• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PEMAHAMAN HADIS HUKUM

D. Pendekatan dalam Memahami Hadis

Selain metode, dalam memahami hadis juga tidak terlepas dari pendekatan (approach). Terjemahan dari bahasa Inggris, approach. Pentingnya menggunakan pendekatan dalam pemahaman hadis adalah merupakan langkah konkret yang ditempuh dalam penggunaan metode yang bersifat teoritis. Ada berbagai pendekatan dalam memahami hadis antara lain sebagai berikut;

1. Pendekatan Sintaksis (syntaxis approach)

Pendekatan ini dinamakan pula pendekatan lughawi<, karena terfokus pada apek bahasa. Pendekatan ini dilakukan karena bahasa yang digunakan oleh Nabi Muhammad Saw., dalam susunan yang baik dan benar. Banyak matan yang semakna dengan sanad yang sama sahihnya, tetapi bentuk lafaznya berbeda. Penyebab terjadi perbedaan lafaz pada matan karena dalam periwayatan hadis ada periwayatan makna (riwa<yah bi al-ma'na<).86

86Nizar Ali, Metode dan Pendekatan..., 57. Moh Zuhri, M. Zuhri, Telaah Matan Hadis, (Yogyakarta: LESFI, 2003), 24. Abdul

Menurut ulama hadis, perbedaan lafaz yang tidak mengakibatkan perubahan makna diperbolehkan, asal sanadnya sahih, hal itu masih ditoleransi. Pendapat ini diperkuat oleh Kib al-Baghdadi.

Pendekatan bahasa dalam memahami hadis berkaitan berbagai aspek; seperti makna kalimat (ma'a<ni<), misalnya tentang keindahan bahasa (bala<ghah) yang mengandung pengertian maja<zi< (mataforis). Suatu contoh matan hadis yang berbentuk tasybi<h (allegory) yaitu hadis tentang "Persaudaraan atas dasar iman" sebagai berikut:

نب للها دبع نب ةدرب بيأ نع ن يفس لثدح ل ق نٍيح نب دلاخ لثدح

ل ق ملسن هيلع للها ىلص بيللا نع ىسوم بيأ نع هدج نع ةدرب بيأ

هانر( .هعب صأ كبشن ضعب هضعب دشي ن يلبل ك نمؤملل نمؤلدا نإ

خبلا

ر

ى

)

"Khala‟ bin Yahya telah menceritakan kepada kami, dari Sufyan,: “Sesungguhnya orang yang beriman itu satu dengan lainnya saling memperkokoh bagaikan sebuah gedung yang saling memperkuat di antara tiangnya, dan di antara jari-jemarimu saling berjalin".87

Hadis di atas tidak dapat pahami secara tekstual, karena menyangkut tasybi<h. Bentuk pemahamannya terkait dengan latar belakang pembicaraan, obyek, dan situasi

Mustaqim, Ilmu Ma’ani al-Hadis, Paradigma Interkoneksi, (Yogyakarta: Ide Press. 2016), 59.

seseorang. Oleh karenanya bentuk pemahaman seperti ini dinamakan pemahaman kontekstual.

2. Pendekatan Historis (historical approach)

Yang dimaksud dengan pendekatan historis dalam memahami hadis adalah memperhatikan dan mengkaji situasi atau peristiwa sejarah yang terkait dengan latar belakang munculnya hadis.88 Pemahaman dengan pendekatan historis dapat dilihat dalam memahami hadis tentang hukum rajam bagi penzina muh{s{an.. Yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah.

3. Pendekatan Sosiologis (sociological approach)

Yang dimaksud dengan pendekatan sosiologis dalam

pemahaman hadis adalah memahami hadis dengan

memperhatikan dan mengkaji keterkaitannya dengan kondisi dan situasi masyarakat pada saat munculnya hadis.89Contoh pendekatan sosiologis dalam memahami hadis adalah pada masalah persyaratan dalam khila<fah harus ketiurunan Quraisy. Bunyi hadis tersebut antara lain:

ل ق لو ي بيأ تعسم دممح نب مص ع لثدح سنوي نب دحمأ لثدح

في رملأا اذه لازي لا ملسن هيلع للها ىلص للها لوسر ل ق رمع نبا

ر خبلا هانر( ن لثا مهلم ي ب م شيرق

ى

)

88 Muh. Zuhri, Telaah Matan ... , 58.

“Ahmad bin Musa telah menceritakan kepadaku, „Asim bin Muhamad telah menceritakan kepadaku, aku mendengar ayahku berkata, Ibn Umar berkata bahwasanya Rasulullah Saw., telah bersabda: “Selama masih ada orang Quraisy meskipun hanya dua orang, maka kepemimpinan harus diserahkan kepadanya”.90

Munculnya hadis di atas disebabkan oleh keadaan masyarakat Quraisy yang lebih menguasai tentang masalah pemerintahan di banding suku yang lain pada saat itu. Maka sangat tepat Nabi menyarankan agar khilafah diserahkan kepada mereka. Bahkan disebutkan dalam riwayat lain meskipun tinggal 2 orang, mereka yang diutamakan.

4. Pendekatan Antropologis (anthropological approach)

Secara bahasa antropologi artinya ilmu kebuadayaan. Yang dimaksud pemahaman hadis dengan pendekatan antropologis adalah memahami hadis dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, tradisi dan budaya pada saat hadis tersebut disabdakan.91Menurut kacamata ini, munculnya suatu teks tidak terlepas dari budaya yang ada di sekitar. Adapun contoh memahami hadis dengan pendekatan antropologis adalah hadis mengenai larangan menggambar sebagai berikut:

90 Imam al-Bukhari, Al-Ja<mi’ as}-S}ah}i<h}..., Juz IV, 179.

لو ي ملسن هيلع للها ىلص بيللا تعسم ل ق دوعسم نب للها دبع نع

)ير خبلا هانر( .ننروصلدا ةم ي لا موي للها دلع باذع س للا دشأ نإ

"Dari Abdullah bin Mas 'ud berkata: "Saya mendengar Nabi Saw. bersabda: "Sesungguhnya orang-orang yang menerima siksaan paling dahsyat di hadapan Allah pada hari kiamat ialah para pelukis".92

Menurut budaya Arab jahiliyah, orang yang menggambar binatang diyakini dapat memberi nyawa kepadanya, sehingga mampu melakukan aktifitas sesuai kehendak pemiliknya. Perbuatan ini termasuk syirik, karena mengakui adanya Sang pencipta alam selain Allah. Oleh karenanya Nabi melarang keras umat Islam yang masih baru (mu’allaf) melakukan kegiatan seperti itu.93

5. Pendekatan Psikologis (psychological approach)

Yang dimaksud dengan pendekatan psikologis adalah pendekatan pemahaman hadis dengan memperhatikan kondisi psikologis Nabi Saw., dan masyarakat yang dihadapi ketika disabdakan. Secara empiris, ada hadis Nabi yang disabdakan sebagai respons terhadap pertanyaan dan perilaku Sahabat dan juga keadaan psikisnya.94 Salah satu contoh adalah hadis tentang amalan utama yang sangat variatif sebagai berikut:

92 Imam al-Bukha<ri<, Al-Ja<mi’ as-S}ah}i<h}, ..., Juz VII, 167.

93 Phillips K. Hitti, The Arabaic ..., 23.

بىأ نع

ملاسلإا يأ للها لوسر ي اول ق ،ل ق هلع للها يضر ىسوم

ر خبلا هانر( هدين هن سل نم نوملسلدا ملس نم ل ق ؟ ضفأ

ى

)

"Dari Abu Musa al-Asy‟ari berkata: Pada suatu saat mereka (para Sahabat) bertanya kepada Nabi: "Ya Rasulullah, amalan manakah yang paling lebih utama dalam ajaran Islam ?" Beliau menjawab: "(Yaitu) orang yang kaum muslimin selamat dari (gangguan) mulut dan tangannya."

Pada waktu yang lain Nabi menyampaikan hadis sebagai berikut:

بىأ نع

معلا يأ ئس ملسن هيلع للها ىلص للها لوسر نأ ةريره

؟ ضفأ

للها يبس في د هلجا :ل ق اذ م ثم يق .هلوسرن لله ب ن يمإ ل ف

ر خبلا هانر( رنرم جح :ل ق اذ م ثم

ى

)

"Bahwasanya Rasulullah Saw., ditanya oleh seseorang: "Amal perbuatan apakah yang paling disukai Allah?". Beliau menjawab: "Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. (Ia) bertanya lagi: "Kemudian apa ?" Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah". Ia bertanya kembali: "Kemudian apa ?" Beliau menjawab: "Haji mabrur". (HR. Al-Bukha<ri<).95

Pada waktu yang lain, ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama, Nabi menjawab seperti ini:

نب ديلولا ل ق ةبعش لثدح ل ق كللدا دبع نب م شه ديلولا وبأ لثدح

رمع بأ تعسم ل ق نيرخأ رازيعلا

ا

هذه ح ص لثدح لو ي ني بيشل

95 Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’ani ..., 79. Imam al-Bukha<ri<, Al-Ja<mi’ as-S}ah}i<h} ..., Juz I, 14.

ملسن هيلع للها ىلص بيللا تلأس ل ق للها دبع راد لىإ ر شأن رادلا

للها لىإ حأ معلا يأ

:

يأ ثم ل ق هحقن ىلع ةلاصلا ل ق

؟

ل ق

لا رب ثم

نيدلاو

.

يأ ثم ل ق

؟

للها يبس في د هلجا ل ق

.

نىث دح ل ق

.نيدازل تدزحسا ولن نبه

“Telah menceritakan kepadaku Abu al-Walid Hisyam bin Abdul Mulk, dia berkata:“Syu‟bah telah menceritakan hadis kepadaku, Al-Walid bin al-Izzar telah menceritakan hadis kepadaku. Ia berkata: “Saya mendengar Abu Umar asy-Syaiba<ni< berkata:“Telah menceritakan hadis kepadaku orang yang memiliki rumah ini (Abdullah). Ia berkata, saya telah bertanya kepada Nabi Saw.,:”Wahai Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling disukai Allah? Beliau menjawab: “Salat tepat pada waktunya. Lalu apa?" Beliau menjawab: “Berbhati kepada kedua orang tua. "Kemudian apa lagi?". Dia menjawab: ''Jihad dijalan Allah" Dia (Ibn Mas'ud) berkata bahwa ia (Nabi) telah mengemukakan kepada saya amal-amal yang utama itu; sekiranya saya minta untuk ditambah (tentang amal yang utama itu), niscaya akan ditambah (untuk memenuhi permintaan itu).96

Kedua hadis di atas menjelaskan tentang latar belakang munculnya hadis, terutama terkait dengan keadaan yang dialami seseorang, misalnya pada waktu berperang, bercanda dengan orang tua, atau salat. Dalam menanggapi pertanyaan tersebut Nabi menjawab sesuai dengan keadaan yang dialami masyarakat.

96