• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dalam dokumen Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan (Halaman 84-91)

BAB III. Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

3.1. APBD Pemerintah Propinsi Jawa Timur

3.1.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kemampuan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menggali potensi yang dimiliki sangat baik, di mana dari tahun ke tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi penyumbang terbesar pendapatannya. PAD yang diperoleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada TA 2013 mendominasi total pendapatan yang diterima dengan persentase 66,69%, yaitu berjumlah 11,597 trilyun rupiah dari total pendapatan sebesar 17,390 trilyun rupiah. Dengan proporsi PAD yang cukup besar dapat dinyatakan bahwa tingkat kemandirian provinsi ini cukup tinggi. Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengumpulkan PAD tersebut dari beberapa sumber yaitu Pajak daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan serta dari Lain-lain PAD yang Sah.

Selanjutnya dari data pagu PAD pada APBD Pemerintah Provinsi seluruh Indonesia diketahui bahwa dengan nilai pagu sekitar 10,382 trilyun rupiah, Provinsi Jawa Timur jauh mengungguli Provinsi-provinsi lainnya di mana hanya Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai nilai pagu PAD di atasnya.

Data menunjukkan PAD Pemerintah Provinsi Jawa Timur mempunyai tren kenaikan, di mana realisasinya pada TA 2013 telah bertambah hampir sepertiga atau sekitar 30,2% dari realisasi dua tahun sebelumnya di TA 2011 yang berjumlah 8,898 trilyun rupiah.

Grafik 3.3.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur TA 2013

81.10% 0.92% 2.86% 15.12% Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

81,10% PAD Pemerintah Provinsi Jawa Timur TA 2013 adalah Pajak Daerah, yaitu sebanyak 9,404 trilyun rupiah. Pendapatan dari Pajak Daerah tersebut diperoleh melalui pungutan yang didasarkan pada Peraturan Daerah sebagaimana diatur oleh Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pendapatan Pajak Daerah Pemerintah provinsi Jawa Timur berasal dari 5 jenis penerimaan yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor , Pajak Air Permukaan serta dari Pajak Rokok.

Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD Pemerintah Provinsi Jawa Timur TA 2013 tidak terlalu signifikan di mana proporsinya hanya 0,92%. Pagu yang ditetapkan pada awal tahun adalah 103,6 milyar rupiah dan berhasil dilampaui dengan jumlah realisasi 106,2 milyar rupiah. Meskipun jenis-jenis retribusi daerah yang dapat dipungut sangat banyak namun rendahnya nilai pagu dan realisasi tersebut cukup wajar mengingat bahwa retribusi hanya dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah apabila terdapat jasa yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar retribusi. Dengan demikian sifatnya tidak memaksa dan tidak terdapat sanksi hukum bagi masyarakat yang tidak membayar. Sanksi yang diterima oleh masyarakat yang tidak membayar hanya sanksi ekonomis yaitu dia tidak dapat menikmati jasa yang diberikan Pemerintah Daerah.

Selanjutnya 2,86% PAD Pemerintah Provinsi Jawa Timur TA 2013 berasal dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dengan jumlah 332 milyar rupiah. Capaian realisasi tersebut sedikit di bawah targetnya yang ditetapkan sebanyak 334,9 milyar rupiah. Pos pendapatan ini menunjukkan tren penurunan, dimana diketahui pada TA 2011 jumlah realisasinya sebanyak 365,1 milyar rupiah, dan pada TA 2012 sebanyak 352,9 milyar rupiah.

Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah pada TA 2013 sebanyak 1,753 trilyun rupiah memberikan sumbangan 15,12% bagi PAD. Nilai yang berhasil dikumpulkan

oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur tersebut melampaui target yang ditetapkan pada APBD-nya yang berjumlah 1,346 trilyun rupiah.

3.1.3. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan yang diterima dari oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur TA 2013 sebanyak 3,092 trilyun rupiah yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH) 1,374 trilyun rupiah, Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 1,632 trilyun rupiah serta sebanyak 85,644 milyar rupiah berupa Dana Alokasi Khusus (DAK). Meskipun jumlah Dana Perimbangan yang diterima menunjukkan peningkatan jumlah sebagaimana terlihat pada tabel di atas, namun persentasenya terhadap total pendapatan justru menunjukkan penurunan. Hal ini menunjukkan semakin berkurangnya tingkat ketergantungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terhadap transfer dari Pemerintah Pusat untuk membiayai belanjanya.

Tabel 3.2.

Realisasi Dana Perimbangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur

juta rupiah

Jumlah % thd Pendapatan

2011

2.528.086

22,00%

2012

3.069.013

19,93%

2013

3.092.884

17,79%

Sumbe r: DJPK, DPKAD Prov Ja ti m

Tahun Anggaran

Dana Perimbangan

3.1.4. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Realiasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang diperoleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur TA 2013 sebanyak 2,7 trilyun rupiah yang terdiri dari penerimaan Hibah 39,728 milyar rupiah dan Dana Penyesuaian sebanyak 2,660 trilyun rupiah. Meskipun Dana Penyesuaian adalah transfer dari Pemerintah Pusat namun dana tersebut sebenarnya ditujukan kepada Kabupaten/Kota berupa

Pusat langsung kepada Kabupaten/Kota, namun sejak TA 2012 transfer ditujukan kepada pemerintah Provinsi untuk selanjutnya ditransfer kepada sekolah di Kabupaten/Kota. Dengan demikian, sebenarnya Pemerintah Provinsi tidak memiliki ketergantungan terhadap transfer Dana Penyesuaian.

3.1.5. Belanja

Perkembangan belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur menunjukkan tren kenaikan dari sisi jumlah. Kenaikan belanja yang telah direalisasikan selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah, di mana jumlah belanja pada TA 2011 sebanyak 11,685 trilyun rupiah, meningkat di tahun berikutnya menjadi 15,161 trilyun rupiah dan pada tahun 2013 jumlah tersebut bertambah menjadi 16,789 trilyun rupiah. Capaian realisasi TA 2013 sebesar 16,789 trilyun rupiah tersebut hanya 95,33% dari pagu yang dialokasikan pada APBD senilai 17,611 trilyun rupiah.

Grafik 3.4.

Perkembangan Realisasi Belanja

Pemerintah Provinsi Jawa Timur TA 2011 – 2013

11,685,921

15,161,978

16,789,007

2011

2012

2013

Grafik 3.5.

Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur TA 2013 (Menurut Pagu)

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk melaksanakan APBD-nya, tidak mengatur porsi alokasi belanja yang harus diikuti. Pada APBD TA 2013, alokasi terbesar belanja ditujukan untuk belanja hibah, yang mencapai 29,18% dari total alokasi belanja dengan nilai 5,139 trilyun rupiah. Hingga TA 2013 berakhir realisasinya sebesar 4,903 trilyun rupiah. Kemudian 22,72% diperuntukkan membiayai belanja barang dan jasa dengan pagu sekitar 4 trilyun rupiah dan terealisasi sebanyak 3,845 trilyun rupiah. Porsi alokasi terbesar berikutnya adalah untuk belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa sebesar 18,73% dengan jumlah 3,298 trilyun rupiah dan realisasinya sejumlah 3,081 trilyun rupiah. Untuk membiayai belanja pegawai Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyediakan 2,767 trilyun rupiah (15,71% dari total pagu belanja), di mana hingga akhir tahun anggaran terserap 2,698 trilyun rupiah. Belanja modal yang dianggarkan 7,09% dari pagu belanja dengan nilai 1,248 trilyun rupiah dapat diserap 1,175 trilyun rupiah.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur tidak terbebani dengan kewajiban

22.72% 7.09% 15.71% 0.03% 29.18% 0.34% 18.73% 5.74% 0.46%

Belanja Barang dan jasa

Belanja Modal

Belanja Pegawai

Belanja Bunga

Belanja Hibah

Belanja Bantuan sosial

Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes

Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes

Belanja tidak terduga Sumber: DPKAD Prov

2,767 trilyun rupiah. Jumlah tersebut dapat ditutup dengan penerimaan PAD. Selanjutnya perlu diamati bagaimana kualitas belanja modal yang dilaksanakan, di mana dari pagu yang disediakan sebesar 1,248 trilyun rupiah dan realisasi capaiannya cukup baik (94,17%) atau sebesar 1,175 trilyun rupiah. Dengan rasio belanja modal yang hanya mencapai 7,09% tidak serta merta dapat dinyatakan rendahnya kualitas kebijakan fiskal Provinsi Jawa Timur mengingat kewenangan provinsi sebagai daerah otonom adalah kewenangan yang terbatas dan lebih rendah daripada kewenangan Kabupaten/Kota yang secara nyata memiliki wilayah sehingga mengurangi kewajiban Pemerintah Provinsi dalam fungsi pembangunan.

3.1.6. Pembiayaan

Jumlah pagu belanja yang ditetapkan pada APBD Pemerintah Provinsi Jawa Timur TA 2013 yang lebih besar daripada pendapatan menimbulkan defisit sejumlah 1,212 trilyun rupiah. Jumlah tersebut akan ditutup dari pembiayaan netto yang merupakan selisih penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan. Jumlah penerimaan pembiayaan yang direncanakan adalah 1,153 trilyun rupiah dan dapat terealisasi seluruhnya (100%) yang bersumber dari SILPA tahun anggaran sebelumnya sebesar 1,153 trilyun rupiah dan pencairan dana cadangan 600 milyar rupiah. Sementara pengeluaran pembiayaan yang diperkirakan sebanyak 540,833 milyar rupiah, pada akhir tahun juga terealisasi seluruhnya yaitu berupa pembentukan dana cadangan sebanyak 500 milyar rupiah, penyertaan modal investasi daerah 30,1 milyar rupiah serta untuk pembayaran pokok utang sebanyak 10,733 milyar rupiah.

3.1.7. SILPA

Defisit anggaran yang direncanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk APBD TA 2013 tidak terjadi. Pada akhir tahun anggaran justru terjadi surplus anggaran sebesar 601,10 milyar rupiah. Hal tersebut disebabkan karena jumlah realisasi pendapatan berhasil melampaui targetnya (106,04%) sedangkan pagu belanja tidak dapat diserap seluruhnya dengan persentase capaian realisasi 95,33%. Dengan adanya surplus anggaran sebesar 601,10 milyar rupiah ditambah pembiayaan netto sejumlah 1,212 trilyun rupiah maka pada akhir TA 2013

terbentuk SILPA sebesar 1,813 trilyun rupiah yang pada tahun anggaran berikutnya dapat digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan pembiayaan.

Pelampauan target anggaran pendapatan kemungkinan terjadi karena penetapan target PAD di bawah potensi riil-nya, atau informasi terkaitan penerimaan terlambat diterima pada waktu penyusunan APBD. Tiidak terserapnya pagu belanja oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur kemungkinan disebabkan adanya efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan atau adanya kegiatan yang belum selesai digunakan. SILPA yang terbentuk pada akhir tahun anggaran tersebut cukup rasional mengingat APBD yang ditetapkan adalah suatu rencana yang realisasinya dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian perlu dicermati oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur agar proses penganggaran untuk periode berikutnya dapat dilakukan dengan lebih akurat dengan memastikan ketersediaan informasi yang memadai terkait potensi pendapatan yang mungkin diterima dan memperhatikan penganggaran berbasis kinerja.

Tabel 3.3: APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Timur TA 2013

Dalam dokumen Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan (Halaman 84-91)

Dokumen terkait