• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapat Industri tentang Relevansi Kurikulum Kompetensi Food & Beverages Product Program Pelatihan Pemagangan Perhotelan BLK

D. Data Hasil Wawancara

2. Pendapat Industri tentang Relevansi Kurikulum Kompetensi Food & Beverages Product Program Pelatihan Pemagangan Perhotelan BLK

Materi pelatihan pada kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan di BLK Yogyakarta kompetensi food & beverages product pada kemampuan kognitif memiliki tingkat relevansi sebesar 93% dengan bidang pekerjaan di hotel. Materi pelatihan kemampuan afektif tingkat relevansi sebesar 92% dengan bidang pekerjaan di hotel. Materi pelatihan kemampuan psikomotorik tingkat relevansi sebesar 93%. Secara keseluruhan kesesuaian kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK kompetensi keahlian food & beverages Product dengan bidang pekerjaan di hotel memiliki tingkat relevansi 93%. Angka tersebut menunjukkan bahwa materi yang disusun dalam kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan di BLK Yogyakarta sangat relevan dengan bidang pekerjaan cook

disesuaikan dengan standar kompetensi untuk hotel dan restoran versi september 2000 serta disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan yang dilakukan oleh tim TAS (Training Advisory Service) ke perusahaan-perusahaan, dalam pemagangan perhotelan yang digunakan untuk identifikasi minimal hotel bintang 3 dan restoran yang ada di Yogyakarta. Tim TAS yang melakukan identifikasi terdiri dari 3 orang dengan rincian: 1 orang instruktur perhotelan, 1 orang dari bagian administrasi, dan Bapak Parjito, S. Pd. selaku koordinator tim TAS.

Dengan kriteri sangat relevan kurikulum BLK perlu diimbangi dengan kualitas instruktur, peralatan dan sarana supaya kurikulum tersebut tidak hanya seperti apa yang tertulis dalam buku kurikulum tetapi bisa diimplementasikan dengan baik. Keberhasilan pelatihan pemagangan perhotelan juga tidak lepas dari peranan instruktur yang mengajarkan ketrampilan-ketrampilan bidang perhotelan. Kriteria yang dimiliki oleh instruktur pelatihan perhotelan di BLK antara lain: berpendidikan minimal Diploma 3 Perhotelan, menempuh diklat khusus, menempuh diklat teknis di BLK Bali tentang keahlian bidang perhotelan dan bahasa asing selama 6 bulan. instruktur pelatihan pemagangan perhotelan berjumlah 10 orang, 8 orang telah bersertifikat asesor oleh LSP (Lembaga Standarisasi Profesi) yang dikeluarkan oleh BNSP (Badan Nasional Standarisasi Profesi)

Kondisi peralatan dan ruang praktik yang ada di BLK sudah sesuai dan representatif untuk kegiatan pembelajaran. Ruang praktik yang dimiliki BLK

untuk praktik House Keeping 3, ruang teori 2. Peralatan diklat perhotelan khususnya food & beverages product. Sejauh ini fasilitas cukup dan sudah mendukung untuk pelatihan pemagangan perhotelan.

Kriteria sangat relevan untuk jangka panjang materi yang diajarkan harus tetap disesuaikan dengan kebutuhan hotel. Hal ini terkait dengan perkembangan kurikulum yang belum bisa mengimbangi perkembangan teknologi di perusahaan yang berubah sangat cepat. Karena perkembangan teknologi di perusahaan merupakan tuntutan permintaan konsumen yang perkembangannya dari hari ke hari selalu menginginkan yang lebih baik. Tentu saja hal ini sangat sulit diikuti oleh lembaga pendidikan termasuk BLK Yogyakarta, karena kurikulum di BLK Yogyakarta dirancang untuk masa pelatihan yaitu 3 tahun.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengadakan kerjasama yang baik dengan pihak hotel. Artinya materi yang disampaikan di BLK Yogyakarta saat pelatihan dengan materi kerja saat peserta magang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga apa yang belum bisa didapatkan peserta pelatihan di BLK Yogyakarta dapat mereka dapatkan pada saat magang di hotel.

Pihak-pihak yang terlibat secara langsung terhadap penyelenggaraan program pelatihan pemagangan perhotelan adalah PHRI sebagai penguji dalam ujian pemagangan, kemudian pihak hotel sebagai sarana praktik. Kadin sebagai penaung hotel dan untuk legalisasi sertifikat kemudian tim TAS

magang di hotel.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murajiono (1998) tentang kualifikasi profil tenaga pengajar BLK Yogyakarta menyimpulkan bahwa kualitas dan profil tenaga pengajar pada BLK Yogyakarta menunjukkan adanya indikator baik, dengan demikian permasalahan lain yang menyebabkan kurang relevannya adalah faktor kurikulum, fasilitas praktik dan proses pembelajaran. Pada penelitian ini kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan 93% relevan dengan bidang pekerjaan di hotel, jadi pendapat dari Murajiono tentang kurang relevannya kurikulum BLK tidak terbukti.

Relevansi kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan 93% relevan dengan bidang pekerjaan di hotel, hasil penelitian pada kejuruan pemagangan perhotelan ini lebih tinggi dari penelitian dari kejuruan lain yang pernah di teliti oleh Ruswid (2000) pada kejuruan otomotif 89.9% relevan dengan bidang pekerjaan di industri. Pada kejuruan teknik listrik di BLK Yogyakarta yang diteliti oleh Tri Cahyono (2004), menunjukkan tingkat relevansi kurikulum 80,80% relevan dengan bidang pekerjaan kelistrikan di perusahaan. Tingginya relevansi pelatihan pemagangan perhotelan karena kejuruan perhotelan pernah dijadikan sedagai kejuruan utama pada tahun 1997 BLK Yogyakarta berubah menjadi Balai Latihan Kerja Khusus Pariwisata (BLKKP) Yogyakarta. Hal ini terkait dengan dijadikannya Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata nomor dua setelah Bali. Sehingga program pelatihan yang diselenggarakanpun diarahkan untuk memenuhi

kejuruan pariwisata dan perhotelan dijadikan sebagai program latihan unggulan dan kejuruan lain seperti otomotif dan listrik sebagai kejuruan pendukung.

97

Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kurikulum program pelatihan pemagangan perhotelan di BLK Yogyakarta:

a. Tujuan dan sasaran pemagangan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terampil, kompeten dan produktif dengan meningkatkan peran serta dunia usaha dalam pelaksanaan dan pengembangan pelatihan sehingga dicapai peningkatan kualitas angkatan kerja untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja baik di dalam maupun di luar negeri serta memanfaatkan dunia usaha dalam menyiapkan tenaga kerja terampil dan kompeten.

b. Mata latihan dalam kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan pada tahun pertama terdiri dari: kelompok umum 73 jam latihan, kelompok inti 855 jam latihan, kelompok penunjang 8 jam latihan, rotasi kerja 896 jam latihan, uji ketrampilan 88 jam latihan, jumlah keseluruhan jam latihan pada mata latihan tahun pertama 1920 jam latihan. Mata latihan tahun kedua terdiri dari; kelompok inti 808 jam latihan, rotasi kerja 1088 jam latihan, uji ketrampilan 24 jam latihan, jumlah keseluruhan jam latihan pada mata latihan tahun kedua 1920 jam latihan. Mata latihan tahun ketiga terdiri dari; kelompok inti 584 jam

jumlah keseluruhan jam latihan pada mata latihan tahun ketiga 1920 jam latihan. Satu jam latihan pemagangan perhotelan BLK terdiri dari 45 menit. Proses pelatihan pemagangan perhotelan di BLK diajarkan 30% teori dan 70% praktik.

2. Pendapat industri tentang tingkat kesesuaian kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan pada kemampuan kognitif mencapai 93%, sehingga dapat dikategorikan sangat relevan. Pada kemampuan afektif mencapai 92%, sehingga dapat dikategorikan sangat relevan. Pada kemampuan psikomotorik 93%, sehingga dapat dikategorikan sangat relevan. Secara keseluruhan tingkat kesesuaian kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan di BLK Yogyakarta 93% relevan dengan bidang pekerjaan food & beverages product di hotel, sehingga dapat dikategorikan sangat relevan.