• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pendapatan Usahatani Kopi Robusta dan Kopi Arabika

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan bersih petani kopi di daerah penelitian:

Tabel 16.Rata-Rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani dan Per Hektar No Pendapatan Petani Kopi Rata-Rata (Rupiah)

Per Petani Per Hektar 1 Kopi Robusta 141.381.35 2,101,467.93 2 Kopi Arabika 4,545,309.52 52.342.146.70

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015 (Lampiran 17 dan 18)

Dari tabel diatas dapat diketahui rata-rata pendapatan per petani kopi robusta sebesar Rp 141.381.35,- dan Rp 2,101,467.93,- per Ha. Sedangkan rata-rata pendapatan per petani kopi arabika sebesar Rp 4,545,309.52,- dan Rp 52.342.146.70,- per Ha.

5.3. Perbandingan Pendapatan Usahatani Kopi Robusta dan Kopi Arabika

Pendapatan merupakan selisih antara seluruh penerimaan dengan seluruh biaya pendapatan yang dikorbankan dalam rupiah per tahun. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Silantom Julu diperoleh rataan pendapatan untuk usahatani kopi robusta dan kopi arabika dapat dilihat dari tabel sebagai beriku

Tabel 17. Perbandingan Nilai Pendapatan Usahatani Kopi Robusta dan Kopi Arabika

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015 (Lampiran 13,14,15,16,17 dan 18)

Dari pengolahan data primer diperoleh biaya produksi petani kopi robusta per petani sebesar Rp 41,580,559.52,- per tahun dengan biaya produksi per Ha sebesar Rp 560,714,747.02,- per tahun. Sedangkan biaya produksi petani kopi arabika per petani

No Keterangan Kopi Robusta Kopi Arabika

(Rp/Thn/Ptani) (Rp/Thn/Ha) (Rp/Thn/Ptani) (Rp/Thn/Ha)

1 Total Biaya Produksi 41,580,559.52 560,714,747.02 44,532,714.29 388,822,172.62 2 Total Penerimaan 45,822,000.00 593,287,500.00 180,892,000.00 1,200,125,446.43 3 Total Pendapatan 4,241,440.48 32,572,752.98 136,359,285.71 811,303,273.81

sebesar Rp 44,532,714.29,- per tahun dengan biaya produksi per Ha sebesar Rp 338,822,172.62,- per tahun. Kemudian diperoleh penerimaan petani kopi robusta per petani sebesar Rp 45,822,000.00,- per tahun dengan penerimaan per Ha sebesar Rp 593,287,500.00,- per tahun. Sedangkan penerimaan petani kopi arabika per petani sebesar Rp 180,892,000.00,- per tahun dengan penerimaan per Ha sebesar Rp 1,200,125,446.43,- per tahun. Dari nilai peneriman setelah dikurang biaya produksi diperoleh pendapatan yang diterima petani kopi robusta sebesar Rp 4,241,440.48,- per petani/tahun dengan pendapatan sebesar Rp 32,572,752.98 per Ha/ tahun. Sedangkan pendapatan petani kopi arabika sebesar Rp 136,359,285.71,- per petani/tahun dengan pendapatan sebesar Rp 811,303,273.81 per Ha/ tahun. Artinya pendapatan petani kopi arabika lebih tinggi daripada pendapatan petani kopi robusta.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara pendapatan petani kopi robusta dan petani kopi arabika maka dilakukan Uji Mann Whitney yang hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 18. Uji Mann Whitney Perbandingan Nilai Pendapatan Usahatani Kopi Robusta dan Kopi Arabika

Test Statistics(a)

Pendapatan

Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 468.000

Z -6.609

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Sumber : Analisis Data Primer,2015 (Lampiran 18)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa signifikansinya adalah 0,000. Nilai yang

(0,000 < α0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, artinya ada perbedaan pendapatan antara petani kopi robusta dan kopi arabika

5.4. Perbandingan Kelayakan Usahatani Kopi Robusta dan Kopi Arabika

Tujuan didirikannya suatu usaha yaitu untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat. Oleh karena itu dalam merencanakan suatu usaha harus selalu memperhitungkan apakah usaha tersebut mendatangkan keuntungan atau tidak. Untuk melihat layak tidaknya usahatani kopi yang dikerjakan oleh petani kopi di Desa Silantom Julu dapat digunakan analisis kelayakan finansial. Dalam analisis finansial terdapat kriteria yang harus dipenuhi antara lain B/C Ratio, NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate of Return).

A. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang adalah analisis manfaat finansial yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang (present value) arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan. Arus kas bersih adalah laba bersih usaha ditambah penyusutan, sedang jumlah investasi adalah jumlah total dana yang dikeluarkan untuk membiayai pengadaan seluruh alat-alat produksi yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha.

NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah proyek feasible atau tidak. Bila nilai NPV ≥ 0 maka usahatani dikatakan layak. Bila nilai NPV = 0

maka usahatani tersebut dapat mengembalikan sebesar cost of capital (discount rate).

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa discount factor (tingkat bunga bank) pada 7,5% didapat nilai NPV usahatani kopi robusta sebesar Rp 17,627,011.73 selama satu tahun dan nilai NPV usahatni kopi arabika sebesar Rp 23,443,091.32 selama satu tahun. Dengan

demikian diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yang berarti bahwa usahatani kopi robusta dan kopi arabika di Desa Silantom Julu layak diusahakan.

B. Benefit cost ratio (B/C)

Analisis benefit-cost ratio (B/C) merupakan perbandingan antara present value aliran kas bersih dengan present value biaya investasi. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka usahatani yang dijalankan layak untuk dilaksanakan.

Perhitungan B/C usahatani kopi di Desa Dolokmargu diperoleh dengan membandingkan nilai sekarang dari manfaat (benefit) selama 5 tahun dengan nilai sekarang biaya (cost)

yang dikeluarkan selama 5 tahun. Dari hasil analisis pada (Lampiran 20 dan 21) diperoleh

B/ C usahatani kopi robusta sebesar 2,05. Hasil B/C sebesar 2,05 dapat memberikan suatu gambaran bahwa setiap pengorbanan atau biaya sebesar Rp 1.000,00 akan mampu memberi manfaat atau benefit sebesar Rp 2050,00. Sedangkan B/C usahatani kopi arabika sebesar 3,09. . Hasil B/C sebesar 3,09 dapat memberikan suatu gambaran bahwa setiap pengorbanan atau biaya sebesar Rp 1.000,00 akan mampu memberi manfaat atau benefit

sebesar Rp 3009,00.Ini berarti pengembangan usahatani kopi robusta dan kopi arabika di Desa Silantom Julu dapat memberi manfaat yang lebih besar dari setiap biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu 5 tahun.

C. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan. Bila IRR ≥ i maka usahatani dikatakan layak.

Hasil perhitungan IRR untuk usahatani kopi robusta diperoleh sebesar 37% lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku dipasar yaitu 7,5% per tahun. Ini menunjukkan ketika

suku bunga meningkat sampai mendekati 37% usahatani kopi robusta masih layak untuk diusahakan. Sedangkan untuk usahatani kopi arabika diperoleh hasil IRR sebesar 38% lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku dipasar yaitu 7,5% per tahun. Ini menunjukkan ketika suku bunga meningkat sampai mendekati 38% usahatani kopi arabika masih layak untuk diusahakan. Keadaan ini merupakan peluang yang baik bagi para petani kopi di Desa Silantom Julu untuk mengembangkan usahatani kopi lebih intensif.

Tabel berikut ini menunjukkan nilai NPV dan IRR kelayakan usahatani kopi robusta dan kopi arabika.

Tabel 19. Nilai B/C, NPV dan IRR Kelayakan Usahatani Kopi Robusta dan Kopi Arabika

No Keterangan Kopi Robusta Kopi Arabika

1 B/C (Net Benefit Cost Ratio) 2,05 3,09 2 NPV (Net Present Value) Rp 88,135,058.62 Rp 117,215,456.59 3 IRR (Internal Rate of Return) 37% 38%

Sumber : Analisis Data Primer,2015 (Lampiran 20 dan 21)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai B/C usahatani kopi robusta sebesar 2,05 dan total nilai NPV nya adalah Rp 88,135,058.62 dengan nilai IRR 37%. Sedangkan nilai B/C usahatani kopi arabika sebesar 3,09 dan total nilai NPV nya adalah Rp 117,215,456.59 dengan nilai IRR 38%. Nilai NPV bernilai positif dan nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga kredit yang berlaku yaitu 7,5%. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, artinya usahatani kopi robusta dan kopi arabika layak secara finansial untuk diusahakan di Desa Silantom Julu.

5.5. Strategi Pengembangan Usahatani Kopi Robusta

Analisis SWOT adalah identifikasi sebagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesess) dan ancaman (threats).

Dokumen terkait