• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

2) Pendekatan Kontekstual Strategi REACT

Pada umumnya guru Matematika dalam pembelajaran dikelas masih berorientasi pada target penyelesaian sejumlah materi berdasarkan kurikulum yang diberikan dengan menggunakan pendekatan konvensional (teacher centered) yaitu pembelajaran dimana guru lebih banyak menyampaikan informasi dan siswa lebih banyak menerima informasi dari guru. Hal ini menjadikan siswa lebih pasif dan pembelajaran menjadi kurang bermakna.

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh sebagian besar guru, yang telah digunakan dengan cukup baik pada masa lalu, belum tentu baik untuk masa kini dan kedepan. Guru perlu memperbaiki strategi-strategi pembelajaran yang selama ini digunakan untuk mencapai hasil yang lebih baik, dan tempat untuk memperbaiki pembelajaran itu yakni guru dapat memulainya di dalam kelas.

Salah satu pendekatan yang diperkirakan dapat mencapai pembelajaran bermakna yaitu dengan pembelajaran yang berdasarkan konteks (kehidupan sehari-hari). Pembelajarn konteks yaitu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. pembelajaran kontekstual bertujuan membantu para siswa memahami. Para siswa melihat makna pada materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan harian mereka, konteks pribadi, sosial dan budaya mereka.5 “Pembelajaran kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat”. 6

Menurut Sanjaya, “Contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi, yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa

untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.7

Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba,melakukan dan mengalami sendiri. Dengan demikian, maka pembelajaran tidak hanya dilihat pada hasil akhir (produk) saja, tetapi lebih dilihat pada prosesnya. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas melibatkan tujuh utama pembelajaran efektif, yaitu:

5

Dharma Kesuma, Contextual Teaching and Learning.Sebuah panduan awal dalam pengembangan PBM. (Yogyakarta: Diandra Primamitra Media,2010) h.6

6

Rusman, Model-model pembelajaran: mengembangkan Profesionalisme Guru.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,2011) h.

7

Wina Sanjaya, staregi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2010). h.255

1. Konstruktivisme (Constructivism)

“Konstruktivisme (Constructivism) merupakan suatu pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas”.8

Konstruktivisme (Constructivism) merupakan upaya yang dilakukan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri. Tugas dari guru disini adalah memfasilitasi proses tersebut. Adapun cara-cara yang dilakukannya antara lain :

a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

b) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Berdasarkan uraian diatas, pengetahuan harus dibangun siswa sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks terbatas. Implementasinya, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dikemas menjadi proses mengkonstruksi, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui keterlibatannya dalam proses pembelajaran aktif.

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi merupakan hasil penemuan sendiri. Guru merancang pembelajaran yang menekankan pada kegiatan menemukan. Menemukan (Inquiry) mempunyai siklus yang terdiri dari : 9

a) Observasi (Observation) b) Bertanya (Questioning)

c) Mengajukan dugaan (Hyphotesis) d) Pengumpulan data (Data Gathering) e) Penyimpulan (Conclussion)

8

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 281

9

3. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan ruh dari suatu pembelajaran. Ketika siswa bertanya, guru bisa memperoleh informasi dari siswanya, misalnya mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi, membangkitkan respon siswa, membimbing dan mengarahkan siswa. Bertanya bisa dilakukan baik antara siswa dengan guru, maupun siswa dengan siswa. Kegiatan bertanya ini dapat ditemukan pada saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.10 Siswa hidup dalam lingkungan masyarakat tempat tinggalnya atau di sekitar sekolahnya.Dengan demikian, masyarakat dapat dijadikan sumber daya untuk mengembangkan pemahaman pembelajaran kontekstual. 5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan (Modeling) pada proses pembelajaran yaitu pengemasan dan penyampaian materi menggunakan alat bantu sehingga dapat lebih memahami konsep yang diajarkan. Pemodelan disini maksudnya adalah model yang bisa ditiru. Model tersebut bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu, cara melafalkan, contoh karya tulis, cara memanipulasi benda-benda kongkrit, ataupun guru memberikan contoh mengerjakan sesuatu.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refisi ini siswa

10

diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. 11

Refleksi, yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan pembelajaran. Refleksi ini merupakan ringkasan dari pembelajaran yang telah disampaikan guru. Siswa mengungkapkan secara lisan atau tulisan, apa yang telah mereka pelajari.

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) maksudnya adalah penilaian selama pembelajaran tidak hanya menilai produk yang dihasilkan siswa, akan tetapi guru menilai siswa mulai dari keaktifan siswa selama pembelajaran hingga hasil belajar yang diperolehnya. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi dan menghargai usaha-usaha yang dilakukan untuk menghargai siswa dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan guru.

b. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual Strategi REACT

Berdasarkan Center for Occupational Research and Development

(CORD) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:

1. Relating (mengaitkan)

“Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman yang nyata.Konteks merupakan kerangka kerja yang di rancang guru untuk membantu peserta

didik agar yang dipelajarinya bermakna”.12

Guru menggunakan relating

ketika guru mencoba menghubungkan konsep baru dengan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.

2. Experiencing (mengalami)

“Belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses

secara aktif dalam hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang di kaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru

11

Ibid., h.284

12

Agus Suprijono, Cooperative learning Teori & Aplikasi Paike(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009)h. 84

dari apa yang dipelajarinya”.13

Dalam proses pembelajaran siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan,

inventory, investigasi, penelitian, dan lain-lain. Experiencing di pandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual.14 Pada experiencing mungkin saja siswa tidak mempunyai pengalaman langsung berkenaan dengan konsep tersebut, tetapi pada bagian ini guru harus memberikan hands-on kepada siswa sehingga dengan kegiatan ini siswa dapat membangun pengetahuannya. 3. Applying (menerapkan)

“Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya”.15

Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih daripada sekedar hafal. Siswa mengaplikasikan konsep-konsep ketika mereka berhubungan dengan aktifitas penyelesaian masalah yang hands-on dan proyek-proyek.

4. Cooperating (bekerja sama)

Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.16 Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi pembelajaran tetapi juga sekaligus memberikan wawasan pada dunia nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama atau kerja sama dalam bentuk team work. Berdasarkan teori Vygotsky “pendekatan kontrukstivisme

sosial menekankan pada konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa

pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara bersama”.17

13

Ibid.

14

Dewi SalmaPrawiradilaga,Mozaik Teknologi Pendidikan. h.16

15

Suprijono.Loc.cit.

16

Ibid. 17

5. Transferring (mentransfer)

“Belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan

memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru”.18

“Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain”.19

c. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual strategi REACT

Langkah-langkah dalam pembelajaran kontekstual dengan strategi REACT diuraikan sebagai berikut:

1. Relating

Pembelajaran dimulai dengan mengaitkan konsep-konsep baru yang akan dipelajari dengan pengalaman atau konteks kehidupan siswa. Dalam penelitian ini, siswa akan mempelajari tentang bangun ruang prisma dan Limas. Sebelum membagikan Lembar Kerja Siswa, terlebih dahulu dilakukan apersepsi mengenai materi pra-syarat.Pada setiap pertemuan siswa dituntut mengerjakan LKS yang selalu dimulai dengan ilustrasi yang relevan dengan kehidupan siswa.

2. Experiencing

Pada tahap ini siswa membangun suatu konsep yang baru dipelajarinya berdasarkan pada pengalaman-pengalaman yang telah ia peroleh sebelumnya. Oleh karena itu dalam Lembar Kerja Siswa disajikan pernyataan dan pertanyaan yang mendorong siswa membangun sendiri pengetahuannya mengenai konsep yang disajikan dalam tahapan ilustrasi (relating).

3. Applying

Tahap Applying ini akan mengukur pemahaman siswa sejauh mana siswa paham akan suatu konsep dan bagaimana siswa mengaplikasikan konsep tersebut. Siswa dihadapkan kepada masalah-masalah yang relevan

18

Agus Suprijono, Cooperative learning Teori & Aplikasi Paike(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009)h. 84

19

dengan kehidupannya. Melalui permasalahan tersebut siswa mengaplikasikan konsep-konsep yang telah ia pahami dari tahapan atau kegiatan sebelumnya. 4. Cooperating

Pembelajaran berkelompok telah dimulai saat siswa diberikan ilustrasi yaitu pada tahap relating. Bersama teman sekelompoknya siswa dapat saling berbagi pengetahuan. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan gagasan-gagasannya dalam presentasi dan tanya jawab. Guru berperan sebagai fasilitator dan menghidupkan jalannya diskusi sambil membimbing dan meluruskan pemahaman siswa.

5. Tranferring

Bentuk kegiatan ini berupa pemahaman konsep yang baru bagi siswa. Masalah yang disajikan sedikit berbeda dari masalah yang biasanya diberikan. Letak perbedaannya bisa dari konteks yang digunakan ataupun kombinasi konsep yang digunakan dalam penyelesaian masalah.

Dokumen terkait