• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.4 Pendekatan Kepemimpinan

Pendekatan trait terdapat kepemimpinan terfokus untuk mengidentifikasi trait intelektual, emosional, fisik dan trait kepribadian lainnya dari seorang pemimpin efektif. Trait diidentifikasi adalah inteligensi, keperibadian, tinggi badan, dan kemampuan supervisi (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 2006). The great man theory (teori sifat) ini berusaha mengidentifikasikan karakteristik seorang pemimpin. Teori ini menyatakan bahwa seseorang yang bias berhasil menjadi seorang pemimpin Karena mereka memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Keith Davis merumuskan ada empat sifat umum yang mempengaruhi kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi, yaitu: intelegensi, kematangan sosial, motivasi diri, dan hubungan pribadi (Wiludjeng, 2007).

b. Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku adalah perhatian utama dalam mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang efektif. Pendekatan ini muncul setelah pendekatan berdasarkan ciri ini menekankan pada sifat pemimpin seperti kepribadian, motivasi nilai, dan keterampilan mengalami kegagalan. Pendekatan perilaku pemimpin menggunakan waktunya dan pola aktivitas, tanggung jawab dan fungsi spesifik dari pekerjaan manajerial dan bagaimana para manajer menanggulangi permintaan, keterbatasan dan konflik peran dalam pekerjaan mereka yang berkombinasi menjadi konsep perilaku pemimpin yang merupakan deskripsi dari perilaku pemimpin (Yukl, 2005). Teori Perilaku Kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa perilaku spesifik membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Adapun teori-teori yang termasuk ke dalam teori perilaku kepemimpinan adalah:

1) Studi dari Ohio State University

Menurut Yukl (2005) kuesioner penelitian tentang perilaku kepemimpinan yang efektif telah didominasi oleh pengaruh dari kepemimpinan dari Ohio State University. Sebuah sasaran utama untuk mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang efektif. Analisis faktor dari jawaban kuesioner memberi indikasi bahwa para bawahan memandang perilaku atasannya pertama-tama dalam kaitannya dengan dua dimensi atau kategori arti dari perilaku, yang

kemudian disebut sebagai “initiating structure” dan “consideration”.

Kedua-duanya adalah kategori yang didefinisikan secara luas yang terdiri atas sejumlah varietas yang luas mengenai jenis-jenis perilaku yang spesifik.

cara ramah dan mendukung, memperlihatkan perhatian terhadap bawahan, dan memperhatikan kesejahteraan mereka. Contohnya termasuk melakukan kebaikan kepada bawahan, mempunyai waktu untuk mendengarkan masalah para bawahan, mendukung atau berjuang untuk seorang bawahan, berkonsultasi dengan bawahan mengenai hal yang penting sebelum dilaksanakan, bersedia untuk menerima saran dari bawahan, dan memperlakukan bawahan sebagai sesamanya.

Initiating structure adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin

menentukan dan menstruktur perannya sendiri dan peran dari para bawahan kearah pencapaian tujuan-tujuan formal kelompok. Contohnya termasuk memberi kritik kepada pekerjaan yang jelek, menekankan pentingnya memenuhi batas waktu, menugaskan bawahan, mempertahankan standar-standar kinerja tertentu, meminta bawahan untuk mengikuti prosedur-prosedur standar, menawarkan pendekatan baru terhadap masalah, mengkoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan, dan memastikan bahwa bawahan bekerja sesuai dengan batas kemampuannya.

Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2006) juga menjelaskan bahwa pendekatan perilaku (behavior) terfokus pada perilaku pemimpin. Dimana teori perilaku yang dikembangkan di Ohio State University dengan dua dimensi perilaku kepemimpinan disebut sebagai “initiating structure” dan “consideration

Initiating structure adalah perilaku di mana pemimpin mengatur dan

mendefinisikan hubungan dalam kelompok, cenderung membuat pola yang baku dan menyalurkan komunikasi, serta mengatur bagaimana sebuah tugas dilakukan. Pemimpin dengan kecenderungan initiating structure yang tinggi

berfokus pada target dan hasil. Consideration adalah perilaku yang menujukkan persahabatan, saling percaya, rasa hormat, hangat, dan penjalinan rapport antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin dengan tingkat consideration yang tinggi mendukung komunikasi terbuka dan partisipasi.

Menurut Robbins (2010), menjelaskan bahwa Ohio State University juga memiliki dua dimensi perilaku kepemimpinan yaitu dimensi pertama initiating

structure adalah mengacu pada sejauh mana pemimpin menentukan peranya dan

peran anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Initiating structure mencakup perilaku yang berusaha mengorganisasi pekerjaan, hubungan kerja, dan tujuan. Sedangkan dimensi kedua consideration adalah sejauh mana pemimpin memiliki hubungan kerja dengan karakteristik saling percaya dan rasa hormat terhadap gagasan dan perasaan anggota kelompok. Pemimpin yang memiliki perhatian tinggi bersedia membantu anggota kelompok dengan masalah pribadinya, bersahabat dan mudah didekati, dan memperlakukan seluruh anggota kelompok dengan setara. Pemimpin memperhatikan kenyamanan, kesejahteraan, status dan kepuasan anggotanya.

Schriesheim dan Bird (1979), (dalam Daft, 2006) juga mengatakan dalam penelitian-penelitian di Ohio State University mereka melakukan survey terhadap pemimpin-pemimpin untuk mempelajari beratus-ratus dimensi perilaku pemimpin, para peneliti akhirnya mempersempitnya menjadi dua dimensi perilaku pemimpin. Mereka mengidentifikasikan dua perilaku pemimpin, yang disebut dengan consideration dan initiating structure. Dimana perilaku pemimpin consideration adalah tingkat dimana pemimpin sadar akan para bawahan, menghormati ide-ide dan perasaan mereka, dan membangun

kepercayaan mutual. Pemimpin-pemimpin yang penuh perhatian merupakan pemimpin-pemimpin yang bersahabat, mengadakan komunikasi terbuka, mengembangkan kerja sama tim, dan berorientasi pada kesejahteraan bawahan mereka. Sedangkan perilaku pemimpin initiating structure adalah tingkat dimana pemimpin berorientasi pada tugas dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja bawahan untuk mencapai tujuan. Pemimpin-pemimpin yang menggunakan gaya ini biasanya memberi instruksi-instruksi, menghabiskan waktu untuk membuat perencanaan, menekankan batas waktu, dan memberi jadwal aktivitas kerja yang eksplisit. Consideration dan initiating structure berdiri sendiri, yang berarti bahwa seorang pemimpin yang memiliki tingkat consideration yang tinggi bisa jadi memiliki tingkat initiating structure yang tinggi atau rendah. Seorang pemimpin mungkin memiliki satu atau beberapa dari empat gaya kepemimpinan yaitu: initiating structure tinggi consideration rendah, initiating

structure tinggi consideration tinggi, initiating structure rendah consideration

rendah, atau initiating structure rendah consideration tinggi. Dimana penelitian

Ohio State University menemukan bahwa gaya kepemimpinan consideration

tinggi initiating structure tinggi mencapai kinerja yang lebih baik dan kepuas dan yang lebih besar daripada gaya pemimpin yang lain. Tetapi, penelitian baru telah menemukan bahwa pemimpin-pemimpin yang efektif mungkin memiliki tingkat consideration yang tinggi dan tingkat initiating structure yang rendah atau consideration yang rendah dan tingkat initiating structure tinggi, tergantung pada situasi.

Menurut Rivai dan Mulyadi (2011), Studi dari Ohio State University, mengatakan bahwa pengembangan teori dua faktor dari kepemimpinan,

memiliki dua dimensi yaitu: initiating structure adalah melibatkan perilaku di mana pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan-hubungan di dalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar. Pemimpin yang memiliki kecenderungan initiating structure yang tinggi, akan berorentasi pada tujuan dan hasil. Sedangkan consideration, yaitu melibatkan perilaku yang menunjukan persahabatan, saling percaya, menghargai, kehangatan, dan komunikasi antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin yang memiliki

consideration tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan

partisipasi. Bila dihubungkan initiating structuredan consideration dalam satu hubungan yang horizontal dan vertical maka terdapat empat gaya kepemimpinan yaitu: gaya kepemimpinan dengan initiating structure tinggi consideration rendah, initiating structure tinggi consideration tinggi, initiating structure rendah consideration rendah, dan initiating structure rendah consideration tinggi. Secara jelas dapat dijabarkan sebagi berikut:

Gambar 2.1 Gaya Kepemimpinan yang Dipelajari di Ohio State (Tinggi)

(Rendah)

(Rendah) (Tinggi)

Sumber: Rivai dan Mulyadi (2011)

Initiating structure tinggi dan

Consideration rendah

Initiating structure rendah dan

Consideration tinggi

Initiating structure tinggi dan

Consideration tinggi

Initiating structure rendah dan Consideration rendah C onsi de rat ion Initiating Structure

Menurut Wiludjeng (2007), juga mengatakan Studi dari Ohio State

University ini memiliki dua perilaku pemimpin, yaitu Consideration, yang

diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin peduli dan mendukung bawahannya. Para pemimpin dengan gaya ini cenderung memiliki hubungan dengan bawahan yang mencerminkan perasaan saling percaya, dan mereka menghormati ide dan perasaan bawahannya. Initiating Structure, yang diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin membuat struktur pekerjaannya sendiri dan pekerjaan bawahannya. Pemimpin dengan gaya ini cenderung mengarahkan pekerjaan kelompok melalui kegiatan perencanaan, tugas-tugas, penjadwalan, dan penetapan deadline.

Menurut Luthans (1995) dan Daft (1999) (dalam Safaria, 2004), memiliki dua katagori yang luas dari dimensi perilaku pemimpin, yaitu dimensi perilaku pemimpin consideration yang mengambarkan bahwa perilaku pemimpin yang empati dan sensitif terhadap bawahan, menghormati ide dan perasaan mereka, dan berusaha menciptakan kepercayaan timbal-balik dengan bawahan. Pemimpin ini menunjukkan apresiasi, mendengar permasalahan secara hati-hati, dan mencari masukan dari bawahan berkaitan dengan keputusan penting. Dan dimensi perilaku pemimpin initiating structure yang menggambarkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada penyelesaian tugas, mengarahkan aktivitas organisasi secara ketat untuk mencapai tujuan tertinggi. Perilaku pemimpin mencakup membuat perencanaan, menetapkan dan menjelaskan tujuan organisasi, memberikan instruksi spesifik tentang bagaimana cara menyelesaikan tugas dan membuat peraturan.

Monica (1998) dalam Ali (2010), perilaku kepemimpinan dalam model

perilaku pemimpin yaitu initiating structure dan consideration. Initiating

structure adalah upaya untuk mengorganisir dan mendefinisikan peran serta

kegiatan para anggota kelompok meliputi tujuan, apa yang harus dilakukan, dimana akan dilakukan dan siapa penanggungjawabnya. Dalam struktur ini digunakan komunikasi satu arah yakni pengarahan dari pimpinan dengan apa yang harus dilakukan oleh staf. Perilaku kepemimpinan initiating structure, memiliki ciri-ciri yaitu: Lebih mengutamakan tercapainya tujuan, memperhatikan produktifitas, banyak memberikan pengarahan atau petunjuk, menjaga prosedur dan memperhatikan jadwal kerja, melakukan pengawasan ketat, dan menilai

seseorang lebih benyak berdasar hasil kerja “consideration

(pertimbangan/timbang rasa/perhatian).

Consideration adalah menggambarkan hubungan yang hangat antara

atasan atau bawahan, saling percaya, kekeluargaan, ada penghargaan kepada gagasan bawahan, melalui komunikasi dua arah diharapkan ada hubungan

interpersonal yang efektif antara anggota kelompok saling percaya, saling

hormat-menghormati dan lain-lain. Perilaku kepemimpinan consideration, memiliki ciri-ciri yaitu: Lebih menjaga perasan bawahan, memelihara persahabatan dengan bawahan, menciptakan suasana saling percaya dan saling menghargai, memperhatikan kebutuhan bawahan, mengajak bawahan dalam pengambilan keputusan, dan lebih mengendalikan dan mendisiplinkan diri.

Menurut Ohio State University dan University of Michigan (dalam Astuti, 2008), juga mengatakan ada dua macam yang membedakan perilaku kepemimpinan yaitu: Initiating Structur (struktur tugas) atau The Job Centered (terpusat pada pekerjaan) dan Consideration (tenggang rasa) atau The Employee

Centered (terpusat pada pegawai). Secara rinci dijelaskan bahwa perilaku kepemimpinan terpusat pada perkerjaan mengandung ciri-ciri atau indikator, yaitu: mengutamakan tercapainya tujuan, mementingkan produksi yang tinggi, mengutamakan penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan, lebih banyak melakukan pengarahan, melaksanakan tugas dengan melalui prosedur kerja yang ketat, melakukan pengawasan secara ketat, dan penilaian terhadap pejabat semata-mata berdasarkan hasil kerja.

Sedangakan perilaku kepemimpinan terpusat pada pegawai mengandung ciri-ciri atau indikator, yaitu: memperhatikan kebutuhan bawahan, berusaha menciptakan suasana saling percaya, berusaha menciptakan suasana saling harga menghargai, simpati terhadap perasaan bawahan, memiliki sikap bersahabat, menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan lain, dan lebih mengutamakan pengarahan diri, mendisiplikan diri, mengontrol diri.

2) Studi dari Universitas of Michigan

Menurut Rivai dan Mulyadi 2011, Studi dari Universitas of Michigan, mengatakan perilaku kepemimpinan dengan keefektifan kinerja mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu: Pemimpin

job-centered, yaitu pemimpin yang berorentasi pada pekerjaan/tugas

menerapkan pengawasan sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan prosedur yang telah ditentukan. Pemimpin employee-centered yang berorentasi pada karyawan, yaitu mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang seportif. Sedangkan menurut

Robbins (2010), Universitas Michigan memiliki dua dimensi perilaku yaitu orientasi pada karyawan, menekankan pada hubungan interpersonal dan memenuhi kebutuhan karyawan. Orientasi pada produksi, menekankan pada aspek tugas dan teknis kerja.

3) Teori Tannenbaum dan Warren H Schmidt

Kedua orang akademisi tersebut mencoba menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrem yaitu fokus pada atasan (pemimpin) dan fokus pada bawahan. Menurut keduanya gaya kepemimpinan akan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi (Wiludjeng, 2007). Menurut Robbins (2010), Universitas Lowa memiliki tiga dimensi perilaku yaitu gaya demokratis melibatkan karyawan, mendelegasikan kewenangan, dan mendorong partisipasi. Gaya autokrasi mendikte metode kerja, membuat keputusan sepihak, dan membatasi partisipasi. Gaya laissez-faire memberikan kebebasan kepada kelompok untuk membuat keputusan dan menyelesaikan tugas.

4) Grid Manajerial

Menurut Robbins (2010), Grid Manajerial memiliki dua dimensi perilaku yaitu perhatian terhadap orang, mengukur perhatian pemimpin pada bawahannya dengan skala 1 sampai 9 (rendah ke tinggi). Perhatian terhadap produksi, mengukur perhatian pemimpin terhadap penyelesaian pekerjaan (rendah ke tinggi). Sedangkan Wiludjeng (2007), Managerial Grid atau kisi-kisi manajemen yang dikembangkan oleh Robert Blake dan Jane S. Mouton

mendorong manajer untuk memiliki dua kualitas kepemimpinan sekaligus yaitu orientasi pada tugas/ produksi dan orientasi pada hubungan/ orang.

Gambar 2.1 Managerial Grid

High

Concern for People

Low

Concern for production

Sumber:Wiludjeng (2007)

c. Pendekatan Situasional

Menurut Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2006), pendekatan kepemimpinan yang mendorong pemimpin memahami perilakunya sendiri. Pendekatan situasional mengenai kepemimpinan setiap modelnya memiliki pendukung dan mengidentifikasi pola atau interaksi pemimpin-situasi untuk mencapai kepemimpinan yang efektif, memiliki beberapa model kepemimpinan, yaitu:

1) Model kontingensi kepemimpinan dari Fiedler, yaitu model kepemimpinan yang mengembangkan dan memberikan postulat bahwa kinerja kelompok bergantung pada interaksi antar gaya kepemimpinan dan keutungan situasional yang terdiri dari tiga faktor yang menentukan tingkat keuntungan situasional seorang pemimpin yaitu: hubungan pemimpin dan pengikut, struktur tugas, dan kekuatan posisi (position power).

1.9 Country club management 1.1 Impoverish management 9.1 Authority compliance 1.1 Impoverish management 5.5 Middle of the road

2) Model kepemimpinan Vroom-Jago, yaitu model kepemimpinan yang menetapkan prosedur pengambilan keputusan yang efektif dalam situasi tertentu yang terdiri dari tigagaya kepemimpinan yang tersarankan yaitu: dua gaya autokratis (AI dan AII), dua gaya konsultatif (CI dan CII), dan satu gaya berorentasi keputusan bersama (oleh pemimpin dan kelompok, GII). 3) Model kepemimpinan jalur-tujuan (Path-Goal Leadership Model), yaitu

model kepemimpinan yang menyatakan teori motivasi ekspektansi. Pengembangan teori ini memiliki empat gaya perilaku dan tiga sikap yaitu diantaranya: empat gaya perilaku yang terdiri dari: direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi pencapaian. Sedangkan tiga sikap bawahan yang terdiri dari: kepuasan kerja, penerimaan terhadap pemimpin, dan harapan mengenai hubungan antara usah, kinerja, dan imbalan.

Gambar 2.2 Model Jalur-Tujuan (Path-Goal Leadership Model)

Sumber: Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2006).

Kategori perilaku pemimpin

Menjelaskan jalur (path)

Organisasi pencapaian Memfasilitasi tugas Suportif Memfasilitasi interaksi produktif Pengambilan keputusan kelompok Networking Memproyeksikan nilai Karakteristik Pegawai Kemampuan Locus of control Kebutuhan akan kejelasan

Kebutuhan akan pencapaian

Pengalaman

Dimensi Lingkungan

Struktur tugas

Dinamika kelompok kerja

Keefektifan pemimpin

Hasil

Peningkatan kepercayaan pegawai untuk berprestasi

Kasifikasi jalur untuk mencapai imbalan yang tidak diinginkan

Penetapan target yang menantang

Penggunaan seluruh bakat yang ada di kelompok

Meningkatkan kebutuhan akan kepuasan

Meningkatkan kinerja kerja

4) Model kepemimpinan situasional Hersey-Blanchard, yaitu pendekatan kepemimpinan yang menganjurakan memahami perilaku sendiri. Teori ini mengunakan penelitian Ohio State University untuk mengembangkan empat gaya kepemimpinan yang biasanya dipakai oleh para manajer yang terdiri dari: mengarahkan (telling), menjual (selling), menggalang partisipasi

(participating), dan mendelegasikan (delegating).

Gambar 2.3 Model Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard Perilaku Pemimpin

(rendah)

(Perilaku Suportif) Perilaku Relasi

(tinggi)

(rendah) Perilaku Tugas (tinggi) (Panduan)

Kesiapan Para Pengikut

Tinggi Sedang Rendah R4 R3 R2 R1 Mampu dan rela atau Mampu tetapi tidak Tidak mampu Tidak mampu Percaya diri rela atau merasa tetapi rela atau dan tidak rela Tidak aman percaya diri atau cemas

Follower-Directed Leader-Directed (diarahkan oleh pengikut) (diarahkan oleh pemimpin)

Sumber: Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2006)

Teori kepemimpinan situasional Hersey Blanchard tingkat kematangan yang dapat dibedakan dalam empat katagori kematangan yang masing-masing mempunyai perbedaan tingkat kematangan yang terdiri dari: tingkat kematangan anggota rendah (M1), tingkat kematangan anggota rendah ke sedang atau moderat rendah (M2), tingkat kematangan anggota sedang ke tinggi atau moderat tinggi

Partisipatif S3 Sharing ide-ide difasilitasi dalam pengambilan keputusan

Selling (Menjual) S2 Menjelaskan keputusan dan menyediakan kesempatan untuk klasifikasi

Delegatif S4

Menyerahkan tanggung jawab untuk keputusan dan implementasi

Telling (Menyuruh) S1

Menyediakan instruksi spesifik dan mengawasi pelaksanaannya secara ketat

(M3), dan tingkat kematangan anggota tinggi (M4). Kombinasi perilaku kepemimpinan yang merujuk pada tingkat kematangan, terdapat pada tabel dibawah ini, yaitu:

Tabel 2.1 Tingkat Kematangan

Tingkat Kematangan Perilaku Kepemimpinan

Rendah (M-1)

Tidak mau dan tidak mampu

Instruksi (S-1)

Tinggi tugas dan rendah hubungan Rendah ke sedang atau moderat

rendah (M-2)

Tiada mampu tetapi mau

Konsultasi (S-2)

Tinggi tugas dan tinggi hubungan Sedang ke tinggi atau moderat

tinggi (M-3)

Mampu tetapi tidak mau

Partisipasi (S-3)

Rendah tugas dan tinggi hubungan Tinggi (M-4)

Mau dan mampu

Delegasi (S-4)

Rendah tugas dan rendah hubungan Sumber: Rivai dan Mulyadi (2011)

d. Pendekatan Kontenporer

Teori kepemimpinan ini memiliki tiga pendekatan lebih terbaru terhadap persoalan, yaitu teori atribusi kepemimpinan, teori kepemimpinan karismatik, dan kepemimpian transaksional dan transformasional (Rivai dan Mulyadi 2011).

Menurut Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2006), pendekatan ini adalah cara-cara yang menarik dan penuh wawasan dalam menganalisis kepemimpinan. Pemimpin yang karismatik mampu menarik dan mempengaruhi para pengikutnya. Pemimpin trasaksional dan transformasional mampu mempengaruhi orang lain dengan karisma, memperhatikan para pengikut dan menstimulus orang lain.

2.2 Kinerja

Dokumen terkait