• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Karakteristik Sosial Ekonomi

4. Pendapatan

ukuran pendapatan rumah tangga adalah rupiah.

5. Jumlah waktu kerja untuk mengukur aktivitas ekonomi yaitu jumlah jam kerja yang dicurahkan kepala keluarga dan anggota keluarga lain yang bekerja pada aktivitas ekonomi. Ukuran jumlah jam kerja rumah tangga dihitung dalam satuan jam per bulan.

E. Teknik Analisa Data

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini mencoba menghiutng pengaruh variabel-variabel independen (pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, jumlah waktu kerja) terhadap variabel dependen (pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi bukan makanan) dengan teknik analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis model). Hal ini dikarenakan penggunaan variabel yang lebih dari satu (multivariabels)

commit to user Dimana:

Y = pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi bukan makanan

X1 = Pendapatan rumah tangga

X2 = Jumlah anggota rumah tangga

X3 = Jumlah waktu kerja

Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel independen (pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, jumlah waktu kerja) terhadap variabel dependen (pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi bukan makanan) maka model yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:

Y1 = b0 + b1 PDPT + b2 ART+ b3 JK + µ

Y2 = b0 + b1 PDPT + b2 ART + b3 JK + µ

Keterangan:

Y1 = Pengeluaran konsumsi berbagai jenis makanan (diukur dalam rupiah)

Y2 = Pengeluaran konsumsi bukan makanan (diukur dalam rupiah)

PDPT = Pendapatan rumah tangga (diukur dalam rupiah)

ART = Jumlah anggota rumah tangga (diukur dalam satuan orang)

JK = Jumlah waktu kerja (diukur dalam satuan jam kerja)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

b1

-

b3 = Koefisien variabel

µ = Kesalahan Pengganggu (disturbance)

2. Uji Statistik

Proses analisa yang akan dilakukan melalui pengujian variabel-variabel independen yang meliputi uji t (uji individu), uji F (uji bersama-sama), dan uji R2 (uji koefisien determinasi).

a. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien daterminasi (R2) antara nol dan satu (0<R2<1). Jika koefisien daterminan 0, artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas. Sedangkan jika koefisien determinan mendekati 1, artinya variabel independen semakin mempengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati nilai 1.

commit to user

b. Uji F

Uji F ini merupakan pengujian bersama-sama variabel independen yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen secara signifikan. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995: 134):

1). Menentukan Hipotesis a) H0 : b1 = b2 = b3 = 0

Berarti semua variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b) Ha : b1¹b2¹b3¹ 0

Berarti semua variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

2). Melakukan penghitungan nilai F sebagai berikut:

a) Nilai F tabel = F α;K-1;N-K. ...(3.2) Keterangan: N = jumlah sampel/data K = banyaknya parameter b) Nilai F hitung =

(

)

(

1 R

)

.

(

N K

)

1 K R 2 2 - - - ...(3.3) Keterangan: 2 R = koefisien determinan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 47 Ho diterima Ho ditolak F (a; K-1; N-K) K = banyaknya variabel 3). Kriteria pengujian

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji F.

4). Kesimpulan

a) Apabila nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan.

b) Apabila nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

c. Uji t

Uji t ini merupakan merupakan pengujian variabel-variabel independen secara individu, dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing- masing variabel independen dalam mempengaruhi perubahan variabel dependen, dengan beranggapan variabel independen lain tetap atau konstan. Langkah- langkah pengujian t test adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995: 119):

1) Menentukan Hipotesisnya a) Ho : b1 = b2 = b3 = 0

commit to user

Berarti suatu variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b) Ha : b1 ¹b2¹b3¹ 0

Berarti suatu variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Melakukan penghitungan nilai t sebagai berikut:

a) Nilai t tabel = t α/2;N – K ...(3.4) Keterangan:

a = derajat signifikansi

N = jumlah sampel (banyaknya observasi)

K = banyaknya parameter b) Nilai t hitung =

( )

i i Se b b ...(3.5) Keterangan: bi = koefisien regresi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 49 Ho ditolak Ho diterima -t ;N K 2 α - tα2;N-K Ho ditolak 3) Kriteria pengujian

Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji t.

4) Kesimpulan

a) Apabila nilai –t tabel < t hitung < +t tabel, maka Ho diterima. Artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan.

b) Apabila nilai t hitung > +t tabel atau t hitung < - t tabel, maka Ho ditolak. Artinya variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

3. Uji Asumsi Klasik

Kebenaran spesifikasi model penelitian ini, diuji dengan menggunakan asumsi klasik multikoliniearitas dan heteroskedastisitas.

a. Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih dari satu hubungan linear pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995: 320). Salah satu asumsi model klasik yang

commit to user

menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa atau semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinearitas, maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi.

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubunganyang sempurna atau sangat tinggi antar veriabel bebas dalam model regresi. Tidak adanya multikolonearitas dapat diketahui dengan nilai Variance Inflation Vactor (VIF) di bawah 10 (Hair et al, 1995).

b. Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali (2005: 105). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini, dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya yaitu SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

1). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2). Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) Ghozali (2005: 95-96). Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan statistik d dari Durbin- Watson (DW test) dimana angka-angka yang diperlukan dalam metode tersebut adalah dL (angka yang diperoleh dari tabel DW batas bawah), dU (angka yang diperoleh dari tabel DW batas atas), 4- dL dan 4-dU. Jika nilainya mendekati 2 maka tidak terjadi autokorelasi, sebaliknya jika mendekati 0 atau 4 terjadi autokorelasi (+/-).

commit to user

52 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Banjarsari memiliki luas area 1.481,1ha atau sekitar 14,811 km2, kecamatan ini merupakan kecamatan terbesar di Kota Surakarta. Sampai tahun 2009 jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 175.272 jiwa dengan kepadatan mencapai 10.630 per km2 dan laju pertumbuhan penduduknya 0,25 persen (sumber : Monografi Kecamatan, 2010). Hampir keseluruhan wilayah Kecamatan Banjarsari memiliki topografi datar dengan kemiringan lereng < 2% dengan kedalaman air tanah yang relatif dangkal. Keadaan tersebut menyebabkan Kecamatan Banjarsari merupakan lokasi yang ideal untuk permukiman.

Kelurahan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Banjarsari total berjumlah 13 kelurahan. Jumlah rumah tangga yang berada dalam 13 kelurahan adalah sebanyak 35.701 rumah tangga. Kelurahan Kadipiro merupakan kelurahan yang paling banyak memiliki rumah tangga, hal ini juga dikarenakan didukung luas wilayah Kelurahan Kadipiro yang juga memiliki luas wilayah yang paling besar diantara kelurahan-kelurahan yang lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 4.1 Jumlah Rumah Tangga dan Luas Wilayah di Tiap Kelurahan di Kecamatan Banjarsari

No. Kelurahan Jumlah Rumah

Tangga Luas Wilayah (Km2) 1. Kadipiro 10.755 5.088 2. Nusukan 6.050 2.063 3. Gilingan 4.283 1.272 4. Setabelan 868 0,277 5. Kestalan 603 0,208 6. Keprabon 842 0,318 7. Timuran 521 0,315 8. Ketelan 741 0,250 9. Punggawan 801 0,360 10. Mangkubumen 2.260 0,797 11. Manahan 2.197 1,270 12. Sumber 3.563 1,333 13. Banyuanyar 2.217 1,250 Jumlah 35.701 14.811

Sumber: PPLKB Kecamatan Banjarsari 2010

Sebagian besar aktivitas ekonomi penduduk yang berada di Kecamatan Banjarsari adalah menjadi buruh pabrik yaitu sebanyak 21.366 penduduk, berada diurutan kedua penduduk di Kecamatan Banjarsari banyak yang menjadi buruh bangunan sebesar 19.579 penduduk.

commit to user

Tabel 4.2 Aktivitas Ekonomi Penduduk di Kecamatan Banjarsari

Sumber: Surakarta dalam Angka 2010

Jumlah Keluarga miskin disuatu daerah dapat dilihat dari data jumlah keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I. Berdasarkan laporan dari Kecamatan Banjarsari, jumlah keluarga miskin didaerah ini sebanyak 11.251 (3.533 Pra-KS + 7.718 KS-I), seperti tampak pada table 4.3. Jumlah ini bila dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang didata yaitu sebanyak 35.071, maka 32,08 persen keluarga di Kecamatan Banjarsari termasuk golongan keluarga miskin.

Angka 32,08 persen ini bisa mengatakan bahwa Kecamatan Banjarsari memiliki angka keluarga miskin yang termasuk tinggi. Karena lebih dari sepertiga keluarga yang ada didaerah ini adalah keluarga miskin. Tingginya jumlah keluarga miskin di Kecamatan Banjarsari ini berhubungan juga dengan tingginya jumlah penduduk di Kecamatan Banjarsari.

No Aktivitas Ekonomi Jumlah

1. Petani Sendiri 344 2. Buruh Tani 412 3. Pengusaha 3.087 4. Buruh Indutri 21.366 5. Buruh Bangunan 19.579 6. Pedagang 10.491 7. Angkutan 6.315 8. CPNS/TNI/POLRI 9.392 9. Pensiunan 6.934 10. Lain-lain 37.935 Jumlah 116.336

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 4.3 Jumlah Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I di Kecamatan Banjarsari

Sumber: PPLKB Kecamatan Banjarsari 2010

Bila dijumlahkan jumlah keluarga miskin di Kelurahan Kadipiro dan Kelurahan Nusukan, maka dapat diketahui bahwa lebih dari lima puluh persen keluarga miskin banyak yang berdomisili di kedua kelurahan tersebut. Tingginya tingkat keluarga miskin didua kelurahan ini yang paling utmam disebabkan oleh banyaknya jumlah rumah tangga yang tinggal di wilayah tersebut. Bisa dilihat dalam tabel 4.3 jumlah penduduk di Kelurahan Kadipiro dan Kelurahan Nusukan lebih tinggi dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lainnya.

No. Kelurahan Pra Sejahtera Keluarga

Sejahtera I 1. Kadipiro 1.243 2.241 2. Nusukan 965 1.843 3. Gilingan 291 879 4. Setabelan 15 277 5. Kestalan 23 76 6. Keprabon 74 197 7. Timuran 54 117 8. Ketelan 53 218 9. Punggawan 30 159 10. Mangkubumen 18 294 11. Manahan 147 243 12. Sumber 343 703 13. Banyuanyar 277 471 Jumlah 3.533 7.718

commit to user

Kelurahan Kestalan dengan 99 keluarga miskin, merupakan kelurahan yang paling sedikit memiliki keluarga miskin. Dari 11.251 keluarga miskin di Kecamatan Banjarsari, berarti hanya ada 0,87 persen saja keluarga miskin yang merupakan warga Kelurahan Kestalan. Dua kelurahan lainnya yang juga sedikit memiliki keluarga miskin adalah Kelurahan Punggawan dan Kelurahan Setabelan.

B. Karakteristik Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Banjarsari yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; umur responden, tingkat pendidikan, pekerjaan utama, pendapatan, bahkan sampai pada kondisi tempat tinggal. Gambaran tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat miskin yang dijadikan sampel penelitian ini akan dibahas per karakter, sehingga diharapkan akan didapat suatu gambaran tentang masyarakat miskin di Kecamatan Banjarsari.

1. Umur Responden

Ditinjau dari karakteristik umur responden yang paling banyak dijumpai adalah responden dengan umur 31 tahun dengan frekuensi sebanyak enam orang (6,25%), dibawahnya umur 34 dan 60 tahun masing-masing mempunyai frekuensi lima orang (5,20%). Kelompok lain yang relatif banyak adalah responden dengan umur 36, 40, 43, 48 tahun dengan frekuensi yang sama yaitu sebanyak empat orang (4,16%).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Umur responden yang paling tua adalah 90 tahun, seorang janda yang tinggal sendirian di Kelurahan Nusukan. Responden ini bekerja sebagai pedagang sayur dalam skala yang kecil dan hanya didagangkan di depan rumahnya. Responden tidak memiliki pengalaman pendidikan formal.

Sementara responden yang paling muda berumur 25 tahun dan berjumlah dua orang responden. Keduanya sudah menikah dan mempunyai penghasilan sendiri. Responden yang satu memiliki tingkat pendidikan SMP dan satunya tingkat pendidikan SMA.

2. Pendidikan

Dilihat dari segi pendidikan, mayoritas responden hanya menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) saja yang mencapai 40 responden (41,67%). Ditingkat kedua banyak responden yang hanya menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 24 responden, bahkan terdapat 5 responden yang tidak mendapatkan pendidikan secara formal atau tidak sekolah. Paling rendah adalah responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) sebanyak 3 responden atau sebesar 3,12% dari keseluruhan responden yang menjadi sampel survey.

commit to user

40

24

19

3 5 5

0

10

20

30

40

Frekuensi

1

Status Pendidikan SD SMP SMA SMK STM Tidak Sekolah

Sumber: Data primer, diolah

Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Banjarsari masih rendah. Dengan pendidikan yang baik diharapakan mampu untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil yang mampu untuk memenuhi pasar tenaga kerja. Bila seseorang tidak memiliki tingkat pendidikan yang baik, maka seseorang tersebut juga tidak akan medapatkan pekerjaan dengan tingkat pendapatan yang mencukupi. Dengan penghasilan yang tidak tinggi atau bahkan cenderung kecil dan jumlah anggota keluarag yang banyak maka akan terjadi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan keluarga tersebut. Dan akhirnya keluarga tersebut dimasukkan dalam keluarga miskin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

3. Pekerjaan

Dalam penulisan ini penulis mencoba untuk mengklasifikasikan jenis pekerjaan secara lebih spesifik. Hal ini untuk menghindari kemungkinan bias dalam pendapatan pada bidang pekerjaan yang sama. Misalnya pekerjaan buruh, pendugaannya ada kemungkinan bahwa antara buruh bangunan dengan buruh industri atau buruh industri rumah tangga mempunyai perbedaan dalam segi pendapatan.

Pertimbangan lain yang mendasari identifikasi dalam pekerjaan responden secara lebih spesifik melihat perkembangan di beberapa negara (yang lebih maju) mengidentifikasi pekerjaan secara spesifik (misalnya; sopir taksi), sementara di Indonesia, termasuk di Kecamatan Banjarsari kebanyakan penduduknya diidentifikasi secara umum (misalnya; wiraswasta). Padahal kalau diamati perbedaan anatara wiraswasta satu dengan wiraswasta yang lainnya sangatlah besar (bahkan ada orang yang tidak mempunyai pekerjaan sama sekali menyebut dirinya wiraswasta).

Ditinjau dari segi pekerjaan utama yang digeluti responden, yang paling banyak dijumpai adalah responden yang bekerja sebagai buruh bangunan yang mencapai 21 orang dari total 96 sampel atau sebesar 21,87%, jenis pekerjaan ini bukan suatu pekerjaan yang rutin dilakukan jika hanya ada pesanan borongan untuk membangun saja maka responden bisa bekerja, jika tidak ada pesanan maka sebagian besar responden juga tidak bekerja. Sehingga penghasilan yang diterima oleh keluarga tiap bulan tidak pasti.

commit to user Pengem udi Becak 6 PRT 5 Pedagang 14 Montir 5 Karyaw an Toko 5 Juru Parkir 5 Buruh Pabrik 17 Buruh m ebel 6 Buruh Bangunan 21 Pekerjaan Lain 9 Buruh Industri rum ah tangga 3

Buruh Bangunan Buruh Industri rum ah tangga

Buruh m ebel Buruh Pabrik

Juru Parkir Karyaw an Toko

Montir Pedagang

Pekerjaan Lain PRT

Pengem udi Becak

Buruh industri rumah tangga menjadi pekerjaan utama yang paling sedikit dilakukan oleh responden. Buruh indutri rumah tangga disini adalah sebagai pemetik lombok untuk kemudian disetor ke tengkulak. Rata-rata penghasilan yang diterima oleh responden yang bekerja sebagai buruh industri rumah tangga sekitar Rp 250.000 - 400.000 per bulan, karena memang tidak bekerja selama seharian penuh.

Sumber: Data primer, diolah.

Sebagaimana data pada grafik 4.2 terdapat responden yang menjawab “pekerjaan lainnya” yang mencapai 9 orang (9,37%), hal ini disebabkan jenis pekerjaan yang digeluti sangat spesifik. Hasil penelitian menjumpai beberapa jenis pekerjaan yang termasuk pekerjaan lainnya, yaitu: tukang reparasi jam,

Grafik 4.2 Profil Pekerjaan Utama Keluarga Miskin Kecamatan Banjarsari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

tukang sol sepatu, juru masak pada warung nasi, tukang kebun, penjahit, bahkan pekerjaan menjaga rumah.

4. Pendapatan

Tabel 4.4 memperlihatkan total pendapatan yang diperoleh rumah tangga responden dalam bentuk rupiah per bulan.

Sumber: Data primer, Diolah.

Pendapatan paling rendah yang didapat dari responden kurang dari Rp 300.000 per bulan, hal ini diperoleh dari responden yang hanya hidup seorang diri dalam satu rumah tangga. Dari 4 responden yang memiliki pendapatan paling rendah mereka kebanyakan adalah responden yang berstatus duda maupun janda. Pekerjaan mereka antara lain ada yang menjadi penjahit, pedagang kecil, ataupun

No. Pendapatan Frekuensi Persentasi

1. <300.0000 4 4,16 2. 300.000 - 600.000 9 9,37 3. 610.000 - 900.000 11 11,45 4. 910.000 - 1.200.000 29 30,20 5. 1.210.000 - 1.500.000 24 25 6. 1.510.000 - 1800000 10 10,41 7. 1.810.000 - 2.100.000 6 6,25 8. >2.100.000 3 3,12 TOTAL 96 100

Tabel 4.4 Pendapatan Rumah Tangga (Rupiah Per Bulan)

commit to user

tidak bekerja tetapi hanya mengandalakan kiriman dari anak-anaknya yang sudah berkeluarga sendiri.

Responden yang memiliki total pendapatan diatas Rp 2.100.000 kecenderungan disebabkan karena responden tersebut memiliki jumlah anggota keluarga yang cukup banyak dan sebagian besar diantaranya telah bekerja mempunyai penghasilan sendiri tetapi masih tinggal dalam satu rumah.

Dokumen terkait