MATEMATIKA SISWA
Skripsi Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata-1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
DISUSUN OLEH :
TRILUTFIA
108017000054
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
i
React Terhadap Hasil Belajar Matemaika Siswa”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Univeritas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,Juli 2015
Pendekatan Kontekstual Strategi React ialah suatu pembelajaran yang mengaitkan (Relating), Mengalamai (Experiencing), Menerapkan (Applying), Bekerja Sama (Cooperating)¸dan Mentransfer(Transfering). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan ini terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs.Salafiyah Bedahan tahun ajaran 2014/2015 dengan metode quesi eksperimen dengan desain Two Group Randomized Subect Posttest Only. Teknik cluster random sampling digunakan untuk mengambil sampel. Sampel penelitian berjumlah 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa untuk kelompok eksperimen dan 30 siswa untuk kelas kontrol pada kelas VIII. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes uraian, yang terdiri dari 5 butir soal. Teknik analisis dengan uji Mann-Whiteny atau uji-u. Menunjukan = 6,26 dan = 1 pada taraf signifikan 5% yang berarti z hitung lebih besar dari z tabel, maka H0 yaitu ditolak. karena nilai z hitungnya
lebih besar dibandingkan dengan z tabel sehingga hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran kontekstual Strategi React lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
ii
Education , Faculty of Science and Teaching Tarbiyah , the State University of Syarif Hidayatullah Jakarta , July 2015
Contextual Approach Strategy React is an associate learning linking ( Relating ), Experiencing ( Experiencing ), Applying ( Applying ), cooperate ( Cooperating ), and Transfer ( Transferring ). This study aims to determine the effect of this approach to mathematics learning outcomes. This study was conducted in MTs.Salafiyah Bedahan 2014/2015 academic year , with quesi experimental method and design of Two Group Randomized Subect Posttest Only. Random cluster sampling technique is used to take samples. These samples included 60 students consisting of 30 students for the experimental group and 30 students for grade control in class VIII. Retrieving data using instruments such as test description, which consists of 5 items. Technical analysis of the Mann- Whiteny or test - u. Shows zhitung = 6.26 and ztable = 1 at the significant level of 5% which means zhitung smaller
than the ztable, then H0 is accepted. because the value of zhitung less than the ztable, so
that the students' mathematics learning with contextual learning strategy REACT higher than conventional learning.
iii
ِميِحَّل ِنَمۡحَّل ِهَّل ِمۡسِب
Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat ikhsan, nikmat iman, dan nikmat islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Selawat beserta salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya,MA.,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Firdausi, S.Si, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan waktu, bimbingan, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan, semoga Bapak selalu berada dalam kemuliaanNya.
5. Ibu Khoirunnisa, S.Pd, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan, semoga Ibu selalu berada dalam kemuliaanNya.
iv
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.
8. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.
9. Ibu Farida, S.Pd.i., Kepala MTs.Salafiyah Bedahan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah ini.
10.Seluruh dewan guru MTs.Salafiyah Bedahan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini, serta siswa dan siswi MTs.Salafiyah Bedahan, khususnya kelas VIII 1 dan VIII 2 yang telah kooperatif dalam penelitian ini.
11.Teristimewa untuk orangtuaku tercinta, “Umi “ Rokiyah dan “Bapak” Zaenudin yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Tak ketinggalan untuk “Adik” Khoirul Anwar yang selalu mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengerjakan dan meraih cita-cita.
12.Terkhusus untuk M.Fahmi Syukrillah yang selalu mendampingi, menemani, membantu menghilangkan stres, panik dan kesulitan serta memberikan motivasi penuh selama proses penyusunan skripsi. Terimakasih atas canda tawa dan kebersamaan selama ini.
13.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan ’08, kelas A dan B semoga sukses kawan-kawan.
v
dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin.
Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap kemapuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.
Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.
Jakarta, Juli 2015
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. ManfaatPenelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 6
A. Deskripsi Teoritik 1) Hasil Belajar Matematika ... 6
a. Pengertian Hasil Belajar Matematika ... 6
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika ... 7
2) Pendekatan Kontekstual Strategi REACT... 11
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 11
b. Pembelajaran Matematika dengan pendekatan kontekstul strategi REACT ... 15
c. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan kontekstul strategi REACT ... 17
vii
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20
C. Kerangka Berpikir ... 22
D. HipotesisPenelitian ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
B. Variabel dan Desain Penelitian ... 25
C. Populasi dan Sample ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
E. Kontrol Validitas Internal ... 27
F. Analisis Data ... 33
1) Uji Prasyarat Analisis ... 33
a. Uji Normalitas ... 33
b. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas) ... 34
2) Pengujian Perbedaan Dua Rata-rata ... 36
G. Hipotesis Statistik ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Deskripsi Data ... 39
1. Hasil Tes Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 40
2. Hasil Tes Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 42
B. Pengujian Hipotesis ... 45
1. Uji Normalitas Data Posttest Hasil Belajar Matematika ... 45
2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Posttest Hasil Belajar Matematika. ... 47
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
1. Analisis Jawaban Siswa Hasil Posttest ... 48
D. Proses Pembelajaran Di Kelas ... ..53
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
ix
Gambar 4.1 Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 41 Gambar 4.2 Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ... 43 Gambar 4.3 Kurva Deskriptif Statistika Hasil Belajar Matematika Siswa ... 45 Gambar 4.4 Jawaban Posttest Nomor 1 siswa yang benar di Kelas eksperimen
dan yang benar di kelas Kontrol... 49 Gambar 4. 5 Jawaban Posttest nomor 3 siswa yang benar di Kelas Eksperimen
[image:13.595.114.510.302.570.2]dan yang benar di Kelas Kontrol ... 51 Gambar 4.6 jawaban Posttest nomor 5 siswa yang benar di Kelas Eksperimen
x
Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian ... 26
Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas ... 28
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas ... 29
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas...30
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 31
Tabel 3.6 Hasil Uji Kesukaran Instrumen ... 31
Tabel 3.7 Indeks Daya Pembeda ... 32
Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 33
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil TesMatematika Siswa KelasEksperimen... 40
Tabel 4.2 Hasil Statisik Deskriptif Hasil Tes Kelas Eksperimen ... 41
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 42
Tabel 4.4 Hasil Statistik Deskriptif Tes Kelas Kontrol ... 43
Tabel 4.5 Deskriptif Statistika Hasil Belajar Matematika Siswa ... 44
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 46
xii
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 68
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 74
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 78
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 82
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ... 101
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika Siswa ... 114
Lampiran 8 Pedoman Penskoran Hasil Belajar Siswa ... 115
Lampiran 9 Soal dan Jawaban Instrumen Uji Coba Hasil Belajar ... 117
Lampiran 10 Instrumen Posttest Hasil Belajar Matematika Siswa ... 123
Lampiran 11 Lembar Hasil Wawancara Guru Pra Penelitian ...125
Lampiran 12 Hasil Uji Validitas Instrumen ...127
Lampiran 13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ...130
Lampiran 14 Langkah-langkah Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen ...132
Lampiran 15 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen ...133
Lampiran 16 Langkah-langkah Perhitungan Uji Taraf Kesukaran ...134
Lampiran 17 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen ...135
Lampiran 18 Lagkah-langkah Perhitungan Daya Beda Soal ...136
Lampiran 19 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ...137
Lampiran 20 Normalitas Hasil Posttest Kelas Eksperimen ...141
Lampiran 21 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ...142
Lampiran 22 Normalitas Hasil Posttest Kelas Kontrol ...146
Lampiran 23 Penghitungan Uji-U ...147
Lampiran 24 Lembar Uji Referensi ...149
1
A.
Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diajarkan di lembaga pendidikan formal. Matematika ini mempunyai peranan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan suatu pengalaman belajar di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu, karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilann yang diperlukan. Pada dasarnya kehidupan manusia tidak lepas dari matematika.
Berdasarkan hal tersebut, jelas matematika harus dipelajari oleh siswa pada setiap jenjang pendidikan di mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Bahkan di sekolah matematika memiliki porsi matapelajaran yang paling banyak di bandingkan mata pelajaran yang lain.
Namun yang menjadi permasalahan, secara umum banyak sekali anak Indonesia yang tidak menyukai pelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Saleh dalam bukunya yang menyatakan bahwa siswa merasa pelajaran matematika sulit dan menakutkan 1. Karena itulah kebanyakan siswa hanya mampu menyajikan tingkat hafalan terhadap materi ajar yang diterima, tetapi mereka tidak memahami makna pembelajaran yang diperoleh dan sebagian dari mereka tidak mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut dimanfaatkan.
Sekarang ini pelajaran matematika disekolah hanya berpusat kepada guru, di mana guru menyampaikan materi dengan rumus-rumus dan prosedur yang sudah ada sehingga menyebabkan siswa kurang kreatif dan cenderaung pasif. Sehingga menyebabkan pelajaran matematika di skolah menjadi kurang aktif.
1
Pembelajaran matematika yang kurang aktif ini lah yang menyebabkan siswa tidak dapat menggunakan kemampuan matematikanya secara baik di dalam menyelesaikan suatu masalah matematik yang ada. Dan pelajaran matematika yang kurang menarik bahkan cenderung membosankan inilah yanag menyebabkan para siswa tidak akan memperhatikan pelajaran dikelas. Sehingga hasil belajar siswa kurang bagus.
Menurut James-James dalam Erman Suherman matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.2 Hal ini berarti konsep-konsep dalam pelajaran matematika memiliki keterkaitan satu sama lainnya dan di dalam pelajaran matematika juga memerlukan beberapa strategi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Kemampuan pemahaman konsep sangatlah diperlukan dalam mata pelajaran matematika karena siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep yang baik akan mampu memecahkan permasalahan yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Selain kurangnya minat dan kepasifan siswa dalam belajar matematika, sifat matematika yang abstrak merupakan penyebab dimana siswa sulit memahami konsep-konsep matematika. Tidak sedikit siswa yang masih menganggap matematika itu sulit. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Russefendi bahwa “terdapat banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang dipahami secara keliru. Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan banyak memperdayakan”.3
Berdasarkan fenomena yang diungkapkan oleh Russefendi menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa rendah, maka muncul sebuah pertanyaan pembelajaran serta metode pendekatan, atau strategi apa yang cocok
2
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.(Bandung: JICA-UPI. 2001).h.18
3
digunakan oleh guru agar siswa memperoleh kemampuan pemahaman konsep yang baik, melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran, dan membuat pelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. suatu strategi yang digunakan guru sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa, oleh karena itu diperlukan adanya pembelajaran yang menekankan pada belajar siswa aktif, selama pembelajaran berlangsung siswa dapat aktif berpartisifasi, sehingga selama pembelajaran berlangsung terjadi komunikasi yang aktif multi arah baik dari guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui suatu strategi pembelajaran. Alternatif strategi pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika yaitu dengan menggunakan pembelajaran kontekstual strategi REACT.
Strategi REACT dijabarkan oleh CORD (Center of Occupational Research and Development) strategi pembelajaran konteksual haruslah dirancang untuk merangsang lima bentuk dasar pembelajaran, yaitu : Relating (mengaitkan). Experiencing (mengalami), Applying(menerapkan), Cooperating (bekerja sama), dan Transferring (mentransfer).4Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman yang nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang di rancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna. Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses secara aktif dalam hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang di kaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya. Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya. Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif. Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
4
Tahapan-tahapan pembelajaran diatas memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajar matematiknya. Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL STRATEGI REACT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami sehingga banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran matematika.
2. Guru dalam mengajar masih cenderung menggunakan metode konvensional, dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga siswa dalam proses pembelajaran cenderung pasif.
3. Siswa hanya menghafal dan tidak memahami konsep. 4. Siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan Soal. 5. Hasil belajar matematika siswa rendah.
C.
Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi lebih terarah maka peneliti membatasi ruang lingkup pada penelitian ini, yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual dengan strategi pembelajaran : Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Tranferring. 2. Penelitian ini meneliti tentang Hasil belajar matematika siswa.
3. Materi pada penelitian ini adalah bangun ruang prisma dan limas.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran konvensional?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar pendekatan kontekstual strategi REACT dan hasil belajar konvensional ?
E.
Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas, peneliti ingin memperoleh beberapa tujuan yang ingin di capai, yaitu :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Kontekstual strategi REACT.
3. Untuk menganalisis pengaruh Pendekatan Kontekstual strategi REACT terhadap hasil belajar matematka siswa.
F.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pikah yang terkait diantaranya, yaitu :
1. Bagi guru
Menambah pengetahuan tentang alternatif pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematikanya.
2. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan serta pengalaman bagi peneliti mengenai hasil belajar matematika dengan pembelajaran kontekstual strategi react.
3. Bagi pembaca
6
A.
DESKRIPSI TEORITIK
1) Hasil Belajar Matematika
a.
Pengertian Hasil Belajar MatematikaBelajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang sebagai pengajar. Dua konsep belajar dan mengajar yang dilakukan siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil, bisa juga melalui kreatifitas seseorang tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dmaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22).1
Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kogniif, afektif, dan psikomotorik..
Hasil belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif,afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi hasil belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tetentu. Hasil belajar merupakan hasil dari pengukuran
1
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Hasil belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes hasil belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes hasil belajar bila dilihat dri tujuannya yaitu mengemukakan keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes hasil belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes hasil belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes somatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.2
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini meliputi pemahaman konsep agar siswa dapat memecahkan suatu persoalan yang berhubungan dengan pelajaran matematika serta mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun yang termasuk indikator hasil belajar siswa antara lain :
1. Memperoleh angka / nilai yang tinggi dalam hasil evaluasi belajar. 2. Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi. 3. Kemauan dalam menerapkan hasil belajar ( ranah konitif ).
4. Melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep bahan yang telah diperolehnya atau menggunakannya dalam praktek kehidupan sehari-hari ( ranah psikomotorik ).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar siswa tidaklah selalu sama antara satu siswa dengan siswa yang lainnya, akan tetapi terkadang sama dan sering kali berbeda. Begitu pula prestasi belajar yang diperoleh seorang siswa, tidaklah selalu stabil tetapi
2
seringkali mengalami perubahan. Timbulnya peruguru bahan hasil belajar tersebut di sebabkan adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan kegiatan belajar siswa disekolah. Dalam arti bahwa seseorang tidak boleh mengambil keputusan atau kesimpulan sendiri, seperti ia berkesimpulan bahwa penyebab timbulnya perubahan siswa disebabkan karena adanya guru pengajar yang tidak mampu menyampaikan materi pelajaran, tanpa memperhatikan faktor-faktor yang lainnya.
Demikian juga, pendidik yang bijak tentunya tidak langsung memvonis anak didiknya “bodoh”, apabila anak tersebut tidak memahami apa yang telah diajarkan atau apa yang pernah disampaikan sehingga hasil yang diperoleh rendah. Pendidik juga harus mengetahui latar belakang mengapa anak tersebut tidak mampu berprestasi baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak didik penting sekali diketahui oleh para pendidik dalam rangka membimbingnya dalam mencapai hasil belajar dengan sebaik-baiknya.
Dalam kegiatan belajar, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor tersebut ada yang menunjang dan ada pula yang menghambat, kesemuanya bergantung bagaimana cara-cara pengaturannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Purwanto diantaranya adalah kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi sosial, lingkungan dan kesempatan.3
Dalam pembelajaran terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. “Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi faktor eksternal (lingkungan dan instrumen pembelajaran) dan faktor internal (fisiologi dan psikologi).”4 Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor eksternal terdiri dari: a) Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
3
Ngalimpurwanto,Pengantar Psikologi ,(Bandung: Remaja Rosdakarya,1979),H.102
4
Lingkungan fisik seperti keadaan suhu dan udara. Belajar dalam keadaan yang segar akan lebih baik hasilnya. Sedangkan lingkungan sosial, misalnya siswa yang sedang memecahkan masalah matematika akan membutuhkan konsentrasi dan ketenangan sehingga akan terganggu bila ada suara berisik. b) Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental dapat berupa gedung sekolah, alat-alat praktikum, perpustakaan, kurikulum, bahan-bahan yang harus dipelajari dan sebagainya. 2. Faktor internal
Faktor internal adalah kondisi individu atau siswa yang belajar. Faktor ini dibagi menjadi dua bagian yaitu kondisi fisiologi dan psikologi seperti kesehatanbaik tidak capai, tidak cacat alat inderanya dan sebagainya. Sedangkan kondisi psikologi yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan – kemampuan kognitif yaitu persepsi, ingatan, dan kemampuan berpikir.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam :
a) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau kndisi jasmani dan rohani siswa.
b) Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembealajaran.
Faktor internal atau faktor yang datang dari dalam diri sendiri, faktor internal itu memiliki dua aspek :
a) Aaspek fisiologis, kondisi umum jasmani dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar.
Aspek kejiwaan ini terdiri dari :
Intelegensi siswa merupakan kemampuan psikofisik untuk mereaksi pasangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat keberhasilan siswa ditentukan oleh tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ).
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif. Sikap seseorang dalam melakukan suatu kegiatan dapat berpengaruh sekali terhadap kegiatan yang dilakukan. Bagaimana seseorang dalam menyikapi semua kegiatan yang dilakukannya tergantung dari motivasi melakukan kegiatan tersebut. Sikap seorang siswa dalam belajar khususnya dalam pembelajaran matematika harus selalu menyikapinya dengan pemahaman yang positif, karena jika kita menyikapinya dengan sikap yang negatif akankah tujuan pembealajaran matematika dapat tercapai.
Bakat adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang. Dengan memiliki bakat terhadap suatu kegiatan tertentu akan mudah untuk lebih mengembangkan bakat tersebut.
Minat atau kecenderungan dan kegairahan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Motivasi ini dapat mendorong seseorang lebih maju dalam melakukan suatu kegiatan. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya akan meningkat jika motivasi belajar bertambah.
Faktor yang terakhir adalah pendekatan belajar. Faktor pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan oleh siswa dalam menunjang aktifitas dan proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau pembaharuan, maka pendidikan harus memberikan motivasi yang baik pada anak-anak, sehingga timbul dorongan atau hasrat untuk belajar dengan baik. Pendidikan hendaknya dapat menyadarkan siswa tentang gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu.
Faktor-faktor eksternal maupun faktor internal yang ada pada diri seseorang sama-sama memberikan pengaruh yang besar. Faktor internal akan bekerja dengan baik apabila didukung oleh faktor eksternal dan begitu pula sebaliknya. Sebagai contoh seorang siswa mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi didalam belajar disekolah, tidak akan memperoleh hasil belajar yang tinggi apabila cara guru mengajar itu tidak tepat atau kurang menguasai metode pembelajaran, atau keperibadian guru tidak mencerminkan seorang pendidik atau media pengajaran yang digunakan kurang memadai.
2) Pendekatan Kontekstual Strategi REACT
a.
Pengertian Pendekatan KontekstualPada umumnya guru Matematika dalam pembelajaran dikelas masih berorientasi pada target penyelesaian sejumlah materi berdasarkan kurikulum yang diberikan dengan menggunakan pendekatan konvensional (teacher centered) yaitu pembelajaran dimana guru lebih banyak menyampaikan informasi dan siswa lebih banyak menerima informasi dari guru. Hal ini menjadikan siswa lebih pasif dan pembelajaran menjadi kurang bermakna.
Salah satu pendekatan yang diperkirakan dapat mencapai pembelajaran bermakna yaitu dengan pembelajaran yang berdasarkan konteks (kehidupan sehari-hari). Pembelajarn konteks yaitu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. pembelajaran kontekstual bertujuan membantu para siswa memahami. Para siswa melihat makna pada materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan harian mereka, konteks pribadi, sosial dan budaya mereka.5 “Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat”. 6
Menurut Sanjaya, “Contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi, yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.7
Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba,melakukan dan mengalami sendiri. Dengan demikian, maka pembelajaran tidak hanya dilihat pada hasil akhir (produk) saja, tetapi lebih dilihat pada prosesnya. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas melibatkan tujuh utama pembelajaran efektif, yaitu:
5
Dharma Kesuma, Contextual Teaching and Learning.Sebuah panduan awal dalam pengembangan PBM. (Yogyakarta: Diandra Primamitra Media,2010) h.6
6
Rusman, Model-model pembelajaran: mengembangkan Profesionalisme Guru.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,2011) h.
7
1. Konstruktivisme (Constructivism)
“Konstruktivisme (Constructivism) merupakan suatu pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas”.8
Konstruktivisme (Constructivism) merupakan upaya yang dilakukan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri. Tugas dari guru disini adalah memfasilitasi proses tersebut. Adapun cara-cara yang dilakukannya antara lain :
a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Berdasarkan uraian diatas, pengetahuan harus dibangun siswa sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks terbatas. Implementasinya, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dikemas menjadi proses mengkonstruksi, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui keterlibatannya dalam proses pembelajaran aktif.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi merupakan hasil penemuan sendiri. Guru merancang pembelajaran yang menekankan pada kegiatan menemukan. Menemukan (Inquiry) mempunyai siklus yang terdiri dari : 9
a) Observasi (Observation) b) Bertanya (Questioning)
c) Mengajukan dugaan (Hyphotesis) d) Pengumpulan data (Data Gathering) e) Penyimpulan (Conclussion)
8
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 281
9
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan ruh dari suatu pembelajaran. Ketika siswa bertanya, guru bisa memperoleh informasi dari siswanya, misalnya mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi, membangkitkan respon siswa, membimbing dan mengarahkan siswa. Bertanya bisa dilakukan baik antara siswa dengan guru, maupun siswa dengan siswa. Kegiatan bertanya ini dapat ditemukan pada saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.10 Siswa hidup dalam lingkungan masyarakat tempat tinggalnya atau di sekitar sekolahnya.Dengan demikian, masyarakat dapat dijadikan sumber daya untuk mengembangkan pemahaman pembelajaran kontekstual. 5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan (Modeling) pada proses pembelajaran yaitu pengemasan dan penyampaian materi menggunakan alat bantu sehingga dapat lebih memahami konsep yang diajarkan. Pemodelan disini maksudnya adalah model yang bisa ditiru. Model tersebut bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu, cara melafalkan, contoh karya tulis, cara memanipulasi benda-benda kongkrit, ataupun guru memberikan contoh mengerjakan sesuatu.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refisi ini siswa
10
diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. 11
Refleksi, yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan pembelajaran. Refleksi ini merupakan ringkasan dari pembelajaran yang telah disampaikan guru. Siswa mengungkapkan secara lisan atau tulisan, apa yang telah mereka pelajari.
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) maksudnya adalah penilaian selama pembelajaran tidak hanya menilai produk yang dihasilkan siswa, akan tetapi guru menilai siswa mulai dari keaktifan siswa selama pembelajaran hingga hasil belajar yang diperolehnya. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi dan menghargai usaha-usaha yang dilakukan untuk menghargai siswa dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan guru.
b. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual Strategi
REACT
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:
1. Relating (mengaitkan)
“Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman yang nyata.Konteks merupakan kerangka kerja yang di rancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna”.12
Guru menggunakan relating ketika guru mencoba menghubungkan konsep baru dengan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.
2. Experiencing (mengalami)
“Belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses secara aktif dalam hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang di kaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru
11
Ibid., h.284
12
dari apa yang dipelajarinya”.13 Dalam proses pembelajaran siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan, inventory, investigasi, penelitian, dan lain-lain. Experiencing di pandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual.14 Pada experiencing mungkin saja siswa tidak mempunyai pengalaman langsung berkenaan dengan konsep tersebut, tetapi pada bagian ini guru harus memberikan hands-on kepada siswa sehingga dengan kegiatan ini siswa dapat membangun pengetahuannya. 3. Applying (menerapkan)
“Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya”.15
Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih daripada sekedar hafal. Siswa mengaplikasikan konsep-konsep ketika mereka berhubungan dengan aktifitas penyelesaian masalah yang hands-on dan proyek-proyek.
4. Cooperating (bekerja sama)
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.16 Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi pembelajaran tetapi juga sekaligus memberikan wawasan pada dunia nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama atau kerja sama dalam bentuk team work. Berdasarkan teori Vygotsky “pendekatan kontrukstivisme sosial menekankan pada konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara bersama”.17
13
Ibid.
14
Dewi SalmaPrawiradilaga,Mozaik Teknologi Pendidikan. h.16
15
Suprijono.Loc.cit.
16
Ibid. 17
5. Transferring (mentransfer)
“Belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru”.18
“Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain”.19
c. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
strategi REACT
Langkah-langkah dalam pembelajaran kontekstual dengan strategi REACT diuraikan sebagai berikut:
1. Relating
Pembelajaran dimulai dengan mengaitkan konsep-konsep baru yang akan dipelajari dengan pengalaman atau konteks kehidupan siswa. Dalam penelitian ini, siswa akan mempelajari tentang bangun ruang prisma dan Limas. Sebelum membagikan Lembar Kerja Siswa, terlebih dahulu dilakukan apersepsi mengenai materi pra-syarat.Pada setiap pertemuan siswa dituntut mengerjakan LKS yang selalu dimulai dengan ilustrasi yang relevan dengan kehidupan siswa.
2. Experiencing
Pada tahap ini siswa membangun suatu konsep yang baru dipelajarinya berdasarkan pada pengalaman-pengalaman yang telah ia peroleh sebelumnya. Oleh karena itu dalam Lembar Kerja Siswa disajikan pernyataan dan pertanyaan yang mendorong siswa membangun sendiri pengetahuannya mengenai konsep yang disajikan dalam tahapan ilustrasi (relating).
3. Applying
Tahap Applying ini akan mengukur pemahaman siswa sejauh mana siswa paham akan suatu konsep dan bagaimana siswa mengaplikasikan konsep tersebut. Siswa dihadapkan kepada masalah-masalah yang relevan
18
Agus Suprijono, Cooperative learning Teori & Aplikasi Paike(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009)h. 84
19
dengan kehidupannya. Melalui permasalahan tersebut siswa mengaplikasikan konsep-konsep yang telah ia pahami dari tahapan atau kegiatan sebelumnya. 4. Cooperating
Pembelajaran berkelompok telah dimulai saat siswa diberikan ilustrasi yaitu pada tahap relating. Bersama teman sekelompoknya siswa dapat saling berbagi pengetahuan. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan gagasan-gagasannya dalam presentasi dan tanya jawab. Guru berperan sebagai fasilitator dan menghidupkan jalannya diskusi sambil membimbing dan meluruskan pemahaman siswa.
5. Tranferring
Bentuk kegiatan ini berupa pemahaman konsep yang baru bagi siswa. Masalah yang disajikan sedikit berbeda dari masalah yang biasanya diberikan. Letak perbedaannya bisa dari konteks yang digunakan ataupun kombinasi konsep yang digunakan dalam penyelesaian masalah.
3) Pengertian Pendekatan Pembelajaran konvensional
Pendekatan konvensional merupakan suatu istilah pembelajaran yang lazim diterapkan dalam pengajaran matematika. Konvensional adalah sebuah pembelajaran secara klasikal yang biasa digunakan oleh setiap pendidikan untuk mendidik siswanya. Didalam pembelajaran konvensional, guru memiliki peranan yang sangat penting. Guru dituntut untuk menjelaskan materi dari awal hingga akhir pelajaran untuk menjamin materi tersebut dapat dipahami oleh siswa, jadi pada proses pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru.
Menurut Roestiyah N.K, pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan dari pada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. 20
Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran konvensinal adalah metode ceramah. Metode ceramah adalah metode mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan.
Menurut Zulfiani dkk, metode ceramah sebaiknya digunakan apabila: 21 a. Bahan ajar yang akan disampaikan banyak, sedangkan waktu yang tersedia
relatif singkat.
b. Bahan ajar berupa instruksi.
c. Peserta didik yang akan diajar jumlahnya juga banyak.
d. Guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (metode ini sangat menuntut kemampuan berbicara).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika secara konvensional adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada umumnya dimana guru mendominasi kelas dengan metode ceramah dan tanya jawab, siswa hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh guru, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi pasif dan proses belajar siswa menjadi kurang bermakna.
Pembelajaran konvensional yang digunakan pada sekolah dalam penelitian ini yaitu pembelajaran matematika dengan metode ekspositori. Metode ekspositori yang banyak digunakan oleh guru disekolah hanya memusatkan pembelajaran pada guru (teacher centered), guru lebih banyak bertutur dan memberi penjelasan. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi pasif selama proses pembelajaran.
20
Sambas Salim, Model Pembelajaran Konvensional darihttp://www.pgsd.co.cc/2010/04. Model pembelajaran konvensional. html 24 April 2015 16.17 WIB
21
Dalam pembelajaran yang menggunakan metode ekspositori materi pelajaran sengaja diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah menyimak untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.22
Ada beberapa langkah dalam pembelajaran dengan metode ekspositori, yaitu persiapan (Preparation), penyajian (pesentation), menghubungkan (correlation), menyimpulkan (generazitation), dan penerapan (application).23 Langkah-langkah pembelajaran dengan metode ekspositori dapat dirinci sebagai berikut:
a. Persiapan, dalam tahap ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.
b. Penyajian, dalam tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru berusaha semaksimal mungkin agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
c. Menghubungkan, dalam tahap ini guru menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa untuk memberikan makna terhadap materi pembelajaran.
d. Menyimpulkan, adalah tahapan memahami inti dari materi pembelajaran yang disampaikan.
e. Mengaplikasikan, merupakan tahapan unjuk kemampuan siswa setelah menyimak penjelasan dari guru.24
B.
HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang berhubungan dengan strategi REACT, diantaranya yaitu sebuah tesis penelitian Abdul Ghoni yang berjudul Pembelajaran dengan Strategi REACT bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Lumajang untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika. Penelitian ini mengungkapkan bahwa strategi REACT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
22
Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2010) h.178
23
Ibid.,h.185 24
Penelitian lain mengenai pendekatan kontekstual yakni sebuah jurnal penelitian Jaenudin yang berjudul Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP.Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Lembang, Kabupaten Bandung Barat.Hasil dari penelitian ini yaitu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan representasi matematik beragam.
Penelitian lain yang berhubungan dengan strategi REACT yaitu jurnal penelitian Yuniawatika yang berjudul Pengaruh penerapan pendekatan kontekstual strategi REACT terhadap kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa.Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD dari dua sekolah yang masing-masing berlevel baik dan sedang sebanyak empat kelas dengan dua kelas kelompok eksperimen dan dua kelas kelompok kontrol.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa sekolah dasar. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi REACT secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematik siswa sekolah dasar dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi konvensional ditinjau dari level sekolah (baik dan sedang) maupun ditinjau dari kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang, dan rendah). Selain itu, sebagian besar siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini ditunjukkan melalui pendapat siswa dalam angket maupun pada hasil wawancara Maka penelitian ini relevan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Penelitian lain yang berhubungan dengan hasil belajar yaitu penelitian yang dilakukan oleh Siti Latifah (2010) yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Card Sort Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.25
Dalam penelitannya disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa
25
yang diajarkan dengan strategi pembelajaran aktif card sort lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode konvensional.
Penelitian lain yang berhubungan dengan hasil belajar yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ma’Rif Syafruddin(2013) yang berjudul “ Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question And Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.26
C.
KERANGKA BERFIKIR
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari dan bagi ilmu pengetahuan lainnya, maka matematika perlu diajarkan dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Namun saat ini masalah yang dihadapi adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa di sekolah, dimana kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh pandangan guru terhadap makna belajar. Makna dan hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai penerimaan informasi dan sumber informasi (guru dan buku pelajaran). Akibatnya, guru masih memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan memindahkan informasi dari guru atau buku kepada siswa. Proses mengajar lebih bernuansa memberi tahu dari pada membimbing siswa menjadi tahu sehingga sekolah lebih berfungsi sebagai pusat pemberitahuan dari pada sebagai pusat pengembangan potensi siswa. Perilaku guru yang selalu menjelaskan dan menjawab langsung pertanyaan siswa merupakan salah satu contoh tindakan yang menjadikan sekolah sebagai pusat pemberitahuan. Sehingga siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep dari sebuah soal, yang mengakibatkan siswa lamban dalam menyelesaikan soal dan mengakibatkan hasil belajar matematika siswa menjadi rendah.
Adapun cara yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran.salah satunya dengan pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran lebih menyenangkan. yaitu dengan pendekatan kontekstual strategi React, didalam penerapannya Strategi
26
Ma’Rif Syafruddin,Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question And
React memiliki langkah-langkah yaitu Relating pada tahap ini belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman yang nyata, Experiencing pada tahap ini siswa belajar kegiatan yang telah dialaminya, Appliying pada tahap ini siswa belajar menerapkan yaitu pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimilikinya, Cooperating pada tahap ini siswa belajar bekerja sama dengan siswa lain, dan Transfering pada tahap ini siswa dapat mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain.
Berdasarkan hal-hal tersebut, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Strategi React di dalam pembelajaran matematika memberikan kesempatan pada siswa dalam hal meningkatkan hasil belajar matematika.
D.
HIPOTESIS PENELITIAN
Bagan 2.1
Skema Kerangka Berfikir Rendahnya hasil belajar
matematika siswa
Penyebab:
Pembelajaran masih berpusat pada guru
Siswa tidak antusias belajar matematika
Solusi
Strategi REACT
Relating Experiencing Applying Cooperating Transferring
Hasil Belajar
Matematika Siswa
25
A.
Tempat dan waktu penelitianPenelitian dilaksanakan di MTs. Salafiyah Bedahan No.09 Kec. Sawangan Kota Depok , karena di sekolah ini belum ada yang melakukan penelitian tentang pengaruh pendekatan kontekstual strategi react terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII semester ganjil.
B. Variabel dan desain penelitian
Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel terikatnya adalah hasil belajar, dan variabel bebasnya adalah pendekatan kontekstual strategi react.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap sempel penelitian. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan strategi REACT sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Tabel 3.1
Rancangan Desain Penelitian
Kelompok Kelas Treatment (perlakuan) Post test R (eksperimen)
R (control) Keterangan:
= Perlakuan pembelajaran matematika menggunakan strategi REACT
= Perlakuan pemelajaran matematika menggunakan pemelajaran konvensional
= Post Test
Sebelum memberikan tes hasil belajar matematika, kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol melakukan proses pembelajaran. Kelas eksperimen di beri perlakuan khusus, yaitu pembelajarannya menggunakan kontekstual strategi REACT, kemudian dilihat pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika.
C. Populasi dan Sample
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Salafiyah tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 4 kelas.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dengan kata lain “sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang karakteristiknya benar-benar diselidiki”.1 Sampel dalam penelitian diambil dari populasi terjangkau. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan dengan merandom kelas, dengan mengambil dua kelas secara acak dari
1
4 kelas yang memiliki karakteristik yang sama yaitu kelas VIII-2 sebagai kelas kontrol dan VIII-1 sebagai kelas eksperimen.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan memberikan tes. Tes ini akan diberikan kepada siswa sesudah perlakuan terhadap dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan bentuk soalnya berupa tes uraian. Tipe soal uraian digunakan agar mempermudah mengidentifikasi hasil belajar siswa ditinjau dari langkah-langkahsiswa dalam menyelesaikan persoalan.
Tes yang sama diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu berupa posttest yang diberikan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual Strategi React, dan kelompok kontrol setelah diberikan pendekatan konvensional.
E. Kontrol Validitas Internal
Sebelum instrumen digunakan maka terlebih dahulu harus memenuhi uji persyaratan tes yang baik, yaitu validitas dan reliabilitas. Selain itu, soal juga memenuhi kriteria tingkat kesulitan soal dan daya pembeda soal. Analisis instrumen yang dilakukan adalah:
1. Uji Validitas
Tes yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar ketepatan penelitian terhadap hasil yang dinilai sesuai. Suatu instrument dikatakan valid bila suatu eksperimen itu mengukur apa yang semestinya diukur, derajat ketetapannya besar, validitasnya tinggi. Validitas suatu instrument berkaitan dengan untuk apa instrument itu dibuat. Untuk mengukur validitas butir hasil belajar matematika digunakan korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:2
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
2
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
N = Banyak subjek
X = Nilai rata-rata soal tes pertama perorangan Y = Nilai rata-rata soal tes kedua perorangan ∑X = Jumlah nilai-nilai X
∑X2
= Jumlah kuadrat nilai-nilai X ∑Y = Jumlah nilai-nilai Y
∑Y2
= Jumlah kuadrat nilai-nilai Y
XY = Perkalian nilai X dan Y perorangan ∑XY = Jumlah perkalian nilai X dan Y Dengan ketentuan:
Jika < , maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. Jika ,maka soal tersebut dinyatakan valid.
Dan klasifikasi koefisien korelasi tanpa memperhatikan tanda positif dan negatif Sebagai berikut:
[image:44.595.155.508.115.648.2]Tabel 3.2
Klasifikasi Validitas
Keterangan
0,00 < ≤ 0,20 0,20 < ≤ 0,40 0,40 < ≤ 0,70 0,70 < 0,90 0,90 < 1,00
tidak ada korelasi rendah atau kurang cukup
tinggi
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas
Soal 1 2 3 4 5 6 7 8
rhitung 0,231 0,642 0,676 0,257 0,256 0,714 0,532 0,417
rtabel 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
Kriteria In
Valid Valid Valid In valid
In
valid Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil perhitungan dari 8 soal yang diujicobakan diperoleh 5 soal yang valid. Terdapat pada soal nomor 2, 3, 6, 7, dan 8.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan atau ketetapan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Sesuai dengan bentuk soal tesnya yaitu tes bentuk uraian, maka untuk menghitung koefisien reliabilitasnya menggunakan rumus alpha. Rumusnya sebagai berikut:
∑
Keterangan :
= reliabilitas instrument = banyak butir soal
∑ = jumlah varians Skor tiap-tiap item = varians total 3
Tingkat relibilitas dari soal uji coba hasil belajar matematika (
)
dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:
3
Tabel 3.4
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
Besarnya r Tingkat Reliabilitas Reliabilitas Kecil
Reliabilitas Rendah
Reliabilitas Sedang
Reliabilitas Tinggi
Reliabilitas Sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas pada instrumen yang di ujicobakan, diperoleh nilai 0.506, artinya reliabilitas soal Sedang.
3. Tingkat Kesukaran Soal
Untuk mengetahui bermutu atau tidaknya butir item tes matematika dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki masing-masing butur item tersebut. Butir item tes tersebut dapat dinyatakan sebagai butir item tes yang baik, apabila butir item tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.
Rumus tingkat kesukaran soal:
T T
I S IK
Keterangan :
IK = Tingkat kesukaran
ST = jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir yang diolah
IT = jumlah skor ideal/maksimum yang diperoleh pada stu soal itu
Tabel 3.5
Kriteria Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi IK = 0,00 Terlalu Sukar 0,00 <IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 <IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 <IK ≤ 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah
[image:47.595.119.506.318.599.2]Berdasarkan hasil perhitungan, dari 5 soal valid diperoleh 2 soal dengan kategori mudah, 2 soal dengan kategori sedang dan 1 soal dengan kategori sukar.
Tabel 3.6
Hasil Uji Kesukaran Instrumen
Soal 1 2 3 4 5 6 7 8
194 80 172 266 278 72 280 262
Sekor Tertinggi
240 240 360 360 360 360 360 360
IK
0,808 0,333 0,477 0,738 0,772 0,2 0,778 0,728
Tingkat Kesukaran
M SD SD M M S M M
Keterangan : M (Mudah), SD (Sedang), S (Sukar) 4. Daya Pembeda
peserta tes yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan untuk pengujian daya pembeda adalah sebagai berikut: 4
Keterangan :
D = Indeks daya beda
∑ A = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas ∑ B = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah nA = jumlah peserta tes kelompok atas
[image:48.595.113.499.203.540.2]nB = jumlah peserta tes kelompok bawah
Tabel 3.7
Indeks Daya Pembeda
Daya beda soal Keterangan
D ≤ 0 Sangat Jelek maka Butir soal dihilangkan 0,00 <D ≤ 0,20 Daya Pembeda Jelek
0,20 <D ≤ 0,40 Daya Pembeda Cukup 0,40 <D ≤ 0,70 Daya Pembeda Baik 0,70 <D ≤ 1,00 Daya Pembeda Baik sekali
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda dengan kriteria cukup sebanyak 5 soal, jelek sebanyak 3 soal.
Hasil uji validitas, taraf kesukaran dan daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.8
4
Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Realibilitas dan Interpretasi Hasil Tes, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2006),cek ke-3, h.31
B
A n
B
n
A
Tabel 3.8
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
No.
Soal Validitas
Taraf
Kesukaran Daya Beda Keterangan
1 In Vialid Mudah Jelek Tidak digunakan
2 Valid Sedang Cukup Digunakan
3 Valid Sedang Cukup Digunakan
4 In Valid Mudah Jelek Tidak digunakan 5 In Valid Mudah Jelek Tidak digunakan
6 Valid Sukar Cukup Digunakan
7 Valid Mudah Cukup Digunakan
8 Valid Mudah Cukup Digunakan
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis mengenai perbedaan dua rata – rata populasi. Uji yang digunakan adalah uji – u. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu:
1) Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Analalisis data yang digunakan adalah uji chi-kuadrat.5
a) Menentukan hipotesis
Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
5
b) Data dikelompokan dalam daftar distribusi frekuensi
Rumus banyak kelas interval (aturan Sturges) K = 1 + 3,3 log(n), dengan n banyaknya subjek.
Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil Panjang kelas interval (P) =
c) Cara dengan rumus:
E E O
f
f
f
22
(
)
Keterangan: 2
= Nilai statistic hitung chi-square = frekuensi observasi
= frekuensi ekspektasi K = Bawah kelas
d) Cari
dengan derajat kebebasan (dk) = K- 3 ,K adalah Banyak kelas.
e) Kriteria pengujian: Jika
, maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika
> , maka H1 diterima dan H0 ditola f) Kesimpulan
Jika
, sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
Jika
, sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.
b. Uji kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)
posttest kelas eksperimen dan kontrol dalam penelitian ini menggunakan Uji-F. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:6
a) Perumusan Hipotesis
Ho: Varians sampel kedua kelas data homogen
H1: Varians sampel kedua kelas data tidak homogen
b) Hipotesis Statistik
c) Cari dengan Rumus:
dimana ∑ ∑
Keterangan :
= kelompok yang mempunyai varians besar
= kelompok yang mempunyai varians kesil
d) Menentukan taraf signifikan (α), taraf signifikansi yang digunakan yakni nilai α = 0,05.
e) Hitung dengan db1 = n1 -1 untuk pembilang db2 = n2 -1 untuk
penyebut.
= F (α) (n1 -1, n2 -1)
f) Tentukan kriterian pengujian H0,yaitu:
Jika : maka diterima dan H1 ditolak.
Jika : maka ditolak dan H1 diterima.
g) Menarik Kesimpulan
Jika Fhitung Ftabel : Varians sampel kedua kelas data homogen. Jika Fhitung Ftabel : Varians sampel kedua kelas data tidak homogen.
6
2)
Pengujian PerbedaanDua Rata-rata
Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis data dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan antara hasil belajar matematik siswa yang diajarkan dengan strategi REACT dengan siswa yang tidak diajarkan dengan strategi REACT.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan Hipotesis, H0dan H1. Adapun hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
1
: Rata-rata posttest hasil belajar siswa kelas eksperimen.
2
: Rata-rata posttest hasil belajar siswa kelas kontrol. 1. Jika menggunakan Uji-t, maka:
H0: 12 H1: 12
Jika Hasil penghitungan Uji-t Berdistribusi tidak normal maka dilakukan penghitungan dengan menggunakan Uji-U
b. Menentukan taraf signifikansi, taraf signifikansi yang digunakan yakni nilai α = 0,05, dengan n1 30n2 30.
c. Kriteria Pengujian
Jika kedua rata-rata skor berdistribusi normal dan homogen, uji statistik yang digunakan adalah Uji-t. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:7
2 2 2 1 2 1 2 1 n s n s X X t
dengan ;
7
= Nilai rata-rata kelompok eksperimen = Nilai rata-rata kelompok kontrol = Jumlah samplekelompok eksperimen = Jumlah samplekelompok kontrol = Varianskelompok eksperimen = Varianskelompok kontrol
d. Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka uji statistik yang digunakan adalah Uji-t’. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:8 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t
e. Jika