• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman hadis adalah salah satu bentuk kajian terpenting dalam bidang hadis, sebab melalui tahapan ini muncullah konsep tentang suatu perkara dan cara mengaplikasikannya. Bahkan menurut Erfan Soebahar, kajian pemahaman sangat urgens, karena melibatkan dua dimensi yang tidak terpisahkan, yaitu pisik dan psikis, tidak hanya pemikiran.66

66M. Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadis Nabi di Era Teknologi Informasi, (Semarang: Rasail, 2010), 125.

Penelitian tentang pemahaman hadis sudah berjalan lama, bahkan sejak zaman Nabi, sehingga banyak karya yang telah dihasilkan. Meskipun demikian, bukan berarti kajian tersebut telah selesai, sebab perkembangan peradaban tidak pernah berhenti yang mesti diimbangi dengan perkembangan ilmu.

Melalui kajian khusus yang membahas tentang pemahaman hadis hukum Ibn Qayyim, diharapkan dapat memberi kontribusi baru dalam bidang pemahaman hadis. Munculnya penelitian ini tidak terlepas dari penelitian yang lalu antara lain sebagai berikut: 1. Suryadi menulis tentang “Metode Kontemporer Memahami

Hadis Nabi (Perbandingan antara Yusuf al-Qaradhawi dan Muhammad al-Ghazali”.67Hasilnya; menjelaskan tentang berbagai metode pemahaman Hadis yang tepat dilakukan pada zaman modern. Bahkan pengaruhnya cukup besar, karena pada umumnya metode pemahaman yang ada menganut rumusan kedua tokoh tersebut, terutama al-Qardawy.

2. M. Alfatih Suryadilaga menulis penelitian tentang “Metodologi Syarah Hadis”.68

Dalam bukunya itu ia menjelaskan tentang perkembangan metodologi syarah hadis, yaitu; metode ijma<li< (global), tah}l<ili< (analitis), dan metode

muqa<rin (komparatif). Penelitian ini sangat tepat, karena menjadi panduan seseorang dalam menerapkan metode

67Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi

(Perbandingan antara Yusuf al-Qardhawy dan Muhammad al-Ghazali), (Yogyakarta: Teras, 2008).

pemahaman hadis. Juga terkait oleh kecenderungan tertentu, misalnya ; bahasa, sosial, budaya, dan psikologi.

3. Runction Marqud menulis tentang Syara<’i al-Fahm al-Mutu<n daur al-Insa<n: at-Tafakkur al-Gurminutik fi< al-Isla<m ’inda Muhammad Mujtahid Sabit” yaitu kajian hermeneutika dalam memahami teks hadis.69Ia menjelaskan peran penting penggunaan hermeneutika dalam memahami hadis.

Tulisan di atas menunjukkan bahwa kajian pemahaman hadis tidak terlepas dari hermeneutika yang berkembang di kalangan masyarakat.

4. Ahwan Fanani menulis “Konsep Syari’ah Ibn Qayyim al-Jauziyah” dalam mengembangkan Hukum Islam. Dalam

tulisan ini ditegaskan bahwa siya<sah yang adil tidak dapat dilepaskan dari syari‟ah. Oleh karenanya sepatutnya siya<sah tidak terlepas dari konsep Syar’iyyah.70 Konsentrasi kajian

penelitiannya terfokus pada buku primer yang berjudul ‚At}-T}uru<q al-H{uk}miyyah fi< Siya<sah as-Syar’iyyah‛ yang terfokus pada

peradilan dengan Siya<sah asy-Syar’iyyah.

5. Zuhad menulis tentang ‚Metode Memahami Hadis Mukhtalif dan Asbab al-Wurud‛.71

Dalam tulisannya ia menyebutkan cara

69 Runction Marqud, Syara<’i al-Fahm al-Mutun daur al-Insan: At-Tafakkur al-Gurminutik fi< al-Isla<m ’inda Muhammad Mujtahid Sabit. Jurnal Al-Jamiah, vol 9. No.1. 2011, 191.

70Ahwan Fanani, Menggugat Keadilan Politik Hukum Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah, (Semarang: Walisongo Press. 2009), 21.

71Zuhad, Metode Pemahaman Hadis Mukhtalif dan Asbab al-Wurud, (Semarang: Rasail . 2011) , 3.

menyelesaikan pertentangan antar hadis yang satu dengan lainnya, padahal derajadnya sama-sama kuat. Langkah yang ditempuh adalah beragam, ia mengutip berbagai mazhab yang ada dalam mengatasi i’tira<d} al-h}adi<s| (pertentangan hadis).

Pertama, menurut kelompok Sya<fi’iyyah (pengikut mazhab as-Syafi‟i ditempuh dengan cara al-jam’ (kompromi). Asba<b

al-wuru<d (latar belakang munculnya hadis), tarji<h}

(menguatkan salah dalil terhadap dalil yang lain), dan terakhir melalui takhyi<r (memilih salah satu dalil). Kedua, menurut ulama H{anafiyyah langkahnya sebagai berikut: pertama; melalui jalan naskh (penghapusan salah satu dalil), lalu

melalui tarji<h{ (penguatan salah satu dalil), ketiga melalui

al-jam’ (kompromi), keempat melalui tarji<h{, dan kelima

dikembalikan pada dalil yang lebih rendah.72

Ibn Hajar menempuh jalan tersendiri di luar kedua mazhab di atas. Ia melakukan cara sebagai berikut; pertama, al-jam’ (kompromi), kedua naskh (penghapusan salah satu dalil), ketiga tarjih, dan keempat tawaqquf (meninggalkan kedua dalil).

6. Saputro menulis tesis berjudul “Kritik Matan Hadis (Studi Komparatif Pemikiran Ibn al-Qayyim al-Jauziyah dan

Muhammad al-Ghazali”.73 Ia mengungkapkan untuk

mengetahui derajat suatu hadis tidak harus dimulai dengan

72

Zuhad, Metode Pemahaman...., 4.

73Saputro, ‚Kritik Matan Hadis; Studi Komparatif Pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan Muhammad al-Ghazali‛, Tesis 2012.

kritik sanad, melainkan dapat diawali dengan melakukan penelitian mataidak perlu dilakukan kritik sanad. Hal ini berguna untuk mempercepat car mendeteksi kedha’ifan hadis. 7. Kurniati menulis artikel dalam jurnal “Al-Risa<lah” Volume X November tahun 2010 yang berjudul “Pemikiran Ibn

al-Qayyim al-Jauziyah tentang Perubahan Sosial”.74Ibnu

Qayyim berpendapat perubahan sosial sangat berpengaruh terhadap keadaan hukum. Misalnya, larangan memotong tangan pencuri pada waktu berperang, kedudukan saksi wanita di luar masalah jinayah, dan masalah muamalah. Dengan berpegang pada prinsip maqa<s}id as-syari<’ah, yang bermuara pada prinsip kemaslahatan manusia, hukum dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi.

Penelitian di atas menjadi pengantar bahwa bahwa

metode pemahaman hukum Islam yang dilakukan Ibn al-Qayyim termasuk kategori kontekstual. Untuk mengetahui

landasannya sangat dibutuhkan penelitian tentang pemahamannya terhadap hadis.

8. Saiful Anam menulis disertasi tentang “Metodologi Kritik Hadis Ibn Qayyim (Kajian Kitab al-Manna<r al-Muni<f fi as-S}ah}i<h} wa ad-D}a’i<f)‛.75

74Kurniati, Pemikiran Ibn AL-Qayyim al-Jauziyah tentang Pengaruh Perubahan Sosial, Journal ‚Al-Risalah‛, Vol. X November 2010.

75Saiful Anam, ‚Metodologi Kritik Hadis Ibn Qayyim (Kajian Kitab al-Manna<r al-Muni<f fi< as}-S}ah}i<h} wa ad}-D}a’i<f)‛, (UIN Jakarta: 2012).

Dalam tulisannya ia menyimpulkan bahwa konsep kritik matan hadis yang dipakai Ibn Qayyim sangat lengkap dan banyak mengilhami terhadap model kritik matan para ulama berikutnya hingga pada masa kini, seperti model kritik matan Must{afa< asy-Syiba<’i< dan Salahudin al-Adlabi<.76

9. Abdul Fattah Idris dalam bukunya “Menggugat Ijitihad Ibn

Qayyim”.77 Ia menjelaskan bahwa sarana yang dipakai Ibn

Qayyim dalam melakukan ijtihad antara lain; al-Qur‟an, Hadis, dan Ijtihad. Dalam hal ini ia menggugat penggunaan hadis mursal sebagai sumber hukum yang dipakai Ibn al-Qayyim.

Jadi, penelitian di atas sangat tepat guna mengetahui lebih mendalam tentang hadis Nabi yang menjadi dasar atau pegangan dalam mengistinbatkan hukum.

10. Ahmad Barawi, menulis disertasi tentang “Konsep Ibadah

menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah”.78Tasawuf yang

dikembangkan Ibn Qayyim sangat moderat, karena tidak terikat oleh kelompok aliran tarekat manapun, bisa dilakukan setiap individu, jalannya juga sama seperti para para tokoh sufi lainnya. Ia menepis anggapan bahwa Ibn al-Qayyim bukan seorang sufi, hanya bentuknya tidak terikat oleh aliran tasawuf

76Salahudin, Al-Adlabi<, Metodologi Kritik Matan Hadis. (terj.), (Jakarta: Gaya Media Pratama. 2012), 81.

77Abdul Fattah Idris, Menggugat Ijitihad Ibn Qayyim, (Semarang: Zaman, 2007), 36.

78Ahmad Barawi, Disertasi ‚Konsep Ibadah Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah‛. 2015.

manapun yang berkembang pada zamannya. Sebab, dia hanya mendasarkan ajaran tasawufnya melalui al-Qur‟an dan Hadis. 11. Musahadi HAM dalam bukunya “Evolusi Konsep Sunnah

(Implikasinya pada Perkembangan Hukum Islam)”.79 Ia

menjelaskan terjadinya perubahan hadis menjadi sebuah Sunnah yang berkembang di masyarakat. Proses perubahan ini terjadi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Prosesnya tidak terlepas dari cara memahami hadis Nabi. Ia merumuskan metode memahami hadis menjadi beberapa tahapan, antara lain:

a. Konfirmatif, yaitu menafsirkan hadis dengan cara mengkonfirmasikan maknanya dengan petunjuk al-Qur‟an. b. Tematis-komprehensif, merupakan pemahaman teks-teks hadis sebagai sesuatu yang saling terkait satu dengan yang lain secara integral.

c. Linguistik, yaitu dalam menafsirkan hadis harus mempertimbangkan arti bahasa dalam gramatika Arab d. Historis, yaitu prinsip pemahaman dengan mempertimbangkan

latar situasional masa lampau dimana hadis tersebut terlahir, baik menyangkut dimensi sosial maupun situasi khusus yang melatarbelakanginya.

e. Realistik, yaitu memahami hadis dengan memperhatikan latar situasional masa kini dengan melihat realitas kaum muslimin, baik menyangkut problematika yang dihadapi.

79Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah (Implikasinya pada Perkembangan Hukum Islam), (Semarang: Aneka Ilmu, 2000), 151.

f. Distingsi etis dan legis, yaitu cara memahami hadis yang dilakukan dengan memperhatikan nilai etis dan nilai legisnya (logika).

g. Distingsi instrumental dan intensional. Instrumental (al-wasi<lah) yaitu pemahaman hadis yang bersifat temporal

dan partikular di satu sisi dan intensional (ga<yah) di sisi lain.

12. Hermeneutika Hadis Hukum oleh Wasman.80

Dalam tulisannya di Journal IAIN Cirebon, Wasman menjelaskan bahwa hermeneutika hadis dilakukan setelah kajian kritik hadis (naqd al-h}adi<s|). Penggunaan hermeneutika di sini tidak terlepas dari pemikiran para tokoh hadis, seperti Yusuf al-Qaradhawi, Muhammad al-Gazali, Syuhudi Ismail, dan Fazlur Rahman. Berdasarkan tulisannya disimpulkan bahwa mengambil makna teks suatu hadis tanpa memandang ayat dan hadis-hadis lain yang terkait dengan topik yang dimaksud akan menimbulkan deviasi pemahaman hadis. Oleh karenanya pemahaman secara parsial tidak dapat dibenarkan dalam bidang hadis.

Data-data penelitian maupun journal yang tercantum di atas menunjukkan bahwa banyak penelitian yang mengulas tentang pemikiran Ibn al-Qayyim, namun belum membahas tentang metode pemahaman terhadap hadis. hadis. Padahal ini sangat

penting, karena segala bentuk pemahaman seseorang tidak terlepas dari masalah hadis.

Maka dari itu dengan adanya penelitian tentang “Metode Pemahaman Ibn al-Qayyim atas Hadis Hukum dalam Kitab I’la<m al-Muwaqqi’i<n”dimaksudkan dapat mengetahui metode pemahaman hadis yang dilakukannya.