• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM MEMERANKAN TOKOH DRAMA SISWA KELAS V-B SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER II TAHUN AJARAN 20092010 MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM MEMERANKAN TOKOH DRAMA SISWA KELAS V-B SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER II TAHUN AJARAN 20092010 MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA

DALAM MEMERANKAN TOKOH DRAMA

SISWA KELAS V-B SD KANISIUS DEMANGAN BARU

SEMESTER II TAHUN AJARAN 2009/2010

MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agnes Dinihari Yulian 081134244

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA

DALAM MEMERANKAN TOKOH DRAMA

SISWA KELAS V-B SD KANISIUS DEMANGAN BARU

SEMESTER II TAHUN AJARAN 2009/2010

MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agnes Dinihari Yulian 081134244

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada sahabat-sahabatku

Para Suster Faithful Companions of Jesus (FCJ)

(6)

v

MOTTO

The Father call us

to follow His Son in faithfulness

to stand at the foot of the cross

with Mary and the holy women

there, as Faithful Companions of Jesus

to be one with Him in His thirst

for the coming of the kingdom.

Allah Bapa memanggil kita

untuk mengikuti Putera-Nya dengan setia

untuk berdiri di bawah kaki salib

bersama Maria dan para perempuan kudus

sebagai Sahabat Setia Yesus

untuk bersatu dengan-Nya dalam kehausan-Nya

akan kedatangan Kerajaan Allah.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Agustus 2010

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agnes Dinihari Yulian Nomor Mahasiswa : 081134244

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM MEMERANKAN TOKOH DRAMA SISWA KELAS V-B SD KANISIUS DEMANGAN BARU SEMESTER II TAHUN AJARAN 2009/2010 MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 11 Agustus 2010 Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM MEMERANKAN TOKOH DRAMA SISWA KELAS V-B SD KANISIUS DEMANGAN BARU

SEMESTER II TAHUN AJARAN 2009/2010 MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

Agnes Dinihari Yulian Universitas Sanata Dharma

2010

Latar belakang pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah masalah rendahnya kemampuan berbicara dalam memerankan tokoh drama pada siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru semester II tahun ajaran 2009/2010. Rendahnya kemampuan berbicara siswa ini disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran berbicara yang kurang didasarkan pada topik permasalahan yang konkrit dan dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Oleh karena itu, peneliti melaksanakan penelitian ini yang bertujuan meningkatkan kemampuan berbicara dalam memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat melalui pendekatan berbasis masalah.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Kanisius Demangan Baru dengan subjek penelitian siswa Kelas V-B yang berjumlah 36 orang, terdiri dari 23 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan berbicara siswa adalah hasil karya/produk berupa naskah drama dan unjuk kerja dalam bentuk pementasan drama.

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh data bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbicara siswa pada setiap siklus. Peningkatan ini dapat dilihat pada jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM 70 dan nilai rata-rata siswa. Pada kondisi awal, siswa yang berhasil mencapai KKM hanya 16 orang (44,4%). Pelaksanaan pembelajaran berbicara melalui pendekatan berbasis masalah meningkatkan jumlah siswa yang mencapai KKM menjadi 31 orang (86,1%) di siklus 1. Pada siklus 2, semua siswa (100%) berhasil mencapai KKM. Selain itu, nilai rata siswa juga mengalami peningkatan. Pada kondisi awal, nilai rata-rata siswa hanya 68,83, meningkat menjadi 74,44 di siklus 1 dan 83,91 di siklus 2.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam memerankan tokoh drama siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru Semester II Tahun Ajaran 2009/2010.

(10)

ix

ABSTRACT

IMPROVEMENT IN SPEAKING ABILITY OF STUDENTS CHARACTER IN DRAMA

IN FIFTH GRADE CLASS-B

CANISIUS ELEMENTARY SCHOOL OF DEMANGAN BARU SECOND SEMESTER FOR ACADEMIC YEAR 2009/2010

WITH PROBLEM BASED LEARNING Agnes Dinihari Yulian

Sanata Dharma University 2010

The background of this action research is the poor of the speaking ability of students character in drama in fifth grade class-b Canisius Elementary School of Demangan Baru Second Semester for Academic Year 2009/2010. The poor of the speaking ability is caused by speaking teaching practice which is not based in concrete problem that is close to student’s reality. This is the reason for doing this research, to improve the speaking ability of students character in drama with correct pronunciation, intonation, and expression with problem based learning.

This action research has been done in Canisius Elementary School of Demangan Baru. There were 36 students in fifth grade class-b who were involved as the subject of this research, 23 are girls and 13 are boys. This action research has been done in 2 (two) cycles. Each cycle includes preparation, action, observation, and reflection. Instruments used to measure the speaking ability improvement were the play script and play performance.

Based on the analysis, the speaking ability improvement happened in every cycle. This speaking ability improvement has shown in the number of the students who could reach Minimal Completeness Criteria (KKM) 70 and in the student’s average grade. In the first condition/before the action research, only 16 students (44,4%) who could reach KKM 70. The practice of speaking teaching with problem based learning improved the number of students who could reach KKM 70 into 31 students (86,1%) in the first cycle. In the second cycle, all students in fifth grade class-b could reach Minimal Completeness Criteria. Besides that, student’s average grade also improved. In the first condition, student’s average grade only 68,83. It increased into 74,44 in the first cycle, and 83,91 in the second cycle.

Based on this action research, the conclusion is that problem based learning can improve the speaking ability of students character in drama in fifth grade class-b Canisius Elementary School of Demangan Baru Second Semester for Academic Year 2009/2010.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Allah Tri Tunggal Maha Kudus atas limpahan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara dalam Memerankan Tokoh Drama Siswa Kelas V-B SD

Kanisius Demangan Baru Semester II Tahun Ajaran 2009/2010 melalui

Pendekatan Berbasis Masalah” dapat diselesaikan dengan baik. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Program Studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan dorongan dari semua pihak selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti haturkan kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Rusmawan, S.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(12)

xi

5. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing, memberi saran, dan pengarahan.

6. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen penguji.

7. Bapak Y. Hariyanta, S.Pd., Kepala Sekolah SD Kanisius Demangan Baru yang telah memberikan ijin penggunaan tempat bagi pelaksanaan penelitian.

8. Bapak Y. Bruri Kriswanto, mitra peneliti dalam pelaksanaan penelitian. 9. Para Dosen Program Studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakata. 10.Karyawan-karyawati Sekretariat Program Studi S-1 PGSD Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

11.Sahabatku, Suster-suster FCJ yang selalu memberi dukungan doa, cinta, dan perhatian.

12.Keluarga yang selalu memberikan dukungan doa dan semangat.

13.Semua pihak, khususnya para sahabat selama peneliti menjalani studi di PGSD dan teman seperjalanan dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat kemampuan yang terbatas. Peneliti berharap skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja, terutama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

Yogyakarta, 11 Agustus 2010 Peneliti

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kontribusi Hasil Penelitian ... 6

E. Variabel Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Pengertian Beberapa Istilah ... 10

C. Jenis, Metode, dan Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara ... 13

D. Pendekatan Berbasis Masalah ... 16

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 16

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) .... 17

3. Langkah Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah ... 18

4. Kelebihan Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah ... 19

5. Kekurangan Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah ... 21

E. Media Pembelajaran ... 21

1. Pengertian Media ... 21

2. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran ... 22

3. Klasifikasi Media ... 23

4. Penggunaan Media Gambar dan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara dalam Memerankan Tokoh Drama ... 23

F. Kerangka Berpikir ... 25

(14)

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Seting Penelitian ... 27

1. Subjek Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

3. Tempat Penelitian ... 27

4. Sasaran/Objek Penelitian ... 27

B. Desain Penelitian ... 27

C. Rancangan Penelitian ... 29

1. Siklus 1 (2 kali Pertemuan) ... 29

2. Siklus 2 (2 kali Pertemuan) ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Instrumen Penelitian ... 36

1. Teknik Pengumpulan Data ... 36

2. Analisis Data ... 36

3. Instrumen Penelitian ... 38

E. Jadwal Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 41

1. Siklus 1 ... 41

2. Siklus 2 ... 47

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 52

1. Hasil Kemampuan Berbicara pada Siklus 1 ... 52

2. Hasil Kemampuan Berbicara pada Siklus 2 ... 54

3. Refleksi ... 56

4. Pembahasan ... 58

BAB V PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN

 

 

 

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rubrik Penilaian Naskah Drama ... 39 Tabel 2. Rubrik Penilaian Pementasan Drama ... 39 Tabel 3. Target Pencapaian Siklus 1 dan Siklus 2 setelah Pelaksanaan

Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah ... 40 Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 40 Tabel 5. Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa pada Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2 ... 67 Tabel 6. Peningkatan Jumlah Siswa Kelas V-B yang Mencapai KKM di Siklus 1 dan Siklus 2 ... 68

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Rangkaian Langkah-langkah Penelitian Tindakan ... 28 Gambar 2. Bagan Proses Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah pada Siklus 1 ... 32 Gambar 3. Bagan Proses Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah pada Siklus 2 ... 35 Gambar 4. Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Mencapai KKM pada

Kondisi Awal dan Siklus 1 ... 53 Gambar 5. Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Kemampuan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal dan Siklus 1 ... 54 Gambar 6. Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Mencapai KKM pada

Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2 ... 55 Gambar 7. Diagram Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2 ... 56 Gambar 8. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Pilihan Kata di Siklus 1 dan Siklus 2 ... 59 Gambar 9. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Struktur Kalimat di Siklus 1 dan Siklus 2 ... 59 Gambar 10. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Hubungan Topik dan Isi di Siklus 1 dan Siklus 2 ... 60 Gambar 11. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Kualitas Isi di Siklus 1 dan Siklus 2 ... 61 Gambar 12. Diagram Peningkatan Skor Rata-rata Komponen Penilaian Naskah Drama Siklus 1 dan Siklus 2 ... 61 Gambar 13. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Lafal di Siklus 1 dan

Siklus 2 ... 62 Gambar 14. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Intonasi di Siklus 1 dan

Siklus 2 ... 63 Gambar 15. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Ekspresi di Siklus 1 dan

(17)

Gambar 16. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Volume Suara di Siklus 1

dan Siklus 2 ... 64 Gambar 17. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Penggunaan Bahasa di

Siklus 1 dan Siklus 2 ... 65 Gambar 18. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Kostum di Siklus 1 dan

Siklus 2 ... 65 Gambar 19. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Dekorasi di Siklus 1 dan

Siklus 2 ... 66 Gambar 20. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Komponen Penilaian

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 75

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siklus 1 Pertemuan 1 ... 78

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa ... 82

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siklus 1 Pertemuan 2 ... 88

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa ... 90

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siklus 2 Pertemuan 1 ... 91

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa ... 94

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siklus 2 Pertemuan 2 ... 98

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa ... 100

Lampiran 10. Rubrik Penilaian Naskah Drama ... 101

Lampiran 11. Rubrik Penilaian Pementasan Drama ... 105

Lampiran 12. Daftar Nilai Siswa Kelas V-B pada Kondisi Awal dengan Kompetensi Dasar Memerankan Tokoh Drama ... 109

Lampiran 13. Daftar Skor Naskah Drama Siswa Kelas V-B pada Siklus 1 Pertemuan 1 ... 110

Lampiran 14. Daftar Skor Pementasan Drama Siswa Kelas V-B pada Siklus 1 Pertemuan 2 ... 111

Lampiran 15. Daftar Nilai Akhir Siswa Kelas V-B pada Siklus 1 dengan Kompetensi Dasar Memerankan Tokoh Drama ... 112

Lampiran 16. Daftar Skor Naskah Drama Siswa Kelas V-B pada Siklus 2 Pertemuan 1 ... 113

Lampiran 17. Daftar Skor Pementasan Drama Siswa Kelas V-B pada Siklus 2 Pertemuan 2 ... 114

(19)

Lampiran 19. Perbandingan Nilai Siswa pada Kondisi Awal, Siklus 1, dan

Siklus 2 ... 116

Lampiran 20. Media Pembelajaran Siklus 1 (Komik Gempa Bumi) ... 117

Lampiran 21. Produk Naskah Drama Siklus 1 ... 136

Lampiran 22. Produk Naskah Drama Siklus 2 ... 158

Lampiran 23. Foto Pementasan Drama ... 178

Lampiran 24. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 182

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah makhluk sosial, dan tindakan manusia yang terpenting adalah tindakan sosial, yaitu tindakan saling mempertukarkan pengalaman, mengemukakan dan menerima pikiran, mengutarakan perasaan, dan mengekspresikan pendirian atau keyakinan (Tarigan, 1985:8). Tindakan-tindakan sosial tersebut dapat dilakukan manusia karena adanya suatu media atau alat yang disebut bahasa. Oleh karena itu, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia untuk mengungkapkan segala sesuatu yang dipikirkan, dirasakan, dan dialami kepada orang lain.

(21)

sistematis untuk melambangkan konsep yang abstrak dalam pikiran seseorang agar menjadi konkrit (Widjono, 2007:19).

Bahasa seseorang berkembang melalui beberapa tahap. Pada masa anak-anak, orang belajar menyimak perkataan orang tua atau orang lain di sekitar, kemudian menirukan kata yang didengar dengan cara mengucapkan kembali (berbicara). Umumnya, sebelum memasuki sekolah formal seperti pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK), atau sekolah dasar (SD), seorang anak sudah dapat menyimak dan menggunakan bahasa lisan/berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Namun, bahasa tulis baru mulai digunakan dalam kegiatan membaca dan menulis ketika belajar di sekolah formal.

(22)

Penguasaan Bahasa Indonesia yang baik juga membantu siswa dalam pergaulan sosial dengan siswa lain di sekolah. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah disebutkan hanya dapat dicapai apabila empat komponen keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills) dipelajari siswa secara terintegrasi, sebagai satu kesatuan (Tarigan, 1985:1).

(23)

Berdasarkan hasil observasi peneliti, pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek berbicara di kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru belum dilaksanakan secara optimal. Pembelajaran Bahasa Indonesia aspek berbicara masih berfokus pada mengerjakan latihan di buku paket. Selain itu, topik yang dibahas bukan pengalaman nyata/realitas yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari, salah satu contoh adalah topik pertanian. Bagi siswa-siswi SD Kanisius Demangan Baru yang berdomisili di kota, topik pertanian tidak dekat dengan pengalaman/realitas kehidupan mereka. Akibatnya, siswa kurang antusias menanggapi ketika topik tersebut dipelajari di kelas.

(24)

sedangkan 20 siswa (55,6%) belum mencapai KKM. Hal ini dapat dihindari apabila guru menerapkan suatu model pembelajaran inovatif dengan teknik yang tepat untuk pembelajaran Bahasa Indonesia aspek berbicara.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru pada kompetensi dasar Memerankan Tokoh Drama dengan Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Tepat melalui Pendekatan Berbasis Masalah/Problem Based Learning (PBL). Pada proses pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah, siswa dihadapkan pada masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, dituntut memahami istilah dan konsep yang ada dalam masalah, serta mampu menjelaskan hubungan antar fenomena. Siswa mendapat kesempatan untuk mengutarakan pengetahuan yang dimiliki mengenai masalah tersebut, berdiskusi membahas informasi yang diperoleh, dan mencari alternatif pemecahan masalah. Proses pembelajaran seperti ini melatih kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam memerankan tokoh drama.

B.Rumusan Masalah

(25)

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran melalui pendekatan berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam memerankan tokoh drama siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru semester II tahun ajaran 2009/2010.

D.Kontribusi Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak, baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti tentang salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam memerankan tokoh drama siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru semester II tahun ajaran 2009/2010. Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah:

1. Peneliti memahami permasalahan yang muncul dalam penerapan Pendekatan Berbasis Masalah pada pembelajaran Bahasa Indonesia aspek berbicara dan cara mengatasi masalah tersebut.

2. Para pendidik mendapat model pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

E.Variabel Penelitian

(26)

2009:3). Pada PTK ini ada dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang diperkirakan mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini berjudul Peningkatan Kemampuan Berbicara dalam Memerankan Tokoh Drama Siswa Kelas V-B SD Kanisius

Demangan Baru Semester II Tahun Ajaran 2009/2010 melalui Pendekatan

(27)

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai upaya meningkatkan kemampuan berbicara, pernah dilakukan oleh Radin Indra Pradikta dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Kegiatan Bermain Peran Siswa Kelas VIII SMP Negeri I

Srengat Kabupaten Blitar dengan Menggunakan Media Rekaman Iklan

Televisi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui kegiatan bermain peran pada aspek dialog, ekspresi, vokal, dan penghayatan. Peneliti menggunakan media rekaman iklan televisi untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan langkah-langkah, yaitu (1) menyaksikan rekaman iklan televisi, (2) membentuk kelompok, (3) membuat naskah iklan televisi, (4) penyuntingan naskah, dan (5) mementaskan naskah iklan televisi. Peneliti membagi proses pembelajaran menjadi 2 (dua) tahap, yaitu tahap pembuatan naskah dan tahap pementasan naskah.

(28)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media rekaman iklan televisi dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam bermain peran pada aspek dialog, ekspresi, vokal, dan penghayatan (Pradikta, 2009).

Penelitian lain dilakukan oleh Mansyur Momang pada tahun 2010 dalam tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas V SDN

03 Baruga Kendari. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi rendahnya respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, yang berdampak pada hasil pembelajaran siswa.

Peneliti menggunakan metode bermain peran atas dasar pertimbangan teoritis dan praktis. Menurut Vygostsky (dalam Momang, 2010), secara teoritis bermain peran mendukung munculnya dua kemampuan penting, yaitu kemampuan memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda, serta memahami dorongan hati dalam menyusun tindakan yang diarahkan sendiri dengan sengaja dan fleksibel. Secara praktis, metode bermain peran membebaskan siswa dari tekanan, kejenuhan dalam pembelajaran karena siswa tampak seperti sedang bermain-main. Menurut peneliti, metode ini cukup sederhana untuk dilakukan siswa, tetapi hasilnya efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran.

(29)

menjadi 66 di Siklus 2; melafalkan dengan lancar isi dialog, dari 58 di Siklus 1 menjadi 66 di Siklus 2; mengucapkan dengan volume suara yang nyaring, dari 58 di Siklus 1 menjadi 67 di Siklus 2; melafalkan intonasi dengan tepat, dari 58 di Siklus 1 menjadi 67 di Siklus 2; mengekspresikan dengan tepat, dari 61 di Siklus 1 menjadi 71 di Siklus 2. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbicara melalui metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan siswa.

B.Pengertian Beberapa Istilah

Kata peningkatan berasal dari kata tingkat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1198) berarti proses, cara, perbuatan meningkatkan usaha, dan kegiatan. Pengertian tersebut apabila dikaitkan dengan judul PTK ini “Peningkatan Kemampuan Berbicara dalam Memerankan Tokoh Drama

Siswa Kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru Semester II Tahun Ajaran

209/2010 melalui Pendekatan Berbasis Masalah”, mengandung makna bahwa semua proses pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan di kelas, Pendekatan Berbasis Masalah yang digunakan peneliti, dan semua kegiatan pembelajaran (diawali dengan kegiatan siswa menemukan masalah sampai mencari solusi untuk memecahkan masalah) ditujukan demi tercapainya peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

(30)

mampu, berarti kesanggupan dan kecakapan melakukan sesuatu. Kemampuan yang diharapkan dalam PTK ini adalah kesanggupan dan kecakapan siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:707) memuat beberapa pengertian lain mengenai kemampuan yang terkait dengan penelitian ini, yaitu kemampuan berbahasa, kemampuan komunikatif, dan kemampuan verbal. Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa. Kemampuan komunikatif adalah kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang secara sosial dapat diterima dan memadai. Kemampuan verbal diartikan sebagai kemampuan potensial di bidang bahasa yang dapat diukur melalui pengetahuan kosakata, melengkapi kalimat, hubungan kata, dan wacana.

(31)

yang akan diamati dan dinilai dalam penelitian ini, baik pada saat membuat naskah drama, maupun saat memerankan tokoh drama.

Kata yang juga penting dipahami artinya dalam PTK ini adalah berbicara. Menurut Tarigan (1985:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar (Mulgrave, 1954:3-4 dalam Tarigan, 1985:15). Arsjad (1988:17) menegaskan bahwa seorang pembicara yang baik harus memberi kesan bahwa dia menguasai masalah yang dibicarakan, memperlihatkan kegairahan dalam menyampaikan masalah atau topik pembicaraan, berbicara dengan jelas dan tepat. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan jelas dan tepat sehingga dapat dipahami oleh orang lain. PTK ini bertujuan agar siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru dapat meningkatkan kemampuan mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaannya dengan kata-kata yang jelas dan tepat sehingga orang lain yang menerima pesan, memahami pesan yang disampaikan.

(32)

Kata drama berasal dari Bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, dan bereaksi (Harymawan, 1988:1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:275), drama berarti komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Pada penelitian ini, kehidupan dan watak yang dipentaskan siswa kelas V-B adalah kisah seputar peristiwa bencana alam. Siswa mencoba menampilkan tingkah laku atau dialog sebagai tokoh korban, relawan, warga, tim medis, aparat desa, dan lain sebagainya sesuai dengan peran masing-masing.

C.Jenis, Metode, dan Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

(33)

memberi peluang bagi siswa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan dalam kegiatan diskusi atau memerankan tokoh drama.

Penelitian tindakan kelas ini secara umum mengacu pada standar kompetensi tersebut di atas, dan secara lebih khusus pada kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Oleh sebab itu, peneliti merencanakan suatu proses pembelajaran berbicara di mana tahap-tahap kegiatan pembelajarannya melibatkan siswa secara aktif untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka, melalui kegiatan tanya jawab, diskusi kelompok, menyusun naskah drama, dan pementasan tokoh drama.

Menurut Tarigan (dalam Mudini, 2009:11) ada empat metode yang dapat digunakan untuk menyampaikan pembicaraaan, yaitu melalui (1) Metode Impromptu ’Serta Merta’ di mana pembicara tanpa persiapan atau secara serta merta mengungkapkan pengetahuan dan pengalamannya, (2) Metode Menghafal, pembicara mempersiapkan naskah secara tertulis kemudian menghafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat tetapi pada saat menyampaikan pembicaraan, pembicara tidak menggunakan naskah, (3) Metode Naskah, yaitu pembicara menyiapkan dan membacakan naskah di depan pendengar, (4) Metode Ekstemporan yaitu pembicara membuat catatan penting sebagai pedoman pembicaraan.

(34)

hipotesis, sampai menentukan solusi yang terbaik. Metode Menghafal digunakan setelah naskah drama selesai dibuat dan siswa berlatih untuk menghafalkan dialog dalam naskah tersebut untuk dipentaskan.

Selain jenis kegiatan berbicara dan metode berbicara yang telah diuraikan di atas, perlu juga diketahui faktor penunjang keefektifan berbicara. Faktor tersebut dibedakan atas faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Adapun faktor kebahasaan yang dapat menunjang keefektifan berbicara adalah (1) Ketepatan pengucapan atau pelafalan bunyi, (2) Penempatan tekanan, nada, jeda, intonasi dan ritme, (3) Pemilihan kata dan ungkapan yang baik, konkrit, dan bervariasi, (4) Ketepatan susunan penuturan atau uraian mengenai sesuatu. Faktor nonkebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara adalah (1) Sikap wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) Pandangan diarahkan kepada lawan bicara, (3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain, (4) Keberanian mengungkapkan dan mempertahankan pendapat, (5) Gerak-gerik dan mimik yang tepat, (6) Kenyaringan suara, (7) Kelancaran berbicara, (8) Penalaran dan relevansi, (9) Penguasaan topik (Mudini, 2009:14).

Faktor kebahasaan dan nonkebahasaan ini perlu diajarkan dan dipahami siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru agar siswa lebih memperhatikan faktor mana yang belum dikuasai dan perlu dilatih. Hasil yang diharapkan adalah kemampuan berbicara siswa dalam memerankan tokoh drama semakin meningkat dan siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70.

(35)

D.Pendekatan Berbasis Masalah

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Ada beberapa rumusan Pembelajaran Berbasis Masalah yang dikemukakan para ahli. Menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson (dalam Amir 2009:21), Pembelajaran Berbasis Masalah adalah kurikulum dan proses pembelajaran yang dirancang dengan mengajukan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan penting, membuat siswa mahir memecahkan masalah, memiliki strategi belajar sendiri, dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan masalah yang nantinya diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Rumusan lain dikemukakan oleh Wena (2009:91), Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain, siswa belajar melalui permasalahan. Penjelasan lebih jauh dikemukakan oleh Dewey (dalam Trianto, 2009:91) bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons. Lingkungan memberi masukan (stimulus) kepada siswa berupa bantuan dan masalah. Sistem syaraf otak siswa merespons dengan cara menafsirkan bantuan secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, dan dicari solusi terbaiknya.

(36)

dipecahkan. Siswa berusaha menyelidiki, menganalisis, dan mencari pemecahan masalah secara mandiri. Pengalaman konkrit memecahkan masalah secara mandiri menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa dan dapat digunakan apabila menghadapi masalah lain. Pembelajaran berbicara dengan pendekatan ini belum diterapkan pada siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru. Menurut pendapat peneliti penerapan Pendekatan Berbasis Masalah pada pembelajaran berbicara mengenai masalah bencana alam di Indonesia dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa terlatih untuk menentukan dan merumuskan masalah, memproses informasi yang sudah dimiliki, dan menyusun pengetahuan untuk mencari solusi. Peningkatan kemampuan berpikir kritis ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pembelajaran berbicara dalam memerankan tokoh drama.

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam memerankan tokoh drama melalui Pendekatan Berbasis Masalah mempunyai beberapa karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran menggunakan metode lain. Menurut Amir (2009:22) beberapa karakteristik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

(37)

b. Pembelajaran berbicara berfokus pada masalah yang menjadi pokok pembahasan, yaitu masalah bencana alam, bukan pada cabang ilmu tertentu (misalnya bahasa saja atau sains saja) sehingga siswa belajar memecahkan masalah secara holistik.

c. Siswa mendapat kesempatan untuk bertanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri, mencari sumber informasi yang bervariasi terkait dengan masalah bencana alam yang dibahas, dan mengolah informasi tersebut untuk menemukan solusi apabila terjadi peristiwa bencana alam.

d. Siswa belajar bekerja sama dalam kelompok secara kolaboratif dan kooperatif untuk merumuskan, mendefinisikan, dan mencari solusi terbaik apabila terjadi bencana alam.

e. Siswa mempresentasikan atau mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari dalam bentuk produk (yaitu naskah drama mengenai peristiwa bencana alam) dan kinerja (mementaskan naskah yang telah dibuat).

3. Langkah Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah, menurut Wena (2009:92) yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan tokoh drama:

a. Siswa berusaha menemukan masalah atau topik yang nyata/riil dan dekat dengan kehidupan siswa.

(38)

c. Siswa mengumpulkan fakta-fakta dan mengorganisasi apa yang diketahui, guru hanya menjadi fasilitator.

d. Siswa membuat hipotesis/dugaan sementara atas masalah tersebut.

e. Siswa belajar memaknai data yang dimiliki melalui penyelidikan yang dilakukan.

f. Siswa menyempurnakan atau merumuskan ulang masalah yang telah didefinisikan.

g. Siswa mencari alternatif penyelesaian atas masalah secara kolaboratif. h. Siswa bersama-sama menguji solusi melalui diskusi.

Langkah-langkah pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Masalah di atas dipadukan dengan tahap pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu tahap praberbicara, berbicara, dan pascaberbicara. Perpaduan ini kemudian digunakan dalam Siklus 1 dan Siklus 2 pada PTK ini untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru dalam memerankan tokoh drama.

4. Kelebihan Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah

(39)

a. Pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah membiasakan siswa untuk memecahkan masalah dengan pikiran yang terbuka/open minded sehingga peluang untuk mengatasi masalah menjadi lebih besar.

b. Pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah melatih siswa untuk menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan, sehingga siswa berlatih melihat berbagai kemungkinan untuk memecahkan suatu permasalahan sebelum memutuskan solusi yang terbaik.

c. Pembelajaran berbicara berfokus pada siswa (student centered), siswa dituntut aktif mengembangkan kecakapan berpikir, interpersonal, dan beradaptasi. d. Siswa berperan aktif mengelola informasi yang dimiliki, merumuskan

hipotesis, mencari solusi dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam situasi lain.

e. Siswa menjadi kritis dalam berpikir karena dihadapkan pada permasalahan yang menuntut penyelesaian.

f. Siswa mendapat bekal, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah yang dibutuhkan di masa depan.

(40)

5. Kekurangan Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah Suatu pendekatan, metode, strategi, atau pun teknik pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kekurangan pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Siswa belum terbiasa belajar Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Berbasis Masalah, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk membiasakan siswa.

b. Pembelajaran Berbasis Masalah menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dan berusaha mencari sendiri solusi suatu masalah. Selama ini siswa lebih banyak pasif dan guru yang aktif. Apabila pendekatan ini digunakan dalam pembelajaran, perlu disiapkan langkah-langkah antisipatif bila siswa bersikap pasif.

E.Media Pembelajaran 1. Pengertian Media

(41)

Masih ada definisi lain mengenai media, namun secara umum ada persamaan batasan, yaitu media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga proses belajar terjadi pada diri siswa/penerima pesan (Sadiman, 2009:7). Berdasarkan definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat mengantar pesan dari pengirim ke penerima dan merangsang penerima pesan untuk belajar.

2. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran

Ada beberapa fungsi media dalam proses pembelajaran antara lain:

a. Media dapat memperjelas penyajian pesan sehingga tidak terjadi verbalisme dalam pembelajaran

b. Media dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan gambar, kejadian di masa lalu bisa ditampilkan lewat rekaman film, dan konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, dan lain-lain) bisa divisualisasikan dalam bentuk film c. Media dapat mengatasi sikap pasif siswa karena menimbulkan semangat

belajar, memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan dan kenyataan

(42)

3. Klasifikasi Media

Sadiman (2009: 28) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi 3 (tiga) kelompok sebagai berikut:

a. Media Grafis

Media grafis mempunyai fungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta agar tidak mudah dilupakan. Contoh media grafis adalah gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta, papan flannel, dan papan buletin.

b. Media Audio

Media audio berkaitan dengan indera pendengaran, misalnya radio, alat perekam pita magnetik (tape recorder), dan laboratorium bahasa.

c. Media Proyeksi Diam

Media proyeksi diam menyajikan rangsangan secara visual, ada yang disertai rekaman audio, ada yang hanya visual saja. Contoh media proyeksi diam adalah film bingkai (slide), film rangkai, transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film, film gelang, TV, video, permainan, dan simulasi.

4. Penggunaan Media Gambar dan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara dalam Memerankan Tokoh Drama

(43)

ruang dan waktu karena tidak semua objek/peristiwa dapat dibawa ke kelas. Selain itu, media gambar juga dapat mengatasi keterbatasan penglihatan kita, relatif murah dan mudah diperoleh. Media gambar yang dipakai dalam PTK ini berupa gambar-gambar bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung berapi, dan tsunami. Gambar bencana alam ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam pengumpulan informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tahap-tahap pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Masalah.

(44)

F.Kerangka Berpikir

Pembelajaran Bahasa Indonesia aspek berbicara, khususnya pada kompetensi dasar Memerankan Tokoh Drama dengan Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Tepat perlu disampaikan melalui pendekatan yang tepat. Penggunaan pendekatan yang tepat berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa. Pendekatan Berbasis Masalah/Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia aspek berbicara.

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia aspek berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah, masalah yang dijadikan topik pembelajaran di kelas adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata/riil. Siswa dihadapkan pada masalah yang membutuhkan penyelidikan untuk dipecahkan. Siswa dilatih untuk menentukan dan merumuskan masalah yang dihadapi, berusaha mengumpulkan dan memproses informasi mengenai masalah tersebut, dan mencari solusi yang terbaik. Pengalaman konkrit siswa pada waktu menyelidiki, menganalisis, dan memecahkan masalah secara mandiri menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa apabila menghadapi masalah lain.

(45)

pendapat mengenai solusi yang terbaik untuk permasalahan tersebut. Hal tersebut menjadi dasar bagi siswa dalam pembuatan dialog/percakapan yang bermakna pada waktu memerankan tokoh drama. Oleh karena itu, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan kemampuan berbicara dalam memerankan tokoh drama melalui pendekatan berbasis masalah.

G.Hipotesis Tindakan

(46)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Seting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru Yogyakarta, yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 23 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai dengan Agustus 2010. 3. Tempat Penelitian

Tempat dilangsungkannya penelitian untuk memperoleh data adalah di SD Kanisius Demangan Baru, Jln. Demangan Baru No. 22 Yogyakarta.

4. Sasaran/Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V-B dalam Memerankan Tokoh Drama.

B.Desain Penelitian

(47)

kurangnya kemampuan siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru dalam pembelajaran berbicara, pada kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

Penelitian Tindakan menurut Kemmis dan Carr (dalam Kasbolah, 2001:9) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dengan tujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan serta situasi di mana pekerjaan ini dilakukan. Seorang ahli lain, Kurt Lewin yang dikenal sebagai bapak riset tindakan, mengatakan bahwa Penelitian Tindakan adalah penelitian yang merupakan suatu lingkaran atau rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps) yang satu dengan lainnya saling berhubungan. Langkah spiral tersebut terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action), observasi, refleksi, dan perencanaan lanjut. Model spiral tersebut, menurut Riding (dalam Suparno, 2007:11) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Rangkaian Langkah-langkah Penelitian Tindakan. (4) Refleksi

(3) Observasi (1) Rencana

(2) Aksi Tindakan

(48)

Penjabaran rinci setiap langkah Penelitian Tindakan adalah sebagai berikut: Langkah pertama adalah merencanakan dengan seksama tindakan yang akan dilakukan, berdasarkan masalah yang akan dipecahkan, dan hipotesis tindakan yang diajukan. Pada PTK ini, peneliti beranggapan bahwa masalah kurangnya kemampuan berbicara siswa kelas V-B SD Kanisius Demangan Baru dapat diatasi melalui Pendekatan Berbasis Masalah. Langkah kedua adalah pelaksanaan tindakan, yang didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empirik sehingga hasil yang dicapai optimal. Peneliti, dalam PTK ini menggunakan teori-teori dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan pembelajaran inovatif Pendekatan Berbasis Masalah. Langkah ketiga adalah observasi/mengamati proses pelaksanaan tindakan dan akibat yang ditimbulkan. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data mengenai proses perubahan yang terjadi setelah penerapan Pendekatan Berbasis Masalah pada pembelajaran berbicara. Langkah keempat adalah refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Peneliti menganalisis semua informasi yang diperoleh pada pelaksanaan pembelajaran berbicara. Hasil refleksi digunakan sebagai dasar kegiatan pertemuan selanjutnya (Kasbolah, 2001:40-42).

C.Rancangan Penelitian 1. Siklus 1 (2 kali pertemuan) a. Tahap Perencanaan Siklus 1

(49)

2) Menyeleksi topik permasalahan yang dianggap menarik oleh siswa kelas V-B untuk dijadikan topik pembelajaran berbicara di kelas.

3) Menyusun Silabus dengan Standar Kompetensi Mengungkapkan Pikiran dan Perasaan secara Lisan dalam Diskusi dan Bermain Drama dan Kompetensi Dasar Memerankan Tokoh Drama dengan Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Tepat.

4) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 1 dengan materi pokok pembelajaran Membuat Naskah Drama tentang Bencana Alam dan RPP Pertemuan 2 dengan materi pokok pembelajaran Mementaskan Drama tentang Bencana Alam.

5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai dengan tahap pembelajaran berbicara dan tahap pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Masalah. 6) Menyiapkan gambar, artikel koran, dan komik mengenai bencana alam banjir,

tanah longsor, gempa bumi, gunung berapi, dan tsunami.

7) Membuat rubrik penilaian dan pedoman penskoran untuk naskah drama dan pementasan drama

8) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang akan diisi oleh guru, sebagai mitra peneliti

b. Tahap Tindakan Siklus 1 1) Pertemuan 1 ( 2 jp x 40 menit)

(50)

pascaberbicara, serta tahap pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Masalah yang terdiri dari 8 (delapan) tahap, yaitu tahap menemukan masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan fakta, menyusun hipotesis, mengumpulkan hasil penyelidikan, menyempurnakan permasalahan, menyimpulkan alternatif pemecahan masalah, dan menentukan solusi terbaik.

Media yang digunakan guru adalah media gambar, artikel, dan komik bencana alam untuk membantu siswa dalam pemecahan masalah. Produk akhir yang diharapkan dari pembelajaran ini adalah siswa mampu menghasilkan produk berupa Naskah Drama.

2) Pertemuan 2 ( 3 jp x 40 menit)

Siswa mementaskan drama yang naskahnya telah dibuat dalam masing-masing kelompok. Pada waktu memerankan tokoh drama, siswa harus memperhatikan lafal, intonasi, ekspresi, volume suara, kostum, dan dekorasi yang tepat.

(51)

Gambar 2. Bagan Proses Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah pada Siklus 1.

Tugas individual sebelum pembelajaran: Siswa diberi tugas untuk mencari bahan/informasi tentang bencana alam.

Tahap Praberbicara Tahap Berbicara Tahap Pascaberbicara

Siswa mendefinisikan masalah, yaitu ”Apa penyebab bencana alam?” Siswa menemukan masalah, yaitu bencana alam yang menimbulkan korban jiwa, harta, dan penderitaan. Siswa mengamati gambar-gambar bencana alam. Guru menjajagi pengetahuan siswa tentang bencana alam dengan menanyakan bencana alam apa yang sering terjadi di Indonesia, bencana alam apa yang sering terjadi di Yogyakarta, kerugian yang dialami, dll.

Guru membagi siswa dalam 5 (lima) kelompok, masing-masing kelompok mendapat 1 (satu) peristiwa bencana alam.

Siswa mengumpulkan fakta tentang bencana alam dari pengetahuan yang dimiliki.

Siswa menyusun hipotesis mengenai penyebab bencana alam.

Siswa melakukan penyelidikan dari data yang dimiliki (gambar, artikel koran, komik bencana)

Siswa menyempurnakan definisi permasalahan mengenai penyebab bencana alam.

Siswa menyimpulkan alternatif pemecahan masalah, mengenai cara menanggulangi bencana alam.

Siswa melakukan pengujian terhadap alternatif solusi untuk menentukan solusi terbaik.

Siswa membuat sebuah naskah drama secara berkelompok tentang 1 (satu) bencana alam.

(52)

c. Tahap Observasi Siklus 1

Pada waktu peneliti melaksanakan tindakan, guru sebagai mitra peneliti melakukan observasi secara seksama pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan mencatat hal-hal penting pada lembar observasi.

d. Tahap Refleksi Siklus 1

Pada tahap ini, guru sebagai mitra peneliti memberi masukan kepada peneliti sesuai dengan hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan Siklus 1. Masukan ini menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan langkah-langkah perbaikan pada pelaksanaan tindakan Siklus 2.

2. Siklus 2 (2 kali pertemuan) a. Tahap Perencanaan Siklus 2

1) Mempelajari hasil refleksi Siklus 1 untuk dijadikan dasar pelaksanaan tindakan di Siklus 2.

2) Menyusun RPP untuk Pertemuan 1 dengan materi pokok pembelajaran Membuat Naskah Drama tentang Bencana Alam dan RPP Pertemuan 2 dengan materi pokok pembelajaran Mementaskan Drama tentang Bencana Alam.

3) Membuat LKS sesuai dengan tahap pembelajaran berbicara dan tahap pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Masalah.

(53)

5) Membuat rubrik penilaian dan pedoman penskoran naskah drama dan pementasan drama

6) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa yang akan diisi oleh guru sebagai mitra peneliti

b. Tahap Tindakan Siklus 2 1) Pertemuan 1 ( 2 x 40 menit )

Pada Siklus 2, digunakan media audio visual dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah. Guru menayangkan video bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Padang, serta bencana tsunami di Aceh dan Thailand. Siswa mengamati video yang ditayangkan dengan seksama untuk mempelajari situasi dan ekspresi orang saat bencana terjadi. Penggunaan media audio visual diharapkan dapat membantu siswa ketika harus menampilkan ekspresi dalam situasi bencana.

2) Pertemuan 2 ( 3 x 40 menit )

Siswa mementaskan drama yang naskahnya telah dibuat secara berkelompok. Siswa menentukan peran masing-masing dan berlatih memerankan tokoh tersebut. Siswa, kemudian memerankan tokoh drama dengan memperhatikan intonasi, lafal, ekspresi, volume suara, kostum, dan dekorasi yang tepat.

(54)

• Guru

Gambar 3. Bagan Proses Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah pada Siklus 2.

Tahap Praberbicara TahapBerbicara Tahap Pascaberbicara

Guru memulai pembelajaran dengan memutarkan film tentang bencana alam, kemudian guru mengajukan

pertanyaan mengenai tema film tersebut pada siswa.

Guru menjajagi pengetahuan siswa tentang bencana alam dengan menanyakan bencana alam apa yang sering terjadi di Indonesia, bencana alam apa yang sering terjadi di Yogyakarta, kerugian yang dialami, dll.

Guru membagi siswa dalam kelompok yang sama dengan pada siklus 1, masing-masing kelompok mendapat 1 (satu) bencana alam.

Siswa menemukan masalah, yaitu bencana alam yang menimbulkan korban jiwa, harta, dan penderitaan setelah menonton film dan mengamati berita TV tentang bencana alam.

Siswa mendefinisikan masalah, yaitu ”Apa penyebab bencana alam?”

Siswa mengumpulkan fakta tentang bencana alam dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. 

Siswa menyusun hipotesis mengenai penyebab terjadinya bencana alam.

Siswa melakukan penyelidikan dari data yang dimiliki (film, berita TV). 

Siswa menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan mengenai penyebab bencana alam.

Siswa menyimpulkan alternatif pemecahan masalah secara kolaboratif, mengenai cara menanggulangi bencana alam.  

Siswa melakukan pengujian terhadap solusi untuk menentukan solusi terbaik. 

Siswa membuat sebuah naskah drama secara berkelompok tentang 1 (satu) bencana alam.

(55)

c. Tahap Observasi Siklus 2

Pada waktu peneliti melaksanakan tindakan, guru sebagai mitra peneliti melakukan observasi secara seksama pada pembelajaran berbicara yang berlangsung dan mencatat hal-hal penting yang masih kurang pada lembar observasi Siklus 2. Hasil pengamatan yang dilaporkan kepada peneliti, antara lain adalah ketepatan pemilihan pendekatan yang digunakan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, kesesuaian antara RPP dengan pelaksanaan pembelajaran, dan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan Pendekatan Berbasis Masalah.

d. Tahap Refleksi Siklus 2

Peneliti dan guru mitra menganalisis kekuatan dan kelemahan pembelajaran berbicara dengan Pendekatan Berbasis Masalah di Siklus 2.

D.Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data siswa dalam PTK ini ada 2 (dua) yaitu penugasan membuat hasil karya/produk berupa naskah drama dan unjuk kerja/performance berupa pementasan drama.

2. Analisis Data

(56)

a. Menggambarkan data yang diperoleh dalam bentuk numerik. b. Meringkas data dalam bentuk gambaran.

c. Menampilkan data dalam bentuk tabel sehingga evaluator dapat lebih mudah memahami fenomena yang muncul dari para siswa (Sukardi, 2008:145).

Pada penelitian ini, digunakan beberapa rumus untuk menganalisis data yang diperoleh. Nilai akhir kemampuan berbicara siswa diperoleh dari penggabungan skor naskah drama dan skor pementasan drama. Skor maksimal yang dapat diperoleh siswa untuk naskah drama adalah 40% dari skor maksimal ideal tes yang bersangkutan, sedangkan skor maksimal pementasan drama adalah 60%. Rumus untuk menentukan nilai akhir siswa tersebut, menurut Purwanto (2009:102) adalah sebagai berikut:

NP = R x 100

SM

dimana :

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan

R = Skor mentah yang diperoleh (skor naskah + skor pementasan drama) SM = Skor maksimal ideal dari tes yang bersangkutan

100 = Bilangan tetap

(57)

Rumus lain yang digunakan untuk menghitung nilai rerata atau mean menurut Masidjo (1995:123) adalah:

M = _∑ X_ N dimana : M = Mean

∑ X= jumlah semua skor

N = jumlah siswa

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti ada 2 (dua) yaitu Petunjuk Pembuatan Naskah Drama (LKS Siklus 1 Pertemuan 1, Lampiran 3, halaman 82 dan LKS Siklus 2 Pertemuan 1, Lampiran 7, halaman 94) dan Petunjuk Pementasan Drama (LKS Siklus 1 Pertemuan 2, Lampiran 5, halaman 90 dan LKS Siklus 2 Pertemuan 2, Lampiran 9, halaman 100). Instrumen penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti, mengacu pada evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia aspek berbicara. Instrumen penelitian ini kemudian dikonsultasikan pada ahli Bahasa Indonesia/expert judgment agar memenuhi syarat validitas isi. Adapun komponen-komponen yang dinilai pada Naskah Drama dan Pementasan Drama dapat dilihat pada tabel berikut.

(58)

Komponen yang Dinilai pada Naskah Drama

Skala Penilaian Bobot Skor 5 4 3 2 1

1. Pilihan Kata 2

2. Struktur Kalimat 2

3. Hubungan Topik dan Isi 2

4. Kualitas Isi 2

Total

Tabel 1. Rubrik Penilaian Naskah Drama.

Keterangan arti skala 1-5: 5 = sangat baik

4 = baik 3 = cukup 2 = kurang 1 = sangat kurang

Komponen yang Dinilai pada Pementasan Drama

Skala Penilaian Bobot Skor 5 4 3 2 1

1. Lafal 2

2. Intonasi 2

3. Ekspresi 2

4. Volume Suara 2

5. Penggunaan Bahasa 2

6. Kostum 1

7. Dekorasi 1

Total

(59)

Keterangan arti skala 1-5: 5 = sangat baik

4 = baik 3 = cukup 2 = kurang 1 = sangat kurang

Pada Siklus 1 dan Siklus 2, peneliti menetapkan target peningkatan jumlah siswa yang melampaui KKM 70. Target tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

KKM Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

70 44,4% 65% 85%

Tabel 3. Target Pencapaian Siklus 1 dan Siklus 2 setelah Pelaksanaan Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah.

E.Jadwal Penelitian

No Deskripsi Kegiatan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt 1. Observasi, wawancara, dan

pembuatan proposal penelitian √ √ 2. Uji coba pembelajaran

berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah

√ √

3. Penyusunan laporan hasil pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah.

√ √ √

(60)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data PTK dengan judul Peningkatan Kemampuan Berbicara dalam Memerankan Tokoh Drama Siswa Kelas V-B SD Kanisius Demangan

Baru Semester II Tahun Ajaran 2009/2010 melalui Pendekatan Berbasis

Masalah dilaksanakan peneliti pada tanggal 17 April sampai 8 Mei 2010. PTK ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 (dua) pertemuan. Setiap pertemuan, seperti pelaksanaan PTK pada umumnya, dibagi menjadi 4 (empat) tahap yaitu Tahap Perencanaan Tindakan, Tahap Pelaksanaan Tindakan, Tahap Observasi, dan Tahap Refleksi (Wiriaatmadja, 2008:212). Penjelasan setiap tahap secara rinci akan diuraikan di bawah ini.

1. Siklus 1 a. Pertemuan 1

1) Tahap Perencanaan Tindakan

(61)

drama, peneliti peroleh dari guru Bahasa Indonesia, mitra peneliti dalam kegiatan PTK.

Peneliti kemudian mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan tema Bencana Alam. Sumber informasi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran berupa berita, gambar, dan komik bencana alam, peneliti peroleh dari koran dan internet. Selain itu peneliti juga menyiapkan Rubrik Penilaian untuk Naskah Drama dan Pementasan Drama.

Peneliti membagi siswa kelas V-B yang berjumlah 36 orang ke dalam 5 (lima) kelompok. Pembagian kelompok dilakukan dengan cara undian. Cara ini dipilih agar siswa belajar bekerja sama dengan siapa saja dan tidak hanya memilih teman yang dianggap cocok. Nama kelompok disesuaikan dengan nama lima bencana alam yang menjadi topik pembahasan dalam kegiatan PTK, yaitu Kelompok Banjir, Kelompok Tanah Longsor, Kelompok Gunung Berapi, Kelompok Gempa Bumi, dan Kelompok Tsunami. Tempat duduk siswa diatur berkelompok 7-8 orang agar siswa dapat berdiskusi dengan mudah.

Peneliti memberi tugas individu kepada setiap siswa sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Siswa diminta mencari informasi mengenai peristiwa bencana alam sesuai dengan nama kelompok. Misalnya, siswa yang menjadi anggota Kelompok Banjir mencari artikel, gambar, buku, dan sumber informasi tentang bencana banjir. Demikian juga anggota kelompok yang lain. Tugas individu tersebut dibawa pada saat pelaksanaan Siklus 1 Pertemuan 1.

(62)

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Pertemuan 1 pada tanggal 17 April 2010 berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dibagi menjadi 3 (tiga) tahap sebagai berikut:

a) Tahap Praberbicara

(1)Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, yaitu siswa diharapkan dapat memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

(2)Peneliti menayangkan gambar peristiwa bencana alam, meminta siswa mengamati dan mengelompokkan gambar yang sama pada tabel yang telah disediakan di LKS.

(3)Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menjajagi sejauh mana pengetahuan siswa mengenai peristiwa bencana alam yang pernah terjadi di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.

b) Tahap Berbicara

(1)Peneliti membagikan LKS kepada setiap kelompok.

(2)Peneliti membagikan berita, gambar, dan komik bencana alam kepada setiap kelompok.

(3)Siswa mempelajari informasi sesuai dengan topik bencana alam kelompoknya. (4)Siswa mendiskusikan pertanyaan pada LKS dan mengisi tabel mengenai

(63)

(5)Siswa mendiskusikan pertanyaan pada tabelPembelajaran melalui Pendekatan Berbasis Masalah dan menjawab pertanyaan mengenai masalah, rumusan masalah, fakta, hipotesis, hasil penyelidikan, penyempurnaan permasalahan, alternatif pemecahan masalah, dan solusi terbaik.

c) Tahap Pascaberbicara

(1)Peneliti memberi tugas untuk membuat satu Naskah Drama sesuai dengan topik bencana alam yang dibahas dalam kelompok. Siswa harus memperhatikan komponen berikut ini: ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, hubungan antara topik dan isi, serta kualitas isi naskah.

(2)Pembuatan naskah drama dikerjakan secara berkelompok sebagai pekerjaan rumah.

3) Tahap Observasi

Hasil observasi yang dilakukan peneliti dan mitra peneliti selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Pembelajaran berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah merupakan hal yang baru bagi siswa. Guru belum pernah menggunakan pendekatan ini sehingga siswa merasa asing dengan istilah-istilah dalam tahap Pembelajaran Berbasis Masalah.

(64)

c) Siswa belajar bertukar pikiran dengan teman sekelompok ketika dihadapkan pada permasalahan yang diberikan peneliti.

d) Siswa belajar mendengarkan pendapat teman dan mencari jawaban yang dapat diterima oleh semua anggota kelompok.

e) Siswa membagi peran dalam kelompok, ada yang menjadi ketua, notulen, penyumbang ide, dan lain-lain.

b. Pertemuan 2

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Pada Pertemuan 2, peneliti membuat rencana untuk mengadakan Pementasan Drama menggunakan naskah yang dibuat sendiri oleh siswa. Pementasan dilakukan secara berkelompok, sesuai dengan kelompok yang telah terbentuk, yaitu Kelompok Banjir, Kelompok Tanah Longsor, Kelompok Gunung Berapi, Kelompok Gempa Bumi, dan Kelompok Tsunami.

Peneliti memberikan waktu 1 (satu) minggu kepada siswa untuk berlatih bersama dalam kelompok sebelum pementasan. Siswa juga mempersiapkan peralatan (properti dan dekorasi) yang dibutuhkan untuk pementasan.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

(65)

a) Peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan memberi pengantar pada siswa mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan.

b) Peneliti memberi penguatan pada siswa agar siswa yakin dan tidak grogi dalam memerankan tokoh drama.

c) Peneliti memberikan Rubrik Penilaian Pementasan Drama kepada guru mitra d) Peneliti membagikan Lembar Penilaian Pementasan Drama dari Teman kepada

para ketua kelompok untuk menilai teman dari kelompok lain.

e) Peneliti memanggil siswa dari Kelompok Banjir untuk mengawali pementasan drama. Pementasan dilanjutkan oleh siswa dari Kelompok Tsunami.

f) Setelah dua kelompok mementaskan drama, peneliti memberi komentar mengenai pementasan drama dua kelompok tersebut. Peneliti mengingatkan tiga kelompok yang belum pentas agar memperhatikan aspek-aspek yang dinilai, khususnya volume suara karena beberapa siswa suaranya kurang keras. g) Peneliti kemudian memanggil siswa dari Kelompok Tanah Longsor,

dilanjutkan oleh Kelompok Gunung Berapi, dan ditutup oleh Kelompok Gempa Bumi.

h) Setelah kelima kelompok selesai mementaskan drama, peneliti memberikan apresiasi kepada siswa atas usaha yang telah dilakukan sehingga pementasan drama berjalan dengan baik.

i) Peneliti mengingatkan siswa untuk lebih memperhatikan aspek-aspek yang dinilai pada pementasan drama di Siklus 2.

(66)

3) Tahap Observasi

Hasil observasi peneliti dan guru mitra selama proses pembelajaran pada Siklus 2 Pertemuan 2 adalah sebagai berikut:

a) Peneliti telah memotivasi siswa di awal kegiatan pembelajaran sehingga siswa mendapat penguatan dan keyakinan untuk mementaskan drama.

b) Isi dialog drama sudah sesuai dengan permasalahan yang dibahas setiap kelompok.

c) Siswa berusaha memerankan setiap karakter tokoh dengan baik.

d) Beberapa siswa volume suaranya kurang keras sehingga tidak dapat didengar oleh penonton yang duduk di belakang.

e) Beberapa siswa kurang menjiwai perannya sehingga ekspresinya kurang sesuai.

2. Siklus 2 a. Pertemuan 1

1) Tahap Perencanaan Tindakan

(67)

Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS). Peneliti juga menyiapkan Rubrik Penilaian Naskah Drama dan Rubrik Penilaian Pementasan Drama.

Pembagian kelompok sama seperti pada Siklus 1 agar siswa mengalami kemudahan dalam bekerja sama karena tidak perlu menyesuaikan diri lagi dengan kelompok baru. Siswa sebanyak 36 orang dibagi menjadi 5 kelompok, terdiri dari 7-8 orang.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Pertemuan 1 berlangsung pada hari Sabtu, tanggal 1 Mei 2010. Proses pembelajaran berbicara mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada Siklus 2 Pertemuan 1 dibagi menjadi 3 (tiga) tahap sebagai berikut:

a) Tahap Praberbicara

(1)Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa diharapkan dapat menghasilkan sebuah naskah drama dan memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

(68)

b) Tahap Berbicara

(1)Siswa duduk secara berkelompok dan peneliti membagikan LKS kepada setiap kelompok.

(2)Siswa mendiskusikan video gempa bumi dan tsunami yang telah mereka tonton.

(3)Siswa mempelajari sumber informasi lain yang sesuai dengan topik bencana alam kelompoknya.

(4)Siswa mendiskusikan pertanyaan mengenai masalah, rumusan masalah, fakta, hipotesis, hasil penyelidikan, penyempurnaan permasalahan, alternatif pemecahan masalah, dan solusi terbaik pada tabel Pembelajaran Berbicara melalui Pendekatan Berbasis Masalah.

c) Tahap Pascaberbicara

(1)Setiap kelompok mendapat tugas membuat Naskah Drama sesuai dengan topik bencana alam yang dibahas dalam kelompok. Siswa dapat menggunakan ide-ide yang diperoleh dari vide-ideo yang ditonton untuk membuat Naskah Drama. (2)Siswa harus memperhatikan beberapa komponen dalam pembuatan Naskah

Drama yaitu ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, hubungan antara topik dan isi, serta kualitas isi naskah.

3) Tahap Observasi

(69)

a) Siswa mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran berbicara menggunakan istilah-istilah dalam Pendekatan Berbasis Masalah.

b) Siswa menunjukkan antusiasme dalam kegiatan pembelajaran.

c) Siswa belajar berdiskusi dengan teman sekelompok ketika dihadapkan pada permasalahan.

d) Siswa belajar mendengarkan pendapat teman dan mencari pemecahan atas permasalahan yang dapat diterima oleh semua anggota kelompok.

e) Siswa berbagi peran dalam kerja kelompok sehingga semua anggota kelompok terlibat.

b. Pertemuan 2

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Pada Siklus 2 Pertemuan 2, peneliti merencanakan untuk mengadakan pementasan drama menggunakan naskah yang telah dibuat sendiri oleh siswa. Pementasan drama dilakukan secara berkelompok, yang terdiri dari Kelompok Banjir, Kelompok Gunung Berapi, Kelompok Tanah Longsor, Kelompok Gempa Bumi, dan Kelompok Tsunami.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

(70)

(tujuh) aspek penilaian, yaitu lafal, intonasi, ekspresi, volume suara, penggunaan bahasa, kostum, dan dekorasi.

Siswa mementaskan drama secara berkelompok. Sebelum pementasan, siswa berlatih memeragakan karakter tokoh beberapa kali bersama kelompok, baik di rumah maupun di sekolah. Adapun pelaksanaan pementasan drama secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

a) Peneliti memulai pembelajaran dengan memberi pengantar pada siswa mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan.

b) Peneliti memberi peneguhan pada siswa bahwa mereka telah mempersiapkan diri dengan baik sehingga tidak perlu grogi dalam pementasan drama.

c) Peneliti memberikan Lembar Penilaian dari Teman kepada para ketua kelompok untuk menilai teman-teman dari kelompok lain.

d) Peneliti memberikan Rubrik Penilaian Pementasan Drama Siswa kepada guru mitra.

e) Peneliti mengingatkan siswa sebelum pentas agar memperhatikan sungguh-sungguh aspek-aspek yang dinilai.

f) Peneliti memanggil kelompok satu per satu untuk mementaskan drama.

g) Peneliti memberikan apresiasi kepada siswa atas usaha yang telah mereka lakukan sehingga pementasan berjalan lancar.

3) Tahap Observasi

Gambar

Tabel 5. Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa pada Kondisi Awal, Siklus 1, dan
Gambar 20. Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Komponen Penilaian
Gambar 1. Bagan Rangkaian Langkah-langkah Penelitian Tindakan.
gambar-gambar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Jumat tanggal Sembilan bulan Januari tahun Dua Ribu Lima Belas , dimulai pukul 09.30 WITA sampai selesai di Ruang Rapat Pengadilan Tinggi Agama

Tidak berbeda dengan Indonesia, pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan di Kamboja juga mengalami peningkatan tiap tahunnya, Peningkatan

[r]

S dengan keterbatasan pemenuhan mobilisasi adalah masalah belum teratasi dibuktikan dengan pergerakan tangan dan kaki kiri masih sulit untuk digerakan, kekuatan otot pada

Darmasiswa adalah santunan pendidikan yang diberikan kepada putraputri karyawan maupun pensiunan Bank Indonesia, mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama sampai tingkat

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis

1, Acara dibuka oleh Kepala B/dang Penanaman Modal OPMPTSP Provinsi Jawa Tengah dengan peserta perwakilan Oinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Bali dan juga dihadiri

Kinetika reaksi yang terjadi di mana untuk mengetahui model matematika terurainya Cd melalui laju reaksi, orde reaksi, konstanta laju reaksi (k) dan mencari hubungan antara