Lokasi N 1° 02’ 16.2” E 102° 26’ 25.8”
Rumah Suku Akit yang berada diluar areal RAPP (jarak 1,3 km dari batas areal)
Lokasi N 1° 02’ 16.2” E 102° 26’ 25.8”
Rumah Suku Akit yang berada diluar areal RAPP (jarak 1,3 km dari batas areal)
Lokasi N 1° 02’ 16.2” E 102° 26’ 25.8”
Rumah Suku Akit yang berada diluar areal RAPP (jarak 1,3 km dari batas areal)