• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai bentuk studi kasus (case study). Menurut Bogdan dan Taylor maksud dari penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan Perilaku yang dapat diamati.105

Dalam pendekatan kualitatif, peneliti bertindak sebagai key instrument atau alat penelitian yang utama, yang berarti peneliti harus dapat menangkap makna, berinteraksi terhadap nilai-nilailokal yang mana hal ini tidak mungkin dapat dilakukan dengan esioner atau yang lainnya. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan.106

Menurut Bogdan dan Biklen, adalima ciri khusus dari penelitian kuafitatif, yaitu: 1) peneiitian kualitatif mempunyai latar alami (the natural setting) sebagai sumber data dan peneliti dipandang sebagai instrumen kunci, 2) penelitian kualitatif bersifat deskriptif, 3) penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil atau produk semata, 4) penelitian kualitatif cenderung mengarahkan datanya secara induktif, dan 5} makna merupakan soal esensial untuk rancangan kualitatif.107 Selanjutnya, terdapat enam jenis penelitian kualitatif, yaitu (1) etnografi, (2) studi kasus, (3) grounded teori, (4) interaktif, (5) ekologi dan (6) future.

Dari keenam rancangan penelitian tersebut di atas, yang dipergunakan peneliti dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal, yaitu suatu strategi penelitian yang mengkaji secara rinci satu latar atau satu orang subyek atau

105

Robert Bogdan dan J. Steven Taylor dalam Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja Rosda Karya, 2001, hlm. 3

106

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 103

107

Robert C. Bogdan dan Biklen, Qualitative Researc for Education: An Intriduction to

satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.108 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi kasus dengan latar penelitian di Pondok PesantrenLirboyo Kediri.

Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam pengkajian ini menerapkan strategi sebagai berikut:

Pertama, langkah awal kajian memusatkan perhatian pada kegiatan observasi terhadap peran kyai dalam pengembangan pendidikan agama Islam di Lirboyo. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat seluruh komponen yang ada di dalam Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

Kedua,dilakukan pemahaman lebih lanjut dari hasil observasi.Hal ini untuk menemukan dunia pemaknaan dari fenomena di atas.Dalam hal ini dilakukan wawancara kyai Lirboyo guna membahas lebih mendalam tentang peran kyai dalam pengembangan pendidikan agama Islam dan pada para informan yang bergulir dari informan satu keinforman yang lain mengikuti prinsip bola salju (snowball sampling) dan berakhir hingga informasi tentang fenomena sistem pendidikan dan peran serta kontribusi pada masyarakat sekitar. Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah dengan tehnik purposive sampling, dimana penunjukan atas beberapa orang sebagai informan di samping untuk kepentingan kelengkapan akurasi informasi juga dimaksudkan untuk mengadakan cross check terhadap hasil dari informasi yang diberikan.

Ketiga, berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan teknik konseptualisasi dan kategorisasi, untuk mendeskripsikan fenomena yang ada. Proses ini, sesuai karakteristik pendekatan kualitatif, akan berlangsung bolak-balik, berbentuk siklus, tidak linier.

Keempat, dilakukan trianggulasi dengan melakukan wawancara secara seimbang baik dengan informan yang terkait langsung dengan fenomena yang terjadi. Dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan pihak pengasuh, para pengurus dan alumni untuk memperoleh data yang utuh.

Kelima, dilakukan member ceck terhadap hasil akhir kajian lapangan untuk memenuhi standar kesahehan. Hal ini dilakukan dengan mereview segenap

108

informan yang terlibat dalam proses pengumpulan data sehingga kemungkinan kesalahan pemahaman bisa di hindari.

B. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif, maka dalam hal ini kehadiran peneliti sangatlah mempengaruhi proses pengambilan data. Dalam hal ini peneliti merupakan instrument utama dan kunci dalam pengumpulan data nantinya, di mana peneliti bertindak sendiri sebagai penggali data baik dengan pengamatan langsung ke lapangan penelitian dalam hal ini di di pesantren Lirboyo Kediri ataupun sebagai pewawancara, sehingga kehadiran peneliti sangat intens dan juga sangat berpengaruh besar dalam penggalian data.

Adapun dalam prakteknya yang di lakukan peneliti selama dilokasi adalah; 1. Melakukan konsultasi dengan pengasuh pondok pesantren Lirboyo Kediri,

untuk menyampaikan maksud dan tujuan penelitian.

2. Melakukan pertemuan dengan kyai atau pengasuh pondok pesantren Lirboyo untuk menentukan langkah-langkah pelaksanaan penelitian

3. Melakukan kegiatan pengambilan data dilapangan secara langsung di pesantren Lirboyo.

4. Melakukan wawancara langsung dengan pengasuh pondok pesantren Lirboyo.

Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan sebaik mungkin, bersikap selektif, hati-hati dan bersungguh-sungguh dalam menjaring data sesuai dengan kenyataan di lapangan, sehingga data yang terkumpul benar-benar relevan dan terjamin keabsahannya. Selanjutanya Lexy J Moleong berpendapat bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.

Maka, dalam penelitian ini, peneliti berusaha sedapat mungkin menghindari pengaruh subyektif dan menjaga lingkungan secara alamiah agar proses sosial yang terjadi berjalan sebagaimana biasanya. Sehingga, dari hal tersebut, peneliti kualitatif dapat menahan dan menjaga dirinya untuk

tidakterlalu jauh terintervensi terhadap lingkungan yang menjadi obyek penelitiannya.109

C. Lokasi Penelitian

Dalam lokasi penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di pondok pesantren Lirboyo Kediri. Adapun lokasi penelitian berada di kota Kediri provinsi jawa timur, tepatnya JL. KH. Abdul Karim No 01.

Pondok pesantren Lirboyo tergolong Pesantren yang sangat unik. Letak keunikannya adalah pengadopsian nama Desa Lirboyo sebagai wadah untuk menampung atau menyatukan berbagai lembaga pesantren yang ada di bawah “Bendera” Pondok Pesantren Lirboyo yang sebenarnya nama aslinya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in. Adapun lembaga pesantren yang berada di bawah naungan bendera pesantren Lirboyo terdiri dari beberapa unit pondok, di antaranya adalah:

1. Pondok pesantren putri Hidayatul Mubtadi’in, pengasuhnya adalah KH. Anwar Mansur

2. Pondok pesantren Haji Mahrus (pondok HM), pengasuhnya KH. Abdurrahman Kafabihi Mahrus

3. Pondok pesantren Haji Mahrus al-Qur’an (pondok MHQ), pengasuhnya KH. Abdurrahman Kafabihi Mahrus

4. Pondok pesantren Haji Mahrus (pondok HM) pengasuhnya KH. Atha’illah S Anwar.

5. Pondok pesantren Haji Mahrus Putra (pondok HM Putra) pengasuhnya KH. Imam Yahya Mahrus.

6. Pondok Pesantren Haji Mahrus Putri (Pondok HM Putri), pengasuhnya KH. Imam Yahya Mahrus

7. Pondok pesantren Haji Ya’qub (pondok HY), pengasuhnya KH. Rofi’I Ya’qub.

8. Pondok pesantren tahfid al-Qur’an (pondok PTQ) putri, pengasuhnya KH. Ahmad Idris Marzuqi.

9. Pondok pesantren al- Risalah, Pangasuhnya KH. M. Ma’ruf Zainuddin

109

10. Pondok pesantren Darussalam (pondok DS), pengasuhnya KH. Mahin Thoha

11. Pondok pesantren Madrasah Murattil al-Qur’an (pondok MMQ), pengasuhnya KH. Maftuh Bastu Birri

Pondok pesantren tersebut menempati tanah seluas 40 hektar. Di samping itu Pondok Pesantren Lirboyo juga membuka beberapa cabang di luar Desa Lirboyo, yaitu:

1. Pondok pesantren Pagung Semen Kediri, pengasuhnya KH. Salim Thabrani.

2. Pondok pesantren Kanigoro Keras Kediri, Pengasuhnya KH. M. Ma’sum Jauhari.

3. Pondok pesantren Sedayu Turen Malang, Pengasuhnya KH. Ramadhan Khatib.

Seluruh pondok pesantren tersebut berada di bawah naungan Badan Pembina Kesejahteraan pondok pesantren Lirboyo (BPK-P2L). Badan inilah yang menentukan langkah-langkah kebijakan dalam kaitannya dengan pelestarian, pembinaan, dan kesejahteraan pesantren. Badan ini juga mendirikan sebuah lembaga pendidikan berbentuk klasikal yang bernama “Madrasah Hidayatul Mubtadi’in”, yang kemudian disingkat “MHM”110

Secara administratif, lembaga-lembaga ini merupakan induk atau pusat seluruh aktivitas pesantren, diantaranya menentukan tenaga pengajar pada masing-masing madrasah, mengatur jadwal pelajaran, mengkoordinir iuran bulanan santri, tempat mendaftar santri baru, dan lain-lain.

Pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in terletak di Desa Lirboyo kecamatan Mojoroto Kota Kediri. Desa Lirboyo berada di sebelah barat sungai Brantas, sekitar 500 Meter dari jantung Kota Kediri. Di sekitar desa Lirboyo ini terdapat cukup banyak gedung sekolah dan kantor

110

Madrasah hidayatul mubtadi’in didirikan pada tahun 1912 atas inisiatif salah seorang santri dari kaliwungu, Kendal, jawa tengah yang bernama jamhari. Jamhari ini lah yang mengusulkan kepada KH.Abdul Karim untuk mendirikan sekolah atau Madrasah.Usul tersebut dikabulkan oleh Kyai yang pada akhirny aseluruh santri diwajibkan untuk mengikutinya. Tradisi ini pun terus dilestarikan hingga saat ini.Ibid.,65.

pemerintahan.111Letak geografis yang semacam ini memungkinkan terciptanya kondisi yang sangat kondusif untuk mengembangkan pengetahuan bagi para pencari ilmu, sehingga tidaklah mengherankan jikalau desa Lirboyo banyak dikunjungi oleh para pendatang yang haus akan ilmu pengetahuan.

Sehingga semakin tahu dalam perkembangannya, pesantren ini tampak sangat mengejutkan, sebagaimana dilihat dalam Table.112

Dari grafik tersebut tampak dengan jelas bahwa frekuensi perkembangan pondok pesantren Lirboyo mengalami peningkatan yang sangat signifikan.Hal ini membuktikan bahwa pondok pesantren Lirboyo masih tetap eksis dan membuktikan diri sebagai pondok pesantren yang patut mendapatkan perhatian khusus dan perlu diperhitungkan, mengingat banyaknya pondok pesantren yang mengalami penurunan dalam penerimaan jumlah santri pada tahun-tahun terakhir ini.

Dokumen terkait