• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

3. Pendekatan Diskursif

Istilah pendekatan dapat diartikan sebagai suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus, dikelola18. Pendekatan sangat menentukan dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan mempunyai pengaruh besar terhadap hasil yang diharapkan. Oleh karena itulah sebelum melaksanakan pengajaran, guru perlu memikirkan terlebih dahulu atau menentukan pendekatan yang tepat yang akan diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik peran guru adalah menstimulus dan memelihara lingkungan belajar. Hal tersebut dapat dilakukan melalui terciptanya lingkungan kelas yang menyenangkan, positif dan memiliki kenyamanan dalam bertanya, tertantang, membutuhkan alasan dan pertimbangan dalam menyelesaikan suatu pemecahan masalah.

Menurut sfard dalam learning discourse menyatakan bahwa dalam

menangani masalah, kita akan harus berurusan dengan

pertanyaan tentang bagaimana komunikasi kelas berubah menjadi satu bahasa matematika. Jelas, lawan bicara dalam wacana matematika harus berbagi beberapa nilai atau meta-aturan 19. Oleh karena itu, interaksi didalam kelas sangat berpengaruh dalam proses pemecahan masalah matematis siswa.

Langkah awal untuk mewujudkan lingkungan belajar yang membuat pembelajaran matematika lebih menyenangkan adalah membangun sikap positif, saling berdiskusi, sikap tidak takut salah, rasa bebas untuk mengekspresikan ide-ide dan kemampuan berkontribusi terhadap pembelajaran. Karena kegiatan

18

Ruseffendi, op.cit, h.240.

19

Bert van oers,”learning discourse”,(netherland: kluwer academic publisher, 2001),h.66.

tersebut melibatkan keahlian mendengarkan, dan ketertarikan terhadap pemikiran orang lain. Siswa mendapatkan manfaat dua arah selama pembelajaran matematika. Hal tersebut senada dengan pendapat NCTM mengenai para siswa yang memiliki kesempatan, semangat, dan dukungan untuk berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan di dalam kelas matematika memperoleh keuntungan ganda: mereka berkomunikasi untuk belajar matematika dan mereka belajar untuk berkomunikasi matematika20.

Menurut Sierpinska, salah satu pendekatan pembelajaran yang memandang bahasa, komunikasi, discourse, dan berpikir bukan merupakan suatu objek refleksi teoritis yang terpisah adalah pendekatan diskursif21. Menurut Chilver dalam Sierpinska, dua puluh lima tahun yang lalu pendekatan diskursif dalam pendidikan memiliki arti sebagai penggunaan penulisan essay, diskusi, dan forum debat sebagai bentuk komunikasi pada seluruh bidang di sekolah22. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dengan cara berdiskusi dan berinteraksi satu sama lain, sehingga mampu menemukan langkah-langkah dalam pemecahan permasalahan.

Menurut Coulange dalam Sierpinska, kelas matematika pada pendekatan diskursif dipandang sebagai suatu komunitas yang dinamakan komunitas pembelajaran matematika23. Komunitas pembelajaran tersebut meliputi aktivitas matematika, refleksi aktivitas matematika, dan debat mengenai aktivitas matematika. Menurut Sierpinska, bahasa, komunikasi, pembelajaran, dan berpikir pada pendekatan diskursif merupakan suatu objek reflektif teoritis yang tidak terpisah. Bahasa sebagai alat komunikasi, pembelajaran merupakan contoh khusus dari komunikasi, dan berpikir merupakan jenis komunikasi dengan diri sendiri24.

Sierpinska menyatakan bahwa Pendekatan diskursif tidak berfokus pada transmisi informasi dari seseorang kepada yang lainnya25. Selama pembelajaran

20

Principles and Standards for School Mathematics (NCTM: USA, 2000). 21Anna Sierpinska,”Language And Communication In Mathematics Education: Discoursing Mathematics Away”,(Talk At Lule Tekniska Univesitet,2002),h.4.

22

Ibid, h.9. 23

Anna Sierpinska,op.cit., h.4.

24

Ibid, h.4.

25

siswa menyelesaikan persoalan-persoalan, menyetujui pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, dan strategi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Ketiga aktivitas tersebut dilakukan melalui interaksi sosial, percakapan, diskusi, dan bentuk percakapan lainnya yang terjadi dalam komunitas pembelajaran matematika. Dalam berinteraksi ini setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diterima tersebut akan dijadikan refleksi bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Berdasarkan interaksi yang terjadi melalui diskusi pada pembelajaran matematika dengan pendekatan diskursif akan memungkinkan konsep diri siswa yang asalnya kurang menjadi berkembang dan meningkat ke arah yang lebih positif.

Pada pendekatan diskursif, aktivitas berkomunikasi, kegiatan belajar dan mengajar dan berpikir dalam memecahkan masalah dipandang bukan merupakan aktivitas individu tetapi merupakan partisipasi kelompok kelas matematika. Karena dalam pemecahan suatu masalah matematis diperlukan pemikiran dalam penyusunan langkah pemecahan suatu masalah, sehingga proses tersebut sejalan dengan prinsip Vygotsky mengenai arah pengem bangan berpikir yang benar bukanlah dari individu ke sosial tetapi dari sosial ke individu. Dengan demikian perubahan dan hasil yang diperoleh tidak hanya berupa pemahaman terhadap konsep-konsep matematika, memecahkan masalah matematis dan juga kemampuan menggeneralisasikan berbagai bentuk pengetahuan setelah memperoleh pengalaman dan lingkungan belajar matematika tetapi juga dapat meningkatkan sikap positif dari konsep diri masing-masing individu.

Sierpinska mengatakan Pendekatan diskursif memandang bahwa

komunikasi yang dilakukan tidak harus selalu bersifat verbal namun boleh dilaksanakan pada bentuk non verbal seperti penggunaan simbol-simbol26. Pemecahan masalah merupakan obyek reflektif teoritis yang tidak terpisahkan dari komunikasi baik itu verbal maupun tertulis yang didasarkan pada pengunaan simbol-simbol.

Menurut Sumarmo, pembelajaran diskursif matematika memuat kegiatan komunikasi matematis seperti menulis esay matematik, diskusi, dan debat

26

matematik di kelas. Oleh karena itu tugas guru dalam debat matematik adalah menciptakan situasi kelas yang mendukung berlangsungnya diskursus matematik. Beberapa kegiatan di antaranya: mengajukan masalah dan pertanyaan, tugas yang open-endeed, tugas non rutin, dan tugas yang mengundang siswa berkomunikasi aktif dan berpikir kritik27.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa, pembelajaran matematika dengan pendekatan diskursif adalah pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan debat dengan memberikan alasan-alasan logis dan menggunakan masalah sebagai bahan diskusi.

Agar pendekatan Diskursif dapat diterapkan maka proses pembelajaran harus memunculkan karekteristik Diskursif itu sendiri. Berlatar belakang dari karekteristik diatas, dapat disusun sintak yang menunjukkan penerapan Diskursif. Menurut Elsa Komala dalam disertasinya, langkah-langkah penerapan pendekatan Diskursif adalah sebagai berikut28 :

1. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari 2. Siswa dilibatkan untuk belajar berkelompok

3. Siswa diberikan permasalahan yang dapat mendorong siswa untuk

merepresentasikan pemahamannya berdasarkan pengalaman, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sehingga siswa bisa menyusun rumusan permasalahan.

4. Setiap siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya tentang masalah yang diajukan sehingga terjadi tanya jawab antar siswa, dari hasil diskusi ini siswa bisa memahami masalah misalnya apa yang diketahui, apa syaratnya, apa yang diketahui dari masalah (apa yang ditanyakan bisa kongkrit, gambar, grafik atau verbal), apa yang ditanyakan dari masalah, kemudian penyelesaian yang akan digunakan, argumentasi pengaitan data. Sehingga setiap siswa bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.

27Utari Sumarmo,”berpikir matematika tingkat tinggi: eksperimen dengan siswa dan mahasiswa melalui beragam pendekatan dan strategi”,(FPMIPA UPI: 2010), h.4.

28

Elsa Komala, “Pembelajaran Pendekatan Diskursif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa sekolah menengah pertama”, Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia, (Bandung: Perpustakaan UPI, 2012), h.29, t.d.

5. Diskusi kelas dilakukan setelah siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing, salah satu siswa mempresentasikan hasil temuannya kelompok lain menanggapi, mengomentari melengkapi, sehingga terbentuk solusi terbaik berdasarkan informasi yang diberikan oleh siswa serta melakukan refleksi terhadap efektivitas seluruh kegiatan. Pada kegiatan ini tercipta masyarakat belajar.

6. Langkah terakhir dari kegiatan pembelajaran adalah membuat rangkuman materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator mengarahkan, membimbing serta mengklarifikasi masalah siswa melalui langkah-langkah penyelesaian masalah yang benar dan tepat untuk membentuk pemahaman suatu konsep matematika.

Adapun langkah-langkah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan diskursif yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan:

1. Guru mengkondisikan kelas agar dapat berlangsung suasana pembelajaran matematika yang kondusif seperti menyiapkan sarana dan prasarana. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator yakni menyediakan segala fasilitas yang diperlukan siswa, antara lain menyediakan Bahan Ajar Siswa.

2. Melakukan apersepsi dan motivasi dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran dan kegunaannya dalam mempelajari materi yang diajarkan. 3. Membuat komunitas belajar matematika siswa kedalam

kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang siswa. b. Aktifitas matematik:

1. Menyampaikan masalah, guru memberikan bahan ajar siswa kepada masing-masing kelompok.

2. Diskusi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pemahamannya kepada kelompoknya untuk masing-masing berdebat mengenai bahan ajar dan siswa yang lain menanggapinya. dari hasil debat ini siswa bisa memahami masalah misalnya apa yang diketahui, apa

syaratnya, apa yang diketahui dari masalah (apa yang ditanyakan bisa kongkrit, gambar, grafik atau verbal), apa yang ditanyakan dari masalah, kemudian penyelesaian yang akan digunakan seperti langkah-langkah penyelesaian sehingga setiap siswa bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.

3. Debat antar kelompok dilakukan setelah siswa berdiskusi dengan

kelompok masing-masing melalui debat. Salah satu siswa

mempresentasikan hasil temuannya kelompok lain menyanggah, menanggapi, mengomentari dan melengkapi, sehingga terbentuk solusi terbaik berdasarkan informasi yang diberikan oleh siswa serta melakukan refleksi terhadap efektivitas seluruh kegiatan. Pada kegiatan ini tercipta masyarakat belajar.

4. Elaborasi, setelah debat kelas dan memperoleh kesimpulan, siswa mengerjakan soal yang bervariasi dalam kelompok masing-masing dan dibahas bersama-sama.

c. Refleksi matematik:

1. Menyimpulkan, pada tahap ini guru mengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan pada Bahan Ajar Siswa dari materi yang telah diajarkan. 2. Mengklarifikasi, dalam hal ini guru sebagai fasilitator mengarahkan,

membimbing serta mengklarifikasi masalah melalui langkah-langkah penyelesaian masalah yang benar dan tepat.

d. Penutup:

1. Meminta siswa mengumpulkan kembali Bahan Ajar Siswa yang telah dikerjakan.

2. Guru menegaskan kembali materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas kepada siswa untuk memantapkan, memperdalam, dan memperluas pengetahuan yang telah diperolehnya.

Dokumen terkait