• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN ASLI DAERAH 1. Pajak dan Retribusi Daerah

Dalam dokumen E-MODUL TATA KELOLA KEUANGAN DAERAH (Halaman 59-71)

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

A. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1. Pajak dan Retribusi Daerah

Saat ini pajak dan retribusi daerah terdiri atas berbagai jenis yang berhubungan dengan berbagai sendi kehidupan masyarakat. Masing‐masing jenis pajak dan retribusi daerah pada suatu provinsi/kabupaten/kota memiliki subjek, objek, tarif dan berbagai ketentuan pengenaan tersendiri yang mungkin berbeda dengan daerah lainnya. Hal itu ditopang oleh semangat otonomi daerah yang memungkinkan setiap provinsi/kabupaten/kota mengatur daerahnya sendiri termasuk dalam mengelola pajak dan retribusi daerah.

Opini masyarakat menunjukkan pemungutan pajak daerah seringkali disamakan dengan retribusi daerah, karena mereka beranggapan bahwa keduanya merupakan kewajiban pembayaran kepada pemerintah daerah. Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar, karena terdapat perbedaan yang cukup

BKPP Kota Tangerang Selatan 54

mendasar antara pajak dan retribusi daerah. Pajak dan retribusi daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah merupakan penarikan sumber daya ekonomi (umumnya dalam bentuk uang) kepada masyarakat guna membiayai tugas‐tugas pemerintahan dalam melayani kepentingan masyarakat. Penarikan pungutan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat harus memenuhi syarat berikut: harus ditetapkan dengan peraturan daerah, dapat dipaksakan, mempunyai kepastian hukum dan ada jaminan kejujuran/integritas para pengelolanya.

Setiap jenis penerimaan daerah yang diberlakukan di Indonesia harus berdasarkan hukum yang kuat guna menjamin kelancaran pengenaan dan pemungutannya. Dasarhukum pemungutan tersebut antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah yang berlaku sejak 1 Januari 2010, menggantikan Undang‐Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang‐Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah.

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

5. Peraturan presiden, Peraturan menteri dalam negeri, Peraturan menteri keuangan, Peraturan daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan 55

provinsi/kabupaten/kota di bidang pajak dan retribusi daerah.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang diterbitkan setiap tahun.

Pajak Daerah

Secara umum pajak adalah pemungutan dana dari masyarakat oleh pemerintah berdasarkan undang ‐ undang yang dapat dipaksakan dan terutang bagi wajib bayar tanpa mendapat prestasi langsung, serta hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang‐undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak sebagai berikut:

1. Pajak dipungut oleh pemerintah baik pusat maupun daerah berdasarkan peraturan perundang‐undangan. 2. Penerimaan pajak merupakan pendapatan pemerintah

BKPP Kota Tangerang Selatan 56

3. Tidak terdapat hubungan langsung antara jumlah pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu, akan tetapi kontra prestasi secara umum dimanifestasikan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah.

4. Pajak dipungut/dikenakan karena suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.

5. Pajak bersifat memaksa, artinya bagi mereka yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang‐ undangan.

Pemungutan Pajak Daerah Jenis Pajak Daerah

Pembagian jenis pajak di Indonesia ditinjau dari lembaga pemungutnya dibedakan ke dalam pajak pusat dan pajak daerah. Pajak daerah menurut UU No. 28 Tahun 2009 terbagi menjadi pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

Pajak Provinsi:

Jenis pajak provinsi meliputi:

a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN‐KB) c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB‐KB) d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok.

Hasil penerimaan pajak provinsi sebagian diperuntukkan bagi kabupaten/kota di wilayah provinsi terkait dengan ketentuan

BKPP Kota Tangerang Selatan 57

Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air yang berada hanya pada satu wilayah kabupaten/kota, hasil penerimaannya diserahkan kepada kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar 80%.

Pajak Kabupaten/Kota

Jenis pajak kabupaten/kota meliputi: a. Pajak Hotel (PH)

b. Pajak Restoran (PR) c. Pajak Hiburan (PHi) d. Pajak Reklame (PRek) e. Pajak Penerangan Jalan (PPJ)

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Khusus pemerintah provinsi yang tidak terbagi ke dalam daerah kabupaten/kota seperti DKI Jakarta, jenis pajak daerah yang dipungut merupakan gabungan pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

UU Nomor 28 Tahun 2009 melarang pemerintah provinsi/kabupaten/ kota untuk memungut pajak daerah selain jenis pajak daerah yang telah ditetapkan.

BKPP Kota Tangerang Selatan 58

Jenis pajak di atas dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah

Pelaksanaan pajak daerah diatur berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

a. Pajak ditetapkan dengan peraturan daerah (perda) b. Peraturan daerah tentang pajak tidak dapat berlaku surut c. Peraturan daerah tentang pajak sekurang‐kurangnya ketentuan mengatur mengenai: nama, objek, dan subjek pajak; dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak; wilayah pemungutan; masa pajak; penetapan; tata cara pembayaran dan penagihan; kadaluwarsa; sanksi administrasi; tanggal mulai berlakunya.

Peraturan daerah tentang pajak dapat mengatur ketentuan mengenai:

1. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal ‐ hal tertentu atas pokok pajak dan/atau sanksinya;

2. tata cara penghapusan piutang pajak yang kadaluwarsa; 3. asas timbal balik.

Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

1. Pungutan pajak daerah tidak dapat diborongkan dan seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.

2. Pajak dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak (self assessment).

BKPP Kota Tangerang Selatan 59

3. Wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak yang dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan. 4. Wajib pajak memenuhi kewajiban pajak yang dibayar

sendiri dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dan atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).

5. Terhadap wajib pajak yang kurang dipungut atau kurang bayar dapat diterbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak.

Retribusi Daerah

Retribusi adalah pembayaran wajib oleh rakyat atas jasa tertentu yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada penduduknya secara perorangan. Jasa adalah upaya pelayanan oleh pemerintah daerah yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya dan dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jasa tersebut bersifat langsung, artinya hanya mereka yang membayar retribusi yang dapat menikmati balas jasa (kontra prestasi) dari pemerintah daerah. Sebagai contoh, setiap orang yang ingin memperoleh jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit umum daerah (RSUD) atau puskesmas harus membayar retribusi sesuai dengan perda. Meskipun demikian tidak ada paksaan secara yuridis kepada setiap orang untuk membayar retribusi, karena mereka bebas untuk memilih jasa pelayanan kesehatan yang dikehendakinya. Pada retribusi pelayanan kesehatan yang ada

BKPP Kota Tangerang Selatan 60

hanyalah paksaan secara ekonomis, yaitu hanya pasien yang membayar retribusi yang berhak mendapat jasa pelayanan kesehatan dari RSUD atau puskesmas.

Dewasa ini yang berwenang untuk memungut retribusi hanya pemerintah daerah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah:

1. retribusi merupakan pungutan berdasarkan undang ‐ undang dan peraturan daerah;

2. hasil penerimaan retribusi harus masuk ke kas daerah; 3. setiap orang yang membayar retribusi memperoleh

kontra prestasi langsung dari pemerintah daerah berupa jasa pelayanan;

4. utang retribusi timbul apabila jasa pelayanan pemerintah daerah dinikmati oleh orang pribadi atau badan;

5. sanksi ekonomis, yaitu apabila orang pribadi atau badan tidak membayar retribusi, maka mereka tidak akan memperoleh jasa layanan yang disediakan oleh pemerintah daerah.

Jenis Retribusi

Retribusi daerah menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 dapat dikelompokkan sebagai berikut.

Retribusi jasa umum,

yaitu retribusi atas jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Adapun jenis‐jenis retribusi jasa umum terdiri atas retribusi:

BKPP Kota Tangerang Selatan 61 2. pelayanan sampah/kebersihan

3. penggantian biaya cetak KTP (kartu tanda penduduk) dan akta catatan sipil

4. pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat 5. pelayanan parkir di tepi jalan umum

6. pelayanan pasar

7. pengujian kendaraan bermotor

8. pemeriksaan alat pemadam kebakaran 9. penggantian biaya cetak peta

10. penyediaan dan/atau penyedotan kakus 11. pengolahan limbah cair

12. pelayanan tera/tera ulang 13. pelayanan pendidikan, dan

14. pengendalian menara telekomunikasi. Retribusi jasa usaha,

yaitu retribusi yang dikenakan atas jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, artinya retribusi semacam ini dapat disediakan oleh pihak swasta. Retribusi jasa usaha terdiri atas retribusi:

1. pemakaian kekayaan daerah 2. pasar grosir dan/atau pertokoan 3. tempat pelelangan

4. terminal

5. tempat khusus parkir

6. tempat penginapan/pesanggrahan/vila 7. rumah potong hewan

8. pelayanan kepelabuhanan 9. tempat rekreasi dan olah raga

BKPP Kota Tangerang Selatan 62 10. penyeberangan di air

11. penjualan produksi usaha daerah. Retribusi perizinan tertentu,

yaitu retribusi yang dikenakan atas pemberian izin dari pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang melakukan aktivitas tertentu. Pemberian izin tersebut dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pemanfaatan ruang publik, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana dan prasarana, atau fasilitas tertentu yang dapat melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu antara lain meliputi retribusi:

1. izin mendirikan bangunan (IMB)

2. izin tempat penjualan minuman beralkohol 3. izin gangguan (HO = Hoereg Ordonantie) 4. izin trayek,

5. izin usaha perikanan.

Pemungutan Retribusi Daerah

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif

a. Untuk retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah, dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa terkait, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.

b. Untuk retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

BKPP Kota Tangerang Selatan 63

c. Untuk retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin tersebut.

Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah

1. Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan seluruhnya atau proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.

2. Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat waktu atau kurang membayar, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

2. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang terdiri atas bagian laba BUMD dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga. Jumlah rencana PAD yang dianggarkan dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan harus mencerminkan rasionalitas dibandingkan dengan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan ditetapkan sebagai penyertaan modal (investasi).

Upaya peningkatan penerimaan laba/dividen atas penyertaan modal atau investasi daerah lainnya yang dapat ditempuh melalui inventarisasi, penataan, dan evaluasi nilai kekayaan daerah yang dipisahkan baik dalam bentuk uang maupun barang sebagai penyertaan modal (investasi). Selain itu pendayagunaan kekayaan daerah yang belum dipisahkan dan belum dimanfaatkan untuk

BKPP Kota Tangerang Selatan 64

dikelola atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga sehingga menghasilkan pendapatan daerah.

Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:

1. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD

2. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN

3. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

3. PAD Lain‐lain yang Sah

PAD bertujuan memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menandai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Isi ayat (1) huruf d Pasal 6 UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang PAD lain‐lain yang sah antara lain meliputi:

a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan b. jasa giro

c. pendapatan bunga

d. penerimaan atas tuntutan kerugian daerah

e. penerimaan komisi, rabat, potongan atau bentuk lain sebagai akibat penjualan, tukar menukar, hibah, asuransi dan pengadaan barang/jasa oleh daerah

f. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

BKPP Kota Tangerang Selatan 65

g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

h. pendapatan denda pajak i. pendapatan denda retribusi

j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan

k. pendapatan dari pengembalian fasilitas sosial dan fasilitas umum

l. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

m. pendapatan dari BLUD.

Dalam dokumen E-MODUL TATA KELOLA KEUANGAN DAERAH (Halaman 59-71)

Dokumen terkait