• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Pendekatan Berbasis Masalah

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Ada beberapa rumusan Pembelajaran Berbasis Masalah yang dikemukakan para ahli. Menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson (dalam Amir 2009:21), Pembelajaran Berbasis Masalah adalah kurikulum dan proses pembelajaran yang dirancang dengan mengajukan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan penting, membuat siswa mahir memecahkan masalah, memiliki strategi belajar sendiri, dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan masalah yang nantinya diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Rumusan lain dikemukakan oleh Wena (2009:91), Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain, siswa belajar melalui permasalahan. Penjelasan lebih jauh dikemukakan oleh Dewey (dalam Trianto, 2009:91) bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons. Lingkungan memberi masukan (stimulus) kepada siswa berupa bantuan dan masalah. Sistem syaraf otak siswa merespons dengan cara menafsirkan bantuan secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, dan dicari solusi terbaiknya.

Pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah menghadapkan siswa pada permasalahan yang nyata/riil dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan ini membutuhkan penyelidikan agar dapat

dipecahkan. Siswa berusaha menyelidiki, menganalisis, dan mencari pemecahan masalah secara mandiri. Pengalaman konkrit memecahkan masalah secara mandiri menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa dan dapat digunakan apabila menghadapi masalah lain. Pembelajaran berbicara dengan pendekatan ini belum diterapkan pada siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru. Menurut pendapat peneliti penerapan Pendekatan Berbasis Masalah pada pembelajaran berbicara mengenai masalah bencana alam di Indonesia dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa terlatih untuk menentukan dan merumuskan masalah, memproses informasi yang sudah dimiliki, dan menyusun pengetahuan untuk mencari solusi. Peningkatan kemampuan berpikir kritis ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pembelajaran berbicara dalam memerankan tokoh drama.

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam memerankan tokoh drama melalui Pendekatan Berbasis Masalah mempunyai beberapa karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran menggunakan metode lain. Menurut Amir (2009:22) beberapa karakteristik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Guru memulai pembelajaran berbicara dengan memberikan masalah yang riil kepada siswa. Masalah yang diberikan guru dalam penelitian ini adalah bencana alam di Indonesia.

b. Pembelajaran berbicara berfokus pada masalah yang menjadi pokok pembahasan, yaitu masalah bencana alam, bukan pada cabang ilmu tertentu (misalnya bahasa saja atau sains saja) sehingga siswa belajar memecahkan masalah secara holistik.

c. Siswa mendapat kesempatan untuk bertanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri, mencari sumber informasi yang bervariasi terkait dengan masalah bencana alam yang dibahas, dan mengolah informasi tersebut untuk menemukan solusi apabila terjadi peristiwa bencana alam.

d. Siswa belajar bekerja sama dalam kelompok secara kolaboratif dan kooperatif untuk merumuskan, mendefinisikan, dan mencari solusi terbaik apabila terjadi bencana alam.

e. Siswa mempresentasikan atau mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari dalam bentuk produk (yaitu naskah drama mengenai peristiwa bencana alam) dan kinerja (mementaskan naskah yang telah dibuat).

3. Langkah Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah, menurut Wena (2009:92) yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan tokoh drama:

a. Siswa berusaha menemukan masalah atau topik yang nyata/riil dan dekat dengan kehidupan siswa.

b. Siswa mencoba mendefinisikan masalah tersebut dengan kalimat sendiri, sesuai dengan pengetahuan siswa.

c. Siswa mengumpulkan fakta-fakta dan mengorganisasi apa yang diketahui, guru hanya menjadi fasilitator.

d. Siswa membuat hipotesis/dugaan sementara atas masalah tersebut.

e. Siswa belajar memaknai data yang dimiliki melalui penyelidikan yang dilakukan.

f. Siswa menyempurnakan atau merumuskan ulang masalah yang telah didefinisikan.

g. Siswa mencari alternatif penyelesaian atas masalah secara kolaboratif. h. Siswa bersama-sama menguji solusi melalui diskusi.

Langkah-langkah pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Masalah di atas dipadukan dengan tahap pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu tahap praberbicara, berbicara, dan pascaberbicara. Perpaduan ini kemudian digunakan dalam Siklus 1 dan Siklus 2 pada PTK ini untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru dalam memerankan tokoh drama.

4. Kelebihan Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah

Pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah mempunyai beberapa kelebihan yang dapat memberi dampak positif bagi peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam memerankan tokoh drama, yaitu:

a. Pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah membiasakan siswa untuk memecahkan masalah dengan pikiran yang terbuka/open minded sehingga peluang untuk mengatasi masalah menjadi lebih besar.

b. Pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah melatih siswa untuk menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan, sehingga siswa berlatih melihat berbagai kemungkinan untuk memecahkan suatu permasalahan sebelum memutuskan solusi yang terbaik.

c. Pembelajaran berbicara berfokus pada siswa (student centered), siswa dituntut aktif mengembangkan kecakapan berpikir, interpersonal, dan beradaptasi. d. Siswa berperan aktif mengelola informasi yang dimiliki, merumuskan

hipotesis, mencari solusi dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam situasi lain.

e. Siswa menjadi kritis dalam berpikir karena dihadapkan pada permasalahan yang menuntut penyelesaian.

f. Siswa mendapat bekal, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah yang dibutuhkan di masa depan.

g. Pembelajaran berbicara dengan menghadapkan siswa pada masalah merangsang rasa ingin tahu dan menumbuhkan keinginan siswa untuk lebih terlibat dalam pembelajaran (Amir, 2009:v-vi).

5. Kekurangan Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah Suatu pendekatan, metode, strategi, atau pun teknik pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kekurangan pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Siswa belum terbiasa belajar Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Berbasis Masalah, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk membiasakan siswa.

b. Pembelajaran Berbasis Masalah menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dan berusaha mencari sendiri solusi suatu masalah. Selama ini siswa lebih banyak pasif dan guru yang aktif. Apabila pendekatan ini digunakan dalam pembelajaran, perlu disiapkan langkah-langkah antisipatif bila siswa bersikap pasif.

E.Media Pembelajaran

Dokumen terkait