• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

5.6 Pendapatan Rumah Tangga

5.6.1 Struktur Pendapatan Rumah Tangga

Karakteristik struktur pendapatan rumah tangga merupakan struktur pendapatan rumah tangga yang diperoleh responden dari usaha tani dan non usaha tani maupun diluar usaha rumah tangga seperti kiriman yang diperoleh dari salah satu anggota keluarga (anak).

Tabel 5.11 Struktur Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan Rata-rata per Tahun (Rupiah) Persentase (%) Pendapatan Usaha Tani

Industri Rumah Tangga Dagang Jasa Buruh Gaji Pensiunan Kiriman 6.771.500 8.261.333,33 8.557.966,67 4.361.000 1.692.000 5.960.000 - 2.688.000 17,70 21,6 22,37 11,28 4,42 15,5 - 7,03 Total 38.246.800 100

Berdasarkan hasil data survei pada Tabel 5.11 menunjukkan bahwa struktur pendapatan terbesar yang diperoleh responden yaitu berasal dari sektor perdagangan yang merupakan bagian dari pendapatan non usaha tani sebesar 22,37 persen. Hal ini dikarenakan pada umumnya responden rumah tangga berprofesi sebagai pedagang. Pendapatan dari sektor perdagangan sebagian besar merupakan usaha warung kelontongan. Selanjutnya diikuti oleh pendapatan yang berasal dari industri rumah tangga sebesar 21,6 persen. Pendapatan untuk sektor industri rumah tangga ini dibedakan menjadi dua jenis usaha yaitu industri makanan olahan dan industri kerajinan rumah tangga dalam hal ini adalah pembuatan dompet. Kontribusi struktur pendapatan rumah tangga yang berasal dari usaha tani padi yaitu sebesar 17,70 persen. Hal ini disebabkan lahan sawah

yang dimilki sebagian besar rumah tangga rata-rata hanya seluas 1.475 m2 (0,14 ha), sehingga kontribusi struktur pendapatan rumah tangga dari usaha tani tergolong rendah.

Kontribusi struktur pendapatan rumah tangga dari gaji yaitu sebesar 15,5 persen. Pendapatan gaji tersebut berasal dari rumah tangga yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan mayoritas berprofesi guru. Adapun untuk pendapatan yang berasal dari sektor jasa dengan jenis usaha sebagian besar adalah penjahit, pangkas rambut dan tambal ban yaitu hanya sebesar 11,28 persen dari total pendapatan. Kontribusi struktur pendapatan rumah tangga terendah berasal dari pendapatan buruh yaitu sebesar 4,42 persen.

5.6.2 Dampak Pinjaman Bergulir SPP terhadap Pendapatan

Pinjaman bergulir program SPP bertujuan untuk memudahkan akses masyarakat khususnya pelaku usaha anggota SPP terhadap permodalan usaha sehingga usaha yang dijalankan dapat lebih berkembang. Dampak pinjaman bergulir SPP terhadap perkembangan usaha, selanjutnya akan berdampak juga terhadap pendapatan pelaku usaha anggota SPP. Dampak pinjaman terhadap pendapatan dilihat dengan cara membandingkan omset dan laba (keuntungan) yang diperoleh responden sebelum memperoleh pinjaman bergulir SPP dengan kondisi setelah memperoleh pinjaman berdasarkan jenis usaha yang dijalankan. Pelaku usaha anggota SPP pada umumnya tidak hanya menjalankan satu jenis sektor usaha tetapi juga melakukan diversifikasi usaha. Nilai omset usaha saat sebelum dan sesudah memperoleh pinjaman dapat dilihat pada Tabel 5.12

Tabel 5.12 Dampak Pinjaman Bergulir SPP terhadap Nilai Omset Usaha

Jenis Sektor Usaha

Frekuensi

Omset Rata-rata per Tahun (Rupiah) Perkembangan Omset Usaha Sebelum Mendapat Pinjaman Setelah Mendapat Pinjaman Jumlah (Rupiah) Persentase (%) Perdagangan 12 51.708.533 74.684.600 22.976.067 44,43 Jasa 6 26.298.333 33.024.170 6.725.837 25,57 Industri Rumah Tangga 5 79.610.700 107.223.400 27.612.700 34,68 Perdagangan + Industri 6 41.106.700 59.150.000 19.043.300 47,48 Jasa + Industri 1 20.504.000 26.260.800 5.756.800 28,07

Berdasarkan Tabel 5.12 jenis usaha yang dijalankan oleh responden terbagi dalam lima sektor usaha yaitu sektor perdagangan, jasa, industri rumah tangga yang mencakup industri makanan olahan dan industri kerajinan pembuatan dompet, gabungan perdagangan dan industri serta gabungan jasa dan industri. Pemberian pinjaman bergulir SPP memberikan dampak positif terhadap pendapatan di semua jenis sektor usaha. Sektor perdagangan merupakan jenis usaha yang dominan dijalankan oleh sebagian besar responden yaitu sebanyak 12 responden. Peningkatan omset pada sektor gabungan perdagangan dan industri merupakan yang terbesar diantara yang lainnya yaitu sebesar 47,48 persen. Hal ini disebabkan sebagian responden membuka usaha baru di sektor lain setelah memperoleh pinjaman bergulir SPP sehingga usaha yang dijalankan lebih beragam. Kemudian dilanjutkan peningkatan omset pada sektor perdagangan sebesar 44,43 persen. Hal ini dikarenakan untuk sektor perdagangan omset yang diterima bersifat harian (tiap hari) sehingga perputaran pendapatannya lebih cepat dibandingkan sektor industri rumah tangga dan jasa, yang omsetnya bersifat

mingguan. Dampak pinjaman terhadap pendapatan dapat juga dilihat dari keuntungan yang diperoleh pada saat sebelum dan setelah memperoleh pinjaman bergulir SPP. Tabel 5.13 menunjukkan dampak pinjaman bergulir SPP terhadap keuntungan yang diperoleh UMKM.

Tabel 5.13 Dampak Pinjaman Bergulir SPP terhadap Keuntungan

Jenis Sektor Usaha

Frekuensi

Keuntungan Rata-rata per Tahun Perkembangan Keuntungan Usaha Sebelum Mendapat Pinjaman Setelah Mendapat Pinjaman Jumlah (Rupiah) Persentase (%) Perdagangan 12 10.557.970 15.219.800 4.661.830 44,15 Jasa 6 5.304.700 6.653.240 1.348.540 25,42 Industri Rumah Tangga 5 9.261.300 12.426.100 3.164.800 34,17 Perdagangan + Industri 6 8.382.500 12.355.700 3.973.200 47,40 Jasa + Industri 1 6.080.000 7.860.000 1.780.000 29,27

Peningkatan keuntungan pada sektor gabungan perdagangan dan industri juga merupakan yang terbesar yaitu mengalami peningkatan sebesar 47,40 persen. Berdasarkan hasil survei di lapangan, responden merasakan adanya dampak positif dari pemberian pinjaman bergulir SPP ini, dimana ada dari responden yang awalnya sudah memiliki usaha namun sudah beberapa tahun tidak beroperasi karena terkena musibah. Akan tetapi, setelah menerima pinjaman bergulir SPP akhirnya dapat membuka usaha kembali sehingga ada tambahan sumber pendapatan. Oleh karena itu, pinjaman bergulir SPP ini sangat dirasakan manfaatnya oleh responden karena setelah memperoleh pinjaman SPP, responden dapat memiliki usaha yang sebelumnya justru tidak mempunyai usaha. Selain itu, dampak positif dari pinjaman bergulir SPP yang dirasakan responden yaitu jenis

usaha yang dijalankan responden menjadi beragam setelah memperoleh pinjaman SPP. Contohnya, usaha yang dijalankan awalnya hanya warungan akan tetapi setelah memperoleh pinjaman usahanya tidak hanya warungan tetapi juga usaha industri makanan olahan. Hal ini menunjukkan bahwa pinjaman bergulir SPP dapat menjadikan responden melakukan diversifikasi (keragaman) usaha atau produk yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan pelaku usaha.

Dampak pinjaman SPP terhadap peningkatan pendapatan juga disebabkan karena responden anggota SPP pada umumnya memang mengalokasikan dana pinjaman SPP untuk menambah modal usaha.

Gambar 5.8 Penggunaan Dana Pinjaman SPP oleh Pelaku Usaha

Berdasarkan Gambar 5.8 sebagian besar pelaku usaha menggunakan dana pinjaman dari SPP untuk keperluan modal usaha saja yaitu sebesar 57 persen atau sebanyak 17 responden pelaku usaha dari total responden. Adapun penggunaan dana pinjaman SPP selanjutnya dialokasikan untuk gabungan modal usaha dan keperluan kebutuhan rumah tangga yaitu sebesar 30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa responden SPP sebagai pelaku usaha terbilang disiplin dalam menggunakan dana pinjaman SPP. Ini dikarenakan mayoritas responden

57%

13%

30% Murni untuk Modal

Modal + Konsumsi Pendidikan Modal + Konsumsi Sehari‐hari

menggunakan dana pinjaman untuk kegiatan yang produktif yaitu untuk modal usaha sehingga dampak yang dirasakan cukup besar terhadap peningkatan pendapatan.

5.7 Dampak Perguliran SPP terhadap UMKM dengan Persamaan

Dokumen terkait